Tuesday, October 2, 2018

Makalah Pendekatan Pembelajaran IPA di SD/MI


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Dalam era globalisasi atau zaman dimana dunia menyatu perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam sebagai dasar dan penunjang penemuan teknologi baru bersifat dinamis dan makin lama makin cepat.Perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam yang terjadi 20 tahun terakhir jauh melebihi perkembangan dalam seluruh waktu sebelumnya.Oleh sebab itu dalam mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam jangan hanya menggunakan satu dua pendekatan, tetapi gunakan berbagai pendekatan yang sesuai bagi berbagai pokok bahasan. Pendekatan pembelajaran yang digunakan berperan penting dalam menentukan berhasil-tidaknya proses belajar yang diinginkan. Pendekatan dalam pembelajaran merupakan proses mengalami untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik. Dalam mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam dapat digunakan berbagai pendekatan.
Dalamkegiatanbelajarmengajarsangatdiperlukannyainteraksiantara guru danmurid yang memilikitujuan. Agar tujuaninidapattercapaisesuaidengan target dari guru itusendiri, makasangatlahperluterjadiinteraksipositif yang terjadiantara guru danmurid. Dalaminteraksiini, sangatperlubagi guru untukmembuatinteraksiantarakeduabelahpihakberjalandenganmenyenangkandantidakmembosankan. Hal iniselain agar mencapai target dari guru itusendiri, siswajugamenjadimenyenangkandalamkegiatanbelajarmengajar, sertalebihmerasabersahabatdengan guru yang mengajar.Sehinggadalam  mengajardiperlukanpendekatandalampembelajaran.
1.2       Rumusan Masalah
1.   Apa pengertian Pendekatan Pembelajaran IPA di SD/MI?
2.    Apa saja macam-macam Pendekatan dalam Pembelajaran IPA di SD/MI?
3.    Apa tujuan Pendekatan dalam Pembelajaran IPA di SD/MI?

1.3       Tujuan Masalah
1.    Untuk mengetahui pendekatan dalam pembelajaran IPA di SD/MI
2.    Untuk mengetahui macam-macam pendekatan dalam Pembelajaran IPA di SD/MI
3.    Untuk mengetahui tujuanpendekatan dalam pembelajaran IPA di S
BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Pendekatan Pembelajaran
Menurut DR. Wina Sanjaya, M.Pd dalam bukunya Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum.
Menurut Drs. Asep Jihad, M.Pd dan Dr. Abdul Haris, M.Sc dalam bukunya Evaluasi Pembelajaran, pendekatan adalah suatu antar usaha dalam aktivitas kajian, atau interaksi, relasi dalam suasana tertentu, dengan individu atau kelompok melalui penggunaan metode-metode tertentu secara efektif. Pendekatan juga bisa diartikan suatu jalan, cara atau kebijaksanaan yang ditempuh oleh guru juga siswa untuk mencapai tujuan pengajaran apabila kita melihatnya dari sudut bagaimana proses pengajaran atau materi pengajaran itu dikelola.
Pendekatan pembelajaran adalah upaya yang dilakukan guna membuat siswa terlibat secara aktif dan berminat dalam mengikuti pembelajaran.Sesuai dengan tujuan pembelajaran sains di Sekolah Dasar.
Dari pendapat-pendapat diatas disimpulkan bahwa pendekatan adalah sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran baik aktivitas kajian, interaksi dan relasi dengan individu atau kelompok melalui penggunaan metode-metode tertentu secara efektif.

2.2     Macam-macam Pendekatan Pembelajaran
1.      Teacher Center
Pendekatan teacher center adalah guru lebih banyak melakukan kegiatan belajar mengajar dengan bentuk ceramah (lecturing), siswa sebatas memahami sambil membuat catatan.
2.      Student Center
Pendekatan student center adalah proses pembelajaran yang berpusat pada siswa atau peserta didik, maka siswa memperoleh kesempatan dan fasilitas untuk dapat membangun sendiri pengetahuannya sehingga mereka akan memperoleh pemahaman yang mendalam, dan pada akhirnya dapat meningkatkan mutu kualitas siswa.
3.      Inquiry
Menurut Webster’s New Collegiate Dictionary kata inkuiri (“inquiry”) berarti pertanyaan atau penyelidikan. Piaget memberikan definisi pendekatan inkuiri sebagai : pendidikan yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk melakukan eksperimen sendiri. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan mencari sendiri jawaban atas pertanyaan yang mereka ajukan.
4.      Discovery
Merupakan pendekatan dimana siswa di arahkan untuk mendapatkan suatu kesimpulan dari serangkaian aktivitas yang dilakukan sehingga siswa seolah-olah menemukan sendiri pengetahuan tersebut.
5.      Deduktif
Pendekatan deduktif adalah suatu pendekatan dimana guru mentransfer informasi atau pengetahuan berupa teori atau prinsip.
6.      Induktif
Pendekatan induktif adalah suatu pendekatan yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berfikir dari hal-hal khusus menuju yang umum.
7.      Kontekstual
Suatu pendekatan pengajaran yang secara langsung menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati bagaimana konsep itu diperoleh. 
8.      Ketrampilan Proses
Pendekatan ketrampilan proses adalah pengembangan sistem belajar yang mengefektifkan siswa (CBSA) dengan cara mengembangkan ketrampilan memproses perolehan pengetahuan sehingga peserta didik akan menemukan, mengembangkan sendiri fakta dan konsep, serta menemukan sikap dan nilai.
Pendekatan keterampilan proses pada hakikatnya adalah suatu pengelolaan kegiatan belajar-mengajar yang berfokus pada pelibatan siswa secara aktif dan kreatif dalam proses pemerolehan hasil belajar (Conny, 1992).
Pendekatan keterampilan proses dapat diartikan sebagai pendekatan pembelajaran yang dapat mengembangkan keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan dasar yang pada prinsipnya telah ada pada diri siswanya (Depdikbud, 1986 dalam Dimiyati dan Mudjiono, 2006).
Pendekatan keterampilan proses merupakan pendekatan belajar mengajar yang mengarahkan kepada pengembangan kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri individu siswa (Usman & Lilis Setiawati, 1993). Pendekatan keterampilan proses sebagai pendekatan yang menekankan pada penumbuhan dan pengembangan sejumlah keterampilan tertentu pada diri siswa agar mampu memproses informasi sehingga ditemukan hal-hal yang baru yang bermanfaat baik berupa fakta, konsep, maupun pengembangan sikap dan nilai. Sejalan dengan asumsi di atas, maka belajar mengajar dipandang sebagai suatu proses yang harus dialami oleh setiap siswa. Belajar mengajar tidak hanya menekankan kepada apa yang dipelajari, tetapi juga menekankan kepada bagaimana ia harus belajar. Oleh karena itu, untuk memenuhi hal tersebut, pendekatan belajar mengajar yang harus digunakan adalah pendekatan keterampilan proses. Sebagai konsekuensi dari pendekatan keterampilan proses ini, maka siswa berperan selaku subjek dalam belajar. Siswa bukan sekadar penerima informasi, tetapi sebaliknya sebagai pencari informasi.Oleh karena itu, siswa harus aktif dan terampil untuk mampu mengelola perolehannya, hasil belajarnya atau pengalamannya.
Menurut Rustaman et al. (2003) keterampilan proses adalah keterampilan yang melibatkan :
a)      keterampilan kognitif (intelektual), melibatkan pikiran.
b)      Pendekatan manual, melibatkan penggunaan alat dan bahan, pengukuran, penyusunan, atau perakitan alat.
c)      Sosial, berinteraksi dengan sesama dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar, misalnya, mendiskusikan hasil pengamatan.
Pada pendekatan keterampilan proses, tujuan pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam keterampilan proses atau langkah-langkah seperti mengamati, berhipotesa, merencanakan, menafsirkan, dan mengkomunikasikan.
Pendekatan keterampilan proses ini dipandang sebagai pendekatan yang oleh banyak pakar paling sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran di sekolah dalam rangka menghadapi pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat dewasa ini.
Pendekatan keterampilan proses akan efektif jika sesuai dengan kesiapan intelektual. Oleh karena itu, pendekatan keterampilan proses harus tersusun menurut urutan yang logis sesuai dengan tingkat kemampuan dan pengalaman siswa. Misalnya, sebelum melaksanakan penelitian, siswa terlebih dahulu harus mengobservasi atau mengamati dan membuat hipotesis.Alasannya tentulah sederhana, yaitu agar siswa dapat menciptakan kembali konsep-konsep yang ada dalam pikiran dan mampu mengorganisasikannya. Dengan demikian, keberhasilan anak dalam belajar menggunakan pendekatan keterampilan proses adalah suatu perubahan tingkah laku dari seorang anak yang belum paham terhadap permasalahan yang sedang dipelajari sehingga menjadi paham dan mengerti permasalahannya.
Menurut Dimiyati dan Mudjiono (2006) beberapa alasan perlunya diterapkan pendekatan keterampilan proses dalam kegiatan belajar mengajar adalah.
a)      Pendekatan keterampilan proses memberikan kepada siswa pengertian yang tepat tentang hakikat ilmu pengetahuan. Siswa dapat mengalami rangsangan ilmu pengetahuan dan dapat lebih baik mengerti fakta dan konsep ilmu pengetahuan.
b)      Mengajar dengan keterampilan proses berarti memberi kesempatan kepada siswa bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak sekedar menceritakan atau mendengarkan tentang ilmu pengetahuan.
c)      Menggunakan keterampilan proses untuk mengajar ilmu pengetahuan, membuat siswa belajar proses dan produk ilmu pengetahuan sekaligus.

·         Macam-macam pendekatan ketrampilan proses
1.      Observasi atau pengamatan
                       Observasi atau pengamatan adalah salah satu ketrampilan ilmiah yang mendasar. Mengobservasi atau mengamati tidak sama dengan melihat. Dalam mengobservasi atau mengamati kita memilah-milahkan mana yang penting dari yang kurang atau tidak penting. Kita menggunakan semua indera untuk melihat, mendengar, merasa, mengecap, dan mencium. Anak-anak mungkin melihat aneka ragam tanaman, tetapi mereka tak mengamatinya. Sehari-hari mereka melihat kambing, kucing, kupu-kupu, belalang, lalat, nyamuk, dan cecak, namun mungkin mereka tidak mengamati perilaku masing-masing binatang itu. Mereka sering pergi-pergi ke pasar, sawah, toko, melihat hujan turun, merasakan hembusan angin, melihat awan, mendengarkan kicauan burung. Namun mungkin mereka tidak mengamati hal-hal itu secara seksama. Semuanya dilihat, didengar, atau dirasakan tetapi hal-hal itu berlalu begitu saja tanpa memperoleh suatu makna. Para guru perlu melatih anak agar trampil dalam mengobservasi atau mengamati berbagai makhluk, benda, dan kenyataan di sekitarnya.
2.      Perhitungan
                       Kita mungkin tak dapat membayangkanseorang ilmuwan tanpa kemampuan menghitung. Banyak kegiatan menghitung yang menyita waktu seorang ilmuwan. Ketrampilan menghitung anak biasanya dilatih dan dibina melalui pelajaran matematika, namun  dalam pelajaran ilmu pengetahuan alam, ilmu-ilmu sosial, dan bahasa indonesia ketrampilan ini dapat pula dikembangkan. Anak-anak dapat dilatih dalam menghitung kelereng, batu kerikil, kancing, kucing,  ayam, rumah, luas meja, keliling lingkaran, jarak antar tanaman, hari, jumlah orang, dan waktu tempuh sebuah bus. Hasil penghitungan dapat dikomunikasikan dengan cara membuat tabel, grafik, atau histrogam.
3.      Pengukuran
                       Para ilmuwan biasanya mengadakan pengukuran. Ketrampilan mengukur sangat penting dalam kerja ilmiah. Dasar dari pengukuran adalah pembanding. Kita perlu mambandingkan luas, kecepatan, suhu, volume, dan sebagainya. Para guru dapat melatih anak-anak agar trampil mengukur. Pertama-tama tentu saja mereka diarahkan nuntuk membanding-bandingkan satu benda dengan benda lainnya. Lama kelamaan mereka diperkenalkan dengan satuan ukuran, seperti centimeter, kilogram, dan liter.
4.      Klasifikasi
                  Ketrampilan mengklasifikasikan atau menggolong-golongkan adalah salah satu kemampuan yang penting dalam kerja ilmiah. Dalam kehidupan sehari-hari kita perlu mengenal perbedaan dan persamaan antara benda-benda. Dalam membuat klasifikasi perlu diperhatikan klasifikasi, misalnya menurut suatu ciri khusus, tujuan, atau kepentingan tertentu.
                  Para guru hendaknya melatih anak agar trampil dalam membuat klasifikasi, misalnya dengan mengelompokkan berbagai macam jenisdaun-daunan menurut bentuk, warna, berduri tidaknya, berbulu tidaknya, dan corak tulang daun, mengelompokkan berbagai bentuk baut, mengelompokkan berbagai jenis burung menurut bentuk paruh, kaki, jenis makanan, dan cara hidupnya, mengelompokkan jenis barang yang diperjualbelikan di toko dan/ atau pasar, mengelompokkan jenis obat-obatan, serta mengelompokkan berbagai bangunan menurut bentuk, bahan, dan penggunaannya. Dalam membuat klasifikasi, dituntut kecermatananak dalam mengamati.
5.      Hubungan Ruang/Waktu
                  Mencari hubungan ruang/ waktu adalah salah satu ketrampilan yang penting dalam kerja ilmiah. Para guru perlu melatih anak-anak agar trampil melihat hubungan ruang. Mereka dapat dilatih agar mampu mengenal bentuk-bentuk, seperti lingkaran, persegi empat, persegi banyak, kubus, dan silinder. Mereka perlu dilatih untuk mengenal arah, seperti bawah, atas, belakang, depan, kanan, kiri, utara, selatan, timur, barat, untuk menempatkan benda-benda sesuai dengan rencana, untuk memasukkan benda, menggabungkan, atau mencocokkan, untuk menggambarkan arah dan jarak.
                  Para guru perlu melatih anak melihat hubungan waktu dengan belajar membuat urutan kejadian, membuat jam sederhana, menggunakan unit waktu, seperti menit, minggu, bulan, dan tahun, menyebutkan jam berapa sekarang, dan mengukur suatu kejadian.
                  Sering ruang dan waktu berkaitan sangat erat, misalnya jika diperhatikangerakan suatu benda. Banyak bergerak dalam ruang, dan gerakannya berlangsung selama waktu tertentu. Guru dapat melatih anak-anak meneliti berapa lama waktu yang diperlukan untuk membakar habis setengah lembar kertas folio, satu lembar kertas folio, satu lembar kertas koran, dan sebagainya. Anak-anak dapat diajak meneliti berapa waktu yang dibutuhkan untuk mengelilingi lapangan dengan berjalan kaki, berlari, dan naik sepeda. Anak-anak dapat mengukur kecepatan berjalan seekor siput per menit, seekor ulat, seekor semut, atau binatang lain. Anak-anak dapat pula menghitung laju perahu-perahuan dalam berbagai bentuk.
6.      Pembuatan Hipotesis
                  Kemampuan membuat hipotesis adalah salah satu ketrampilan yang sangat mendasar dalam kerja ilmiah. Hipotesis adalah suatu perkiraan yang beralasan untuk menerangkan suatu kejadian atau pengamatan tertentu. Dalam kerja ilmiah, seorang ilmuwan biasanya membuat hipotesis yang kemudian diuji melalui eksperimen.
                  Para guru dapat melatih anak dalam membuat hipotesis sederhana. Misalnya dalam melakukan percobaan dengan baterai, jika lampu tidak menyala mereka dapat membuat hipotesis mengapa terjadi demikian. Mereka dapat membuat hipotesis  bahwa lilin akan padam jika ditutup dengan gelas, bahwa tanaman yang diberi pupuk akan tumbuh lebih cepat daripada tanaman yang tidak diberi pupuk, bahwa daya serap tanah yang bertanaman banyak akan lebih banyak besar daripada tanah yang bertanaman sedikit, bahwa air dalam gelas yang berisi tanaman akan menyusut lebih cepat daripada air dalam gelas yang sama besarnya tetapi tak diisi dengan tanaman. 
7.      Perencanaan Penelitian/Eksperimen
                  Para ilmuwan biasanya terbiasa dengan pekerjaan eksperimentasi. Namun kegiatan eksperimen tidak hanya merupakan hak mutlak para illmuwan. Terbanyak orang dalam hidupnya melakukan eksperimen atau percobaan. Eksperimen tidak lain adalah usaha menguji atau mengetes melalui penyelidikan praktis. Sering kita menguji atau mengetes gagasan-gagasan kita dengan kegiatan coba dan ralat (trial and error) saja. Anak kecil paling gemar mengadakan kegiatan coba dan ralat dengan peliharaan di rumah, serangga yang beterbangan di sekitar, ataupun mainannya.
                  Para guru perlu melatih anak-anak untuk melakukan eksperimen sederhana, misalnya dengan  tanam-tanaman dalam kaleng, tanaman di halaman atau kebun sekolah, serangga yang dibawa dari rumah atau yang berada di sekitar sekolah, lilin, balon, karet, benang dan kotak korek api, bambu dan baterai.
                  Umumnya kegiatan eksperimen di sekolah dilaksanakan dalam pelajaran ilmu pengetahuan alam, fisika, biologi, dan kimia. Dalam pelajaran lain, seperti ilmu-ilmu sosial, geografi, ekonomi dan koperasi, sejarah, matematika, bahasa indonesia, dan pendidikan ketrampilan, anak-anak perlu dilatih mengadakan berbagi penelitian sederhana, misalnya dengan meneliti jenis hasil bumi atau komoditi yang dihasilkan suatu desa dan yang mana didatangkan dari luar, meneliti jenis-jenis binatang yang dipelihara pada masing-masing keluarga anak atau keluarga di sekitar sekolah, jenis dan jumlah kendaraan yang lewat di jalan tertentu pada jam-jam tertentu, perubahan cuaca pada setiap hari di musim panas dan musim hujan, jumlah anggota keluarga dari generasi kakek nenek sampai ke generasi ayah ibu untuk meramalkan kecenderungan pertambahan penduduk, tinggi rata-rata anak usia tertentu, hubungan antara tinggi badan dengan berat badan, hubungan antara panjang hasta dengan panjang rentang tangan dan tinggi badan, meliputi suatu kejadian penting di sekitar sekolah, mengadakan wawancara, dan melaporkan hasilnya kepada kelas melalui majalah dinding misalnya, menceritakan bagaimana kelompok merencanakan, melaksanakan, dan mendapatkan hasil penelitian, serta meneliti pemakaian bahasa-bahasa daerah, bahasa indonesia, atau bahasa lain dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan sekitar.
                  Dalam melakukan eksperimen atau penelitian sederhana, guru perlu melatih siswa dalam merencanakan eksperimen atau penelitian sederhana itu, karena tanpa rencana bisa terjadi pemborosan waktu, tenaga, dan biayaserta hasilnya mungkin tak sesuai dengan yang diharapkan. Dalam merencanakan, anak-anak perlu menentukan alat dan bahan yang akan digunakan, obyek yang akan diteliti, faktor atau variabel yang perlu diperhatikan, kriteria keberhasilan, cara dan langkah kerja, serta bagaimana mencatat dan mengolah data untuk menarik kesimpulan.
8.      Pengendalian Variabel
                  Dalam penyelidikan ilmiah para ilmuwan sering mengendalikan variabel eksperimen atau penelitian. Variabel adalah faktor yang berpengaruh. Para guru dapat melatih anak-anak dalam mengendalikan variabel. Sebagai contoh, untuk membuktikan bahwa tanaman jagung yang diberi pupuk akan lebih cepat tumbuh, anak-anak perlu melakukan percobaan dengan menanam beberapa bibit jagung yang sama pada beberapa tempat yang berbeda dengan jenis tanah yang sama, disirami dengan air dalam jumlah yang sama  dengan frekuensi yang sama, misalnya dua kali sehari. Perbedaannya, sebagian diberi pupuk sedangkan sebagian yang lain tidak. Kemudian anak mengamati dan mengukur kecepatan pertumbuhan tanaman jagung tersebut serta membandingkan hasilnya, misalnya setelah empat atau lima minggu. Variabel-variabel yang terkendali adalah jenis bibit yang sama, jenis tanah yang sama, serta jumlah air dan frekuensi penyiramannya yang sama, sedangkan variabel yang tergantung (variabel eksperimen) adalah pupuk.
                  Pengendalian variabel adalah suatu aktifitas yang dipandang sulit, namun sebenarnnya tidak sesulit seperti yang kita bayangkan. Yang penting adalah bagaimana guru menggunakan kesempatan yang tersedia untuk melatih anak mengontrol dan memperlakukan variabel.
9.      Interpretasi Data
                  Kemampuan menginterpretasi atau menafsirkan data adalah salah satu ketrampilan penting yang umumnya dikuasai oleh para ilmuwan.
                  Data yang dikumpulkan melalui observasi, perhitungan, pengukuran, eksperimen, atau penelitian sederhanadapat dicatat atau disajikan dalam berbagai bentuk, seperti label, grafik, histogram, atau diagram. Data yang disajikan tersebut dapatlah diinterpretasi atau ditafsirkan. Para guru dapat  melatih anak-anak dalam menginterpretasi data. Misalnya, anak-anak diminta mencatat suhu udara pada pukul 12.00 siang selama enam hari, dari hari Senin sampai hari Sabtu. Data tersebut dicatat dalam sebuah tabel. Setelah data diperoleh, anak dapat membaca atau mengingterpretasi data itu, misalnya hari apa yang terpanas, hari apa yang terdingin, dan suhu rata-rata dalam seminggu.

10.  Kesimpulan Sementara (Inferensi)
                  Memberikan kesimpulan sementara atau inferensi sering dilakukan oleh seorang ilmuwan dalam proses penelitiannya. Para guru dapat melatih anak-anak dalam menyusun suatu kesimpulan  sementara dalam proses penelitian sederhana yang dilakukan. Pertama-tama data dikumpulkan, kadang-kadang melalui eksperimen terlebih dahulu, lalu dibuat kesimpulan sementara berdasarkan informasi yang dimiliki sampai suatu waktu tertentu. Kesimpulan tersebut bukan merupakan kesimpulan akhir, hanya merupakan kesimpulan sementara yang dapat diterima sampai saat itu.
                  Berikut ini dikemukakan satu contoh pembuatan kesimpulan sementara. Guru mengatakan kepada anak-anak bahwa ia membayangkan seekor binatang. Guru kemudian menuliskan beberapa hasil observasi tentang binatang pada papan tulis, lalu anak-anak disuruh membuat kesimpulan sementara.
11.  Peramalan
                  Dalam kehidupan sehari-hari kita sering membuat peramalan berdasarkan pengalaman kita sebelumnya. Kalau cuaca mendung, kita meramalkan bahwa hujan mungkin akan turun. Kalau angin bertiup kencang selama satu minggu, kita meramalkan bahwa musim kemarau akan segera tiba. Kalau panen gagal, kita ramalkan bahwa harga beras akan naik.
12.  Penerapan (Aplikasi)
                              Ketrampilan menerapkan atau mengaplikasikan konsep adalah kemampuan yang umumnya dimiliki oleh para ilmuwan. Para guru dapat melatih anak-anak untuk menerapkan konsep yang telah dikuasai untuk memecahkan masalah tertentu, atau menjelaskan suatu peristiwa baru dengan menggunakan konsep yang telah dimiliki. Sebagai contoh, setelah menguasai konsep bahwa udara mempunyai tekanan, para siswa disuruh memompa ban sepeda yang mampu memuat beban yang berat. Setelah menguasai konsep bahwa jumlah oksigen dalam air yang bergerak lebih banyak daripada dalam air yang tenang, para siswa dapat menyarankan kepada orang tuanya atau tetangganya yang mengusahakan tambak ikan untuk tidak membiarkan air dalam ikannya tetap tergenang dalam waktu yang lama, tetapi mengatur aliran air dalam kolam sedemikian rupa sehingga selalu bergerak.
13.  Komunikasi
                              Setiap ahli dituntut agar mampu menyampaikan hasil penemuannya kepada orang lain. Ia mungkin menyusun laporan penelitian, membuat paper, atau menyusun karangan. Ia mungkin pula menyampaikan penemuannya kepada orang lain secara lisan. Sering ia membuat gambar, model, tabel, diagram, grafik, atau histogran yang dapat dibaca orang lain. Ketrampilan mengkomunikasikan apa yang ditemukan adalah salah satu ketrampilan mendasar yang dituntut dari para ilmuwan.
                              Para guru perlu melatih anak dalam ketrampilan ini. Misalnya dengan membuat gambar, model, tabel, diagram, grafik, atau histogram, dengan membuat karangan, dengan menceritakan pengalamannya dalam kegiatan observasi, dengan menyajikan laporan hasil diskusi kelompok, atau dengan membuat berbagai pajangan  yang dipamerkan di dalam ruang kelas.

2.3   TujuanPendekatan Pembelajaran IPA di SD/MI adalah sebagai berikut:
1.      Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan yang maha esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
2.      Mengembangkan rasa ingin tahu.
3.      Sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.
4.      Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.
5.      Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.
6.      Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP / MT.
7.      Murid-murid setelah lulus sekolah menjadi warga Negara yang mampu untuk mengambil keputusan-keputusan tentang masalah-masalah didalam masyarakat dan mengambil tindakan  sebagai akibat  menekankan pentingnya sains dan teknologi.
8.      Menekankan cara belajar menyeluruh yang mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
BAB III

PENUTUP

3.1        Kesimpulan
·         Pendekatan pembelajaran adalah upaya yang dilakukan guna membuat siswa terlibat secara aktif dan berminat dalam mengikuti pembelajaran.
·            Macam-macam Pendekatan Pembelajaran:
1.      Teacher Center
2.      Student Center
3.      Inquiry
4.      Discovery
5.      Deduktif
6.      Induktif
7.      Kontekstual
8.      Ketrampilan Proses

·         Tujuan Pendekatan Pembelajaran IPA di SD/MI sebagai berikut:
1.      Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan yang maha esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
2.      Mengembangkan rasa ingin tahu.
3.      Sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.
4.      Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.
5.      Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.
6.      Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP / MT.
7.      Murid-murid setelah lulus sekolah menjadi warga Negara yang mampu untuk mengambil keputusan-keputusan tentang masalah-masalah didalam masyarakat dan mengambil tindakan  sebagai akibat  menekankan pentingnya sains dan teknologi.
8.      Menekankan cara belajar menyeluruh yang mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.



3.2         Saran
Sebagai calon seorang guru yang nantinya akan mengajar dalam kelas, kita harus memiliki wawasan yang luas, tentang bagaimana cara mengajar yang menarik bagi siswa dan tidak membosankan. Setelah membaca makalah ini, disarankan kita dapat menggunakan pedekatan mengajar yang sesuai dengan situasi dan keadaan kelas, sehingga proses belajar-mengajar dapat berjalan dengan optimal.















DAFTAR PUSTAKA

Amri, Sofan. 2013. Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher.
Haris, Abdul dan Jihad, Asep. 2013. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta : Multi Pressindo.
Iskandar, Srini M. 1997. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Indonesia.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Saptiati, Amalia, dkk. 2009. Pembelajaran IPA di SD. Jakarta: Universitas Terbuka
Semiawan, Conny, Ketrampilan Proses, Suatu Pendekatan dalam Meningkatkan Kreativitas Proses Belajar-Mengajar (Dalam Rangka Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa), makalah dalam Paket Penataran Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan, 1983).
Tangyong, Agus F., Pembinaan Profesional Guru dalam Rangka Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa: (I), (II: Kemampuan Guru dalam Melaksanakan Interaksi Belajar Mengajar), (III: Bagimana Siswa Belajar), makalah dalam Paket Penataran Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (Jakarta: BadanPenelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan-Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1983).
Young, B.L., Teaching Premary Science (London: Longman  Group Ltd., 1979)





0 comments:

Post a Comment

Monggo Komentarnya. . .