Tuesday, January 16, 2018

Makalah Sosiologi Dakwah



Makalah Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Pengantar Studi Islam
Dosen Pengampu : Haliemah Noor Qathrunnada, M. Pd.I


iai-logo.png

Kelompok X
Feby Firdaus
Karlina
Ridwan Tri Sabila

Institut Agama Islam Bunga Bangsa Cirebon
Jln. Widarasari III – Tuparev - Cirebon Telp. (0231) 246215

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Sosiolog Dakwah” yang telah kami susun semaksimal mungkin agar pembaca dapat mendapatkan pelajaran dan informasi tentang Pengertian, hubungan dakwah dan masyarakat serta dakwah sebagai rekayasa sosial yang telah kami susun berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber agar dapat mempermudah pembaca untuk memahami isi makalah ini.
Dalam menyelesaikan Makalah ini tentunya kami mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu kami juga ingin menyampaikan rasa terima kasih kami yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Semoga makalah yang telah kami susun ini dapat menambah pengetahuan, pengalaman dan bermanfaat bagi kami sendiri maupun pembacanya, untuk kedepannya dapat memperbaiki maupun menambah isi makalah menjadi lebih baik. Karena Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan baik segi susunan kalimat, tata bahasa maupun pengetahuan kami dalam makalah ini.



Cirebon, 22 Oktober 2017
Penyusun




BAB I

PENDAHULUAN

      Sosiologi dakwah merupakan salah satu matakuliah yang diajarkan di perguruan tinggi negeri maupun swasta, memberikan pemahaman kepada mahasiswa; untuk mengungkap masalah sosial yang terjadi pada masyarakat modern dan tradisional yang terkait dengan masalah dakwah, dan upaya yang dilakukan pelakudakwah dalam memberikan solusi terhadap masalah sosial dengan menggunakan pendekatan Teori Sosiologi dan Al-Qur'an maupun Hadis. Mata kuliah Pengantar Sosiologi Dakwah membuka tabir dan memberikan solusi terhadap masalah sosial yang selama ini membelenggu kehidupan masyarakat. Ada beberapa hal yang dilihat terkait dengan Sosiologi Dakwah di antaranya isu-isu dakwah global dan klasik yang terkait perubahan sosial, konflik, keberagamaan, budaya, ekonomi, politik, kesehatan sosial, kemiskinan, dan teori-teori sosial. Solusi langkah strategi yang dilakukan pelaku dakwah agar masalah sosial dapat teratasi dengan cepat, yakni lewat media yang digunakan, materi yang menzaman, dan pendekatan persuasifyang menarik. Dengan demikian, polarisasi peningkatan kualitas pelaku dakwah dalam bidang Sosiologi senantiasa ditingkatkan, sehingga dalam melaksanakan tugas dakwah cepat dan tepat dalam kehidupan bermasyarakat.
1.      Apa yang di maksud dengan sosiologi dakwah?
2.      Apa Hubungan Dakwah dan Masyarakat dalam Perspektif Sosiologi?
3.      Apa yang di maksud dengan Dakwah sebagai Rekayasa Sosial?

Untuk mengetehaui tentang sosiologi dakwah, Hubungan Dakwah dan Masyarakat dalam Perspektif Sosiologi, dan yang berkaitan dengan Dakwah sebagai Rekayasa Sosial.

BAB II

SOSIOLOGI DAKWAH


Secara epistimologis, terdiri dari dua kata, sosiologi dan dakwah. Sosiologi berarti ilmu tentang kemasyarakatan dalam tindakan-tindakan hidupnya kehidupan bermasyarakat, sedangkan  dakwah adalah upaya untuk berusaha mengajak  orang kepada kebaikan.
Sosiologi Dakwah, secara etimologis, adalah  ilmu yang mengkaji tentang upaya pemecahan masalah-masalah dakwah  dengan pendekatan sosiologis. Dan yang menjadi  aspek sosiologi karena dalam kegiatan dakwah itu terdapat hubungan dan pergaulan sosial, yakni hubungan antara pelaku dakwah dan  mitra dakwah.
Dalam hubungan ini perlu dikemukakan bahwa dalam lembaga-lembaga, kelompok sosial  dan proses sosial  terdapat hubungan-hubungan siosial  atau secara teknis atau di sebut interaksi sosial, dari hasil interaksi sosial ini maka masyarakat  harus  mampu mengembangkan dan membentuk tingkah laku yang kemudian menumbuhkan  dan mengembangkan sistem dakwah. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sosiologi dakwah adalah ilmu yang mempelajari hubunga-hubungan antara semua pokok masalah dalam proses dakwah dan proses sosial. Sosiologi Dakwah adalah ilmu pengetahuan yang berupaya untuk memecahkan masalah-masalah dakwah dengan pendekatan dan analisis sosiologis.[1]

      Sosiologi Dakwah muncul karena dalam kehidupan manusia menunjukan bahwa masyarakat, secara terus menerus mengalami perubahan yang sangat cepat, progresif dan sering kali tampak gejala desintregratif, yakni melonggarnya kesetiaan terhadap nilai-nilai umum. Perubahan masyarakat yang sangat cepat itu menimbulkan Cultural Lag, yaitu ketertinggalan kebudayaan kerena berhadapan dengan sejumlah kendala. Cultural Lagini merupakan sumber masalah dalam masyarakat.
      Seorang da’i (pelaku dakwah) adalah manajer, informatory, konduktor dan sebagainya yang harus berperilaku seperti yang diharapkan masyarakatnya. Seorang da’I yang bertindak sebagai pendidik, pengajar, dan pembangun masyarakat diharapkan berperilaku baik dan bermoral tinggi sebagai teladan bagi masyarakt masa akan datang. Perkembangan masyarakat banyak dipengaruhi oleh factor-faktor internal dari kalangan masyarakt itu sendiri atau factor ksternal yang dianggap memiliki kewibawaan keberhasilan masyarakat  untuk mencapai kemajuan tidak hanya ditentukan oleh upaya-upaya anggota masyarakat atau interaksi antara mad’u dan da’I melainkan juga antara mad’u dengan lingkungan masyarakat dalam berbagai situasi yang dihadapi didalam atau diluar wilayah tinggal masyarakat itu.[2]

Dalam sejarahnya, manusia tidak pernah berhenti dari kesibukan. Baik kesibukan dalam menghadapi kehidupan luar maupun kesibukan dalam hubungan diri sendiri. Sejak pagi sampai malam mulai dari anak kecil sampai orang tua, mereka sibuk dengan urusannya masing-masing. Dalam kesibukan-kesibukan itu terjadi hubungan timbal balik dalam upaya mencapai dan memenuhi hubungan mereka.
Dalam menghadapi  lingkungan  sekitar, manusia dengan tingkah lakunya menimbulkan usaha-usaha  untuk mengetahui kebutuhan mereka, misalnya, dalam memanipulasi suatu benda untuk menjadi barang kebutuhan kegiatan manusia  untuk mengetahui, menguasai  dan memanfaatkan alam sekitar itu menimbullkan berbagai cabang ilmu  pengetahuan dan teknologi.
Berbagai kegiatan manusia sebagai makluk sosial memunculkan berbagai ilmu pengetahuan. Misalnya, kegiatan untuk berdakwah, yakni  menyampaikan suatu ajaran  atau mengajak terhadap hal yang positif  karena itu lahirnya sosiologi dakwahmasih sangat tebatas  untuk bisa diketahui  oleh  masyarakat luas, baik di Indonesia bahkan dunia sekalipun.[3]

      Sosioalisasi keberagamaan merupakan bagian dari proses kegiatan dakwah dan dalam proses sosialisasi, individu belajar beragama bertatakrama dan memiliki berbagai ketrampilan sosial, seperti bertutur kata baik, bergaul, peduli terhadap orang lain menghormati kepada orang tua dn sebagainya. Semua proses sosialisasi keberagamaan berlangsung dalam interaksi individu dengan lingkungan. Seperti orang tua, saudara-saudara, para ustad, teman-teman sepermainan, informasi-informasi dari bacaan buku dan kitab, mendengarkan radio atau menonton TV, mendengarkan perbincangan orang dll. Dalam hal ini diperlukan filter untuk menyaring dan menangkal hal-hal yang tidak baik.

      Sosiologi dakwah memperhatikan pengaruh seluruh keseluruhan lingkungan budaya sebagai tempat dan cara individu memperoleh dan mngorganisasi pengalamannya. Dengan demikian dapat dikemukakan tujuan sosiologi dakwah sebagai berikut:
1.      Sosiologi dakwah bertujuan menganalisis proses sosialisasi keberagamaan, baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat
2.      Sosiologi dakwah bertujuan menganalisis perkembangan dan kemajuan sosial keagamaan
3.      Sosiologi dakwah bertujuan mengalisis tingkat partisipasi orang-orang yang memiliki pengetahuan keagamaan dalam kegiatan dakwah dalam masyarakat
4.      Sosiologi dakwah bertujuan membantu menetukan tujuan dakwah
5.      Sosiologi dakwah bertujuan memberikan pelatihan-pelatihan yang efektif bagi para da’i dalam bidang sosiologi sehingga mereka benar-benar bisa melaksanakan tugas dakwah secara cepat dan tepat.[4]

BAB III

HUBUNGAN DAKWAH DAN MASYARANKAT

DALAM  PERSPEKTIF SOSIOLOGI


Untuk memahami dan menjelaskan hubungan antara fenomena dakwahdanmasyarakat dalamperspektif sosiologiperlu dikemukakan teori besar sosiologi, yaitu Stuktural fungsional, interaksionisme simbolik dan teori pertukaran

Teori struktural fungsionalisme adalah teori sosiologi yang terhimpun dalam paradigma fakta sosial. Tokoh utama paradigma ini adalah Emile Durkhaim. Dua karyanya yang terkenal adalah The Rules of Sociological Methode dan Suicide.
Mengenai fakta sosial, George Ritzer dalam bukunya, A multiuple paradigma science, menjelaskan bahwa  ada dua tipe dasar  struktur fakta sosial  dan  pranata sosial, bagi Durkheim kedua tipe tersebut bersifat eksternal, umum dan memaksa individu-individu  anggota  masyarakat. Secara lebih rinci, fakta sosial  itu dapat terwujud  berupa kelompok, misalnya kelompok politik, kelompok ekonomi, kelompok olahraga dan lain sebagainya.

Teori interaksionalisme simbolik adalah salah satu teori yang termasuk dalam paradigm definisi sosial. Teori interaksionisme simbolik yang merupakan tindakan manusia dalam menjalin interaksinya dengan sesama anggota masyarakat. Penjelasan-penjelasan teoritik itu selalu asumsi itu dapat dikemukakan sebagai berikut :
1.      Makhluk manusia bertindak kea rah berbagai hal atas dasar makna yang dimiliki hal-hal itu bagi mereka.
2.      Makna hal-hal tersebut muncul dari interaksi sosial antara seseorang dengan kawannya.
3.      Makna hal-hal itu diambil dan dimodifikasi melalui sebuah proses interpretative yang digunakan perorangan dalam hubungannya dengan hal-hal yang dihadapinya.
      Perspektif ini berpendapat bahwa manusia itu merupakan makhluk kreatif dan dapat menerjemahkan symbol-simbol yang diterimanya. Anggota masyarakat dapat memberi makna yang berbeda-beda ketika mendengarkan dakwah seseorang.

Teori pertukaran merupakan salah satu teori  sosoiologi   yang bernaung di bawah paradigma  perilaku sosial. Asumsi asumsi yang mendasari teori perilaku sosial adalah sebagai berikut:
·        Manusia pada  dasarnya  tidak mencari keuntungan maksimal tetapi mereka selalu ingin mendapatkan keuntungan dari interaksinya dengan orang lain.
·        Manusia tidak bertindak secara rasional sepenuhnya tetapi dalam mereka setiap interaksinya   dengan manusia cenderung berpikir untung rugi.
·        Meski tidak  memiki informasi yang mencakup semua hal sebagai alasan  untuk mengembangkan alternatif tetapi manusia setidaknya memiliki  informasi meski terbatas  yang dapat dipakai untuk mengembangkan  alternatif guna memperhitungkan untung rugi yang mungkin timbul.
·        Manusia selalu berada dalam keterbatasan namun mereka tatap berkompetisi untuk mendapatkan  keuntungan dalam  interaksinya.
·        Meski manusia selalu berupaya  untuk mendapatkan keuntungan  dari hasil interaksinya  dengan manusia lain  tetapi mereka  dibatasi oleh sumber  daya yang tersedia.
·        Manusia berusaha  mendapatkan hasil dalam bentuk materi namun mereka juga akan melibatkan dan menghsilkan sesuatu yang bersifat non materi.
Dengan demikian teori pertukaran sosial menggambarkan manfaat yang dapat diperoleh dalam hubungan antara dakwah dengan masyarakat, keuntungan yang diperolah dapat berupa material, immaterial dan sosial.

BAB IV

DAKWAH SEBAGAI REKAYASA SOSIAL

           
            Dalam upaya mempengaruhi masyarakat untuk berubah, kegiatan dakwah dapat diartikan sebagai rekayasa sosial. Dalam hal ini seorang da’I sebagai change agent dapat melakukan dakwah dengan bermacam-macam bentuk ajakan, sesuai dengan fungsi dakwah sebagai berikut:
Dakwah merupakan suatu ajakan atau seruan terhadap seseorang atau sejumlah orang, untuk  mengikuti amalan ajaran  dan nilai-nilai islam. Bagi yang belum islam diajak untuk menjadi muslim dan bagi yang sudah islam diajak intuk menyempurnakan islamnya. Bagi yang sudah mendalam didorong untuk mengamalkan dan menyebarkannya.
Dakwah juga berarti upaya memanggil kembali hati nurani untuk menghilangkan sifaf-sifat  buruk dan menggantinya dengan sifat-sifat yang mulia  yang tunduk dan patuh kepada Allah di mana sifat-sifat itu adalah  sifat-sifat yang sesuai dengan hati nurani manusia.
Jadi yang didakwahi adalah siapa saja, termasuk ustadz, kyai, mubaligh, zuama, pemimpin dan lain sebagainya. Yang sedang lupa atau imannya menurun karena kualitas iman seseorang bersifat fluktuatif.
      Dakwah juga dapat dipahami sebagai proses komunikasi (tabligh), setiap muslim, seperti Nabi saw, disuruh berkomunikasikan jaran islam, betapapun pengetahuannya tentang islam masih sangat sedikit.komunikasi itu dapat terjadi secara lisan, maupun tulisan. Cara komunikasi bisa langsung dan tidak langsung. Komunikasi langsung juga dapat terjadi individual maupun masal, melalui forum-forum, pengajian, dialog, integrasi sosial, jemaah, silaturahmi, face to face dll. secar face to face, komunikasi tidak langsung dapat juga melalui media cetak, media elektronik maupun lainya.

      Dakwah juga berarti penyebaran rahmat (cinta kasih) pada sesame manusia bahkan pada sesama makhluk seluruh alam. Alloh menurunkan agama islam ini sebenarnya merupakan wujud cinta kasih (rahman dan rahim) Nya, agar manusia hidupnya di dunia baik (hasanah) dan selamat di akhirat (hasanah). Dakwah diperintahkan agar orang-orang yang didakwahi itu hidupnya baik di dunia (hasanah fid dunya, yakni cukup rezeki, sehat, damai dsb) dan di akhirat (hasanah fil akhirati, yakni bebas dari neraka dan masuk surga).
      Islam mengandung ajaran dan petunjuk tentang bagaimana membebaskan diri dari belenggu dengan alam, materi, budaya dan tradisi. Bagaimana membebaskan diri dari kebodohan, melepaskan diri dari kebekuan berpikir, melepaskan diri dari kemiskinan dan bagaimana kita bisa melepaskan diri dari kemalasan.
      Dakwah juga berarti membebaskan manusia dari kebodohan, bahkan sebenarnya manusia itu sebenarnya dianjurkan untuk menuntut ilmu agar tidak bodoh. Bahkan manusia itu diprogram oleh Allah untuk menjadi pembangun peradaban di muka bumi. Karena itu  manusia dibelaki akal pikiran  yang menjadi perangkat paling penting untuk membangun peradaban iman. Karena itu manusia dibekali akal  npikiran yang menjadi perangkat paling penting untuk membangun peradaban.
      Dakwah juga berarti membebaskan manusia dari kemiskinan karena kemiskinan akan bisa menggurani martabat manusia, kemiskinan juga bisa  menyebabkan manusia menjadi lemah karena kekurangan makan, gizi, vitamin,  karbohidrat dan mengakibatkan daya tubuh menjadi lemah dan mudah terkena penyakit.
      Dengan pendekatan pemberantasan kemiskinan yang diajarkan oleh islam  itu  maka  hubungan antara kelompok miskin  dengan orang kaya tetap terjaga. Hal ini berbeda dengan yang terjadi dilingkungan kaum komunis yang justru  membenturkan antara orang miskin  dengan orang kaya.Dengan pendekatan-pendekatan dalam pemberantasan kemisikinan seperti yang diajarkan oleh islam, maka hubungan antara kelompok miskin dan kaya akan tetap harmonis.


      Dakwah di sini sebagai penyelamatan manusia di muka bumi dari berbagai hal yang mungkin timbul atau yang telah terjadi yang dapat merugikan manusia, orang  yang berbuat kesalahan atau dosa sebenarnya sedang mengalami dehumanisasi. Orang yang berbuat kesalahan atau dosa sebenarnya sedang mengalami degradasi.
      Dakwah juga berarti membebaskan manusia dari kebodohan, karena ajaran islam menganjurkan agar  manusia  senantiasa berpikir dan menuntut ilmu. Dapat dikemukakan bahwa makin tinggi moral dan ilmu suatu masyarakat mamka makin tinggi pula peradaban mereka. Dalam bahasa Al Quran dikatakan orang yang beriman dan berilmu akan diangkat derajatnya menjadi lebih tinggi.
      Seperti yang tela dikemukakan, manusia dicipatakan Allah swt untuk menjadi khalifah (wakil tuhan) dimuka bumi. Sebagai khalifah seharusnya manusia mengikuti konsep dan kebijakan yang diwkilinya. Konsep dan kebijakan itu terdapat dalam al-Qur’an. Sebagai wakil Allah manusia juga seharusnya memiliki ahklak yang mulia seperti ahklak Nya. Maksudnya, manusia harus memiliki ilmu, sebab Allah itu maha mengetahui. Manusia harus kreatif, kerena Allah itu maha kreatif. Manusia harus mencintai sesama, karena Allah itu maha penyayang, manusia harus pemaaf, karena Allah itu maha pengampun. Manusia harus berupaya menjadi kaya, karena Allah itu maha penganpun. Manusia harus berupaya menjadi kaya, kerena Allah itu maha kaya. Manusia harus adil, karena Allah itu maha adil.











BAB IV

PENUTUP


Kesimpulan

Secara harfiah (etimologi) kata dakwah mengandung arti lain : ajakan, panggilan, seruan, permohonan (do’a), pembelaan, dan lain sebagainya.
 Dari Al-Qur’an didapati Informasi bahwa tujuan hidup manusia adalah menjadi khalifah dimuka bumi. Sebagai wakil Tuhan manusia ditugaskan untuk memakmurkan bumi dengan mengebangkan potensi-potensi positif yang di anugrahkan Tuhan kepada manusia.
Nabi Muhammad saw. Diutus untuk menyempurnakan kehidupan manusia, agama Islam memiliki ide dan misi sebab itu, dakwah merupakan aktivitas yang memiliki peran strategis. Ajaran Islam dapat dipelajari, dihayati dan amalkan oleh manusia, sebaliknya tanpa adanya aktivitas dakwah terputuslah siklus penyebaran nilai-nilai Islam.














DAFTAR PUSTAKA

0 comments:

Post a Comment

Monggo Komentarnya. . .