Tuesday, January 16, 2018

Makalah Observasi Tari Topeng Cirebon



MAKALAH OBSERVASI
“ TARI TOPENG PANJI CIREBON ”
Disusun Guna Memenuhi Tugas Kelompok  
Mata Kuliah : Filsafat Umum
Dosen Pengampu : Iffan Ahmad. G, M.Phil




Disusun Oleh :
Misbahusurur
Sithi Nurani
Ridwan Tri Sabila
Umi Kulsum

INSTITUT AGAMA ISLAM BUNGA BANGSA CIREBON
JURUSAN TARBIYAH
PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
TAHUN 2017/2018


KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Alloh SWT. Yang mana telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga Kami dapat menyusun laporan hasil observasi ini tepat pada waktunya. Kami senang karena dapat menyajikan laporan ini kepada para pembaca, meskipun laporan ini Kami susun untuk memenuhi tugas Observasi Mata Kuliah Filsafat Umum, namun kami juga berharap laporan ini dapat membantu kami dan pembaca agar mengetahui lebih lanjut mengenai “ TARI TOPENG PANJI CIREBON “ di Sanggar Seni Kencana Ungu, Desa Mertasinga Kecamatan Gunung Jati Kabupaten Cirebon yang mana akan menjadi topik persembahan Kami kali ini.
Namun Kami menyadari, laporan ini tidak akan tersusun dan terselesaikan dengan baik tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu Kami ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada :  
1.      Bapak Iffan Ahmad Ghufron, M.Phil selaku Dosen Filsafat Umum yang telah menugaskan observasi ini kepada Kami.
2.      Bapak Panji Jaya selaku pemandu dan pemilik sanggar seni yang bersedia menjadi narasumber untuk memberikan informasi seputar Tari Topeng Cirebon.
3.      Bapak dan Ibu selaku orang tua yang telah memberikan dukungan besar baik berupa material maupun spiritual.
4.      Dan teman-teman yang telah memberikan banyak informasi dan masukan, juga kepada semua pihak yang tidak bisa Kami sebutkan satu persatu.
Saran dan kritik dari pembaca sangat Kami harapkan untuk perbaikan laporan observasi ini, karena Kami menyadari bahwa laporan observasi ini masih banyak terdapat kekurangan.Semoga laporan ini memberi manfaat bagi para pembaca semuanya. Aamiin. Terimakasih.
                                                                                    Cirebon, 8 Januari 2018                                                                                              Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I  PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang............................................................................................ 1
B.     Rumusan Masalah....................................................................................... 2
C.     Tujuan Penelitian ........................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A.    Apa itu Topeng ? ........................................................................................ 3
B.     Apa itu Tari Topeng Cirebon ? ...................................................................3
C.     Bagaimana Sejarah Tari Topeng Cirebon ? ................................................4
D.    Untuk apa Tari Topeng itu ? .......................................................................7
E.     Apa itu Tari Topeng Panji ? ........................................................................8
F.      Apa makna Tari Topeng Panji ? .................................................................9
G.    Apa makna dari gerakan tari topeng panji ? ............................................. 10
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan............................................................................................... 12
B.     Kesan kesan…………………………………………….......................... 12
C.     Lampiran ……………………………………………….......................... 13
1.      Foto-Foto Observasi …………………………………………………13
2.      Wawancara Narasumber ………………………………………….. ..18
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... ..19








 

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL............................................................................................ i
KATA PENGANTAR............................................................................................ ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii

BAB I        PENDAHULUAN
                             A.           Latar Belakang...................................................................... 1
                             B.           Rumusan Masalah................................................................. 2
                             C.           Tujuan Penilitian................................................................... 2

BAB II       PEMBAHASAN
A.              Definisi Tari Topeng Cirebon .................................................. 3
B.              Sejarah Perkembangan Tari Topeng Cirebon………………. 4
C.              Filosofi Tari Topeng Cirebon……… ........................................4
D.              Tari Topeng Cirebon Bertahan Dari Kepunahan…….........    10
E.               Jenis Jenis Tari Topeng  Cirebon…………………………. 13
F.               Alat Musik Pengiring Tari Topeng .................... …… 16     
BAB III     PENUTUP
A.                      Kesimpulan.......................................................................... 19
B.                      Kesan kesan…………………………………………….  19
C.                      Lampiran ……………………………………………….20

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... ..24








KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur Kami panjatkan kehadirat Alloh SWT. Yang mana telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga Kami dapat menyusun laporan hasil observasi ini tepat pada waktunya. Kami senang karena dapat menyajikan laporan ini kepada para pembaca, meskipun laporan ini Kami susun untuk memenuhi tugas Observasi Mata Kuliah Filsafat Umum, namun Kami juga berharap laporan ini dapat membantu Kami dan pembaca agar mengetahui lebih lanjut mengenai ‘SANGGAR TARI TOPENG KENCANA UNGU, Desa Mertasinga kecamatan Gunung Jati Kabupaten Cirebon’ yang mana akan menjadi topik persembahan Kami kali ini.
Namun Kami menyadari, laporan ini tidak akan tersusun dan terselesaikan dengan baik tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu Kami ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada :  
1.      Bapak Iffan Ahmad Ghufron, M.Phil selaku Dosen Filsafat Umum yang telah menugaskan observasi ini kepada Kami.
2.      Bapak Panji Jaya selaku pemandu dan pemilik sanggar seni yang bersedia menjadi narasumber untuk memberikan informasi seputar Tari Topeng Cirebon.
3.      Bapak dan Ibu selaku orang tua yang telah memberikan dukungan besar baik berupa material maupun spiritual.
4.      Dan teman-teman yang telah memberikan banyak informasi dan masukan, juga kepada semua pihak yang tidak bisa Kami sebutkan satu persatu.
Saran dan kritik dari pembaca sangat Kami harapkan untuk perbaikan laporan observasi ini, karena Kami menyadari bahwa laporan observasi ini masih banyak terdapat kekurangan.Semoga laporan ini memberi manfaat bagi para pembaca semuanya. Aamiin. Terimakasih.
Cirebon, 8 Januari 2018
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Masyarakat senantiasa berubah seiring dinamika sosial, ekonomi, budaya dan politik, realitas semacam inilah yang harus diperhatikan dandiantisipasi secara cepat dan tepat.Dalam konteks pembangunan untuk kesejahteraan masyarakatnampaknya perubahan tersebut harus selalu mempertimbangkan potensi dantradisi lokal masyarakat karenanya, penguatan masyarakat melalui pemberdayaan adalah salah satu diantara ikhtiar yang kiranya dilakukan.
Dalam perkembangannya di masyarakat umum, Tari Topeng Cirebonkemudian memperoleh dan memiliki bentuk serta penyajiannya yang spesifik,yang selanjutnya dikenal dengan istilah Topeng Babakan atau dinaan. Adapun kekhususan dari perkembangan Tari Topeng di masyarakat umum tersebutadalah berupa penampilan 5 atau 9 Topeng dari tokoh –tokoh cerita panji.
Sebagai hasil kebudayaan, Tari Topeng mempunyai nilai hiburan yangmengandung pesan – pesan terselubung, karena unsur – unsur yangterkandung didalamnya mempunyai arti simbolik yang bila diterjemahkansangat menyentuh berbagai aspek kehidupan, sehingga juga mempunyai nilai pendidikan. Variasinya dapat meliputi aspek kehidupan manusia sepertikepribadian, kebijaksanaan, kepemimpinan, cinta bahkan angkara murka sertamenggambarkan perjalanan hidup manusia sejak dilahirkan hingga menginjak dewasa.
Dalam hubungan itu, tidaklah mengherankan bahwa Tari TopengCirebon dapat dijadikan media komunikasi untuk dimanfaatkan secara positif.Pada masa Cirebon menjadi pusat penyebaran agama Islam, Sultan Cirebon;Syekh Syarif Hidayatulah yang juga seorang anggota Dewan Wali Sanga yang bergelar Sunan Gunung Jati, bekerja sama dengan Sunan Kalijagamemfungsikan Tari Topeng dan 6 (enam) jenis kesenian lainnya sebagai bagian dari upaya penyebaran agama Islam dan sebagai tontonan dilingkunganKeraton. Adapun Keenam kesenian tersebut adalah Wayang Kulit, Gamelan Renteng, Brai, Angklung, Reog dan Berokan.
Jauh sebelum Tari Topeng masuk ke Cirebon, Tari Topeng tumbuh dan berkembang sejak abad 10 –11 M. Pada masa pemerintahan Raja Jenggala diJawa Timur yaitu Prabu Panji Dewa. Melalui seniman jalanan ( pengamen )Seni Tari Topeng masuk ke Cirebon dan kemudian mengalami perpaduandengan kesenian rakyat setempat.Dewasa ini, kecenderungan menggunakan metode kualitatif dikalangan keilmuan sosial makin berkembang pesat, di Indonesia penggunaan pendekatan kualitatif dalam menganalisis gejala kemasyarakatan relatif belum begitu lama, barang kali mulai tumbuh subur sekitar pertengahan tahun 70-an.
B.     RUMUSAN MASALAH

1.      Definisi Tari Topeng Cirebon ?
2.      Bagaiman Sejarah Perkembangan Tari Topeng Cirebon ?
3.      Apa Filosofi Tari Topeng Cirebon ?
4.      Apa Tari Topeng Cirebon Bertahan Dari Kepunahan ?
5.      Apa saja Jenis Jenis Tari Topeng  Cirebon ?
6.      Apa saja Alat Musik Pengiring Tari Topeng ?

C.    TUJUAN PENILITIAN

1.      Untuk mengetahui makna tari topeng
2.      Untuk mengetahui sejarah tari topeng Cirebon
3.      Untuk mengetahui jenis jenis tari topeng cirebon
4.      Dan untuk mengetahui alat apa saja yang mengiringi seni tari topeng cirebon


BAB II
PEMBAHASAN
A.    TARI TOPENG CIREBON
Tari topeng adalah salah satu tarian tradisional yang ada di Cirebon. Tari ini dinamakan tari topeng karena ketika beraksi sang penari memakai topeng. Konon jauh sebelum Tari Topeng masuk Cirebon, telah tumbuh dan berkembang sejak abad ke 10-16 masehi di Jawa Timur. Pada masa pemerintahan Raja Jenggala, yakni Prabu Amiluhur atau Prabu Panji Dewa. 
Melalui seniman jalanan (pengamen) seni Tari Topeng akhirnya masuk ke Cirebon dan kemudian mengalami perpaduan dengan kesenian setempat. Pada masa Cirebon menjadi pusat penyebaran Agama Islam (zaman Wali Songo) , Syekh Syarif Hidayatullah yang bergelar Syekh Sunan Gunung Jati bekerjasama dengan Syekh Sunan Kalijaga memfungsikan Tari Topeng sebagai bagian dari upaya penyebaran Agama Islam yang juga sebagai tontonan dilingkungan keratin disamping 6 (enam) jenis kesenian lainnya seperti, Wayang Kulit, Gamelan Renteng, Brai, Angklung, Reog dan Berokan.
Dalam perkembangannya di masyarakat umum, Topeng Cirebon kemudian memperoleh dan memiliki bentuk serta penyajiannya yang spesifik, yang selanjutnya dikenal dengan istilah Tari Topeng Rahwana/Kelana, Tari Topeng Tumenggung,Tari Topeng Rumyang,Tari Topeng samba dan Tari Topeng Panji yang menggunakan Topeng sebagai penutup muka dengan 5 jenis topeng yang kemudian dikenal dengan Panca Wanda (berarti lima wanda atau lima rupa), yakni Rahwana, Tumenggung, Rumyang, Samba dan Panji.
Beberapa orang beranggapan bahwa Tari Topeng Cirebon adalah suatu seni tradisional yang dilakukan secara turun-temurun. Namun, didalamnya ada sedikit unsur mistik, tetapi hal ini tidak akan berdampak terhadap hidup kita, melainkan hanya sekedar pertunjukan seni semata.

B.     SEJARAH PERKEMBANGAN TARI TOPENG CIREBON
Sebagai hasil kebudayaan, Tari Topeng mempunyai nilai hiburan yangmengandung pesan–pesan terselubung, karena unsur–unsur yang terkandungdidalamnya mempunyai arti simbolik yang bila diterjemahkan sangatmenyentuh berbagai aspek kehidupan, sehingga juga mempunyai nilai pendidikan. Variasinya dapat meliputi aspek kehidupan manusia sepertikepribadian, kebijaksanaan, kepemimpinan, cinta bahkan angkara murka sertamenggambarkan perjalanan hidup manusia sejak dilahirkan hingga menginjak dewasa.
Dalam hubungan itu, tidaklah mengherankan bahwa Tari TopengCirebon dapat dijadikan media komunikasi untuk dimanfaatkan secara positif.Pada masa Cirebon menjadi pusat penyebaran agama Islam, Sultan Cirebon;Syekh Syarif Hidayatulah yang juga seorang anggota Dewan Wali Sanga yang bergelar Sunan Gunung Jati, bekerja sama dengan Sunan Kalijagamemfungsikan Tari Topeng dan 6 (enam) jenis kesenian lainnya sebagai bagian dari upaya penyebaran agama Islam dan sebagai tontonan dilingkunganKeraton. Adapun Keenam kesenian tersebut adalah Wayang Kulit, GamelanRenteng, Brai, Angklung, Reog dan Berokan.
Jauh sebelum Tari Topeng masuk ke Cirebon, Tari Topeng tumbuh dan berkembang sejak abad 10 –11 M. Pada masa pemerintahan Raja Jenggala diJawa Timur yaitu Prabu Panji Dewa. Melalui seniman jalanan ( pengamen )Seni Tari Topeng masuk ke Cirebon dan kemudian mengalami perpaduandengan kesenian rakyat setempat.
C.    FILOSOFI TARI TOPENG CIREBON
Sudah lama tari Topeng Cirebon mengundang tanda tanya akibat daya pesonanya yang tinggi, tidak saja di Indonesia tetapi juga di luar negeri. TariPanji, yang merupakan tarian pertama dalam rangkaian Topeng Cirebon,adalah sebuah misterium. Sampai sekarang belum ada koreografer Indonesiayang mampu menciptakan tarian serupa untuk menandinginya. Tarian Panjiseolah-olah “tidak menari”. Justru karena tariannya tidak spektakuler, maka iamerupakan sejatinya tarian, yakni perpaduan antara hakiki gerak dan hakikidiam. Bagi mereka yang kurang peka dalam pengalaman seni, tarian ini akanmembosankan.
Inilah teka-teki Tarian Panji dalam Topeng Cirebon. Bagaimana penduduk desa mampu menciptakan tarian semacam itu? Penduduk desa yangtersebar di sekitar Cirebon hanyalah pewaris dan bukan penciptanya. Penduduk desa ini adalah juga penerus dari para penari Keraton Cirebon yangdahulu memeliharanya. Ketika Raja-raja Cirebon diberi status “pegawai” olehGubernur Jenderal Daendels, dan tidak diperkenankan memerintah secaraotonom lagi, maka sumber dana untuk memelihara semua kesenian Keratontidak dimungkinkan lagi. Para abdi dalem Keraton terpaksa dibatasi sampaiyang amat diperlukan sesuai dengan “gaji” yang diterima Raja dariPemerintah Hindia Belanda.
Begitulah penari-penari dan penabuh gamelan Keraton harus mencarisumber hidupnya di rakyat pedesaan. Topeng Cirebon yang semula berpusat diKeraton-keraton, kini tersebar di lingkungan rakyat petani pedesaan. Danseperti umumnya kesenian rakyat, maka Topeng Cirebon juga dengan cepatmengalami transformasi-transformasi. Proses transformasi itu berakhir dengankeadaannya yang sekarang, yakni berkembangnya berbagai “gaya” TopengCirebon, seperti Losari, Selangit, Kreo, Palimanan dan lain-lain.
Untuk merekonstruksi kembali Topeng Cirebon yang baku, diperlukanstudi perbandingan seni. Berbagai gaya Topeng Cirebon tadi harusdiperbandingkan satu sama lain sehingga tercapai pola dan strukturnya yangmendasarinya. Dengan metode demikian, maka akan kita peroleh bentuk yangmendekati “aslinya”. Namun metode ini tak dapat dilakukan tanpa berbekaldasar filosofi tariannya.


DARI MANA FILSAFAT TARI TOPENG CIREBON ITU DAPAT DIPASTIKAN?
Tentu saja dari serpihan-serpihan tarian yang sekarang ada dandipadukan dengan konteks budaya munculnya tarian tersebut. Konteks budayaTopeng Cirebon tentu tidak dapat dikembalikan pada budaya Cirebon sendiriyang sekarang. Untuk itu diperlukan penelusuran historis terhadapnya.
SIAPAKAH EMPU PENCIPTA TARIAN INI?
            Sampai kiamat pun kita tak akan mengetahuinya, lantaran masyarakatIndonesia lama tidak akrab dengan budaya tulis. Meskipun budaya tulisdikenal di Keraton-keraton Indonesia, tetapi tidak terdapat kebiasaan mencatat pencipta-pencipta kesenian, kecuali dalam beberapa karya sastranya saja.
DI ZAMAN MANA?
Kalau pencipta tidak dikenal, sekurang-kurangnya di zaman mana Topeng Cirebon ini telah ada? Kepastian tentang ini tidak ada. Namun adadugaan bahwa di zaman Raja Majapahit, Hayam Wuruk, tarian ini sudahdikenal. Dalam Negarakertagama dan Pararaton dikisahkan raja ini menaritopeng (kedok) yang terbuat dari emas. Hayam Wuruk menarikan topeng emas(atapel, anapuk) di lingkungan kaum perempuan istana Majapahit. Jadi Taritopeng Cirebon ini semula hanya ditarikan para raja dengan penonton perempuan (istri-istri raja, adik-adik perempuan raja, ipar-ipar perempuan raja,ibu mertua raja, ibunda raja).
Dengan demikian dapat diduga bahwa Topeng Cirebon ini sudah populer di zaman Majapahit antara tahun 1300 sampai 1400 tarikh Masehi.Mencari dasar filosofi tarian ini harus dikembalikan pada sistem kepercayaanHindu-Budha-Jawa zaman Majapahit. Tetapi mengapa sampai di KeratonCirebon? Setelah jatuhnya kerajaan Majapahit (1525), tarian ini rupanyadihidupkan oleh Sultan-sultan Demak yang mungkin mengagumi tarian iniatau memang dibutuhkan dalam kerangka konsep kekuasaan yang tetapspiritual. Dalam babad dikisahkan bahwa Raden Patah menari Klana di kakiGunung Lawu di hadapan Raja Majapahit, Brawijaya. Ini justru membuktikan bahwa Topeng Cirebon erat hubungannya dengan konsep kekuasaan Jawa.Bahwa hanya Raja yang berkuasa dapat menarikan topeng ini, ditunjukkanoleh babad, yang berarti kekuasaan atas Jawa telah beralih kepada RadenPatah, dan Raja Majapahit hanya sebagai penonton.
Dari Demak tarian ini terbawa bersama penyebaran pengaruh politik Demak. Demak yang pesisir ini memperluas pengaruh kekuasaan danIslamisasinya di seluruh daerah pesisir Jawa, yang ke arah barat sampai diKeraton Cirebon dan Keraton Banten. Inilah sebabnya berita-berita Belandamenyebutkan keberadaan tarian in di Istana Banten. Banten dan Cirebon,sedikit banyak membawa kebudayaan Jawa-Demak, terbukti dari penggunaan bahasa Jawa lamanya. Sedangkan Demak sendiri dilanjutkan oleh Pajang yang berada di pedalaman, kemudian digantikan oleh Mataram yang juga di pedalaman.
Topeng Majapahit ini, dengan demikian, hanya hidup di daerah pesisir Jawa Barat, sedangkan di Jawa pedalaman topeng tidak hidup kecuali bentuk dramatik lakon Panjinya. Kalau topeng tetap hidup dalam fungsi ritualnya,tentunya juga berkembang di kerajaan-kerajaan Islam Jawa pedalaman.Rupanya topeng dipelihara di Jawa Barat karena pesona seninya. Topengsangat puitik dan kurang mengacu pada mitologi Panji yang hinduistik.Topeng lebih dilihat sebagai simbol yang mengacu pada realitas transenden.Inilah sebabnya sultan-sultan di Jawa Barat yang kuat Islamnya masihmemelihara kesenian ini.
Topeng Cirebon adalah simbol penciptaan semesta yang berdasarkansistem kepercayaan Indonesia purba dan Hindu-Budha-Majapahit. Pahamkepercayaan asli, di mana pun di Indonesia, dalam hal penciptaan, adalahemanasi. Paham emanasi ini diperkaya dengan kepercayaan Hindu dan Budha.Paham emanasi tidak membedakan Pencipta dan ciptaan, karena ciptaanadalah bagian atau pancaran dari Sang Hyang Tunggal.
SIAPAKAH SANG HYANG TUNGGAL ITU?
 Dia adalah ketidak-berbedaan. Dalam diriNya adalah ketunggalanmutlak. Sedangkan semesta ini adalah keberbedaan. Semesta itu suatu aneka,keberagaman. Dan keanekan itu terdiri dari pasangan sifat-sifat yang saling bertentangan tetapi saling melengkapi. Pemahaman ini umum di seluruhIndonesia purba, bahkan di Asia Tenggara dan Pasifik. Dan filsuf-filsuf Yunani pra-Sokrates, filsuf-filsuf alam, juga mengenal pemahaman ini. Bolehdikatakan, pandangan bahwa segala sesuatu ini terdiri dari pasangan kembar yang saling bertentangan tetapi merupakan pasangan, adalah universalmanusia purba.
Sang Hyang Tunggal Indonesia purba ini mengandung semua sifatciptaan. Karena semua sifat yang dikenal manusia itu saling bertentangan,maka dalam diri Sang Hyang Tunggal semua pasangan oposisi kembar tadihadir dalam keseimbangan yang sempurna. Sifat-sifat positif melebur jadi satudengan sifat-sifat negatif. Akibatnya semua sifat-sifat yang dikenal manusia berada secara seimbang dalam diriNya sehingga Sifat itu tidak dikenalmanusia alias Kosong mutlak. Paradoksnya justru Kosong itu Kepenuhansejati karena Dia mengandung semua sifat yang ada. Kosong itu Penuh, Penuhitu Kosong, itulah Sang Hyang Tunggal itu. Di dalamNya tiak ada perbedaan, tunggal mutlak. Di Cina purba, Sang Hyang Tunggal ini disebut Tao.
Topeng Cirebon menyimbolkan bagaimana asal mula Sang HyangTunggal ini memecahkan diriNya dalam pasangan-pasangan kembar saling bertentangan itu, seperti terang dan gelap, lelaki dan perempuan, daratan danlaut. Dalam tarian ini digambarkan lewat tari Panji, yakni tarian yang pertama.Tarian Panji ini merupakan masterpiece rangkaian lima tarian topeng Cirebon.Tarian Panji justru merupakan klimaks pertunjukan. Itulah peristiwatransformasi Sang Hyang Tunggal menjadi semesta. Dari yang tunggal belahmenjadi yang aneka dalam pasangan-pasangan.
Inilah sebabnya kedok Panji tak dapat kita kenali secara pasti apakahitu perwujudan lelaki atau perempuan. Apakah gerak-geriknya lelaki atau perempuan. Kedoknya sama sekali putih bersih tanpa hiasan, itulah Kosong.Gerak-gerak tariannya amat minim, namun iringan gamelannya gemuruh.Itulah wujud paradoks antara gerak dan diam. Tarian Panji sepenuhnya sebuah paradoks. Inilah kegeniusan para empu purba itu, bagaimana menghadirkanHyang Tunggal dalam transformasinya menjadi aneka, dari ketidakberbedaanmenjadi perbedaan-perbedaan. Itulah puncak topeng Cirebon, yang lainhanyalah terjemahan dari proses pembedaan itu.
Empat tarian sisanya adalah perwujudan emanasi dari Hyang Tunggaltadi. Sang Hyang Tunggal membagi diriNya ke dalam dua pasangan yangsaling bertentangan, yakni “Pamindo-Rumyang”, dan “Patih-Klana”. Inilahsebabnya kedok “Pamindo-Rumyang” berwarna cerah, sedangkan “Patih-Klana” berwarna gelap (merah tua).
Gerak tari “Pamindo-Rumyang” halus keperempuan-perempuanan,sedangkan Patih-Klana gagah kelaki-lakian. Pamindo-Rumyangmenggambarkan pihak “dalam” (istri dan adik ipar Panji) dan Patih-Klanamenggambarkan pihak “luar”. Terang dapat berarti siang, gelap dapat berartimalam. Matahari dan bulan. Tetapi harus diingat bahwa semuanya itu adalahPanji sendiri, yang membelah dirinya menjadi dua pasangan saling bertentangan sifat-sifatnya. Inilah sebabnya keempat tarian setelah Panjimengandung unsur-unsur tarian Panji. Untuk hal ini orang-orang tari tentulebih fasih menjelaskannya.
 
Topeng Panji menyimbolkan peristiwa besar universal, yakniterciptanya alam semesta beserta manusia ini pada awal mulanya. TopengPanjing atau topeng Cirebon ini mengulangi peristiwa primordial umatmanusia, bagaimana “penciptaan” terjadi. Tidak mengherankan kalau dizaman dahulu hanya ditarikan oleh para raja. Raja mewakili kehadiran SangHyang Tunggal itu sendiri, karena dalam paham kekuasaan Jawa, Raja adalahDewa itu sendiri, yang dikenal dengan paham dewa-Raja.
Topeng Cirebon adalah gambaran sangat puitik tentang hadirnya alamsemesta serta umat manusia. Sang Hyang Tunggal yang merupakanketunggalan mutlak tanpa pembedaan, berubah menjadi keanekaan relatif yang sangat berbeda-beda sifatnya. Tari Panji adalah tarian Sang HyangTunggal itu sendiri, dan tarian-tarian lainnya yang empat adalah perwujudandari emanasi diriNya menjadi pasangan-pasangan sifat yang saling bertentangan.
Topeng Cirebon adalah tarian ritual yang amat sakral. Tarian ini samasekali bukan tontonan hiburan. Itulah sebabnya dalam kitab-kitab lamadisebutkan, bahwa raja menarikan Panji dalam ruang terbatas yang disaksikansaudara-saudara perempuannya. Untuk menarikan topeng ini diperlukan laku puasa, pantang, semedi, yang sampai sekarang ini masih dipatuhi oleh paradalang topeng di daerah Cirebon.
Tarian juga harus didahului oleh persediaan sajian. Dan sajian itu bukan persembahan makanan untuk Sang Hyang Tunggal. Sajian adalahlambang-lambang dualisme dan pengesaan. Inilah sebabnya dalam sajiansering dijumpai bedak, sisir, cermin yang merupakan lambang perempuan,didampingi oleh cerutu atau rokok sebagai lambang lelaki. Bubur merahlambang dunia manusia, bubur putih lambang Dunia Atas. Cowek batu yangkasar sebagai lambang lelaki, dan uleg dari kayu yang halus sebagai lambang perempuan. Pisang lambang lelaki, buah jambu lambang perempuan. Air kopilambang Dunia Bawah, air putih lambang Dunia Atas, air teh lambang DuniaTengah. Sesajian adalah lambang keanekaan yang ditunggalkan.
D.    TARI TOPENG CIREBON BERTAHAN DARI KEPUNAHAN
Menurut Eyang Panji, tradisi yang ada pada tari topeng sudah tidak samadengan waktu ketika ia menari dulu. Selain banyak orang yang hanya asal bisamenarikan dan tuntutan masyarakat agar tari topeng diubah atau dimodifikasi,ternyata ada banyak tata cara dan tradisi yang harus dihilangkan mengikutiarahan pemerintah. Ada tiga hal yang harus diubah oleh Sujana besertakelompok tarinya, yaitu ketentuan tidak boleh ngamen dari rumah ke rumahatau lazim dikenal dengan istilah bebarang, tidak boleh pakai kaus kaki ketikamenari, dan harus mengganti baju berwarna hitam dengan baju yang lebihmeriah. Menyebarkan agama
Pada awalnya, tari topeng digunakan untuk menyebarkan agamadengan datang ke rumah seseorang dengan mengharapkan pemilik rumah bisamembawakan doa syahadat. Namun dalam perkembangannya, pembacaansyahadat memang tidak dikembangkan lagi, tapi diganti dengan bebarangketika musim panen padi tiba. Bila musim panen tiba,Sujana dan kelompok tarinya datang dari rumah ke rumah untuk mengamen. Ketika itu, merekadibayar dengan padi sistem bakdeng, satu bedeng atau sekitar 30 kilogram padi untuk satu babak.
Selain itu, pemakaian kaus kaki putih juga dilarang. Pasalnya, pemerintah menganggap kaus kaki putih adalah simbol orang-orang penganutkomunis. Padahal, kaus kaki putih tersebut merupakan simbol kesucianseseorang, lebih dari sekadar aksesoris. Seorang dalang yang akan menariharus suci hati dan pikirannya. Dalam hal ini disimbolkan dengan kaus kaki berwarna putih. Sedangkan aturan baru lainnya adalah perihal baju yang harusdibuat lebih berwarna, tidak polosan dengan warna hitam.
Padahal awalnya, warna polos itu menyimbolkan kesederhanaan bagidalangnya agar nantinya para penonton tari tersebut dapat meniru cara hidupsederhana. "Saya waktu itu sampai sekarang ikut saja. Padahal, saya tahukalau diubah, pastinya ada pesan tertentu yang akan hilang. Tapi mau bagaimana lagi namanya juga orang takut," ujar Sujana Arja.
Akan tetapi, gagasan perubahan yang digulirkan tidak sejalan dengannasib tari topeng Cirebon. Akhir-akhir ini, sajian tari topeng Sujana besertakelompok tari Panji Dharma mulai ditinggalkan masyarakat. "Terakhir kalimenerima order bayaran Rp 30 juta. Tapi sekarang uangnya sudah habiskarena harus dibagi rata dengan personel lainnya yang jumlahnya sekitar 30orang. Kalau sudah begitu, saya terpaksa utang tetangga karena sudah tidak ada yang tersisa dari saya untuk membiayai hidup sehari-hari," katanya. Harus bersaing Menurut Inu Kertapati-dalang tari topeng lainnya-berbeda dengandulu, setiap hari selalu saja ada orang yang memintanya untuk menarikan taritopeng. Baik khitanan, pernikahan, maupun selamatan rumah, biasanya taritopeng selalu hadir dan diminati masyarakat."
Kami sangat sadar kalau sekarang kami harus bersaing dengankesenian yang kata orang lebih baru seperti modern dance atau organ tunggal.Tapi apakah suatu kesalahan bila kami ingin tetap pertahankan tradisi turun-temurun ini" ujar Inu, anak ketiga dari Sujana Arja. Selain itu, menurut Inu,kepunahan tari topeng bisa saja lebih cepat terjadi. Pasalnya, selama ini taritopeng Cirebon hanya ditampilkan pada waktu tertentu. Akibatnya minat dan pengetahuan masyarakat terhadap tari topeng semakin berkurang.
Tari topeng biasanya hanya muncul saat even kejuaraan dan acara yangdiselenggarakan pihak Keraton di Cirebon. Di luar itu, tari topeng masih sulitditemukan. Biaya yang mahal dan adanya kesenian lain yang lebih modernmembuat masyarakat mulai meninggalkan tari topeng Cirebon. Kesenian diJawa Barat setidaknya memiliki 35 rumpun seni, yang terdiri dari 391 jeniskesenian. Dari jumlah itu, 100 jenis kesenian berkembang di masyarakat, 39 diantaranya sangat berkembang. Kesenian yang sangat terkenal di Jabar adalah Jaipongan. Kesenian ini berkembang, antara lain di Kota Bandung, Cimahi,Tasikmalaya, Majalengka dan Bekasi.
Kesenian lain yang menjadi ciri khas Jabar adalah tembang sunda,tayub, wayang golek, reog, calung, angklung/arumba, dan sintren. Di wilayahCirebon terkenal dengan kesenian topeng Cirebon, tarling, gembyung, danwayang kulit. Sementara untuk daerah Kuningan dan Indramayu jeniskesenian seperti sandiwara, sintren, kuda lumping juga berkembang baik.Sementara di Sukabumi, potensi seni yang ada antara, lain uyeg, cador,kliningan, kecapi suling, calung, debus, dan ketuk tilu. Adapun kesenian yang berkembang di Karawang dan Subang, antara lain bajidoran, dombret, dankesenian sisingaan. Jumlah seniman di Jabar sebanyak 49.023 orang danhingga kini masih aktif.


E.     JENIS TARI TOPENG CIREBON
Semua jenis topeng ini akan dikenakan pada saat pementasan tari topeng Cirebonan yang diiringi dengan gamelan. Tepeng Cirebon yang paling pokok ada lima yang disebut juga Topeng Panca Wanda :
1.      PANJI “wajahnya yang putih bersih melambangkan kesucian bayi yang baru lahir. Tari topeng ini berkarakter halus. Ditampilkan pada kesempatan pertama. Menurut mereka, Panji berasal dari kata siji (satu, atau pertama), mapan sing siji (percaya kepada Yang Satu). Gerak tarinya senantiasa kecil dan lembut, minimalis dan lebih banyak diam. Kata Mutinah (dalang topeng asal Gegesik, Cirebon), menarikan topeng Panji itu kaya wong urip tapi mati, mati tapi urip.
Ungkapan tersebut adalah untuk menjelaskan, bahwa topeng Panji itu memang tidak banyak gerak, seperti orang yang mati tapi hidup, hidup tapi mati. Koreografinya lebih banyak diam, dan inilah sebagai salah satu hal yang menyebabkan tari ini kurang disukai oleh penonton, terutama penonton awam. Tari ini diiringi oleh beberapa lagu yang terangkai menjadi satu struktur musik yang panjang dan sulit. Lagu pokoknya disebut Kembang Sungsang yang dilanjutkan dengan lagu lontang gede, oet-oetan, dan pamindo deder.Kecuali di Losari, para dalang topeng Cirebon pada umumnya tidak mengaitkan tariannya dengan tokoh Panji seperti dalam cerita Panji. Artinya, nama tari tersebut bukan sebagai gambaran tokoh Panji.
Kata Panji hanya dipinjam untuk menyatakan salah satu karakter tari yang halus, yang secara kebetulan karakternya sama tokoh Panji. Berbeda dengan di Losari, dan sepanjang yang diketahui saat ini, topeng di daerah ini adalah satu-satunya gaya yang tidak menampilkan kedok Panji sebagai tari yang ditampilkan pada bagian pertama (babakan). Gaya ini tidak sebagaimana lazimnya tari topeng di daerah lain. Kedok Panji justru ditarikan dalam sebuah lakonan dan penarinya benar-benar memerankan tokoh Panji.”
2.      Samba (Pamindo), topeng anak-anak yang berwajah ceria, lucu, dan lincah. Kata Pamindo, di kalangan seniman topeng Cirebon, berasal dari kata pindo, artinya kedua. Kata pindo, umumnya sangat berkaitan dengan urutan penyajian topeng Cirebon itu sendiri, yang artinya juga sama dengan penyajian tari bagian (babak) kedua. Akan tetapi, khusus untuk topeng gaya Losari, tarian tersebut justru ditarikan pada bagian pertama dan digambarkan sebagai tokoh Panji Sutrawinangun.
Dalam gaya topeng Losari memang tidak dikenal adanya tari topeng Panji secara khusus, karena topeng Panji ditarikan dalam topeng lakonan. Karakter tari topeng tersebut adalah genit atau ganjen (bhs. Jw. Cirebon), sama dengan karakter tokoh Samba dalam cerita wayang Purwa. Oleh sebab itu, tari ini juga sering disebut dengan topeng Samba. Gerakannya gesit dan menggambarkan seseorang yang tengah beranjak dewasa, periang, dan penuh suka cita. Itulah sebabnya, mengapa gerakan tari topeng ini seperti kesusu (terburu-buru), mirip dengan perilaku dan kehidupan seorang anak muda.
3.      Rumyang, wajahnya menggambarkan seorang remaja. Topeng Rumyang menggambarkan seseorang yang penuh kehati-hatian, dan terkesan seperti ragu-ragu. Ia bak seorang manusia yang perilaku dan tindak-tanduknya penuh pertimbangan. Ini gambaran seorang manusia yang sudah mulai mengenal kehidupan. Lagu pengingnya sesuai dengan nama tarinya, rumyang atau kembang kapas.Topeng Rumyang sewanda dengan topeng Pamindo, bahkan dianggap sebagai kelanjutan dari topeng tersebut. Sebagian daerah menampilkannya pada bagian ketiga, namun sebagain daerah lagi menampilkannya pada bagian akhir.
Perbedaan penampilan ini boleh jadi dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama, jika topeng tersebut ditampilkan pada bagian ketiga, berkaitan dengan gambaran siklus kehidupan manusia, dan kedua berkaitan dengan pengaruh wayang kulit atau karena pertunjukan topeng itu dilaksanakan pada malam hari. Perlu diketahui bahwa, akhir pertunjukan wayang kulit Cirebon biasanya ditandai dengan lagu rumyang. Karena itulah, mengapa topeng Rumyang itu diakhirkan.
4.      Patih (Tumenggung), topeng ini menggambarkan orang dewasa yang berwajah tegas, berkepribadian, serta bertanggung jawab. Tari Topeng Patih yang merupakan tarian pembuka pertunjukan dramatari wayang Topeng Malang memiliki hubungan erat dengan struktur pertunjukan berkaitan dengan ruang, waktu dan isi. Untuk  itu pendekatan teoritis strukturalis simbolis menjadi strategi pilihan guna memahami makna simbol yangterdapat di dalamnya. Hasilnya menunjukkan bahwa struktur koreografi Tari Topeng Patih terdiri dari tujuh unsur, yaitu unsur penokohan, unsur ritual, unsur komunikasi,unsur  gerak tari, unsur tata rias dan busana, unsur  musik pengiring dan unsurpanggung pertunjukan yang kesemuanya mengarahkan pada perilaku budi luhur.
5.      Kelana (Rahwana), topeng yang menggambarkan seseorang yang sedang marah. Tari topeng Klana adalah gambaran seseorang yang bertabiat buruk, serakah, penuh amarah dan tidak bisa mengendalikan hawa nafsu, namun tarinya justru paling banyak disenangi oleh penonton. Sebagian dari gerak tarinya menggambarkan seseorang yang tengah marah, mabuk, gandrung, tertawa terbahak-bahak, dan sebagainya.
Lagu pengiringnya adalah Gonjing yang dilanjutkan dengan Sarung Ilang. Struktur tarinya seperti halnya topeng lainnya, terdiri atas bagian baksarai (tari yang belum memakai kedok) dan bagian ngedok (tari yang memakai kedok).Beberapa dalang topeng, misalnya Rasinah dan Menor (Carni), membagi tarian ini menjadi dua bagian. Bagian pertama, adalah tari topeng Klana yang diiringi dengan lagu Gonjing dan sarung Ilang. Bagian kedua, adalah Klana Udeng yang diiringi lagu Dermayonan. Tari topeng Klana sering pula disebut topeng Rowana. Sebutan itu mengacu pada salah satu tokoh yang ada dalam cerita Ramayana, yakni tokoh Rahwana.
Secara kebetulan, karakternya sama persis dengan tokoh Klana dalam cerita Panji. Di Cirebon, topeng Klana dan Rowana kadang-kadang diartikan sebagai tarian yang sama, namun bagi beberapa dalang topeng, misalnya Sujana dan Keni dari Slangit; Sutini dari Kalianyar dan Tumus dari Kreo; membedakan kedua tarian tersebut, hanya kedoknya saja yang sama.
Jika kedok Klana yang ditarikan itu memakai kostum irah-irahan atau makuta Rahwana di bagian kepalanya dan di bagian punggungnya memakai badong atau praba, maka itulah yang disebut topeng Rowana. Kostumnya jauh berbeda dengan topeng Klana dan kelihatan sangat mirip dengan kostum tokoh Rahwana dalam wayang wong. Menurut Hasan Nawi, salah seorang pengrajin topeng Cirebon dalam kehidupan sehari-hari setiap manusia seperti mengenakan topeng, misalnya saja pada saat marah seperti sudah mengganti topeng berwajah ceria dengan topeng kemarahan. Kalau ada orang dewasa yang sikapnya kekanak-kanakan maka ia seperti sedang mengganti topeng dewasanya dengan topeng anak-anak.

F.     ALAT MUSIK PENGIRING
1.      REBAB
REBAB adalah jenis alat musik senar yang dinamakan demikian paling lambat dari abad ke-8 dan menyebar melalui jalur-jalur perdagangan Islam yang lebih banyak dari Afrika Utara, Timur Tengah, bagian dari Eropa, dan Timur Jauh. Beberapa varietas sering memiliki tangkai di bagian bawah agar rebab dapat bertumpu di tanah, dan dengan demikian disebut rebab tangkai di daerah tertentu, namun terdapat versi yang dipetik seperti kabuli rebab (kadang-kadang disebut sebagai robab atau rubab).
Ukuran rebab biasanya kecil, badannya bulat, bagian depan yang tercakup dalam suatu membran seperti perkamen atau kulit domba dan memiliki leher panjang terpasang. Ada leher tipis panjang dengan pegbox pada akhir dan ada satu, dua atau tiga senar. Tidak ada papan nada. Alat musik ini dibuat tegak, baik bertumpu di pangkuan atau di lantai. Busurnya biasanya lebih melengkung daripada biola.
Rebab, meskipun dihargai karena nada suara, tetapi memiliki rentang yang sangat terbatas (sedikit lebih dari satu oktaf), dan secara bertahap diganti di banyak dunia Arab oleh biola dan kemenche. Hal ini terkait dengan instrumen Irak, Joza, yang memiliki empat senar
2.      GAMELAN
Gamelan adalah ensembel musik yang biasanya menonjolkan metalofon, gambang, gendang, dan gong. Istilah gamelan merujuk pada instrumennya / alatnya, yang mana merupakan satu kesatuan utuh yang diwujudkan dan dibunyikan bersama. Kata Gamelan sendiri berasal dari bahasa Jawa gamel yang berarti memukul / menabuh, diikuti akhiran an yang menjadikannya kata benda. Orkes gamelan kebanyakan terdapat di pulau Jawa, Madura, Bali, dan Lombok di Indonesia dalam berbagai jenis ukuran dan bentuk ensembel. Di Bali dan Lombok saat ini, dan di Jawa lewat abad ke-18, istilah gong lebih dianggap sinonim dengan gamelan.
3.      GENDER
Gender adalah alat musik pukul logam (metalofon) yang menjadi bagian dari perangkat gamelan Jawa dan Bali. Alat ini memiliki 10 sampai 14 bilah logam (kuningan) bernada yang digantungkan pada berkas, di atas resonator dari bambu atau seng, dan diketuk dengan pemukul berbetuk bundaran berbilah dari kayu (Bali) atau kayu berlapis kain (Jawa). Nadanya berbeda-beda, tergantung tangga nada yang dipakai. Pada gamelan Jawa yang lengkap terdapat tiga gender: slendro, pelog pathet nem dan lima, dan pelog pathet barang.




4.      KECAPI SULING
Kecapi suling adalah sejenis musik instrumental yang bergantung pada improvisasi dan populer di provinsi Jawa Barat yang menggunakan dua alat musik, kecapi dan suling
5.      GONG
Gong merupakan sebuah alat musik pukul yang terkenal di Asia Tenggara dan Asia Timur. Gong ini digunakan untuk alat musik tradisional. Saat ini tidak banyak lagi perajin gong seperti ini.Gong yang telah ditempa belum dapat ditentukan nadanya. Nada gong baru terbentuk setelah dibilas dan dibersihkan. Apabila nadanya masih belum sesuai, gong dikerok sehingga lapisan perunggunya menjadi lebih tipis.











BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Sebagai hasil kebudayaan, Tari Topeng mempunyai nilai hiburan yangmengandung pesan–pesan terselubung, karena unsur – unsur yang terkandungdidalamnya mempunyai arti simbolik yang bila diterjemahkan sangatmenyentuh berbagai aspek kehidupan, sehingga juga mempunyai nilai pendidikan. Variasinya dapat meliputi aspek kehidupan manusia sepertikepribadian, kebijaksanaan, kepemimpinan, cinta bahkan angkara murka sertamenggambarkan perjalanan hidup manusia sejak dilahirkan hingga menginjak dewasa.
Semoga kesenian ini tetap ada karena banyak hal yang bisa kitadapatkan dan pelajari dari tarian ini. kata Sujana Arja, salah seorang maestrotari topeng Cirebon dalam percakapan dengan Kompas belum lama ini. Halitulah yang tetap dicoba oleh tarian topeng Cirebonan sebagai bentuk khaskesenian asli Cirebon. Hingga saat ini,n kesenian itu jatuh bangunmempertahankan keasliannya.
Ironisnya, beberapa aliran atau gaya turunan tari topeng Cirebonhampir punah, bahkan beberapa di antaranya sudah punah. Sebagian senimandari aliran tari topeng Cirebon ada yang mencoba mempertahankannya.Sering kali mereka dianggap kuno. Bahkan, beberapa maestro yang masiheksis, hidupnya pun jauh dari layaknya seorang maestro seni.
B.     KESAN KESAN

Kehujanan, kepanasan,kegundahan,kegalauan,kesedihan,




C.    LAMPIRAN










DAFTAR PUSTAKA



0 comments:

Post a Comment

Monggo Komentarnya. . .