KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur Kami panjatkan
kehadirat Alloh SWT. Yang mana telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya
sehingga Kami dapat menyusun laporan hasil observasi ini tepat pada waktunya.
Kami senang karena dapat menyajikan laporan ini kepada para pembaca, meskipun
laporan ini Kami susun untuk memenuhi tugas Observasi Mata Kuliah Filsafat
Umum, namun Kami juga berharap laporan ini dapat membantu Kami dan pembaca agar
mengetahui lebih lanjut mengenai ‘KEADAAN WISATA Kura-kura Belawa, Desa Belawa
Kecamatan Lemahabang Kabupaten Cirebon’ yang mana akan menjadi topik
persembahan Kami kali ini. Namun Kami menyadari, laporan ini tidak akan
tersusun dan terselesaikan dengan baik tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu Kami ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada :
Bapak Iffan Ahmad Ghufron, M.Phil selaku Dosen Filsafat Umum yang telah
menugaskan observasi ini kepada Kami; Bapak Yanto selaku pemandu yang bersedia
menjadi narasumber untuk memberikan informasi seputar Kura-kura Belawa; Bapak dan Ibu selaku orang tua yang telah
memberikan dukungan besar baik berupa material maupun spiritual; Dan
teman-teman yang telah memberikan banyak informasi dan masukan, juga kepada
semua pihak yang tidak bisa Kami sebutkan satu persatu.
Saran dan kritik dari pembaca sangat
Kami harapkan untuk perbaikan laporan observasi ini, karena Kami menyadari
bahwa laporan observasi ini masih banyak terdapat kekurangan.
Semoga laporan ini memberi manfaat
bagi para pembaca semuanya. Aamiin. Terimakasih.
Lemahabang, 1
Januari 2018
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kura belawa
termasuk jenis ikan berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 dan
Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009, ikan adalah segala jenis organisme yang
seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan.
Luasnya pengertian ikan tersebut menunjukan bahwa berbagai macam kategori hewan
dapat dikategorikan ikan, antara lain: Pisces (ikan bersirip), Crustacea
(udang, rajungan, kepiting, dan sebagainya), Mollusca (kerang, tiram,
cumi-cumi, dan sebagainya), Coelenterata (ubur-ubur dan sebagainya), Echinodermata
(tripang, bulu babi, dan sebagainya), Amphibia (kodok, dan sebagainya), Reptilia
(buaya, penyu, kura-kura, biawak, ular air, dan sebagainya), Mammalia
(paus, lumba-lumba, pesut, duyung, dan sebagainya), Algae (rumput laut,
tumbuh-tumbuhan lainnya yang hidup di dalam air), serta biota perairan lainnya
yang ada kaitannya dengan jenis-jenis tersebut di atas.
Berdasarkan
pengertian tersebut kura belawa dapat dikategorikan sebagai jenis ikan dalam
kelas Reptilia.
Kura belawa
termasuk kelompok Amyda biasa disebut dengan kura-kura, labi-labi, atau bulus.
Ciri khas kura belawa dari labi-labi umumnya adalah ketika usia dewasa
tempurungnya menjadi cekung membentuk
seperti parit. Labi-labi jenis tersebut sampai saat ini hanya dapat
ditemukan di Desa Belawa sehingga
diyakini labi-labi tersebut merupakan hewan endemik. Keputusan Bupati Cirebon
Nomor 522.51/SK.29-PEREK/1993 tentang Penetapan Identitas Flora dan Fauna
Kabupaten Cirebon dan Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Kawasan Lindung, maka kura belawa diresmikan menjadi hewan identitas Kabupaten
Cirebon.
B.
PERTANYAAN-PERTANYAAN
C.
TUJUAN
OBSERVASI
Tujuan dari dilakukan penelitian
tentang Wisata Kura-kura Belawa yang bertempat di Desa Belawa, Kecamatan
Lemahabang Kabupaten Cirebon yaitu :
1.
Untuk
mengetahui Asal Usul Kura Belawa;
2.
Untuk
mengetahui Kondisi Wisata Kura Belawa;
3.
Untuk
mengetahui daya tarik sekaligus kekurangan mengenai Wisata Kura Belawa.
D. PELAKSANAAN OBSERVASI
Observasi ini Kami lakukan dengan
keterangan sebagai berikut :
I.
Lokasi
Observasi
Lokasi observasi adalah Wisata Kura
Belawa yang berada di Desa Belawa, Kecamatan Lemahabang Kabupaten Cirebon.
II.
Waktu Observasi
Waktu pengamatan sekitar pukul 13.30
WIB sampai dengan 15.35 WIB , dilakukan pada Hari Rabu, tanggal 27 Desember
2017 yaitu setelah perkuliahan selesai.
III.
Cara Kerja
Kami melakukan pengamatan langsung
di Lapangan dan melakukan wawancara langsung dengan pemandu Wisata Kura Belawa.
E.
RUMUSAN MASALAH
-
Bagaimana kondisi Wisata Kura Belawa?
-
Mengapa Wisata Kura Belawa masih sepi dikunjungi?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Profil Desa Belawa
Desa Belawa merupakan salah satu
desa di kecamatan Lemahabang, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat. Desa
Belawa mempunyai luas wilayah 484,485 Ha dengan jumlah penduduk 5.313 jiwa dan
kepadatan penduduk 1.097,73 jiwa/km2. Sebagian besar mata
pencaharian penduduk Desa Belawa adalah bertani. Jarak dari Desa Belawa ke
IbuKota Kabupaten Cirebon adalah sejauh 32,1 km.
Desa Belawa mempunyai batas wilayah
sebelah Utara dengan Desa Gumulung Tonggoh, sebelah Selatan dengan Desa
Panongan Lor, sebelah Timur dengan Desa Cipeujeuh Kulon, dan sebelah Barat dengan
Desa Wangkelang. Desa Belawa menjadi desa yang menarik wisatawan, karena pada
desa tersebut terdapat Taman Wisata Konservasi kura Belawa yang masih diusulkan
menjadi Kawasan Konservasi.
B.
Sejarah
Kura-Kura Belawa
Kisah dari Kura-kura Belawa ini
dimulai dari jaman dikala Islam baru masuk ke ranah jawa, dan tersebutlah
disebuah desa sebuah keluarga yang dikaruniai seorang anak laki-laki tetapi
dalam kondisi yang berbeda dengan anak lainnya.
Joko Saliwah adalah nama yang
diberikan oleh kedua orang tuanya dan nama Joko Saliwah sendiri mempunyai arti
seorang laki-laki yang berbeda (kelainan) dan yang membedakan dirinya dengan
orang kebanyakan adalah wajahnya yang belang, tidak detail jelas tentang
seperti apa belangnya, tetapi hal itu cukup membuat minder dan beban berat baik
bagi keluarganya terlebih bagi si Joko Saliwah sendiri.
Sudah banyak cara diusahakan demi
kesembuhan si Joko Saliwah, hingga akhirnya orang tua Joko Saliwah mendapatkan
referensi untuk membawa si Joko Saliwah menemui seorang bijak yang dikenal
dengan nama Syeh Datuk Putih, pada sebuah surau kecil di desa Belawa yang cukup
jauh dari rumah tinggalnya.
Namun dengan motivasi dan sugesti
yang kuat berangkatlah Joko Saliwah dan ayahnya menemui si bijak dengan naik
turun gunung dan bukit, menembus belantara hutan dan berkompromi dengan cuaca,
demi sebuah harapan untuk bisa sembuh dan hidup sebagaimana orang lain.
Begitu sampai di surau kecil itu,
mereka disambut dengan ramah dan terbuka, sang ayah segera menceritakan tentang
beban yang ditanggung oleh anaknya dengan belang diwajahnya, sang ayah memohon
untuk bisa disembuhkan, namun dengan bijak sang kiai berucap bahwa segala
sesuatu itu diciptakan dengan sebuah alasan, namun kelahiran seorang bayi bukan
merupakan kutukan atau tanggungan beban dari dosa dan kesalahan orang tuanya,
tuhan maha kasih dan maha mengetahui tentang segala apa yang diciptakan.
Banyak wejangan dan nasehat yang
memotivasi si Joko Saliwah selama menjalani hidup di surau tersebut, sehingga
secara sadar dan ikhlas si Joko Saliwah menyatakan diri bersahadat, oleh
karenanya setelah sah memeluk Islam, si Joko Saliwah disuruh untuk belajar dan
mendalami ilmu agama serta baca kitab suci alqur’an secara rutin dan khidmat.
Pada kenyataannya si Joko Saliwah
adalah bocah yang cerdas dan giat, sehingga tak butuh waktu lama bagi dia untuk
bisa lancar membaca alqur’an dan bahkan sudah khatam berulang kali, tetapi
harapan untuk sembuh dari wajah belangnya tidak terlupakan.
Hingga pada suatu saat dimana
kegalauan melanda, si Joko Saliwah terjebak dalam rasa yang menyeret dia pada
sebuah pemikiran, bahwa ternyata semua yang dia jalani dan semua yang dia
pelajari selama ini, ternyata bahkan tidak mampu membuat wajahnya normal
seperti orang lain.
Hingga ketika khilaf menguasai
emosinya, secara kalap si Joko Saliwah merobek-robek alqur’an yang sedang
dipegangnya hingga menjadi perca-perca kecil yang bertebaran kemana-mana
terhembus angin.
Di titik kesadaranya pulih kembali,
siJoko Saliwah sangat menyesal dan segera secepatnya mengambil wudhu di sumur tersebut
untuk bersujud memohon ampun kepada tuhan, ketika air sumur itu membasuh
wajahnya, saat itulah mukjizat terjadi, wajah belangnya tidak ada lagi, dia
kini berwajah sama dengan orang lain.
Si Joko Saliwah sangat bersyukur dan
berulang kali bercermin kedalam bias air dari sumur tempat dia ambil wudhu’
seakan tidak percaya dengan keajaiban yang baru saja dia alami, namun kemudian
dia sadar bahwa dia harus mengumpulkan kembali sobekan-sobekan alqur’an yang
telah tersebar itu untuk kemudian dirawatnya, namun tak satupun dia temukan
kembali, karena malah yang dia temukan adalah sebentuk binatang-binatang kecil
dalam kolam kecil sekitarnya, binatang yang sebelumnya tidak ada di kolam
tersebut, binatang itulah yang kemudian dia sebut sebagai quro (dari kata qur’an).
Sejak saat itulah kura-kura tersebut
menjadi binatang yang dihormati karena mereka meyakini bahwa kura-kura tersebut
berasal dari sobekan-sobekan kertas kitab suci.
Begitu pula dengan sumur yang
kemudian disebut sebagai pamuruyan (tempat bercermin), mereka meyakini bahwa
air sumur tersebut telah diberk ati oleh tuhan sehingga bisa melunturkan belang
dari wajah si Joko Saliwah.
Kemudian batu tempat si Joko Saliwah
mengaji dan sholat itupun terjaga hingga kini untuk tidak boleh dirusak, bahkan
di injak sekalipun karena mereka yakin bahwa batu itu masih bagian dari
alqur’an sehingga disakralkan.
Namun kelanjutan kisah tentang si
Joko Saliwah kemudian tidak jelas,sangat mungkin jika dilihat dari rekam
jejaknya si Joko Saliwah menjadi tokoh agama di tempat ia tinggal.
Sebenarnya masih ada sumur lain
dilokasi itu yang juga dikeramatkan, dan keduanya berada tepat dibawah dua
pohon besar, yang secara nyata adalah sebuah celah dari akar pohon tersebut,
namun bagaimana posisi kedua sumur tersebut dalam kisah si Joko Saliwah masih
merupakan misteri.
Apapun yang menjadi keyakinan dari
siapapun tentu ada karifan dan filosofi kebaikan yang menjunjung nilai luhur
sebuah interkasi, baik terhadap sesama manusia, kepada kekuatan diluar diri,
ataupun kepada mahluk lain, karena yang jadi penting adalah upaya
menyeimbangkannya... dan biasa kita sebut sebagai Memayu Hayuning Bawono..
C.
Tentang Kura
Belawa
1.
Taksonomi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub
Filum : Vertebrata
Kelas : Reptilia
Ordo : Testudines
Familia : Trionychidae
Genus : Amyda
Spesies : Amyda cartilaginea,
Boddaert, 1770
Nama
Inggris : Asiatic Softshell Turtle
Nama
Lokal : Kura Belawa,
Labi-labi, Bulus
2.
Anatomi
Kepala berbentuk bulat, bermata
kecil, lubang hidung berada di ujung belalai yang menjulang kecil dan pendek.
Leher panjang, sehingga kepala dapat menjangkau sekurangnya setengah diameter
tempurung. Tempurung lunak relatif oval membundar ditutupi kulit tebal yang
lunak dan licin dengan bintil-bintil dan lipatan rendah memanjang yang halus
dan terputus-putus.
Bentuk tempurung (karapas) yang
cekung bergelombang pada usia dewasa menjadi ciri khas kura belawa yang
membedakan dengan jenis Amyda spp lainnya, sehingga diyakini oleh masyarakat
dan pemerintah Cirebon bahwa kura belawa adalah biota endemik Desa Belawa.
Kura belawa termasuk hewan yang
menunjukan dimorfisme seksual, warna bagian dada (plastron) pada kura belawa
dewasa jika berwarnakan keputihan menandakan jantan, sedangkan berwarna abu-abu
kegelapan menandakan betina.
Kaki tungkai depan dan belakang
berselaput penuh, memiliki kuku cakar yang kuat dan runcing pada kaki tungkai
depan. Sisi bagian bawah kura belawa dewasa memiliki warna bervariasi mulai
dari hitam, abu-abu, hingga kecoklatan. Sedangkan kura belawa dengan umur yang
lebih muda memiliki bintik-bintik kekuningan terang atau buram. Kulit pada sisi
bagian bawah tubuh halus licin keputihan.
3.
Habitat
Kura belawa hidup di dua habitat,
dalam air dan di darat. Sebagian besar siklus hidup kura belawa berada di dalam
air, karena itu kura belawa termasuk kedalam jenis ikan.
4.
Sebaran
Kura belawa adalah hewan endemik
Cirebon. Salah satu habitat alami kura belawa di pulau Jawa hanya berada di
Desa Belawa, Kecamatan Lemahabang Kabupaten Cirebon. Letaknya sekitar 20
Kilometer dari Kota Cirebon.
5.
Reproduksi
Perkembanganbiakan kura belawa
dilakukan di darat dengan membuat lubang
di tepi perairan. Kura belawa bereproduksi secara bertekur dengan ukuran
diameter telur antara 21 sampai 33 mm. Sekali bertelur dalam satu lubang
terdapat 4 sampai 8 butir. Masyarakat sekitar menduga bahwa kondisi air yang
semakin buruk menjadi salah satu penyebab angka reproduksi kura belawa semakin
menurun.
6.
Perilaku
Kura belawa adalah hewan nokturnal
yang aktif di malam hari. Termasuk hewan omnivora dengan kebiasaan memangsa
ikan kecil, serangga air, udang, katak, dan hewan-hewan kecil lainnya.
Masyarakat sekitar sering memberi makan daging ayam, ikan rucah, dan singkong
kepada kura belawa.
7.
Status
Konservasi
Kura belawa termasuk dalam Appendiks
II CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna
and Flora), yaitu daftar di dalam CITES yang membuat jenis-jenis yang dapat
menjadi terancam punah apabila perdagangan internasionalnya tidak dikendalikan.
IUCN (International Union for
Conservation of Nature) memasukan kura belawa ke dalam kelompok Red List yang
berstatus Vulnerable (rentan).
Kura belawa termasuk hewan yang
dilestarikan dalam kearifan lokal oleh sebuah mitos masyarakat setempat, ia
tidak dapat dibawa ke luar daerah Desa Belawa. Apabila ada yang mencoba membawa
keluar dari Desa Belawa, maka orang yang bersangkutan akan mendapatkan musibah.
Mitos ini cukup efektif untuk menjaga kelestarian kura belawa untuk tetap di
habitatnya.
8.
Kematian Masal
Pada bulan Februari dan Maret 2010
terjadi kematian masal pada kura belawa yang memiliki berat kurang lebih 50 kg
sehingga jumlah kura belawa yang tersisa di kolam Taman Konservasi sebanyak 37
ekor. Kematian tersebut diperkirakan akibat adanya serangan bakteri Edwardsiella
tarda dan Aeromonas veronii.
D. WISATA Kura Belawa
Taman Wisata Kura Belawa merupakan
kawasan konservasi yang berada di tanah Desa Belawa seluas 2000 m2.
Di lokasi tersebut sudah terbentuk kelompok pemerhati kura belawa, salah
satunya adalah Kelompok Kuya Asih Mandiri yang merupakan kelompok Masyarakat
Pengawas (Pokmaswas) binaan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Cirebon,
serta Kelompok Penggerak Pariwisata binaan Dinas Kebudayaan, Pariwisata,
Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Cirebon.
Di Taman Wisata Kura Belawa terdapat
Museum yang di dalamnya terdapat display awetan kura belawa yang telah
mati, kemudian diletakkan dalam akuarium kaca tertutup dan diletakkan di dalam
ruangan semi indoor berkolam.
Selain museum, di Taman Wisata Kura
Belawa juga terdapat kolam pemeliharaan kura belawa dewasa berukuran kurang
lebih 630 m2, kolam pemeliharaan tukik, serta ruang penetasan telur.
E.
Program Kerja
Sama
Tahun
|
Kerja Sama
|
2010
|
|
2011
|
Loka PSPL Serang menyelenggarakan Focus Group Discussion mengenai
Fasilitasi Penetapan Status Perlindungan Kura Belawa di Cirebon serta
perencanaan renovasi TWKB
|
Loka PSPL Serang bekerja sama dengan Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Cirebon memalui upaya konservasi pada Taman Wisata Kura Belawa
(TWKB) sebagai habitat asli, berencana akan memindahkan fasilitas MCK yang
ada di dalam kawasan TWKB ke luar TWKB. Fasilitas MCK terdahulu diduga
menjadi penyebab kematian masal, karena limbah cucian mengalir ke kolam
pemeliharaan kura belawa.
|
|
2012
|
Loka PSPL Serang merenovasi fisik TWKB, antara lain:
a.
Membuat
fasilitas MCK dan tempat wudhu di luar kawasan TWKB;
b.
Perbaikan
kolam pemerliharaan kura belawa serta dindingnya;
c.
Pemisahan
saluran kolam pemeliharaan dan saluran pembuangan limbah.
|
2013
|
Pertamina melalui dana CSR bekerjasama dengan Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten Cirebon melakukan penataan TWKB khususnya kolam
pemeliharaan utama.
|
Loka PSPL Serang menyusun buku “Kura Belawa (Amyda cartilaginea)”
sebagai bahan publikasi.
|
F.
DATA KURA
BELAWA TAHUN 2010-2013
Umur Kura Belawa
|
Pada Tahun
|
|||
2010
|
2011
|
2012
|
2013
|
|
Dewasa Produktif
|
26
|
21
|
37
|
37
|
Remaja
|
-
|
12
|
14
|
14
|
Tukik Umur
1-2 tahun
|
49
|
14
|
75
|
75
|
Tukik Umur
0-1 tahun
|
17
|
40
|
-
|
125
|
Reproduksi:
|
||||
a.
Telur
|
8
|
105
|
187
|
260
|
b.
Menetas
|
-
|
19
|
96
|
125
|
c.
Hidup
|
-
|
14
|
75
|
120
|
Pada Bulan Februari – Maret 2010 terjadi kematian masal pada kura
belawa yang memiliki berat ± 50 kg. Kematian tersebut diperkirakan akibat
serangan infeksi bakteri Edwardsiella tarda dan Aeromonas veronii.
|
G. Fasilitas dan Akomodasi
Fasilitas yang disediakan di Wisata
Alam Curug Ceheng antara lain :
1.
Loket tiket
Loket tempat pembayaran tiket berada
di sebelah kiri gerbang pintu masuk. Untuk bisa masuk ke area Taman Wisata Kura
Belawa kita tidak perlu merogoh kocek terlalu dalam. Kita hanya perlu membayar
Rp. 3000,-/ orang, dan itu sudah termasuk biaya parkir kendaraan.
2.
Area parkir
Area parkir disini cukup luas dan
sudah dijamin aman, karena bertempat di dalam lokasi wisata juga berdekatan
dengan loket pembayaran tiket.
3.
Kolam
pemeliharaan kura belawa yang berusia sudah dewasa, kolam pemeliharaan kura
belawa berusia 1-5 tahun, kolam pemeliharaan kura belawa berusia 1-11 bulan,
kolam pemeliharaan kura belawa berusia 1-4 minggu, ruang penetasan telur kura
belawa, serta museum kura belawa yang sudah mati.
4.
Di Taman Wisata
Kura Belawa juga terdapat sumur pamuruyan yang konon bila kita melihat kedalam
sumur tersebut dan melihat kura yang berwarna putih, maka kita akan mendapatkan
rizki yang tidak terduga-duga, ataupun bila kita seorang penjual maka dagangan
kita cepat laris dan maju, atau bila mempunyai penyakit, maka penyakit itu akan
sembuh total.
5.
Ada juga batu
pasujudan, yang mana batu pasujudan ini adalah tempat bersujudnya syekh Datuk
Putih.
6.
Di Taman Wisata
Kura Belawa juga terdapat ruang Sekretariat Kuya Asih Mandiri, yang mana
diruangan itu kita bisa menanyakan seputar Taman Wisata Kura Belawa ini.
Juga
disamping ruang Sekretariat itu ada tempat untuk beristirahat bagi pengunjung,
yang mana telah disediakan warung yang berada disampingnya.
7.
Mushola yang
lokasinya sebelah Utara kolam pemeliharaan kura belawa usia dewasa.
8.
Toilet dan WC
disediakan di samping Mushola.
H. DAYA TARIK WISATA KURA BELAWA
Dari banyak tempat wisata, wisata
kura belawa memiliki daya tarik tersendiri yang menjadi alasan wisata ini untuk
dikunjungi antara lain :
1.
Harga tiket
yang terjangkau Harga yang dibayar untuk bisa menikmati suasana wisata kura
belawa tidak lebih dari 3.000 per orangnya.
2.
Perjalanan yang
melewati Safana dan persawahan Inilah salah satu kelebihan dari wisata kura
belawa. Saat perjalanan Kita akan melewati persawahan penduduk yang hijau dan
sangat sedap di mata.
3.
Udara yang
sangat segar. Karena berada di dataran tinggi juga tidak ada polusi sehingga
udara disini terjaga kebersihannya.
4.
Suasana yang
masih sangat alami. Ini karena Wisata Kura Belawa terletak di pedesaan sehingga
masih sangat alami dan jauh dari polusi pabrik dan yang lainnya.
5.
Adanya pemandu
wisata yang dapat memberikan informasi terkait wisata kura belawa.
6.
Adanya buku
tentang seluk beluk wisata belawa yang dapat kita baca.
I.
KEKURANGAN DARI
WISATA KURA BELAWA
Selain kelebihan, Wisata Kura Belawa
inipun memiliki kekurangan antara lain :
1.
Buku panduan
tidak terawat sehingga cover dan isinya sudah pada sobek;
2.
Dari pintu
masuk hingga lokasi wisata saat itu kami tidak melihat adanya tempat sampah, sehingga
saat tiba di lokasi kami mendapati seunggukan sampah anorganik berada di
semak-semak.
3.
Tingkat
keamanan parkir yang masih kurang. Dibuktikan dengan tidak adanya petugas yang
berada di lokasi.
4.
Beberapa
fasilitas yang sudah tidak terawat lagi seperti Mushola dan WC.
5.
Hanya terdapat
satu warung saja didalam area wisata.
6.
Kurang
pedulinya pemerintah kabupaten Cirebon terhadap wisata kura belawa ini.
J.
FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KURANGNYA PENGUNJUNG WISATA KURA BELAWA.
Keunikan kura-kura yang ada di
wisata kura belawa tidak perlu diragukan lagi, namun sayang Wisata Kura Belawa
ini masih sepi dikunjungi. Inilah faktor yang mempengaruhi kurangnya pengunjung
di Wisata Kura Belawa:
1.
Karena letaknya
yang cukup pelosok, membuat wisata ini susah untuk dicari.
2.
Fasilitas yang
masih minim.
3.
Tidak
terawatnya fasilitas-fasilitas yang sudah ada.
4.
Hanya terdapat
curug sebagai wisata utama.
5.
Kurangnya
sosialisasi tentang wisata kura belawa sehingga banyak masyarakat diluar kota
yang tidak tahu.
6.
Kurangnya
rambu-rambu penunjuk jalan menuju wisata kura belawa dan tak jarang banyak
pengunjung yang kesasar.
7.
Tingkat
keamanan parkir yang masih kurang. Dibuktikan dengan tidak adanya petugas yang
berada di lokasi.
8.
Jarang sekali
ada angkutan desa yang menuju Wisata Kura Belawa.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Alam yang sangat indah dan mempesona
tidak akan ada gunanya jika tidak dirawat dengan baik. Maka minat pengunjung
harus di tarik dengan keunikan lainnya agar ramai dikunjungi. Perawatan dan
pelestarianpun harus terus dilaksanakan baik dari alam maupun
fasilitas-fasilitas yang sudah ada. Lebih baik menggunakan kendaraan pribadi,
Karena Wisata Kura Belawa terletak di tengah-tengah pedesaan, akses
transportasi disini masih minim seperti angkutan pedesaan.
B.
KESAN-KESAN
C.
SARAN
Untuk membuat pengunjung tertarik,
dari pihak pengurus wisata harusnya lebih giat mempromosikan wisatanya, seperti
memasang banner dijalan raya, iklan di media sosial atau yang lainnya. Bukan
hanya itu, fasilitas yang sudah adapun harus benar-benar diperbaiki dan
dirawat. Agar pengunjung tidak bosan, alangkah baiknya alam yang sudah ada
dimanfaatkan secara positif untuk menambah wahana seperti fasilitas untuk
outbond, rapling dan lain-lain. Keamanan disinipun harus jauh lebih
ditingkatkan lagi agar pengunjung merasa nyaman dan aman berada disana.
BAB IV
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Pintu Masuk Objek Wisata Belawa
Pintu Gerbang Objek Wisata Kura Belawa
Loket
Sekretariat
Kuya Asih Mandiri
Lahan Parkir
Kantin
Ruang Penetasan
Ruang Penangkaran Kura-kura usia 1 bulan-1 tahun
Kolam Kura-kura usia remaja
Kolam Kura-kura usia Dewasa
Sumur Pamuruyan
Batu Pasujudan
Poto bersama Narasumber
Poto Kura-kura usia 1 bulan
Poto Kura-kura
usia Dewasa
Poto Museum
Poto-poto lainnya
DAFTAR PUSTAKA
Kayak yang kenal nih tulisan. Wkwkwkwk
ReplyDelete