Tuesday, January 16, 2018

Makalah Al-Qur'an dan Al-Hadist



MAKALAH

AL-QUR’AN DAN AL-HADIST

Disusun untuk memenuhi tugas kelompok 3
Mata kuliah Pengantar Studi Islam
Dosen Pengampu : Haliemah Noor Qathrunnada, M. Pd.I








Disusun Oleh :
Anisi
Inez
Sri Amalia
Muhammad Fauzan

PGMI A Semester 1
2017

INSTITUT AGAMA ISLAM BUNGA BANGSA CIREBON

Jl. Widarasari III Tuparev Cirebon Telp./Fax. : {0231} 246215


Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad  SAW yang telah membawa kita semua ke jalan kebenaran yang diridhoi Allah SWT.
   Tujuan kami membuat makalah ini adalah tiada lain untuk memperkaya ilmu pengetahuan kita semua  dan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Studi Islam. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak sekali kekurangannya baik dalam cara penulisan maupun dalam isi.
            Akhir kata kami mengharapkan adanya kritik dan saran atas kekurangan kami dalam penyusunan makalah ini, dan semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna, khususnya bagi kami yang membuat dan umumnya bagi yang membaca makalah ini, dan mudah-mudahan mendapat berkah dari Allah SWT.Amin.


                                                                                                                                                                                                                   Penulis
                                                                                                                       
                                                                                                          Anisi, dkk









Daftar Isi



 







BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG MASALAH
Al-Qur’an adalah kitab suci umat yang diwahyukan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan Malaikat Jibril.Penurunannya sendiri terjadi secara bertahap antara tahun 610 M hingga wafatnya Beliau 632 M. Al-Qur’an diturunkan sebagai mukjizat Nabi Muhammad SAW, yaitu mukjizat yang paling besar dari sekian banyaknya mukjizat  yang pernah ada. Al-Qur’an diturunkan supaya menjadi mukjizat mengembangkan risalah dan menyampaikan apa-apa yang diterimanya dari Allah.Untuk itu, Allah menurunkan Al-Qur’an yang susunan arti hukum-hukum dan pengetahuan yang di bawakannya mengandung unsur-unsur mukjizat.
 Hadits (bahasa arab:حَدِيْث ejaan KBBI: Hadist) adalah perkataan dan perbuatan dari Nabi Muhammad SAW. Hadits sebagai sumber hukum dalam agam Islam memiliki kedudukan kedua pada tingkatan sumber hukum di bawah Al-Qur’an.












 

BAB II

PEMBAHASAN


RUMUSAN MASALAH
1.      Apa pengertian Al-Qur’an ?
2.      Dimana Al-Quran di turunkan ?
3.      Bagaimana Sejarah Perkembangan dan Penulisan Al-Quran ?
4.      Sebutkan Nama-Nama lain dari Al-Quran !
5.      Sebutkan Adab-Adab terhadap Al-Quran !


Secara bahasa (Etimologi) Al-Qur’an merupakan mashdar (kata benda) dari kata kerja Qoro-‘a yang berarti membaca sedangkan secara syari’at (terminologi) Al-Qur’an adalah Kalam Allah ta’ala yang diturunkan kepada Rasul yang menjadi penutup para Nabi-Nya, Muhammad SAW, diawali dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Naas.
$¯RÎ) ß`øtwU $uZø9¨tR y7øn=tã tb#uäöà)ø9$# WxƒÍ\s? ÇËÌÈ 
Allah ta’ala berfirman, “Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Qur’an kepadamu (hai Muhammad) dengan berangsur-angsur. “(Al-Insaan:23)
!$¯RÎ) çm»oYø9tRr& $ºRºuäöè% $wŠÎ/ttã öNä3¯=yè©9 šcqè=É)÷ès? ÇËÈ  
Dan firman-Nya, “Sesungguhnya kami menurunkanyya berupa Al-Qur’an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.”(Yusuf:2)
Allah ta’ala telah menjaga Al-Qur’an yang agung ini dari upaya merubah, menambah, mengurangi atau pun menggantikannya. Allah ta’ala telah menjamin akan menjaganya sebagaimana dalam firman-Nya,
$¯RÎ) ß`øtwU $uZø9¨tR tø.Ïe%!$# $¯RÎ)ur ¼çms9 tbqÝàÏÿ»ptm: ÇÒÈ  
 “Sesungghnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.”(Al-Hijr:9)
Al-Qur’an disampaikan kepada kita secara mutawatir, baik melalui tulisan atau bacaan dari satu generasi ke generasi berikutnya.Dan terpelihara dari perubahan dan pergantian.Sebagaimana telah disebutkan bahwa sedikitpun tidak ada keraguan atas kebenaran dan kepastian isi Al-Qur’an itu, dengan kata lain Al-Qur’an itu benar-benar datang dari Allah SWT.Oleh karena itu hukum-hukm yang terkandung di dalam Al-Qur’an merupakan aturan-aturan yang wajib diikuti oleh manusia sepanjang masa.
Al-Qur’an turun di dua tempat yaitu :
a.       Di Mekkah atau yang disebut ayat Makiyah. Pada umumnya berisikan soal-soal kepercayaan atau ketuhanan, mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, ayat-ayatnya pendek dan ditujukan kepada seluruh ummat. Banyaknya sekitar 2/3 seluruh ayat-ayat Al-Qur’an.
b.      Di Madinah atau yang disebut Ayat Madaniyah. Ayat-ayatnya panjang, berisikan peraturan yang mengatur hubungan sesama manusia mengenai larangan, suruhan, anjuran, hukum-hukum dan syari’at-syari’at, akhlaq, hal-hal mengenai keluarga, masyarakat, pemerintah, perdagangan, hubungan manusia dengan hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, air dan lain sebagainya.
Penulisan ayat-ayat al-Qur'an dilakukan serta diselesaikan oleh Nabi Muhammad yang merupakan seorang Arab, dan Allah yang mengumpulkan serta menyusun bacaan Al-Qur'an supaya kemudian Nabi Muhammad mengikuti bacaan tersebut. Pertanggungjawaban isi Al-Qur'an berada pada Allah, sebab kemurnian dan keaslian Al-Qur'an dijamin oleh Allah. Sementara itu sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa transformasi Al-Qur'an menjadi teks saat ini tidak diselesaikan pada zaman nabi Muhammad, melainkan proses penyusunan Al-Qur'an berlangsung dalam jangka waktu lama sejak masa Khulafaur Rasyidin hingga khalifah Utsman bin Affan.

1.         Masa Nabi Muhammad
Menurut riwayat para ahli tafsir, ketika Nabi Muhammad masih hidup, terdapat beberapa orang yang ditunjuk untuk menulis Al-Qur'an yakni Zaid bin TsabitAli bin Abi TalibMuawiyah bin Abu Sufyan dan Ubay bin Kaab. Media penulisan yang digunakan saat itu berupa pelepah kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit atau daun kayu, pelana, potongan tulang belulang binatang.
2.         Masa Khulafaur Rasyidin
a.      Pemerintahan Abu Bakar
Pada masa kekhalifahan Abu Bakar, terjadi beberapa
pertempuran (dalam perang yang dikenal dengan nama perang Ridda) yang mengakibatkan tewasnya beberapa penghafal Al-Qur'an dalam jumlah yang signifikan. Umar bin Khattab yang saat itu merasa sangat khawatir akan keadaan tersebut lantas meminta kepada Abu Bakar untuk mengumpulkan seluruh tulisan Al-Qur'an yang saat itu tersebar di antara para sahabat. Abu Bakar lantas memerintahkan Zaid bin Tsabit sebagai koordinator pelaksanaan tugas tersebut. Setelah pekerjaan tersebut selesai dan Al-Qur'an tersusun secara rapi dalam satu mushaf, hasilnya diserahkan kepada Abu Bakar.Abu Bakar menyimpan mushaf tersebut hingga wafatnya kemudian mushaf tersebut berpindah kepada Umar sebagai khalifah penerusnya, selanjutnya mushaf dipegang oleh anaknya yakni Hafshah yang juga istri Nabi Muhammad.
b.      Pemerintahan Utsman bin Affan
Pada masa pemerintahan khalifah ke-3 yakni Utsman bin Affan, terdapat keragaman dalam cara pembacaan Al-Qur'an (qira'at) yang disebabkan oleh adanya perbedaan dialek(lahjah) antar suku yang berasal dari daerah berbeda-beda. Hal ini menimbulkan kekhawatiran Utsman sehingga ia mengambil kebijakan untuk membuat sebuah mushaf standar (menyalin mushaf yang dipegang Hafsah) yang ditulis dengan sebuah jenis penulisan yang baku. Standar tersebut, yang kemudian dikenal dengan istilah cara penulisan (rasam) Utsmani yang digunakan hingga saat ini. Bersamaan dengan standardisasi ini, seluruh mushaf yang berbeda dengan standar yang dihasilkan diperintahkan untuk dimusnahkan (dibakar). Dengan proses ini Utsman berhasil mencegah bahaya laten terjadinya perselisihan di antara umat Islam pada masa depan dalam penulisan dan pembacaan Al-Qur'an.
Menurut sebagian ahli tafsir, terdapat banyak istilah dalam berbagai ayat Al-Qur'an yang dianggap merujuk sebagai nama lain Al-Qur'an. Berikut nama-nama lain dari Al-Quran :

·         Al-Kitab (Buku)
·         Al-Furqan (Pembeda benar salah)
·          Adz-Dzikr (Pemberi peringatan)
·         Al-Mau'idhah (Pelajaran/nasihat)
·         Al-Hukm (Peraturan/hukum)
·         Al-Hikmah (Kebijaksanaan)
·         Asy-Syifa (Obat/penyembuh)
·         Al-Huda (Petunjuk)
·         At-Tanzil (Yang diturunkan)
·         Ar-Rahmat (Karunia)
·         Ar-Ruh (Ruh)
·         Al-Bayan (Penerang)
·         Al-Kalam (Ucapan/firman)
·         Al-Busyra (Kabar gembira)
·         An-Nur (Cahaya)
·         Al-Basha'ir (Pedoman)
·         Al-Balagh (Penyampaian/kabar)
·         Al-Qaul (Perkataan/ucapan)



Seorang Muslim yang baik selalu beradab terhadap al-Qur’ân dengan adab-adab yang utama, di antaranya:
1.         Beriman Kepada Al-Quran
Ini adalah adab dan kewajiban terbesar. Beriman kepada al-Qur’ân artinya meyakini segala beritanya, mentaati segala perintahnya, dan meninggalkan segala larangannya. Allah Azza wa Jalla berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا آمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي نَزَّلَ عَلَىٰ رَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي أَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ ۚ وَمَنْ يَكْفُرْ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya. [an-Nisâ’/4:136]
2.      Tilawah
Sesungguhnya membaca al-Qur’ân merupakan salah satu bentuk ibadah yang agung. Banyak sekali ayat-ayat dan hadits-hadits shahîh yang menunjukkan hal ini. Namun sayang, banyak umat Islam di zaman ini yang lalai dengan ibadah ini. Sebagian orang membaca al-Qur’ân, tetapi dengan tergesa-gesa atau dengan cara yang cepat, seolah-olah sedang diburu musuh! Padahal Allah Azza wa Jalla telah memerintahkan kita agar membaca al-Qur’ân dengan tartîl (perlahan-lahan). Allah Azza wa Jalla berfirman:
وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا
Dan bacalah al-Qur`ân itu dengan perlahan-lahan. [al-Muzammil/73:4]
3.      Mempelajari dan Mentadaburi
Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla menurunkan al-Qur’ân antara lain dengan hikmah agar manusia memperhatikan ayat-ayatnya, menyimpulkan ilmunya, dan merenungkan rahasianya. Allah Azza wa Jalla berfirman:
كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ
Ini adalah sebuah kitab yang penuh dengan berkah, Kami turunkan kepadamu supaya mereka memperhatikan ayat-ayat-Nya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran. [Shâd/38:29]
4.      Ittiba’
Setiap orang sangat membutuhkan rahmat Allah Azza wa Jalla . Namun, apa sarana untuk meraih rahmat-Nya? Mengikuti al-Qur’ân itulah cara mendapatkan rahmat Allah Azza wa Jalla , sebagaimana firman-Nya:
وَهَٰذَا كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ فَاتَّبِعُوهُ وَاتَّقُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Dan al-Qur`ân itu adalah kitab yang Kami turunkan, yang diberkati, maka ikutilah ia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat. [al-An’âm/6:155]
5.      Berhukum dengan Al-Quran
Sesungguhnya kewajiban pemimpin umat adalah menghukumi rakyat dengan hukum Allah Azza wa Jalla , yaitu berdasarkan al-Qur’ân dan Sunnah. Dan kewajiban rakyat adalah berhukum kepada hukum Allah Azza wa Jalla .
Allah Azza wa Jalla juga berfirman:
أَفَغَيْرَ اللَّهِ أَبْتَغِي حَكَمًا وَهُوَ الَّذِي أَنْزَلَ إِلَيْكُمُ الْكِتَابَ مُفَصَّلًا ۚ وَالَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَعْلَمُونَ أَنَّهُ مُنَزَّلٌ مِنْ رَبِّكَ بِالْحَقِّ ۖ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِينَ
Maka patutkah aku mencari hakim selain daripada Allah, padahal Dialah yang telah menurunkan kitab (al-Qur’ân) kepada kamu dengan terperinci. Orang-orang yang telah Kami datangkan kitab kepada mereka, mereka mengetahui bahwa al-Qur’ân itu diturunkan dari Rabbmu dengan sebenarnya. Maka janganlah kamu sekali-kali termasuk orang yang ragu-ragu. [al-An’âm/6:114]


Rumusan Masalah
·         Apa Pengertian Hadits ?
·         Sebutkan Struktur Hadits !
·         Sebutkan Klasifikasi Hadits !
·         Apa Pengertian Hadits Qudsi ?
·         Sebutkan Istilah-istilah dalam Ilmu Hadits !



Hadits secara harfiah berarti "berbicara", "perkataan" atau "percakapan". Dalam terminologi Islam (istilah) hadits berarti melaporkan, mencatat sebuah pernyataan dan tingkah laku dari Nabi Muhammad.
Menurut istilah ulama ahli hadits, hadits yaitu apa yang diriwayatkan dari Nabi, baik berupa perkataan, perbuatan, ketetapannya (Arabتقريرtranslit. taqrīr), sifat jasmani atau sifat akhlak, perjalanan setelah diangkat sebagai Nabi sehingga arti hadits di sini semakna dengan sunnah.
Kata hadits yang mengalami perluasan makna sehingga disinonimkan dengan Sunnah, maka pada saat ini bisa berarti segala perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan maupun persetujuan dari Nabi Muhammad S.A.W yang dijadikan ketetapan ataupun hukum. Kata hadits itu sendiri adalah bukan kata infinitif, maka kata tersebut adalah kata benda.
Secara struktur hadits terdiri atas dua komponen utama yakni sanad/isnad (rantai penutur) dan matan (redaksi).
a.       Sanad
Sanad ialah rantai penutur/rawi (periwayat) hadits. Rawi adalah masing-masing orang yang menyampaikan hadits tersebut. yang perlu dicermati dalam memahami hadits terkait dengan sanadnya ialah :

·         Keutuhan sanadnya
·         Jumlahnya
·         Perawi akhirnya


Rawi
Rawi adalah orang-orang yang menyampaikan suatu hadits. Sifat-sifat rawi yang ideal adalah:

·         Bukan pendusta atau tidak dituduh sebagai pendusta
·         Tidak banyak salahnya
·         Teliti
·         Tidak fasik
·         Tidak dikenal sebagai orang yang ragu-ragu (peragu)
·         Bukan ahli bid'ah
·         Kuat ingatannya (hafalannya)
·         Tidak sering bertentangan dengan rawi-rawi yang kuat
·         Sekurangnya dikenal oleh dua orang ahli hadits pada jamannya.

b.       Matan
Matan ialah redaksi dari hadits, dari contoh sebelumnya maka matan hadits bersangkutan ialah:
"Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sehingga ia cinta untuk saudaranya apa yang ia cinta untuk dirinya sendiri"
Terkait dengan matan atau redaksi, maka yang perlu dicermati dalam mamahami hadits ialah:
·         Ujung sanad sebagai sumber redaksi, apakah berujung pada Nabi Muhammad atau bukan,
·         Matan hadits itu sendiri dalam hubungannya dengan hadits lain yang lebih kuat sanadnya (apakah ada yang melemahkan atau menguatkan) dan selanjutnya dengan ayat dalam Al Quran (apakah ada yang bertolak belakang).
Hadits dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria yakni bermulanya ujung sanad, keutuhan rantai sanad, jumlah penutur (rawi) serta tingkat keaslian hadits (dapat diterima atau tidaknya hadits bersangkutan).
§  Berdasarkan ujung sanad
Berdasarkan klasifikasi ini hadits dibagi menjadi 3 golongan yakni Marfu (terangkat), mauquf (terhenti) dan maqthu’:

·         Hadits Marfu’ adalah hadits yang sanadnya berujung langsung pada Nabi Muhammad S.A.W 
·         Hadits Mauquf adalah hadits yang sanadnya terhenti pada para sahabat nabi tanpa ada tanda-tanda baik secara perkataan maupun perbuatan yang menunjukkan derajat marfu'.
·         Hadits Maqthu’ adalah hadits yang sanadnya berujung pada para tabi'in (penerus) atau sebawahnya.
§  Berdasarkan keutuhan rantai/lapisan sanad
Berdasarkan klasifikasi ini hadits terbagi menjadi beberapa golongan yakni MusnadMursalMunqathi’Mu’allaqMu’dlal dan Mudallas. Keutuhan rantai sanad maksudnya ialah setiap penutur pada tiap tingkatan dimungkinkan secara waktu dan kondisi untuk mendengar dari penutur di atasnya.
·         Hadits Musnad. Sebuah hadits tergolong musnad apabila urutan sanad yang dimiliki hadits tersebut tidak terpotong pada bagian tertentu.
·         Hadits Mursal, bila penutur 1 tidak dijumpai atau dengan kata lain seorang tabi'in menisbatkan langsung kepada Rasulullah S.A.W
·         Hadits Munqathi’, bila sanad putus pada salah satu penutur, atau pada dua penutur yang tidak berturutan, selain shahabi.
·         Hadits Mu’dlal, bila sanad terputus pada dua generasi penutur berturut-turut.
·         Hadits Mu’allaq, bila sanad terputus pada penutur 5 hingga penutur 1, alias tidak ada sanadnya.
·         Hadits Mudallas, bila salah satu rawi mengatakan "..si A berkata .." atau "Hadits ini dari si A.." tanpa ada kejelasan "..kepada saya.."; yakni tidak tegas menunjukkan bahwa hadits itu disampaikan kepadanya secara langsung.
§  Berdasarkan jumlah penutur
Jumlah penutur yang dimaksud adalah jumlah penutur dalam tiap tingkatan dari sanad, atau ketersediaan beberapa jalur berbeda yang menjadi sanad hadits tersebut. Berdasarkan klasifikasi ini hadits dibagi atas hadits mutawatir dan hadits ahad.
·         Hadits Mutawatir, adalah hadits yang diriwayatkan oleh sekelompok orang dari beberapa sanad dan tidak terdapat kemungkinan bahwa mereka semua sepakat untuk berdusta bersama akan hal itu. Jadi hadits mutawatir memiliki beberapa sanad dan jumlah penutur pada tiap lapisan generasi (thaqabah) berimbang.
·         Hadits Ahad, hadits yang diriwayatkan oleh sekelompok orang namun tidak mencapai tingkatan mutawatir. Hadits ahad kemudian dibedakan atas tiga jenis antara lain :
o     Gharib, bila hanya terdapat satu jalur sanad (pada salah satu lapisan terdapat hanya satu penutur, meski pada lapisan lain mungkin terdapat banyak penutur)
o     Aziz, bila terdapat dua jalur sanad (dua penutur pada salah satu lapisan, pada lapisan lain lebih banyak)
o     Masyhur, bila terdapat lebih dari dua jalur sanad (tiga atau lebih penutur pada salah satu lapisan, dan pada lapisan lain lebih banyak) namun tidak mencapai derajat mutawatir. Dinamai juga hadits mustafidl.
§  Berdasarkan Tingkat Keaslian
Kategorisasi tingkat keaslian hadits adalah klasifikasi yang paling penting dan merupakan kesimpulan terhadap tingkat penerimaan atau penolakan terhadap hadits tersebut. Tingkatan hadits pada klasifikasi ini terbagi menjadi 4 tingkat yakni shahih, hasan, dla'if dan maudlu'.
·            Hadits Sahih, yakni tingkatan tertinggi penerimaan pada suatu hadits.
·            Hadits Hasan, bila hadits yang tersebut sanadnya bersambung, namun ada sedikit kelemahan pada rawi(-rawi)nya.
·            Hadits Dhaif (lemah), ialah hadits yang sanadnya tidak bersambung (dapat berupa hadits mauquf, maqthu’, mursal, mu’allaq, mudallas, munqathi’ atau mu’dlal), atau diriwayatkan oleh orang yang tidak adil atau tidak kuat ingatannya, atau mengandung kejanggalan atau cacat.
·         Hadits Maudlu’, bila hadits dicurigai palsu atau buatan karena dalam rantai sanadnya dijumpai penutur yang dikenal sebagai pendusta.

Hadits qudsi ialah hadits yang berisi perkataan Rasulullah S.A.W mengenai firman Allah yang diwahyukan secara langsung. Makna hadits ini berasal dari Allah, akan tetapi—berbeda dengan Alquran--, kata-katanya adalah kata-kata Rasulullah. Hadits qudsi ini, sebagian, kemudian disampaikan kepada sahabat-sahabat Rasul yang tertentu. Karenanya, tingkat kesahihan hadits qudsi ini serupa dengan hadits yang lain-lain, dan diukur dengan cara yang serupa pula di atas.
Berdasarkan siapa yang meriwayatkan, terdapat beberapa istilah yang dijumpai pada ilmu hadits antara lain:
·         Muttafaq Alaih (disepakati atasnya) yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari sumber sahabat yang sama, dikenal dengan hadits Bukhari dan Muslim
·         As-Sab'ah berarti tujuh perawi yaitu: Imam AhmadImam BukhariImam MuslimImam Abu DaudImam TurmudziImam Nasa'i dan Imam Ibnu Majah
·         As-Sittah maksudnya enam perawi yakni mereka yang tersebut di atas selain Ahmad bin Hambal (Imam Ibnu Majah)
·         Al-Khamsah maksudnya lima perawi yaitu mereka yang tersebut di atas selain Imam Bukhari dan Imam Muslim
·         Al-Arba'ah maksudnya empat perawi yaitu mereka yang tersebut di atas selain Ahmad, Imam Bukhari dan Imam Muslim
·         Ats-Tsalatsah maksudnya tiga perawi yaitu mereka yang tersebut di atas selain Ahmad, Imam Bukhari, Imam Muslim dan Ibnu Majah.






Prof. DR. Rosihon Anwar, M.Ag, dkk. 2011. Pengantar Studi Islam. Bandung: CV. Pustaka Setia

Wikipedia. 2017. Al-Quran. https://id.wikipedia.org/wiki/Al-Qur%27an.
Ustadz Abu Isma’il Muslim al-Atsrai. 2012. Adab Terhadap Al-Quran. https://almanhaj.or.id/3401-adab-terhadap-al-quran.html

Wikipedia. 2017. Hadits. https://id.wikipedia.org/wiki/Hadits.

0 comments:

Post a Comment

Monggo Komentarnya. . .