BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Dalam era globalisasi atau zaman dimana dunia menyatu perkembangan
Ilmu Pengetahuan Alam sebagai dasar dan penunjang penemuan teknologi baru
bersifat dinamis dan makin lama makin cepat.Perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam
yang terjadi 20 tahun terakhir jauh melebihi perkembangan dalam seluruh waktu
sebelumnya.Oleh sebab itu dalam mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam jangan hanya
menggunakan satu dua pendekatan, tetapi gunakan berbagai pendekatan yang sesuai
bagi berbagai pokok bahasan. Pendekatan pembelajaran yang digunakan berperan
penting dalam menentukan berhasil-tidaknya proses belajar yang diinginkan.
Pendekatan dalam pembelajaran merupakan proses mengalami untuk memperoleh
pemahaman yang lebih baik. Dalam mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam dapat
digunakan berbagai pendekatan.
Dalamkegiatanbelajarmengajarsangatdiperlukannyainteraksiantara
guru danmurid yang memilikitujuan. Agar tujuaninidapattercapaisesuaidengan
target dari guru itusendiri, makasangatlahperluterjadiinteraksipositif yang
terjadiantara guru danmurid. Dalaminteraksiini, sangatperlubagi guru
untukmembuatinteraksiantarakeduabelahpihakberjalandenganmenyenangkandantidakmembosankan.
Hal iniselain agar mencapai target dari guru itusendiri,
siswajugamenjadimenyenangkandalamkegiatanbelajarmengajar,
sertalebihmerasabersahabatdengan guru yang mengajar.Sehinggadalam
mengajardiperlukanpendekatandalampembelajaran.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian
Pendekatan Pembelajaran IPA di SD/MI?
2. Apa saja macam-macam Pendekatan dalam
Pembelajaran IPA di SD/MI?
3. Apa tujuan Pendekatan dalam Pembelajaran IPA
di SD/MI?
1.3 Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pendekatan dalam
pembelajaran IPA di SD/MI
2. Untuk mengetahui macam-macam pendekatan
dalam Pembelajaran IPA di SD/MI
3. Untuk mengetahui tujuanpendekatan
dalam pembelajaran IPA di S
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Pendekatan
Pembelajaran
Menurut DR.
Wina Sanjaya, M.Pd dalam bukunya Strategi Pembelajaran Berorientasi
Standar Proses Pendidikan, pendekatan dapat diartikan sebagai titik
tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan
merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih
sangat umum.
Menurut Drs.
Asep Jihad, M.Pd dan Dr. Abdul Haris, M.Sc dalam bukunya Evaluasi
Pembelajaran, pendekatan adalah suatu antar usaha dalam aktivitas kajian,
atau interaksi, relasi dalam suasana tertentu, dengan individu atau kelompok
melalui penggunaan metode-metode tertentu secara efektif. Pendekatan juga bisa
diartikan suatu jalan, cara atau kebijaksanaan yang ditempuh oleh guru juga
siswa untuk mencapai tujuan pengajaran apabila kita melihatnya dari sudut
bagaimana proses pengajaran atau materi pengajaran itu dikelola.
Pendekatan
pembelajaran adalah upaya yang dilakukan guna membuat siswa terlibat secara
aktif dan berminat dalam mengikuti pembelajaran.Sesuai dengan tujuan
pembelajaran sains di Sekolah Dasar.
Dari
pendapat-pendapat diatas disimpulkan bahwa pendekatan adalah sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran baik aktivitas kajian, interaksi dan relasi dengan
individu atau kelompok melalui penggunaan metode-metode tertentu secara
efektif.
2.2
Macam-macam
Pendekatan Pembelajaran
1.
Teacher Center
Pendekatan
teacher center adalah guru lebih banyak melakukan kegiatan belajar mengajar
dengan bentuk ceramah (lecturing), siswa sebatas memahami sambil membuat
catatan.
2.
Student Center
Pendekatan
student center adalah proses pembelajaran yang berpusat pada siswa atau peserta
didik, maka siswa memperoleh kesempatan dan fasilitas untuk dapat membangun
sendiri pengetahuannya sehingga mereka akan memperoleh pemahaman yang mendalam,
dan pada akhirnya dapat meningkatkan mutu kualitas siswa.
3.
Inquiry
Menurut Webster’s New Collegiate Dictionary
kata inkuiri (“inquiry”) berarti pertanyaan atau penyelidikan. Piaget
memberikan definisi pendekatan inkuiri sebagai : pendidikan yang mempersiapkan
situasi bagi anak untuk melakukan eksperimen sendiri. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan
dan mencari sendiri jawaban
atas pertanyaan yang mereka ajukan.
4.
Discovery
Merupakan pendekatan
dimana siswa di arahkan untuk mendapatkan suatu kesimpulan dari serangkaian
aktivitas yang dilakukan sehingga siswa seolah-olah menemukan sendiri
pengetahuan tersebut.
5.
Deduktif
Pendekatan
deduktif adalah suatu pendekatan dimana guru mentransfer informasi atau
pengetahuan berupa teori atau prinsip.
6.
Induktif
Pendekatan
induktif adalah suatu pendekatan yang memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk berfikir dari hal-hal khusus menuju yang umum.
7.
Kontekstual
Suatu
pendekatan pengajaran yang secara langsung menyajikan konsep tanpa memberi
kesempatan kepada siswa untuk menghayati bagaimana konsep itu diperoleh.
8.
Ketrampilan
Proses
Pendekatan
ketrampilan proses adalah pengembangan sistem belajar yang mengefektifkan siswa
(CBSA) dengan cara mengembangkan ketrampilan memproses perolehan pengetahuan
sehingga peserta didik akan menemukan, mengembangkan sendiri fakta dan konsep,
serta menemukan sikap dan nilai.
Pendekatan keterampilan proses pada hakikatnya
adalah suatu pengelolaan kegiatan belajar-mengajar yang berfokus pada pelibatan
siswa secara aktif dan kreatif dalam proses pemerolehan hasil belajar (Conny,
1992).
Pendekatan keterampilan proses dapat
diartikan sebagai pendekatan pembelajaran yang dapat mengembangkan keterampilan
intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan dasar
yang pada prinsipnya telah ada pada diri siswanya (Depdikbud, 1986 dalam
Dimiyati dan Mudjiono, 2006).
Pendekatan keterampilan proses merupakan
pendekatan belajar mengajar yang mengarahkan kepada pengembangan kemampuan
mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan yang lebih
tinggi dalam diri individu siswa (Usman & Lilis Setiawati, 1993).
Pendekatan keterampilan proses sebagai pendekatan yang menekankan pada
penumbuhan dan pengembangan sejumlah keterampilan tertentu pada diri siswa agar
mampu memproses informasi sehingga ditemukan hal-hal yang baru yang bermanfaat
baik berupa fakta, konsep, maupun pengembangan sikap dan nilai. Sejalan dengan
asumsi di atas, maka belajar mengajar dipandang sebagai suatu proses yang harus
dialami oleh setiap siswa. Belajar mengajar tidak hanya menekankan kepada apa yang
dipelajari, tetapi juga menekankan kepada bagaimana ia harus belajar. Oleh
karena itu, untuk memenuhi hal tersebut, pendekatan belajar mengajar yang harus
digunakan adalah pendekatan keterampilan proses. Sebagai konsekuensi dari
pendekatan keterampilan proses ini, maka siswa berperan selaku subjek dalam
belajar. Siswa bukan sekadar penerima informasi, tetapi sebaliknya sebagai
pencari informasi.Oleh karena itu, siswa harus aktif dan terampil untuk mampu
mengelola perolehannya, hasil belajarnya atau pengalamannya.
Menurut Rustaman et al. (2003)
keterampilan proses adalah keterampilan yang melibatkan :
a) keterampilan
kognitif (intelektual), melibatkan pikiran.
b) Pendekatan
manual, melibatkan penggunaan alat dan bahan, pengukuran, penyusunan, atau
perakitan alat.
c) Sosial,
berinteraksi dengan sesama dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar,
misalnya, mendiskusikan hasil pengamatan.
Pada pendekatan keterampilan proses,
tujuan pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam keterampilan
proses atau langkah-langkah seperti mengamati, berhipotesa, merencanakan,
menafsirkan, dan mengkomunikasikan.
Pendekatan keterampilan proses ini dipandang
sebagai pendekatan yang oleh banyak pakar paling sesuai dengan pelaksanaan
pembelajaran di sekolah dalam rangka menghadapi pertumbuhan dan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat dewasa ini.
Pendekatan keterampilan proses akan efektif
jika sesuai dengan kesiapan intelektual. Oleh karena itu, pendekatan
keterampilan proses harus tersusun menurut urutan yang logis sesuai dengan
tingkat kemampuan dan pengalaman siswa. Misalnya, sebelum melaksanakan
penelitian, siswa terlebih dahulu harus mengobservasi atau mengamati dan
membuat hipotesis.Alasannya tentulah sederhana, yaitu agar siswa dapat
menciptakan kembali konsep-konsep yang ada dalam pikiran dan mampu
mengorganisasikannya. Dengan demikian, keberhasilan anak dalam belajar
menggunakan pendekatan keterampilan proses adalah suatu perubahan tingkah laku
dari seorang anak yang belum paham terhadap permasalahan yang sedang dipelajari
sehingga menjadi paham dan mengerti permasalahannya.
Menurut Dimiyati dan Mudjiono (2006)
beberapa alasan perlunya diterapkan pendekatan keterampilan proses dalam
kegiatan belajar mengajar adalah.
a) Pendekatan
keterampilan proses memberikan kepada siswa pengertian yang tepat tentang
hakikat ilmu pengetahuan. Siswa dapat mengalami rangsangan ilmu pengetahuan dan
dapat lebih baik mengerti fakta dan konsep ilmu pengetahuan.
b) Mengajar
dengan keterampilan proses berarti memberi kesempatan kepada siswa bekerja
dengan ilmu pengetahuan, tidak sekedar menceritakan atau mendengarkan tentang
ilmu pengetahuan.
c) Menggunakan
keterampilan proses untuk mengajar ilmu pengetahuan, membuat siswa belajar proses
dan produk ilmu pengetahuan sekaligus.
·
Macam-macam pendekatan ketrampilan proses
1. Observasi atau pengamatan
Observasi atau pengamatan
adalah salah satu ketrampilan ilmiah yang mendasar. Mengobservasi atau
mengamati tidak sama dengan melihat. Dalam mengobservasi atau mengamati kita
memilah-milahkan mana yang penting dari yang kurang atau tidak penting. Kita
menggunakan semua indera untuk melihat, mendengar, merasa, mengecap, dan
mencium. Anak-anak mungkin melihat aneka ragam tanaman, tetapi mereka tak
mengamatinya. Sehari-hari mereka melihat kambing, kucing, kupu-kupu, belalang,
lalat, nyamuk, dan cecak, namun mungkin mereka tidak mengamati perilaku
masing-masing binatang itu. Mereka sering pergi-pergi ke pasar, sawah, toko,
melihat hujan turun, merasakan hembusan angin, melihat awan, mendengarkan
kicauan burung. Namun mungkin mereka tidak mengamati hal-hal itu secara
seksama. Semuanya dilihat, didengar, atau dirasakan tetapi hal-hal itu berlalu
begitu saja tanpa memperoleh suatu makna. Para guru perlu melatih anak agar
trampil dalam mengobservasi atau mengamati berbagai makhluk, benda, dan
kenyataan di sekitarnya.
2. Perhitungan
Kita mungkin tak dapat
membayangkanseorang ilmuwan tanpa kemampuan menghitung. Banyak kegiatan
menghitung yang menyita waktu seorang ilmuwan. Ketrampilan menghitung anak
biasanya dilatih dan dibina melalui pelajaran matematika, namun dalam pelajaran ilmu pengetahuan alam,
ilmu-ilmu sosial, dan bahasa indonesia ketrampilan ini dapat pula dikembangkan.
Anak-anak dapat dilatih dalam menghitung kelereng, batu kerikil, kancing,
kucing, ayam, rumah, luas meja, keliling
lingkaran, jarak antar tanaman, hari, jumlah orang, dan waktu tempuh sebuah
bus. Hasil penghitungan dapat dikomunikasikan dengan cara membuat tabel,
grafik, atau histrogam.
3. Pengukuran
Para ilmuwan biasanya
mengadakan pengukuran. Ketrampilan mengukur sangat penting dalam kerja ilmiah.
Dasar dari pengukuran adalah pembanding. Kita perlu mambandingkan luas,
kecepatan, suhu, volume, dan sebagainya. Para guru dapat melatih anak-anak agar
trampil mengukur. Pertama-tama tentu saja mereka diarahkan nuntuk
membanding-bandingkan satu benda dengan benda lainnya. Lama kelamaan mereka
diperkenalkan dengan satuan ukuran, seperti centimeter, kilogram, dan liter.
4. Klasifikasi
Ketrampilan mengklasifikasikan
atau menggolong-golongkan adalah salah satu kemampuan yang penting dalam kerja
ilmiah. Dalam kehidupan sehari-hari kita perlu mengenal perbedaan dan persamaan
antara benda-benda. Dalam membuat klasifikasi perlu diperhatikan klasifikasi,
misalnya menurut suatu ciri khusus, tujuan, atau kepentingan tertentu.
Para guru hendaknya melatih
anak agar trampil dalam membuat klasifikasi, misalnya dengan mengelompokkan
berbagai macam jenisdaun-daunan menurut bentuk, warna, berduri tidaknya,
berbulu tidaknya, dan corak tulang daun, mengelompokkan berbagai bentuk baut,
mengelompokkan berbagai jenis burung menurut bentuk paruh, kaki, jenis makanan,
dan cara hidupnya, mengelompokkan jenis barang yang diperjualbelikan di toko
dan/ atau pasar, mengelompokkan jenis obat-obatan, serta mengelompokkan
berbagai bangunan menurut bentuk, bahan, dan penggunaannya. Dalam membuat
klasifikasi, dituntut kecermatananak dalam mengamati.
5. Hubungan Ruang/Waktu
Mencari hubungan ruang/ waktu
adalah salah satu ketrampilan yang penting dalam kerja ilmiah. Para guru perlu
melatih anak-anak agar trampil melihat hubungan ruang. Mereka dapat dilatih
agar mampu mengenal bentuk-bentuk, seperti lingkaran, persegi empat, persegi
banyak, kubus, dan silinder. Mereka perlu dilatih untuk mengenal arah, seperti
bawah, atas, belakang, depan, kanan, kiri, utara, selatan, timur, barat, untuk
menempatkan benda-benda sesuai dengan rencana, untuk memasukkan benda,
menggabungkan, atau mencocokkan, untuk menggambarkan arah dan jarak.
Para guru perlu melatih anak
melihat hubungan waktu dengan belajar membuat urutan kejadian, membuat jam
sederhana, menggunakan unit waktu, seperti menit, minggu, bulan, dan tahun,
menyebutkan jam berapa sekarang, dan mengukur suatu kejadian.
Sering ruang dan waktu
berkaitan sangat erat, misalnya jika diperhatikangerakan suatu benda. Banyak
bergerak dalam ruang, dan gerakannya berlangsung selama waktu tertentu. Guru
dapat melatih anak-anak meneliti berapa lama waktu yang diperlukan untuk
membakar habis setengah lembar kertas folio, satu lembar kertas folio, satu
lembar kertas koran, dan sebagainya. Anak-anak dapat diajak meneliti berapa
waktu yang dibutuhkan untuk mengelilingi lapangan dengan berjalan kaki,
berlari, dan naik sepeda. Anak-anak dapat mengukur kecepatan berjalan seekor
siput per menit, seekor ulat, seekor semut, atau binatang lain. Anak-anak dapat
pula menghitung laju perahu-perahuan dalam berbagai bentuk.
6. Pembuatan Hipotesis
Kemampuan membuat hipotesis
adalah salah satu ketrampilan yang sangat mendasar dalam kerja ilmiah.
Hipotesis adalah suatu perkiraan yang beralasan untuk menerangkan suatu
kejadian atau pengamatan tertentu. Dalam kerja ilmiah, seorang ilmuwan biasanya
membuat hipotesis yang kemudian diuji melalui eksperimen.
Para guru dapat melatih anak
dalam membuat hipotesis sederhana. Misalnya dalam melakukan percobaan dengan
baterai, jika lampu tidak menyala mereka dapat membuat hipotesis mengapa
terjadi demikian. Mereka dapat membuat hipotesis bahwa lilin akan padam jika ditutup dengan
gelas, bahwa tanaman yang diberi pupuk akan tumbuh lebih cepat daripada tanaman
yang tidak diberi pupuk, bahwa daya serap tanah yang bertanaman banyak akan
lebih banyak besar daripada tanah yang bertanaman sedikit, bahwa air dalam
gelas yang berisi tanaman akan menyusut lebih cepat daripada air dalam gelas
yang sama besarnya tetapi tak diisi dengan tanaman.
7. Perencanaan Penelitian/Eksperimen
Para
ilmuwan biasanya terbiasa dengan pekerjaan eksperimentasi. Namun kegiatan
eksperimen tidak hanya merupakan hak mutlak para illmuwan. Terbanyak orang
dalam hidupnya melakukan eksperimen atau percobaan. Eksperimen tidak lain
adalah usaha menguji atau mengetes melalui penyelidikan praktis. Sering kita
menguji atau mengetes gagasan-gagasan kita dengan kegiatan coba dan ralat (trial and error) saja. Anak kecil
paling gemar mengadakan kegiatan coba dan ralat dengan peliharaan di rumah,
serangga yang beterbangan di sekitar, ataupun mainannya.
Para
guru perlu melatih anak-anak untuk melakukan eksperimen sederhana, misalnya
dengan tanam-tanaman dalam kaleng,
tanaman di halaman atau kebun sekolah, serangga yang dibawa dari rumah atau
yang berada di sekitar sekolah, lilin, balon, karet, benang dan kotak korek
api, bambu dan baterai.
Umumnya
kegiatan eksperimen di sekolah dilaksanakan dalam pelajaran ilmu pengetahuan
alam, fisika, biologi, dan kimia. Dalam pelajaran lain, seperti ilmu-ilmu
sosial, geografi, ekonomi dan koperasi, sejarah, matematika, bahasa indonesia,
dan pendidikan ketrampilan, anak-anak perlu dilatih mengadakan berbagi
penelitian sederhana, misalnya dengan meneliti jenis hasil bumi atau komoditi
yang dihasilkan suatu desa dan yang mana didatangkan dari luar, meneliti
jenis-jenis binatang yang dipelihara pada masing-masing keluarga anak atau
keluarga di sekitar sekolah, jenis dan jumlah kendaraan yang lewat di jalan
tertentu pada jam-jam tertentu, perubahan cuaca pada setiap hari di musim panas
dan musim hujan, jumlah anggota keluarga dari generasi kakek nenek sampai ke
generasi ayah ibu untuk meramalkan kecenderungan pertambahan penduduk, tinggi
rata-rata anak usia tertentu, hubungan antara tinggi badan dengan berat badan,
hubungan antara panjang hasta dengan panjang rentang tangan dan tinggi badan,
meliputi suatu kejadian penting di sekitar sekolah, mengadakan wawancara, dan
melaporkan hasilnya kepada kelas melalui majalah dinding misalnya, menceritakan
bagaimana kelompok merencanakan, melaksanakan, dan mendapatkan hasil penelitian,
serta meneliti pemakaian bahasa-bahasa daerah, bahasa indonesia, atau bahasa
lain dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan sekitar.
Dalam
melakukan eksperimen atau penelitian sederhana, guru perlu melatih siswa dalam
merencanakan eksperimen atau penelitian sederhana itu, karena tanpa rencana
bisa terjadi pemborosan waktu, tenaga, dan biayaserta hasilnya mungkin tak
sesuai dengan yang diharapkan. Dalam merencanakan, anak-anak perlu menentukan
alat dan bahan yang akan digunakan, obyek yang akan diteliti, faktor atau
variabel yang perlu diperhatikan, kriteria keberhasilan, cara dan langkah
kerja, serta bagaimana mencatat dan mengolah data untuk menarik kesimpulan.
8. Pengendalian Variabel
Dalam penyelidikan ilmiah para
ilmuwan sering mengendalikan variabel eksperimen atau penelitian. Variabel
adalah faktor yang berpengaruh. Para guru dapat melatih anak-anak dalam
mengendalikan variabel. Sebagai contoh, untuk membuktikan bahwa tanaman jagung
yang diberi pupuk akan lebih cepat tumbuh, anak-anak perlu melakukan percobaan
dengan menanam beberapa bibit jagung yang sama pada beberapa tempat yang
berbeda dengan jenis tanah yang sama, disirami dengan air dalam jumlah yang
sama dengan frekuensi yang sama,
misalnya dua kali sehari. Perbedaannya, sebagian diberi pupuk sedangkan
sebagian yang lain tidak. Kemudian anak mengamati dan mengukur kecepatan
pertumbuhan tanaman jagung tersebut serta membandingkan hasilnya, misalnya
setelah empat atau lima minggu. Variabel-variabel yang terkendali adalah jenis
bibit yang sama, jenis tanah yang sama, serta jumlah air dan frekuensi
penyiramannya yang sama, sedangkan variabel yang tergantung (variabel
eksperimen) adalah pupuk.
Pengendalian variabel adalah
suatu aktifitas yang dipandang sulit, namun sebenarnnya tidak sesulit seperti yang
kita bayangkan. Yang penting adalah bagaimana guru menggunakan kesempatan yang
tersedia untuk melatih anak mengontrol dan memperlakukan variabel.
9. Interpretasi Data
Kemampuan menginterpretasi
atau menafsirkan data adalah salah satu ketrampilan penting yang umumnya
dikuasai oleh para ilmuwan.
Data yang dikumpulkan melalui
observasi, perhitungan, pengukuran, eksperimen, atau penelitian sederhanadapat
dicatat atau disajikan dalam berbagai bentuk, seperti label, grafik, histogram,
atau diagram. Data yang disajikan tersebut dapatlah diinterpretasi atau
ditafsirkan. Para guru dapat melatih
anak-anak dalam menginterpretasi data. Misalnya, anak-anak diminta mencatat
suhu udara pada pukul 12.00 siang selama enam hari, dari hari Senin sampai hari
Sabtu. Data tersebut dicatat dalam sebuah tabel. Setelah data diperoleh, anak
dapat membaca atau mengingterpretasi data itu, misalnya hari apa yang terpanas,
hari apa yang terdingin, dan suhu rata-rata dalam seminggu.
10. Kesimpulan Sementara (Inferensi)
Memberikan kesimpulan
sementara atau inferensi sering dilakukan oleh seorang ilmuwan dalam proses
penelitiannya. Para guru dapat melatih anak-anak dalam menyusun suatu
kesimpulan sementara dalam proses
penelitian sederhana yang dilakukan. Pertama-tama data dikumpulkan,
kadang-kadang melalui eksperimen terlebih dahulu, lalu dibuat kesimpulan
sementara berdasarkan informasi yang dimiliki sampai suatu waktu tertentu.
Kesimpulan tersebut bukan merupakan kesimpulan akhir, hanya merupakan
kesimpulan sementara yang dapat diterima sampai saat itu.
Berikut ini dikemukakan satu
contoh pembuatan kesimpulan sementara. Guru mengatakan kepada anak-anak bahwa
ia membayangkan seekor binatang. Guru kemudian menuliskan beberapa hasil
observasi tentang binatang pada papan tulis, lalu anak-anak disuruh membuat
kesimpulan sementara.
11. Peramalan
Dalam kehidupan sehari-hari
kita sering membuat peramalan berdasarkan pengalaman kita sebelumnya. Kalau
cuaca mendung, kita meramalkan bahwa hujan mungkin akan turun. Kalau angin
bertiup kencang selama satu minggu, kita meramalkan bahwa musim kemarau akan
segera tiba. Kalau panen gagal, kita ramalkan bahwa harga beras akan naik.
12. Penerapan (Aplikasi)
Ketrampilan
menerapkan atau mengaplikasikan konsep adalah kemampuan yang umumnya dimiliki
oleh para ilmuwan. Para guru dapat melatih anak-anak untuk menerapkan konsep
yang telah dikuasai untuk memecahkan masalah tertentu, atau menjelaskan suatu
peristiwa baru dengan menggunakan konsep yang telah dimiliki. Sebagai contoh,
setelah menguasai konsep bahwa udara mempunyai tekanan, para siswa disuruh
memompa ban sepeda yang mampu memuat beban yang berat. Setelah menguasai konsep
bahwa jumlah oksigen dalam air yang bergerak lebih banyak daripada dalam air
yang tenang, para siswa dapat menyarankan kepada orang tuanya atau tetangganya
yang mengusahakan tambak ikan untuk tidak membiarkan air dalam ikannya tetap
tergenang dalam waktu yang lama, tetapi mengatur aliran air dalam kolam
sedemikian rupa sehingga selalu bergerak.
13. Komunikasi
Setiap
ahli dituntut agar mampu menyampaikan hasil penemuannya kepada orang lain. Ia
mungkin menyusun laporan penelitian, membuat paper, atau menyusun karangan. Ia mungkin pula menyampaikan
penemuannya kepada orang lain secara lisan. Sering ia membuat gambar, model,
tabel, diagram, grafik, atau histogran yang dapat dibaca orang lain.
Ketrampilan mengkomunikasikan apa yang ditemukan adalah salah satu ketrampilan
mendasar yang dituntut dari para ilmuwan.
Para
guru perlu melatih anak dalam ketrampilan ini. Misalnya dengan membuat gambar,
model, tabel, diagram, grafik, atau histogram, dengan membuat karangan, dengan
menceritakan pengalamannya dalam kegiatan observasi, dengan menyajikan laporan
hasil diskusi kelompok, atau dengan membuat berbagai pajangan yang dipamerkan di dalam ruang kelas.
2.3 TujuanPendekatan Pembelajaran IPA di SD/MI adalah sebagai berikut:
1. Memperoleh
keyakinan terhadap kebesaran Tuhan yang maha esa berdasarkan keberadaan,
keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
2. Mengembangkan
rasa ingin tahu.
3. Sikap
positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara
IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.
4. Mengembangkan
keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan
membuat keputusan.
5. Meningkatkan
kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan
lingkungan alam.
6. Memperoleh
bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan
pendidikan ke SMP / MT.
7. Murid-murid
setelah lulus sekolah menjadi warga Negara yang mampu untuk mengambil
keputusan-keputusan tentang masalah-masalah didalam masyarakat dan mengambil
tindakan sebagai akibat menekankan pentingnya sains dan teknologi.
8. Menekankan
cara belajar menyeluruh yang mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
·
Pendekatan pembelajaran adalah upaya yang
dilakukan guna membuat siswa terlibat secara aktif dan berminat dalam mengikuti
pembelajaran.
·
Macam-macam Pendekatan Pembelajaran:
1. Teacher Center
2. Student Center
3. Inquiry
4. Discovery
5. Deduktif
6. Induktif
7. Kontekstual
8. Ketrampilan Proses
·
Tujuan Pendekatan Pembelajaran IPA di
SD/MI
sebagai berikut:
1. Memperoleh
keyakinan terhadap kebesaran Tuhan yang maha esa berdasarkan keberadaan,
keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
2. Mengembangkan
rasa ingin tahu.
3. Sikap
positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara
IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.
4. Mengembangkan
keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan
membuat keputusan.
5. Meningkatkan
kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan
lingkungan alam.
6. Memperoleh
bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan
pendidikan ke SMP / MT.
7. Murid-murid
setelah lulus sekolah menjadi warga Negara yang mampu untuk mengambil
keputusan-keputusan tentang masalah-masalah didalam masyarakat dan mengambil
tindakan sebagai akibat menekankan pentingnya sains dan teknologi.
8. Menekankan
cara belajar menyeluruh yang mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
3.2 Saran
Sebagai calon seorang guru yang nantinya akan
mengajar dalam kelas, kita harus memiliki wawasan yang luas, tentang bagaimana cara mengajar yang
menarik bagi siswa dan tidak
membosankan. Setelah membaca makalah ini, disarankan kita dapat menggunakan
pedekatan mengajar yang sesuai dengan situasi dan keadaan kelas, sehingga
proses belajar-mengajar dapat berjalan dengan optimal.
DAFTAR
PUSTAKA
Amri, Sofan. 2013. Pengembangan dan
Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. Jakarta : Prestasi Pustaka
Publisher.
Haris, Abdul dan Jihad, Asep. 2013. Evaluasi
Pembelajaran. Yogyakarta : Multi Pressindo.
Iskandar, Srini M. 1997. Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Alam. Indonesia.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi
Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.Jakarta : Kencana
Prenada Media Group.
Saptiati,
Amalia, dkk. 2009. Pembelajaran IPA di SD. Jakarta:
Universitas Terbuka
Semiawan,
Conny, Ketrampilan Proses, Suatu
Pendekatan dalam Meningkatkan Kreativitas Proses Belajar-Mengajar (Dalam
Rangka Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa), makalah dalam Paket Penataran
Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan, 1983).
Tangyong, Agus
F., Pembinaan Profesional Guru dalam
Rangka Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa: (I), (II: Kemampuan Guru dalam
Melaksanakan Interaksi Belajar Mengajar), (III: Bagimana Siswa Belajar),
makalah dalam Paket Penataran Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (Jakarta:
BadanPenelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan-Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1983).
Young, B.L., Teaching Premary Science (London:
Longman Group Ltd., 1979)
0 comments:
Post a Comment
Monggo Komentarnya. . .