BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Pembinaan kurikulum adalah kegiatan yang mengacu pada usaha untuk
melaksanakan, mempertahankan dan menyempurnakan kurikulum yang telah ada, guna
memperoleh hasil yang maksimal. Pelaksanakan kurikulum sendiri diwujudkan dalam
proses belajar mengajar sesuai dengan prinsip-prinsip dan tuntutan kurikulum
yang dikembangkan sebelumnya bagi pendidikan/ sekolah tertentu.
Dengan demikian,
pembinaan kurikulum di sekolah dilakukan setelah melalui tahap pengembangan
kurikulum atau setelah terbentuknya kurikulum baru.
Pengembangan
kurikulum adalah sebuah siklus yang tidak akan pernah ada titik awal dan akhir.
Sebab, pengembangan kurikulum ini merupakan suatu proses yang bertumpu pada
unsur-unsur dalam kurikulum, yang didalamnya meliputi tujuan, metode, material,
penilaian dan umpan balik ( feed back ).
2.
Rumusan
Masalah
1.
Apa
pengertian dari desain kurikulum ?
2.
Apa
saja Prinsip-prinsip dalam mendesain ?
3.
Apa
saja macam-macam desain kurikulum ?
4.
Apa
saja model-model desain kurikulum ?
5.
Bagaiamana
sifat desain kurikulum ?
6.
Bagaimana
Pendekatan dalam pengembangan kurikulum ?
3.
Tujuan
1.
Untuk
mengetahui pengertian desain kurikulum.
2.
Untuk
mengetahui prinsip-prinsip dalam mendesain.
3.
Untuk
mengetahui macam-macam desain kurikulum.
4.
Untuk
mengetahui model-model desain kurikulum.
5.
Untuk
mengetahui sifat desain kurikulum.
6.
Untuk
mengetahui Pendekatan dalam pengembangan kurikulum.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Desain Kurikulum
[1]Desain berarti suatu proses perencanaan dan seleksi elemen, teknik,
dan prosedur dalam melakukan sesuatu yang mencangkup objek, konsep, dan upaya
untuk mencapai tujuan ( Pratt, 1980: 5 ). Dalam arti umum, desain kurikulum adalah
sebagian dari hasil suatu pemikiran yang mendalam tentang hakikat pendidikan
dan pembelajaran ( Pratt,1980: 16 ). Smith dan Ragan ( 2005 ) merinci
pengertian tersebut bahwa desain merupakan psoes sistematik dan reflektif dalam
menerjemahkan prinsip belajar mengajar ke dalam suatu rancangan pembelajaran
yang mencakup materi intruksional, kegiatan belajar, sumber-sumber belajar dan
sistem evaluasi ( Richeyb et al., 2011: 2 ).
[2]Desain
kurikulum terkait penyusunan elemen atau komponen kurikulum dalam perencanaan
untuk memfasilitasi pengembangan potensi siswa agar mencapai tujuan pendidikan.
Dalam banyak literatur, ada empat komponen pokok desain kurikulum, yaitu : ( 1
). Tujuan ( aims, goals, objectivies ), ( 2 ) mata pelajaran, materi ajar,
kegiatann belajar atau pengalaman belajar, ( 3 ) organisasi atau susunan mata
pelajaran, materi ajar dan kegiatan belajar dan ( 4 ) evaluasi ( Tylor, 1949: 1
; 1976 : 16 ; Schubert, 1986 :169 ; Ornstein & Hunkins, 2013: 151 ). Desain
kurikulum tersebut melibatkan tiga ide utama : filosofis, teoritis, dan
praktis. Filsafat memengaruhi ketiga ide utama tersebut. Ketiganya berpengaruh
pula pada interprestasi dan seleksi tujuan, seleksi dan organisasi konten
kurikulum, keputusan tentang strategi penyampaian konten kurikulum dan
pertimbangan tentang sistem evaluasi keberhasilan kurikulum yang sudah
dilaksanakan.
Sebagai satu sistem,keempat komponen
itu saling bersinergi antara satu komponen dengan komponen yang lain. Artinya,
satu komponen desain terkait komponen lain sehingga jika satu komponen berubah
menyebabkan perubahan pula pada tiga komponen lain. Hal yang sama ditegaskan
Giles ( 1942 ) bahwa keempat komponen itu saling berinteraksi satu sama lain,
keputusan tentang satu komponen tergantung pada keputusan yang diambil tentang
komponen lain ( Ornstein & Hunkins, 1988 : 166 ).
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan
bahwa Desain Kurikulum merupakan suatu pengorganisasian tujuan, isi, serta
proses belajar yang akan diikuti siswa pada berbagai tahap perkembangan
pendidikan. Dalam desain kurikulum akan tergambar unsur-unsur dari kurikulum ,
hubungan antara satu unsur dengan unsur yang lainnya, prinsip-prinsip
pengorganisasian, serta hal-hal yang diperlukan dalam pelaksanaanya.
B.
Prinsip-Prinsip
dalam Mendesain
[3]Saylor ( Hamalik; 2007 ) mengajukan delapan prinsip ketika akan
mendesain kurikulum, prinsip- prinsip tersebut sbb :
1)
Desain
kurikulum harus memudahkan dan mendorong seleksi serta pengembangan semua jenis
pengalaman belajar yang esensial bagi pencapaian prestasi belajar, sesuai
dengan hasil yang diharapkan.
2)
Desain
memuat berbagai pengalaman belajar yang bermakna dalam rangka merealisasikan
tujuan-tujuan pendidikan, khususnya bagi kelompok siswa yang belajar dengan
bimbingan guru
3)
Desain
harus memungkinkan dan menyediakan peluang bagi guru untuk menggunakan
prinsip-prinsip belajar dalam memilih, membimbing, dan mengembangkan berbagai
kegiatan belajar di sekolah.
4)
Desain
harus memungkinkan guru untuk menyesuaikan pengalaman dengan kebutuhann, kapasitas, dan tingkat kematangan siswa.
5)
Desain
harus mendorong guru mempertimbangkan berbagai pengelaman belajar anak yang
diperoleh diluar sekolah dan mengaitkanya dengan kegiatan belajar di sekolah.
6)
Desain
harus menyediakan pengalaman belajar yang berkesinambungan, agar kegiatan
belajar siswa berkembang sejalan dengan pengalaman terdahulu dan terus
berlanjut pada pengalaman berikutnya.
7)
Kurikulum
harus di desain agar dapat membantu siswa mengembangkan watak, kepribadian,
pengalaman, dan nilai-nilai demokrasi yang menjiwai kultur.
8)
Desain
kurikulum harus realistis, layak dan dapat diterima.
C.
Macam-
Macam Desain Kurikulum
1.
Desain
Terpusat Mata Pelajaran ( Subject- Centered Desaigns )
Desain terpusat mata pelajaran
merupakan desain kurikulum yang paling umum dipakai di sekolah. Pada desain
ini, menu pokok kurikulum adalah pengetahuan sebagai konten pertama kurikulum.
Apalagi, buku teks yang menjadi acuan kurikulum sekolah umumnya memuat mata
pelajaran sebagai konten utama. Selain itu, secra historis kurikulum sekolah
bermula dari pengajaran pengetahuan yang diklasifikasikan ke dalam beberapa
mata pelajaran yang terdiri atas beberapa subkategori yaitu sbb :
a)
Desain
mata pelajaran, meruapkan desain tertua dan paling populer di dunia pendidikan
dan masyarakat. Hal ini disebabkan guru dan anggota masyarakat umumnya dididik
di sekolah dengan memakai desain ini. Desain mata pelajaran berasal dari sistem
pendidikan Romawi yang memengaruhi kurikulum pendidikan tinggi di Eropa sampai
Abad pertengahan. Menjelang akhir Abad ke-19, menurut Ballantyne ( 2002 , Panitia X di Amerika Serikat
merekomondasi bahasa Latin, bahasa Inggris, bahasa-bahasa modern, Fisika,
Astronomi, Kimia, Sejarah Alam ( natural history ), sejarah dan
Geografi, sebagai kurikulum inti sekolah menengah di Amerika Serikat ( Brady
& Kennedy, 2007 : 50 ). Dari sejarah singkat di atas terlihat bahwa
pengetahuan yang diajarkan di sekolah berbeda-beda pada waktu yang berbeda
pula, sesuai kebutuhan masyarakat bagi kehidupan mereka.
b)
Desain Displin Ilmu ( The Disciplines
Design ) atau disebut juga kurikulum akademik muncul sesudah Perang Dunia
II. Walau kedua desain mata pelajaran dan desain disiplin sama-sama berisi
pengetahuan, tetapi desain mata pelajaran tidak didasarkan fondasi atau
orientasi keilumuan yang jelas, jika dibandingkan dengan desain displin
akademik, Menurut King dan Brownel ( 1996 ).
c)
Desain
Bidang Luas, adalah suatu variasi dari desain mata pelajaran ( subject-centered
design ). Desain ini merupakan perubahan dari desain tradisonal.
d)
Desain
Korelasi dan Fused Plan, desain ini muncul jika dua displin ilmu, seperti
ekonomi dan geografi, dikorelasikan. Desain ini diperlukan jika kita tidak
ingin menciptakan desain bidang luas, tetapi dirasa perlu mengaitkan dua bidang
studi.
e)
Desain
Kurikulum Integrasi, desain ini memberikan kesempatan pada siswa melatih
keterampilan pemecahan masalah.
f)
Desain
Proses, desain ini mengutamakan prosedur apa saja yang memungkinkan siswa
memperoleh kemampuan menganalisis realita, menciptakan kerangka berpikir dan
tingkah laku intelektual dalam menghasilkan suatu pengetahuan.
2.
Desain
Terpusat Pada siswa
Desain terpusat pada siswa ( learner-centered
desaign ) fokus pada perkembangan individual siswa. Desain ini muncul
sebagai respons terhadap keinginan agar pendidikan fokus pada siswa daripada
mata pelajaran. Variasi desainnya yaitu sbb :
a)
Desain
terpusat kegiatan/pengalaman, teori ini berasal dari teori Rousseau ( 1762,
1911 ) tentang kebutuhan anak atas banyak diskripsi dan keterampilan sehingga
pendidkan perlu memberikan kesempatan kepada anak mengobservasi alam agar anak
belajar dari alam.
b)
Desain
sekolah alternatif, desain ini muncul pada permulaan abad ke-20 yang memicu
para reformer pendidikan melakukan perubahan radikal terhadap sekolah
tradisonal.
c)
Desain
Humanistik, desain ini muncul akibat reaksi atas tekanan yang berlebihan pada
kurikulum berbasis disiplin ilmu. Desain humanistik didasarkan pada psikologi
humanistik dan konsep , Abraham Maslow ( 1962 ).
3.
Desain
Terpusat Masalah
Desain terpusat masalah ( the
problem-centered design ) fokus pada pemecahan masalah kehidupan, individu,
dan sosial. Karena cakupan masalah kehidupan sangat luas, desain ini terdiri
atas berbagai tema, seperti situsai kehidupan yang selalu muncul , masalah
sosial kehidupan umum, masalah kehidupan pemuda,masalah etnis dan masalah
rekontruksi sosial. Tekanan desain ini dibatasi pada tiga desain berikut ini :
a)
Desain
situasi kehidupan, desain ini diajukan Florence Stratemeyer et al ( 1957 ) yang
menyimpulkan bahwa siswa bisa memperoleh pembelajaran yang lebih bermakna jika
yang dipelajarinya itu mirip dengan masalah di masyarakat.
b)
Desain
inti, kurikulum inti didesain untuk menyediakan pendidikan umum bagi semua
siswa terkait masalah kehidupan manusia umumnya. Kekuatan desain ini berkaitan
dengan konten yang bertumpu pada pengalaman nyata siswa sendiri, bukan konten
yang bermuatan pengalman atau keinginan siswa.
c)
Desain
masalah sosial dan rekontruksi, beberapa pendidik percaya kurikulum bisa
membantu perbaikan kehidupan sosial masyarakat untuk mencapai kehidupan masa
depan yang adil. Desain ini berpikir bahwa kurikulum harus membnatu siswa menyesuaikan
diri dengan masyarakat.
D.
Model
Desain Kurikulum
problem
centered design berpangkal pada filsafat yang mengutamakan peranan manusia( man
centered). problem centered design menekankan manusia dalam kesatuan kelompok
yaitu kesejahteraan masyarakat dan menekankan pada perkembangan peserta didik.
Dalam kehidupan
bersama ini manusia menghadapi masalah – masalah yang harus dipecahkan bersama
pula. Mereka berinteraksi, berkooperasi, dalam memecahkan masalah – masalah
sosial yang mereka hadapi untuk
meningkatkan kehidupan mereka, selain itu anak atau siswa adalah yang pertama
dan utama dalam pendidikan, sehingga kurikulum humanistik lebih memberikan
tempat utama kepada siswa. Siswa dipandang sebagai subjek yang menjadi pusat
kegiatan pendidikan, siswa memiliki potensi, kemampuan dan kekuatan untuk
berkembang.
problem
centered design menekankan pada isi maupun perkembangan peserta didik. Minimal
ada dua variasi model desain kurikulum ini, yaitu The Areas Of Living Design,
dan The Core Design.
1.
The
Area Of Living Design
Dalam prosedur
belajar ini tujuan yang bersifat proses ( process objecties) dab yang bersifat
isi (content objectivies) diintegrasikan. Ciri lain yaitu menggunakan
pengalaman dan situasi – situasi dari peserta didik sebagai pembuka jalan dalam
mempelajari bidang – bidang kehidupan.
Desain ini
mempunyai beberapa kelebihan diantaranya :
-
Merupakan
the subject matter design tetapi dalam bentuk yang terintegrasi. Pemisahan
antara subject dihilangkan oleh problema – problema kehidupan sosial.
-
Menyajikan
bahan ajar yang relevvan, untuk memecahkan masalah – masalah dalam kehidupan.
-
Menyajikan
bahan ajar dalam bentuk yang profesional.
-
Motivasi
belajar dari peserta didik.
Adapun kerugian dari desain ini adalah :
-
Penentuan
lingkup dan sekeuens dari bidang – bidang kehidupan yang sangat esensial sangat
sukar.
-
Lemahnya
integrasi kurikulum
-
Desain
ini mengabaikan warisan budaya
2.
The
Core Design
Dalam
mengintegrasikan bahan ajar, mereka memilih mata pelajaran tertentu sebagai
inti (core). Pelajaran lainnya dikembangkan disekitar core tersebut. ,enurut
konsep ini inti – inti bahan ajar dipusatkan pada kebutuhan individual dan
sosial. The Core Design juga disebut The Core Curriculum. Mayoritas memandang
core curriculum sebagai suatu model pendidikan yang memberikan pendidikan umum.
The core
curriculum diberikan guru – guru yang memilikipenguasaan dan berwawasan luas,
bukan spesialis. Di samping memberikan pengetahuan, nilai – nilai dan
keterampilan social, guru – guru tersebut juga memberikan bimbingan terhadap
perkembangan social pribadu peserta didik.
Ada beberapa
variasi desain core curriculum yaitu :
a)
The
separate subject core.
Salah
satu usaha untuk mengatasi keterpisahan antar mata pelajaran, beberapa mata
pelajaran yang dipandan mendasari atau menjadi inti mata pelajaran lainnya
dijadikan core.
b)
The
correlated core.
Model
desain ini pun berkembang dari the separate subjects design, dengan jalan
mengintegrasikan beberapa mata pelajaran yang erat hubungannya.
c)
The
fused core.
Kurikulum
ini juga berpangkal dari separate subjects, pengintegrasiannya bukan hanya
anatara dua atau tiga pelajaran tetapi lebih banyak. Dalam studi ini
dikembangkan tema – tema masalah umum yang dapat diinjau dari berbagai sudut
pandang.
d)
The
actiity/experience core.
Model
desain ini berkembang dari pendidikan progresif dan learner centerd design-
nya, design ini dipusatkan apada minat – minat dan kebutuhan peserta didik.
e)
The
areas of living core.
Desain
model ini berpangkal juga pada pendidikan progresif, tetapi organisasinya
berstruktur dan dirancang sebelumnya. Bentuk desain ini dipandang sebagai core
design yang paling murni dan paling cocok untuk program pendidikan umum.
f)
The
social probelms core.
Model
ini pun merupakan produk dari pendidikan progresif. Dalam beberapa hal mode ini
sama dengan the areas of living core. Perbedaanya terletak pada the areas of
licing core didasarkan atas kegiatan – kegiatan manusia yang universal tetapi
berisi hal yang controversial, sedangan the social problems core didasarkan
atas problrma – problema yng mendasar dan bersifat controversial. The areas of
living core cenderung memelihara dan mempertahankan kondisi yang ada, sedang
the social problems core mencoba memberikan penilaian yang sifatnya kritis dari
sudut sistem nilai social dan pribadi yang berbeda.
E.
Sifat
Desain Kurikulum
Sifat-sifat desain kurikulum antara
lain:[4]
1.
Strategis,
yaitu karena merupakan instrumen yang sangat penting untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional.
2.
Komprehensif,
yang mencakup keseluruhan aspek-aspek kehidupan dan penghidupan masyarakat.
3.
Integratif,
yang mengintegrasikan rencana yang luas, mencakup pengembangan dimensi kualitas
dan kuantitas.
4.
Realistik,
berdasarkan kebutuhan nyata peserta didik dan kebutuhan masyarakat.
5.
Humanistik,
menitikberatkan pada pengembangan sumber daya manusia, baik kuantitatif maupun
kualitatif.
6.
Futuralistik,
mengacu jauh kedepan dalam merencanakan masyarakat yang maju.
7.
Merupakan
bagian integral yang mendukung manajemen pendidikan secara sitematik.
8.
Perencanaan
kurikulum mengacu pada pengembangan kompetensi sesuai dengan standar nasional.
9.
Berdesersifikasi
untuk melayani keragaman peserta didik.
10.
Bersifat
desentralistik, karena dikembangkan oleh daerah sesuai dengan kondisi dan
potensi daerah.
F.
Pendekatan
dalam Pengembangan Kurikulum
1.
Pendekatan
dalam Pengembangan Kurikulum[5]
Menurut Wina Sanjaya[6]
Dilihat dari cakupan pengembangannya apakah curriculum construction atau
curriculum improvement, ada dua pendekatan yang dapat diterapkan dalam
pengembangan kurikulum. Pertama, pendekatan top down atau pendekatan
administratif, yaitu pendekatan dengan sistem komando dari atas ke bawah, dan
kedua adalah pendekatan grass roots, atau pengembangan kurikulum yang diawali
oleh inisiatif dari bawah lalu disebarluaskan pada tingkat atau skala yang
lebih luas, dengan istilah singkat sering dinamakan pengembangan kurikulum dari
bawah ke atas.
1.
Pendekatan
Top Down
Dikatan pendekatan top down, disebabkan pengembangan kurikulum
muncul atas inisiatif para pejabat pendidikan atau para administrator atau dari
para pemegang kebijakan (pejabat) pejabat pendidikan seperti dirjen atau para
kepala kantor Wilayah.[7]
Pendekatan top down bisa dilakukan baik untuk menyusun kurikulum
yang benar-benar baru (curriculum construction) ataupun untuk penyempurnaan
kurikulum yang sudah ada (curriclum improvement). Prosedur kerja atau proses pengembangan
kurikulum model ini dilakukan kira-kira sebagai berikut.
Langkah Pertama, dimulai dengan pembentukan tim pengarah oleh
pejabat pendidikan. Anggota ini terdiri dari para pengawas pendidikan, ahli
kurikulum, para ahli dsiplin ilmu, dan para tokoh dari dunia kera. Tugas tim
ini adalah merumuskan konsep dasar, garis-garis besar kebijakan, menyiapkan
rumusan falsafah, dan tujuan umum pendidikan.
Langkah kedua, adalah menyusun tim atau kelompok kerjauntuk
menjabarkan kebijakan atau rumusan-rumusan yang telah disusun oleh pengarah
tim. Anggota dari kelompok ini adalah para ahli kurikulum, para ahli disiplin
ilmu dari perguruan tinggi, bahkan guru-guru senior yang sudah dianggap
berpengalaman. Tugas dari tim ini yaitu merumuskan tujuan-tujuan yang lebih
operasional dari tujuan-tujuan umum, memilih dan menyusun sequence bahan
pelajaran, memilih strategi pengajaran dan alat atau petunjuk evaluasi, serta
menyusun pedoman-pedoman pelaksanaan kurikulum bagi guru.
Ketiga, apabila kurikulum sudah selesai disusun oleh tim atau
kelompok kerja, selanjutnya hasilnya diserahkan kepada tim perumus untuk dikaji
dan diberi catatan atau direvisi.
Keempat, para administrator selanjutnya memerintahkan kepada setipa
sekolah untuk mengimplementasikan kurikulum yang telah tersusun itu.
Dari langkah-langkah pengembangan seperti di atas, maka tampak
jelas bahwa inisiatif penyempurnaan atau perubahan kurikulum mulai dari
pemegang kebijakan kurikulum, atau para pejabat yang berhubungan dengan
pendidkan, sedangkan tugas guru hanya sebagai pelaksana kurikulum yang telah
ditentukan oleh para pemegang kebijakan. Maka dari itulah, proses pengembangan
degan pendekatantop down dinamakan juga pendekatan dengan sistem komando.
2.
Pendekatan
Grass Roots
Dalam pendekatan ini, inisiatif pengembangan kurikulum dimulai dari
lapangan atau dari guru-guru sebagai implementator, kemudian menyebar pada
lingkungan yng lebih luas, makanya pendekatan ni dinamakan juga pengembangan
kurikulum dari bawah ke atas. Oleh karena sifatnya yang demikian, maka pendekatan
ini lebih banyak digunakan dalam penyempurnaan kurikulum (curriculum
improvement), walaupun dalam skala yang terbatas mungkin juga digunakan dalam
pengembangan kurikulum baru (curriculum construction).
Model ini didasarkan pada dua pandangan pokok, yaitu:
pertama,implementasi kurikulum akan lebh berhasil apabila guru-guru sebagai
pelaksana sudah dari sejak semula terlibat secara langsung dalam pengembangan
kurikulum. Kedua, pengembangan kurikulum bukan hanya melibatkan personel yang
profesional (guru) saja, tetapi siswa, orang tua, dan anggota masyarakat. Dalam
kegiatan pengembangan kurikulum demikian, kerja sama dengan orang tua murid dan
masyarakat sangatlah penting. Kerja sama di antara sesama guru dengan
sendirinya merupakan bagian yang tak terpisahkan dari model ini.
Model grass-roots ini didasarkan atas empat prinsip, yaitu: (a)
kurikulum akan bertambah baik, jika kemampuan profesional guru bertambah baik;
(b) kompetensi guru akan bertambah baik, jika guru terlibat secara pribadi di
dalam merevisi kurikulum; (c) jika guru terlibat dalam merumuskan tujuan yang
ingin dicapai, menyeleksi, mendefinisikan dan memecahkan masalah, mengevaluasi
hasil, maka hasil pengembangan kurikulum akan lebih bermakna; dan (d) hendaknya
di antara guru-guru terjadi kontak langsung sehingga mereka dapat saling
memahami dan mencapai suatu konsensus tentang prinsip-prinsip dasar, tujuan,
dan rencana.
Yang dimaksudkan pendekatan adalah cara kerja dengan menerapkan
strategi dan metode yang tepat dengan mengikuti langkah-langkah pengembangan
yang sistematis agar memperoleh kurikulum yang lebih baik. Setidak-tidaknya ada
4 pendekatan dalam pengembangan kurikulum di antaranya, yaitu: pendekatan
subyek akademik, pendekatan humanistik, pendekatan teknologi, dan pendekatan
rekonstruksi social, Namun disini kami akan menguraikan tiga pendekatan yakni
pendekatan subyek akademik, pendekatan humanistic, dan pendekatan teknologi.
a). Pendekatan Subjek Akademis
Pendekatan ini adalah pendekatan yang tertua, sejak sekolah yang
pertama berdiri kurikulumnya mirip dengan tipe ini. Kurikulum disajikan dalam
bagian-bagian ilmu pengetahuan, mata pelajaran yang di intregasikan.
Ciri-ciri ini berhubungan dengan maksud, metode, organisasi dan
evaluasi. Pendekatan subjek akademis dalam menyusun kurikulum atau program
pendidikan didasarkan pada sistematisasi disiplin ilmu masing-masing.
Para ahli akademis terus mencoba mengembangkan sebuah kurikulum
yang akan melengkapi peserta didik untuk masuk ke dunia pengetahuan,
dengan konsep dasar dan metode untuk
mengamati, hubungan antara sesama, analisis data, dan penarikan kesimpulan.
Pengembangan kurikulum subjek akademis dilakukan dengan cara menetapkan lebih
dahulu mata pelajaran apa yang harus dipelajari peserta didik, yang diperlukan
untuk persiapan pengembangan disiplin ilmu.
Prioritas pendekatan ini adalah mengutamakan sifat perencanaan
program dan juga mengutamakan penguasaan bahan dan proses dalam disiplin ilmu
tertentu.
b). Pendekatan
Humanistik
Kurikulum
ini berpusat pada siswa atau peserta didik (student-centered) dan mengutamakan
perkembangan afektif peserta didik sebagai prasyarat dan sebagai bagian
integral dari proses belajar. Para pendidik humanistic meyakini bahwa
kesejahteraan mental dan emosional peserta didik harus dipandang sentral dalam
kurikulum, agar proses belajar memberikan hasil yang maksimal.
Kurikulum
humanistik mempunyai beberapa karakteristik, berkenaan dengan tujuan, metode,
organisasi isi, dan evaluasi. Menurut para pakar humanis kurikulum berfungsi
menyediakan pengalaman berharga untuk membantu memperlancar perkembangan
pribadi murid. Bagi mereka tujuan pendidikan adalah proses perkembangan pribadi
yang dinamis yang diarahkan pada pertumbuhan, integritas, dan otonomi
kepribadian, sikap yang sehat terhadap diri sendiri, orang lain, dan belajar.
Semua itu merupakan bagian dari cita-cita perkembangan manusia yang
teraktualisasi (self actualizing person).
c). Pendekatan
Teknologis
Dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan bertolak dari
analisis kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu.
Materi yang diajarkan, kriteria evaluasi sukses, dan strategi belajarnya
ditetapkan sesuai dengan analisis tugas (job analysis) tersebut.
Kurikulum sebagai model teknologi pendidikan menekankan pada
penyusunan program pengajaran dengan menggunakan pendekatan sistem. Program
pengajaran ini dapat menggunakan sistem saja, atau juga dengan alat atau media.
Selain itu, dapat juga dipadukan. Dalam konteks kurikulum model teknologi,
teknologi pendidikan mempunyai dua aspek, yakni hardware berupa alat benda
keras seperti proyektor, TV, LCD, radio, dan sebagainya, dan software berupa
teknik penyusunan kurikulum, baik secara mikro maupun makro. Teknologi yang
telah diterapkan adakalanya berupa PPSI atau Prosedur Pengembangan Sitem
Intruksional, pelajaran berprogram dan modul.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Desain kurikulum adalah menyangkut pola pengorganisasian
unsur-unsur atau komponen kurikulum.
Macam-macam desain kurikulun antara lain: Desain terpusat pada
siswa, desain terpusat pada mata pelajaran dan desain terpusat pada masalah.
Dua variasi model desain kurikulum ini, yaitu The Areas Of Living
Design, dan The Core Design
Sifat-sifat desain kurikulum, yaitu strategis, komprehensif,
integratif, realistik, humanistik, futuralistik, Merupakan bagian integral,
perencanaan kurikulum mengacu pada pengembangan kompetensi sesuai dengan
standar nasional, berdesersifikasi untuk melayani keragaman peserta didik,
bersifat desentralistik.
Pendekatan dalam pengembangan kurikulum ada 2 pendekatan yaitu,
pendekatan top down dan pendekatan grass roots. Pada pendekatan grass roots
dicabangkan kembali menjadi 3 pendekatan dalam pengembangan kurikulum di
antaranya, yaitu: pendekatan subyek akademik, pendekatan humanistik, dan pendekatan
teknologi
Daftar pustaka
Ansyar, Mohamad. 2015. Hakikat, fondasi, desain dan pengembangan.
Jakarta : kencana.
Sanjaya, Wina. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Idi, Abdullah. 2007. Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktek.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
[1] Prof.Mohamad Ansyar, Ph.D.,kurikulum ( hakikat, fondasi, desain, dan
pengembangan), (Jakarta : Kencana ), hlm. 261
[3] https://www.google.co.id/amp/s/dhyrahcahayacinta.wordpress.com/2013/04/20/makalah-desain-kurikulum/amp/.
[4] http://makalahekonomiku.blogspot.com/2016/10/desain-kurikulum-dalam-pendidikan.html,
diakses pada tanggal 5 Agustus 2018 pukul 20.50.
[5] http://sunthreetraveller.blogspot.com/2017/03/bab-i-pendahuluan-a.html,
diakses pada tanggal 5 Agustus 2018 pukul 20.40
[6] Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group), hlm. 77
[7] Ibid, hlm. 78
0 comments:
Post a Comment
Monggo Komentarnya. . .