Tuesday, January 16, 2018

Asal Usul Kura Belawa



KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur Kami panjatkan kehadirat Alloh SWT. Yang mana telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga Kami dapat menyusun laporan hasil observasi ini tepat pada waktunya. Kami senang karena dapat menyajikan laporan ini kepada para pembaca, meskipun laporan ini Kami susun untuk memenuhi tugas Observasi Mata Kuliah Filsafat Umum, namun Kami juga berharap laporan ini dapat membantu Kami dan pembaca agar mengetahui lebih lanjut mengenai ‘KEADAAN WISATA Kura-kura Belawa, Desa Belawa Kecamatan Lemahabang Kabupaten Cirebon’ yang mana akan menjadi topik persembahan Kami kali ini. Namun Kami menyadari, laporan ini tidak akan tersusun dan terselesaikan dengan baik tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu Kami ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada :  Bapak Iffan Ahmad Ghufron, M.Phil selaku Dosen Filsafat Umum yang telah menugaskan observasi ini kepada Kami; Bapak Yanto selaku pemandu yang bersedia menjadi narasumber untuk memberikan informasi seputar Kura-kura Belawa;  Bapak dan Ibu selaku orang tua yang telah memberikan dukungan besar baik berupa material maupun spiritual; Dan teman-teman yang telah memberikan banyak informasi dan masukan, juga kepada semua pihak yang tidak bisa Kami sebutkan satu persatu.
Saran dan kritik dari pembaca sangat Kami harapkan untuk perbaikan laporan observasi ini, karena Kami menyadari bahwa laporan observasi ini masih banyak terdapat kekurangan.
Semoga laporan ini memberi manfaat bagi para pembaca semuanya. Aamiin. Terimakasih.


Lemahabang, 1 Januari 2018


Penulis



BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
Kura belawa termasuk jenis ikan berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009, ikan adalah segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan. Luasnya pengertian ikan tersebut menunjukan bahwa berbagai macam kategori hewan dapat dikategorikan ikan, antara lain: Pisces (ikan bersirip), Crustacea (udang, rajungan, kepiting, dan sebagainya), Mollusca (kerang, tiram, cumi-cumi, dan sebagainya), Coelenterata (ubur-ubur dan sebagainya), Echinodermata (tripang, bulu babi, dan sebagainya), Amphibia (kodok, dan sebagainya), Reptilia (buaya, penyu, kura-kura, biawak, ular air, dan sebagainya), Mammalia (paus, lumba-lumba, pesut, duyung, dan sebagainya), Algae (rumput laut, tumbuh-tumbuhan lainnya yang hidup di dalam air), serta biota perairan lainnya yang ada kaitannya dengan jenis-jenis tersebut di atas.
Berdasarkan pengertian tersebut kura belawa dapat dikategorikan sebagai jenis ikan dalam kelas Reptilia.
Kura belawa termasuk kelompok Amyda biasa disebut dengan kura-kura, labi-labi, atau bulus. Ciri khas kura belawa dari labi-labi umumnya adalah ketika usia dewasa tempurungnya menjadi cekung membentuk  seperti parit. Labi-labi jenis tersebut sampai saat ini hanya dapat ditemukan di  Desa Belawa sehingga diyakini labi-labi tersebut merupakan hewan endemik. Keputusan Bupati Cirebon Nomor 522.51/SK.29-PEREK/1993 tentang Penetapan Identitas Flora dan Fauna Kabupaten Cirebon dan Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, maka kura belawa diresmikan menjadi hewan identitas Kabupaten Cirebon.
B.   PERTANYAAN-PERTANYAAN

C.   TUJUAN OBSERVASI
Tujuan dari dilakukan penelitian tentang Wisata Kura-kura Belawa yang bertempat di Desa Belawa, Kecamatan Lemahabang Kabupaten Cirebon yaitu :
1.        Untuk mengetahui Asal Usul Kura Belawa;
2.        Untuk mengetahui Kondisi  Wisata Kura Belawa;
3.        Untuk mengetahui daya tarik sekaligus kekurangan mengenai Wisata Kura Belawa.

D.  PELAKSANAAN OBSERVASI
Observasi ini Kami lakukan dengan keterangan sebagai berikut :
I.          Lokasi Observasi
Lokasi observasi adalah Wisata Kura Belawa yang berada di Desa Belawa, Kecamatan Lemahabang Kabupaten Cirebon.
II.       Waktu Observasi
Waktu pengamatan sekitar pukul 13.30 WIB sampai dengan 15.35 WIB , dilakukan pada Hari Rabu, tanggal 27 Desember 2017 yaitu setelah perkuliahan selesai.
III.     Cara Kerja
Kami melakukan pengamatan langsung di Lapangan dan melakukan wawancara langsung dengan pemandu Wisata Kura Belawa.
E.   RUMUSAN MASALAH
-    Bagaimana kondisi Wisata Kura Belawa?
-    Mengapa Wisata Kura Belawa masih sepi dikunjungi?









BAB II
PEMBAHASAN
A.  Profil Desa Belawa
Desa Belawa merupakan salah satu desa di kecamatan Lemahabang, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat. Desa Belawa mempunyai luas wilayah 484,485 Ha dengan jumlah penduduk 5.313 jiwa dan kepadatan penduduk 1.097,73 jiwa/km2. Sebagian besar mata pencaharian penduduk Desa Belawa adalah bertani. Jarak dari Desa Belawa ke IbuKota Kabupaten Cirebon adalah sejauh 32,1 km.
Desa Belawa mempunyai batas wilayah sebelah Utara dengan Desa Gumulung Tonggoh, sebelah Selatan dengan Desa Panongan Lor, sebelah Timur dengan Desa Cipeujeuh Kulon, dan sebelah Barat dengan Desa Wangkelang. Desa Belawa menjadi desa yang menarik wisatawan, karena pada desa tersebut terdapat Taman Wisata Konservasi kura Belawa yang masih diusulkan menjadi Kawasan Konservasi.
B.   Sejarah Kura-Kura Belawa
Kisah dari Kura-kura Belawa ini dimulai dari jaman dikala Islam baru masuk ke ranah jawa, dan tersebutlah disebuah desa sebuah keluarga yang dikaruniai seorang anak laki-laki tetapi dalam kondisi yang berbeda dengan anak lainnya.
Joko Saliwah adalah nama yang diberikan oleh kedua orang tuanya dan nama Joko Saliwah sendiri mempunyai arti seorang laki-laki yang berbeda (kelainan) dan yang membedakan dirinya dengan orang kebanyakan adalah wajahnya yang belang, tidak detail jelas tentang seperti apa belangnya, tetapi hal itu cukup membuat minder dan beban berat baik bagi keluarganya terlebih bagi si Joko Saliwah sendiri.
Sudah banyak cara diusahakan demi kesembuhan si Joko Saliwah, hingga akhirnya orang tua Joko Saliwah mendapatkan referensi untuk membawa si Joko Saliwah menemui seorang bijak yang dikenal dengan nama Syeh Datuk Putih, pada sebuah surau kecil di desa Belawa yang cukup jauh dari rumah tinggalnya.
Namun dengan motivasi dan sugesti yang kuat berangkatlah Joko Saliwah dan ayahnya menemui si bijak dengan naik turun gunung dan bukit, menembus belantara hutan dan berkompromi dengan cuaca, demi sebuah harapan untuk bisa sembuh dan hidup sebagaimana orang lain.
Begitu sampai di surau kecil itu, mereka disambut dengan ramah dan terbuka, sang ayah segera menceritakan tentang beban yang ditanggung oleh anaknya dengan belang diwajahnya, sang ayah memohon untuk bisa disembuhkan, namun dengan bijak sang kiai berucap bahwa segala sesuatu itu diciptakan dengan sebuah alasan, namun kelahiran seorang bayi bukan merupakan kutukan atau tanggungan beban dari dosa dan kesalahan orang tuanya, tuhan maha kasih dan maha mengetahui tentang segala apa yang diciptakan.
Banyak wejangan dan nasehat yang memotivasi si Joko Saliwah selama menjalani hidup di surau tersebut, sehingga secara sadar dan ikhlas si Joko Saliwah menyatakan diri bersahadat, oleh karenanya setelah sah memeluk Islam, si Joko Saliwah disuruh untuk belajar dan mendalami ilmu agama serta baca kitab suci alqur’an secara rutin dan khidmat.
Pada kenyataannya si Joko Saliwah adalah bocah yang cerdas dan giat, sehingga tak butuh waktu lama bagi dia untuk bisa lancar membaca alqur’an dan bahkan sudah khatam berulang kali, tetapi harapan untuk sembuh dari wajah belangnya tidak terlupakan.
Hingga pada suatu saat dimana kegalauan melanda, si Joko Saliwah terjebak dalam rasa yang menyeret dia pada sebuah pemikiran, bahwa ternyata semua yang dia jalani dan semua yang dia pelajari selama ini, ternyata bahkan tidak mampu membuat wajahnya normal seperti orang lain.
Hingga ketika khilaf menguasai emosinya, secara kalap si Joko Saliwah merobek-robek alqur’an yang sedang dipegangnya hingga menjadi perca-perca kecil yang bertebaran kemana-mana terhembus angin.
Di titik kesadaranya pulih kembali, siJoko Saliwah sangat menyesal dan segera secepatnya mengambil wudhu di sumur tersebut untuk bersujud memohon ampun kepada tuhan, ketika air sumur itu membasuh wajahnya, saat itulah mukjizat terjadi, wajah belangnya tidak ada lagi, dia kini berwajah sama dengan orang lain.
Si Joko Saliwah sangat bersyukur dan berulang kali bercermin kedalam bias air dari sumur tempat dia ambil wudhu’ seakan tidak percaya dengan keajaiban yang baru saja dia alami, namun kemudian dia sadar bahwa dia harus mengumpulkan kembali sobekan-sobekan alqur’an yang telah tersebar itu untuk kemudian dirawatnya, namun tak satupun dia temukan kembali, karena malah yang dia temukan adalah sebentuk binatang-binatang kecil dalam kolam kecil sekitarnya, binatang yang sebelumnya tidak ada di kolam tersebut, binatang itulah yang kemudian dia sebut sebagai quro (dari kata qur’an).
Sejak saat itulah kura-kura tersebut menjadi binatang yang dihormati karena mereka meyakini bahwa kura-kura tersebut berasal dari sobekan-sobekan kertas kitab suci.
Begitu pula dengan sumur yang kemudian disebut sebagai pamuruyan (tempat bercermin), mereka meyakini bahwa air sumur tersebut telah diberk ati oleh tuhan sehingga bisa melunturkan belang dari wajah si Joko Saliwah.
Kemudian batu tempat si Joko Saliwah mengaji dan sholat itupun terjaga hingga kini untuk tidak boleh dirusak, bahkan di injak sekalipun karena mereka yakin bahwa batu itu masih bagian dari alqur’an sehingga disakralkan.
Namun kelanjutan kisah tentang si Joko Saliwah kemudian tidak jelas,sangat mungkin jika dilihat dari rekam jejaknya si Joko Saliwah menjadi tokoh agama di tempat ia tinggal.
Sebenarnya masih ada sumur lain dilokasi itu yang juga dikeramatkan, dan keduanya berada tepat dibawah dua pohon besar, yang secara nyata adalah sebuah celah dari akar pohon tersebut, namun bagaimana posisi kedua sumur tersebut dalam kisah si Joko Saliwah masih merupakan misteri.
Apapun yang menjadi keyakinan dari siapapun tentu ada karifan dan filosofi kebaikan yang menjunjung nilai luhur sebuah interkasi, baik terhadap sesama manusia, kepada kekuatan diluar diri, ataupun kepada mahluk lain, karena yang jadi penting adalah upaya menyeimbangkannya... dan biasa kita sebut sebagai Memayu Hayuning Bawono..
C.   Tentang Kura Belawa
1.        Taksonomi
Kingdom               : Animalia
Filum                     : Chordata
Sub Filum              : Vertebrata
Kelas                     : Reptilia
Ordo                      : Testudines
Familia                  : Trionychidae
Genus                    : Amyda
Spesies                  : Amyda cartilaginea, Boddaert, 1770
Nama Inggris         : Asiatic Softshell Turtle
Nama Lokal                       : Kura Belawa, Labi-labi, Bulus



2.        Anatomi
Kepala berbentuk bulat, bermata kecil, lubang hidung berada di ujung belalai yang menjulang kecil dan pendek. Leher panjang, sehingga kepala dapat menjangkau sekurangnya setengah diameter tempurung. Tempurung lunak relatif oval membundar ditutupi kulit tebal yang lunak dan licin dengan bintil-bintil dan lipatan rendah memanjang yang halus dan terputus-putus.
Bentuk tempurung (karapas) yang cekung bergelombang pada usia dewasa menjadi ciri khas kura belawa yang membedakan dengan jenis Amyda spp lainnya, sehingga diyakini oleh masyarakat dan pemerintah Cirebon bahwa kura belawa adalah biota endemik Desa Belawa.
Kura belawa termasuk hewan yang menunjukan dimorfisme seksual, warna bagian dada (plastron) pada kura belawa dewasa jika berwarnakan keputihan menandakan jantan, sedangkan berwarna abu-abu kegelapan menandakan betina.
Kaki tungkai depan dan belakang berselaput penuh, memiliki kuku cakar yang kuat dan runcing pada kaki tungkai depan. Sisi bagian bawah kura belawa dewasa memiliki warna bervariasi mulai dari hitam, abu-abu, hingga kecoklatan. Sedangkan kura belawa dengan umur yang lebih muda memiliki bintik-bintik kekuningan terang atau buram. Kulit pada sisi bagian bawah tubuh halus licin keputihan.
3.        Habitat
Kura belawa hidup di dua habitat, dalam air dan di darat. Sebagian besar siklus hidup kura belawa berada di dalam air, karena itu kura belawa termasuk kedalam jenis ikan.
4.        Sebaran
Kura belawa adalah hewan endemik Cirebon. Salah satu habitat alami kura belawa di pulau Jawa hanya berada di Desa Belawa, Kecamatan Lemahabang Kabupaten Cirebon. Letaknya sekitar 20 Kilometer dari Kota Cirebon.
5.        Reproduksi
Perkembanganbiakan kura belawa dilakukan di darat dengan membuat  lubang di tepi perairan. Kura belawa bereproduksi secara bertekur dengan ukuran diameter telur antara 21 sampai 33 mm. Sekali bertelur dalam satu lubang terdapat 4 sampai 8 butir. Masyarakat sekitar menduga bahwa kondisi air yang semakin buruk menjadi salah satu penyebab angka reproduksi kura belawa semakin menurun.
6.        Perilaku
Kura belawa adalah hewan nokturnal yang aktif di malam hari. Termasuk hewan omnivora dengan kebiasaan memangsa ikan kecil, serangga air, udang, katak, dan hewan-hewan kecil lainnya. Masyarakat sekitar sering memberi makan daging ayam, ikan rucah, dan singkong kepada kura belawa.
7.        Status Konservasi
Kura belawa termasuk dalam Appendiks II CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora), yaitu daftar di dalam CITES yang membuat jenis-jenis yang dapat menjadi terancam punah apabila perdagangan internasionalnya tidak dikendalikan.
IUCN (International Union for Conservation of Nature) memasukan kura belawa ke dalam kelompok Red List yang berstatus Vulnerable (rentan).
Kura belawa termasuk hewan yang dilestarikan dalam kearifan lokal oleh sebuah mitos masyarakat setempat, ia tidak dapat dibawa ke luar daerah Desa Belawa. Apabila ada yang mencoba membawa keluar dari Desa Belawa, maka orang yang bersangkutan akan mendapatkan musibah. Mitos ini cukup efektif untuk menjaga kelestarian kura belawa untuk tetap di habitatnya.
8.        Kematian Masal
Pada bulan Februari dan Maret 2010 terjadi kematian masal pada kura belawa yang memiliki berat kurang lebih 50 kg sehingga jumlah kura belawa yang tersisa di kolam Taman Konservasi sebanyak 37 ekor. Kematian tersebut diperkirakan akibat adanya serangan bakteri Edwardsiella tarda dan Aeromonas veronii.
D.  WISATA Kura Belawa
Taman Wisata Kura Belawa merupakan kawasan konservasi yang berada di tanah Desa Belawa seluas 2000 m2. Di lokasi tersebut sudah terbentuk kelompok pemerhati kura belawa, salah satunya adalah Kelompok Kuya Asih Mandiri yang merupakan kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) binaan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Cirebon, serta Kelompok Penggerak Pariwisata binaan Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Cirebon.
Di Taman Wisata Kura Belawa terdapat Museum yang di dalamnya terdapat display awetan kura belawa yang telah mati, kemudian diletakkan dalam akuarium kaca tertutup dan diletakkan di dalam ruangan semi indoor berkolam.
Selain museum, di Taman Wisata Kura Belawa juga terdapat kolam pemeliharaan kura belawa dewasa berukuran kurang lebih 630 m2, kolam pemeliharaan tukik, serta ruang penetasan telur.
E.   Program Kerja Sama
Tahun
Kerja Sama
2010





2011
Loka PSPL Serang menyelenggarakan Focus Group Discussion mengenai Fasilitasi Penetapan Status Perlindungan Kura Belawa di Cirebon serta perencanaan renovasi TWKB
Loka PSPL Serang bekerja sama dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Cirebon memalui upaya konservasi pada Taman Wisata Kura Belawa (TWKB) sebagai habitat asli, berencana akan memindahkan fasilitas MCK yang ada di dalam kawasan TWKB ke luar TWKB. Fasilitas MCK terdahulu diduga menjadi penyebab kematian masal, karena limbah cucian mengalir ke kolam pemeliharaan kura belawa.




2012
Loka PSPL Serang merenovasi fisik TWKB, antara lain:
a.       Membuat fasilitas MCK dan tempat wudhu di luar kawasan TWKB;
b.      Perbaikan kolam pemerliharaan kura belawa serta dindingnya;
c.       Pemisahan saluran kolam pemeliharaan dan saluran pembuangan limbah.



2013
Pertamina melalui dana CSR bekerjasama dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Cirebon melakukan penataan TWKB khususnya kolam pemeliharaan utama.
Loka PSPL Serang menyusun buku “Kura Belawa (Amyda cartilaginea)” sebagai bahan publikasi.

F.    DATA KURA BELAWA TAHUN 2010-2013
Umur Kura Belawa
Pada Tahun
2010
2011
2012
2013
Dewasa Produktif
26
21
37
37
Remaja
-
12
14
14
Tukik Umur 1-2 tahun
49
14
75
75
Tukik Umur 0-1 tahun
17
40
-
125
Reproduksi:
a.       Telur
8
105
187
260
b.      Menetas
-
19
96
125
c.       Hidup
-
14
75
120
Pada Bulan Februari – Maret 2010 terjadi kematian masal pada kura belawa yang memiliki berat ± 50 kg. Kematian tersebut diperkirakan akibat serangan infeksi bakteri Edwardsiella tarda dan Aeromonas veronii.

G.  Fasilitas dan Akomodasi
Fasilitas yang disediakan di Wisata Alam Curug Ceheng antara lain  :
1.        Loket tiket
Loket tempat pembayaran tiket berada di sebelah kiri gerbang pintu masuk. Untuk bisa masuk ke area Taman Wisata Kura Belawa kita tidak perlu merogoh kocek terlalu dalam. Kita hanya perlu membayar Rp. 3000,-/ orang, dan itu sudah termasuk biaya parkir kendaraan.
2.        Area parkir
Area parkir disini cukup luas dan sudah dijamin aman, karena bertempat di dalam lokasi wisata juga berdekatan dengan loket pembayaran tiket.
3.        Kolam pemeliharaan kura belawa yang berusia sudah dewasa, kolam pemeliharaan kura belawa berusia 1-5 tahun, kolam pemeliharaan kura belawa berusia 1-11 bulan, kolam pemeliharaan kura belawa berusia 1-4 minggu, ruang penetasan telur kura belawa, serta museum kura belawa yang sudah mati.
4.        Di Taman Wisata Kura Belawa juga terdapat sumur pamuruyan yang konon bila kita melihat kedalam sumur tersebut dan melihat kura yang berwarna putih, maka kita akan mendapatkan rizki yang tidak terduga-duga, ataupun bila kita seorang penjual maka dagangan kita cepat laris dan maju, atau bila mempunyai penyakit, maka penyakit itu akan sembuh total.
5.        Ada juga batu pasujudan, yang mana batu pasujudan ini adalah tempat bersujudnya syekh Datuk Putih.
6.        Di Taman Wisata Kura Belawa juga terdapat ruang Sekretariat Kuya Asih Mandiri, yang mana diruangan itu kita bisa menanyakan seputar Taman Wisata Kura Belawa ini.
Juga disamping ruang Sekretariat itu ada tempat untuk beristirahat bagi pengunjung, yang mana telah disediakan warung yang berada disampingnya.
7.        Mushola yang lokasinya sebelah Utara kolam pemeliharaan kura belawa usia dewasa.
8.        Toilet dan WC disediakan di samping Mushola.
H.  DAYA TARIK WISATA KURA BELAWA
Dari banyak tempat wisata, wisata kura belawa memiliki daya tarik tersendiri yang menjadi alasan wisata ini untuk dikunjungi antara lain :
1.        Harga tiket yang terjangkau Harga yang dibayar untuk bisa menikmati suasana wisata kura belawa tidak lebih dari 3.000 per orangnya.
2.        Perjalanan yang melewati Safana dan persawahan Inilah salah satu kelebihan dari wisata kura belawa. Saat perjalanan Kita akan melewati persawahan penduduk yang hijau dan sangat sedap di mata.
3.        Udara yang sangat segar. Karena berada di dataran tinggi juga tidak ada polusi sehingga udara disini terjaga kebersihannya.
4.        Suasana yang masih sangat alami. Ini karena Wisata Kura Belawa terletak di pedesaan sehingga masih sangat alami dan jauh dari polusi pabrik dan yang lainnya.
5.        Adanya pemandu wisata yang dapat memberikan informasi terkait wisata kura belawa.
6.        Adanya buku tentang seluk beluk wisata belawa yang dapat kita baca.
I.     KEKURANGAN DARI WISATA KURA BELAWA
Selain kelebihan, Wisata Kura Belawa inipun memiliki kekurangan antara lain :
1.        Buku panduan tidak terawat sehingga cover dan isinya sudah pada sobek;
2.        Dari pintu masuk hingga lokasi wisata saat itu kami tidak melihat adanya tempat sampah, sehingga saat tiba di lokasi kami mendapati seunggukan sampah anorganik berada di semak-semak.
3.        Tingkat keamanan parkir yang masih kurang. Dibuktikan dengan tidak adanya petugas yang berada di lokasi.
4.        Beberapa fasilitas yang sudah tidak terawat lagi seperti Mushola dan WC.
5.        Hanya terdapat satu warung saja didalam area wisata.
6.        Kurang pedulinya pemerintah kabupaten Cirebon terhadap wisata kura belawa ini.
J.     FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KURANGNYA PENGUNJUNG WISATA KURA BELAWA.
Keunikan kura-kura yang ada di wisata kura belawa tidak perlu diragukan lagi, namun sayang Wisata Kura Belawa ini masih sepi dikunjungi. Inilah faktor yang mempengaruhi kurangnya pengunjung di Wisata Kura Belawa:
1.        Karena letaknya yang cukup pelosok, membuat wisata ini susah untuk dicari.
2.        Fasilitas yang masih minim.
3.        Tidak terawatnya fasilitas-fasilitas yang sudah ada.
4.        Hanya terdapat curug sebagai wisata utama.
5.        Kurangnya sosialisasi tentang wisata kura belawa sehingga banyak masyarakat diluar kota yang tidak tahu.
6.        Kurangnya rambu-rambu penunjuk jalan menuju wisata kura belawa dan tak jarang banyak pengunjung yang kesasar.
7.        Tingkat keamanan parkir yang masih kurang. Dibuktikan dengan tidak adanya petugas yang berada di lokasi.
8.        Jarang sekali ada angkutan desa yang menuju Wisata Kura Belawa.








BAB III
PENUTUP
A.  KESIMPULAN
Alam yang sangat indah dan mempesona tidak akan ada gunanya jika tidak dirawat dengan baik. Maka minat pengunjung harus di tarik dengan keunikan lainnya agar ramai dikunjungi. Perawatan dan pelestarianpun harus terus dilaksanakan baik dari alam maupun fasilitas-fasilitas yang sudah ada. Lebih baik menggunakan kendaraan pribadi, Karena Wisata Kura Belawa terletak di tengah-tengah pedesaan, akses transportasi disini masih minim seperti angkutan pedesaan.
B.   KESAN-KESAN

C.   SARAN
Untuk membuat pengunjung tertarik, dari pihak pengurus wisata harusnya lebih giat mempromosikan wisatanya, seperti memasang banner dijalan raya, iklan di media sosial atau yang lainnya. Bukan hanya itu, fasilitas yang sudah adapun harus benar-benar diperbaiki dan dirawat. Agar pengunjung tidak bosan, alangkah baiknya alam yang sudah ada dimanfaatkan secara positif untuk menambah wahana seperti fasilitas untuk outbond, rapling dan lain-lain. Keamanan disinipun harus jauh lebih ditingkatkan lagi agar pengunjung merasa nyaman dan aman berada disana.















BAB IV
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Pintu Masuk Objek Wisata Belawa
Pintu Gerbang Objek Wisata Kura Belawa
Loket


                   Sekretariat Kuya Asih Mandiri
Lahan Parkir
Kantin

Ruang Penetasan
Ruang Penangkaran Kura-kura usia 1 bulan-1 tahun
Kolam Kura-kura usia remaja
Kolam Kura-kura usia Dewasa



Sumur Pamuruyan
Batu Pasujudan



Poto bersama Narasumber


Poto Kura-kura usia 1 bulan
Poto Kura-kura usia Dewasa



Poto Museum
Poto-poto lainnya
DAFTAR PUSTAKA

1 comment:

Monggo Komentarnya. . .