MAKALAH
PENGHANTAR
STUDY ISLAM
Makalah di
ajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Penghantar Study Islam yang di bimbing oleh : Halimah
DISUSUN OLEH :
DIAN AJENG
PRATIWI
NENENG HADIANAH
WARDATUS
SHOLIHAH
PRODI
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM BUNGA BANGSA CIREBON
2017/2018
KATA PENGANTAR
Segala puji dan
syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT dzat yang Maha Sempurna, pencipta
dan penguasa segalanya. Karena hanya dengan ridho-Nya penulis dapat
menyelesaikan tugas ini sesuai dengan apa yang diharapkan yaitu tentang “Pengantar studi Islam”. Dengan harapan semoga tugas ini bisa berguna dan ada manfaatnya bagi
kita semua. Amiin.
Tak lupa pula penyusun sampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang turut berpartisipasi dalam proses penyusunan
tugas ini, karena penulis sadar sebagai makhluk sosial penulis tidak bisa
berbuat banyak tanpa ada interaksi dengan orang lain dan tanpa adanya
bimbingan, serta rahmat dan karunia dari –Nya.
Akhirnya walaupun penulis telah berusaha dengan
secermat mungkin, namun sebagai manusia biasa yang tak mungkin luput dari salah
dan lupa. Untuk itu penulis mengharapkan koreksi dan sarannya semoga kita
selalu berada dalam lindungan-Nya.
Cirebon, 21 Oktober 2017
|
||
|
||
Penulis
|
i
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR..............................................................................................................
i
DAFTAR ISI............................................................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang.........................................................................................
1
B.
Rumusan Masala....................................................................................
1
C.
Tujuan
Penulisan.....................................................................................
1
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Sejarah..................................................................................
2
B.
Pengertian Sejarah
Islam..........................................................................2
C.
Perkembangan
Islam...............................................................................3
D.
Perkembangan Ajaran Islam Pada Masa Modern ..................................13
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan............................................................................................
16
DAFTAR
PUSTAKA.............................................................................................................
16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang
Sebagai generasi muslim, kita perlu mengetahui perkembangan sejarah
kebudayaan islam. Hal ini bertujuan untuk menambah dan meningkatkan kemantapan
iman kita. Seorang ahli sejarah abad pertengahan yang bernama Ibnu Khaldun mengungkapkan bahwa kebudayaaan merupakan
kondisi-kondisi kehidupan yang melebihi dari yang diperlukan. Perkembangan
kebudayaan Islam tidak lepas dari politik dan kekuasaan. Pada umumnya
kebudayaan tumbuh dan berkembang di suatu kota. Bukan suatu daerah pedalaman.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa sejarah kebudayaan Islam
adalah kondisi masyarakat yang berkembang karena dukungan pemerintahan Islam.
Sejarah Islam sendiri adalah termasuk bagian ilmu pengetahuan agama Islam.
Dan tidak boleh dipandang terpisah dari ilmu pengetahuan agama islam. Oleh
karena itu bagi mereka yang hendak menulis sejarah Islam harus mempunyai
pengetahuan tentang cabang-cabang ilmu pengetahuan agama islam seperti
Al-Quran, As-Sunah, Fiqih, Tauhid, Tarikh dan sebagainya. Sebab tidak sedikit
peristiwa-peristiwa bersejarah berkaitan erat dengan turunnya ayat-ayat
Al-Quran dan As-Sunah.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Sejarah Islam
itu?
2. Bagaimanakah Perkembangan Islam?
3. Bagaimana Peradaban Islam?
4. Bagaimana Periode Modern Pada Islam?
1
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Sejarah
Dalam kamus umum Bahasa Indonesia, W.J.S.
Poerwadarminta mengatakan sejarah adalah kejadian dan peristiwa yang
benar-benar terjadi pada maa yang lampau atau peristiwa penting yang
benar-benar terjadi.
Objek peristiwa sejarah terdapat objek peristiwa itu
sendiri (what), orang yang melakukannya (who), waktunya (when), tempatnya
(where) dan latar belakangnya (why). Seluruh aspek tersebut selanjutnya disusun
secara sistematis dan menggambarkan hubungan yang erat antara satu bangian
dengan bangian yang lain.
B.
Pengertian
Sejarah Islam
Menurut Maulana Ali dapat dipahami dari firman
Allah yang terdapat pada ayat 202 surat Al-baqarah yang artinya:
Hai orang-orang yang beriman , masuklah kamu ke dalam
islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu menuruti langkah-langkah
syaitan, sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.
Dan juga dapat dipahami dari ayat 61 surat Al-anfal
yang artinya: Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah
kepadanya dan bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya dialah Tuhan yang maha
mendengar lagi maha mengetahui.
Kata islam dari segi kebahasaan mengandung arti patuh,
tunduk, taat dan berserah diri kepada Tuhan dalam mencari upaya mencari
keselamatan dan kebahagiaan hidup baik didunia maupun akhirat. Hal demikian
dilakukan atas kesadaran dan kemauan atas diri sendiri, bukan paksaan atau
berpura-pura, melainkan sebagai panggilan dari fitrah dirinya sebagai makhluk
yang sejak dalam kandungan sudah menyatakan patuh dan tunduk kepada
tuhan.
Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan sejarah
islam adalah berbagai peristiwa atau kejadian yang benar-benar terjadi,
yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan agama islam dalam berbagai
aspek.
2
C.
Perkembangan
Islam
1.
Masa Usman Bin Affan (644-656 M)
-
Pembukuan (kodifikasi) Al-Qur’an
Dalam catatan sejarah islam
diketahui bahwa pada masa pemerintahan usman bin affan (644-656 M), terdapat
salah satu prestasi yang dicapai, terutama dalam usaha memelihara Al-Qur’an,
yaitu usaha pembukuan Al-Qur’an. Usaha ini sebenarnya telah dilakukan jauh
sebelum khalifah usman bin affan berkuasa, yaitu pada masa pemerintahan
Khalifah Abu Bakar as-Shidiq. Bahkan usaha penulisan wahyu telah dilakukan
sejak masa Rasulullah saw. Setiap menerima wahyu, Rasulullah saw selalu
membacakan dan mengajarkannya kepada para sahabat, serta memerintahkan kepada
mereka untuk menghafalnya. Selain itu, Nabi Muhammad saw juga memerintahkan
kepada para sahabat yang pandai tulis dan baca, agar menuliskan dipelepah
kurma, pada lempengan-lempengan batu dan kepingan-kepingan tulang. Perintah
tersebut dilaksanakan dengan baik dan mereka menuliskannya dengan sangat
hati-hati. Karena Al-Qur’an pedoman hidup bagi setiap umat muslim
-
Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Salah satu implikasi atau
dampak positifnya yang dihasilkan dari perluasan wilayah islam selain semakin
bertambahnya jumlah pemeluk islam juga berdampak pada semakin berkembangnya
pusat-pusat peradaban islam. Perkembangnya pusat-pusat kota tersebut yang
kemudian menjadi pusat peradaban islam, menarik perhatian para pendatang.
Ketika itu diasimilasi dan akulturasi antara peradaban lokal dengan peradaban
baru yang dibawa oleh islam. Proses akulturasi ini mengahsilkan peradaban baru
yang memperkaya khazanah peradaban Islam.
-
Perkembangan Sastra
Dalam epistimologi bahasa
sastra adalah inti seni. Sejak pra Islam, bangsa arab memiliki kemampuan sastra
yang sangat tinggi. Banyak sastrawan pra Islam yang terkenal diantaranya Umru Al-Qays dan lain lain. Ketika Islam
berkembang, seni sastra ini terus dipertahankan bahkan diisi dengan nilai-nilai
keagamaan, sehingga nilai sastra selalu bernafaskan Islam.
3
Pada masa Khulafaur
Rasyidin, sastra mengalami perkembangan, meski para khalifah saat itu kurang
terfokus dalam pengembangan sastra, karena lebih focus pada proses penulisan
dan pembukuan Al-Qur’an. Tetapi bagi masyarakat seni, Al-Qur’an dan hadist yang
tengah mendapatkan perhatian serius serius menjadi inspirasi bagi upaya
pengembangan sastra Islam.
2.
Periode
Klasik
-
Masa
Pemerintahan Dinasti Bani Umayah (661-750 M)
Dinasti Bani Umayah
merupakan dinasti islam yang pertama didirikan oleh Mu’awiyah bin Abi Sufyan
pada tahun 41-132 H/661-750 M. berdirinya dinasti ini mengalami proses yang
cukup panjang, sejak dari keinginan Mu’awiyah bin Abi Sufyan menjadi Gubernur
di Damaskus hingga ia memperoleh kekuasaan dari Al-Hasan bin Ali. Oleh karena
itu proses pembentukan dinasti ini mengalami banyak persoalan politik, sosial,
keagamaan dan lain-lain, maka perlu dipelajari latar belakang dan asal usul
dinasti ini.
Selama kurang lebih satu
abad berkuasa, dengan 14 (empat belas) orang khalifah, terdapat banyak
perkembangan dan kemajuan yang dicapai. Di antaranya kemajuan dalam bidang
administrasi pemerintahan, bidang sosial, politik , ilmu pengetahuan dan lain
sebagainya.
Pada masa pemerintahan
dinasti ini banyak kemajuan, perkembangan, dan perluasan daerah yang dicapai,
terlebih pada masa pemerintahan Khalifah Walid bin Abdul Malik
(89-96H/705-715M). Pada masa pemerintahan Muawiyah bin Abi Sufyan ada usaha
memperluas wilayah kekuasaan ke berbagai daerah, seperti ke India dengan
mengutus Mhalab bin Abu Sufyan, dan usaha perluasan ke barat ke daerah Byzatium
dibawah pimpinan Yazid bin Muawiyah. Selain itu juga diadakan perluasan wilayah
ke afrika Utara jufa mengarahkan kekuatannya untuk merebut kekuasaan diluar Jazirah
Arab antara lain kota Konstatinopel. Adapun balasan Muawiyah bin Abu Sufyan
untuk terus berada di Byzantium.
-
Pertama, Byzantium merupakan baris kekuatan agama Kristen Ortodoks, yang
pengaruh nya dapat membahayakan perkembangan islam.
-
Kedua, orang orang Byzantium sering mengadakan pemberontakan kedaerah Islam.
-
Ketiga, termasuk wilayah yang mempunyai kekayaan yang melimpah
4.
Tidak hanya itu, Islam
menjadi sebuah agama yang mampu memberikan motifasi para pemeluknya untuk
mengembangkan diri dalam berbagai bidang kehidupan social, politik, ekonomi,
budaya, dan sebagainya. Andalusia pun mencapai kejayaan pada masa pemerintahan
Islam.
-
Kemajuan-kemajuan Yang
Dicapai
Pertama, Bani Umayah berhasil memperluas daerah kekuasaan
islam ke berbagai penjuru dunia, seperti Spanyol, Afrika Utara, Suria,
Palestina, Semenanjung Arabia, Irak, Sebagian kecil Asia, Persia, Afganistan,
Pakistan, Rukhmenia, Uzbekistan, dan Krigis.
Kedua, Islam memberikan pengaruh besar bagi kehidupan
masyarakat luas, sikap fanatic Arab sangat efektif dalam membangun bangsa Arab
merupakan prototipikal dari bansa islam sendiri.
Ketiga, telah berkembang ilmu pengetahuan secara tersendiri
dengan masing-masing tokoh spesialisnya. Antara lain, dalam Ilmu Qiroat (7
Qiroat) yang terkenal yaitu : Ibnu Katsir (120H), Ashim (127H), dan Ibnu Amr
(118H).
Ibnu Tafsi tokohnya adalah
Ibnu Abbas (68H) dan muridnya Mujahid yang pertama kali penghimpun tafsir dalam
sebuah Suhuf, Ilmu Hadist dikumpulkan oleh Ibnu Hihab Az-Zuhri atas perintah
Umar bin Abdul Aziz, Tokohnya adalah Hasan Al-Basri (110H), Said bin Musayyad,
Rabi’ah Ar-Ra’iy guru dari Imam Malikah, Ibnu Abi Malikah, Sya’bi Abu Amir bin
Syuhrahbil. Kemudian Ilmu Kimia dan Ilmu Kedokteran, Ilmu Sejarah, Ilmu Nahwu,
dan sebagainya.
Keempat, perkembangan dalam hal administrasi ketatanegaraan,
seperti adanya Lembaga Peradilan (Qadha), Kitabat, Hajib, Barid, dan
sebagainya.
3.
Berdirinya
Dinasti Abbasiyah
Dinasti Abbasiyah
merupakan kelanjutan dari Dinasti Umayyah. Nama Dinasti Abbasiyah diambil dari
salah seorang dari paman Nabi Muhammad SAW yang bernama Al-Abbas Ibn Abd
Al-Muthalib Ibn Hasyim. Orang Abbasiyah merasa lebih berhak dari pada Bani
Umayyah atas kekhalifahan Islam,
5
karena mereka adalah
cabang dari Bani Hasyim yang secara nasab keturunan yang lebih dekat dengan
Nabi. Menurut mereka, orang Umayyah secara paksa menguasai khalifah melalui
tragedi perang Siffin.
Pada saat pergantian
kekuasaan dari Dinasti Umayyah kepada Dinasti Abbasiyah banyak diwarnai dengan
pertumpahan darah. Meskipun kedua dinasti ini berlatar belakang agama Islam,
akan tetapi dalam pergantian posisi pemerintahan melalui perlawanan yang
panjang dalam sejarah Islam.
Dalam sejarah
berdirinya Dinasti Abbasiyah, menjelang berakhirnya akhir Dinasti Umayyah,
terjadi bermacam-macam kekacauan yang antara lain disebabkan:
1. Penindasan yang terus menerus terhadap
pengikut Ali dan Bani Hasyim pada umumnya.
2. Merendahkan kaum muslimin yang bukan bangsa
Arab sehingga mereka tidak diberi kesempatan dalam pemerintahan.
3. Pelanggaran terhadap ajaran Islam dan hak-hak
asasi manusia dengan terang-terangan.
Dinasti Abbasiyah
didirikan oleh Abdullah Al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn
al-Abbass. Dia dilahirkan di Humaimah pada tahun 104 H. Dia dilantik menjadi
Khalifah pada tanggal 3 Rabiul awal 132 H.
Pada abad ketujuh
terjadi pemberontakan diseluruh negeri. Pasukan Marwan ibn Muammad (pasukan
Dinasti Umayyah) melawan pasukan Abdul Abbas.
Pemberontakan tersebut terjadi akibat ketidakpuasan mereka tehadap
khalifah-khalifah sebelumnya. Dan akhirnya di menangkan oleh pasukan Abbas.
Pasukan pemberontak terdiri dari kalangan Khawarij, Syi’ah, Mawali, dan Bani
Abbas.
Para ahli sejarah
membagi pemerintahan bani Abbasiyah menjadi 5 periode yang didasarkan pada
kondisi politik pemerintahan.
1. Periode Pertama
(tahun 750 – 847 M)
Pada periode ini
terdapat pengaruh persia yaitu masuknya keluarga Barmak dalam pemerintahan Bani
Abbasiyah dan dalam bidang ilmu pengetahuan.
6
Puncak kejayaan terjadi
pada periode ini yaitu ketika di pinpin oleh khalifah Harun Al Rasyid. Semua
sektor perekonomian maju, ilmu pengetehuan berkembang pesat sehingga rakyat
menjadi sejahtera.
2. Periode kedua (tahun
847 – 945 M)
Bangsa Turki yang
menjadi tentara mulai mendominasi pemerintahan Bani Abbasiyah. Mereka memilih
dan menentukan khalifah sesuai dengan kehendaknya. Pada masa ini Bani Abbasiyah
mulai mengalami kemunduran.
3. Periode ketiga
(tahun 945 – 1055 M)
Pada masa Bani
Abbasiyah di bawah kekuasaan Bani Buwaihi. Khalifah posisinya makin lemah hanya
seperti pegawai yang digaji saja karena Bani Buwaihi berpaham Syi’ah sedangkan
Bani Abbasiyah berpaham Sunni.
4. Periode keempat
(tahun 1055 – 1199 M)
Periode ini ditandai
dengan masuknya Bani Saljuk dalam pemerintahan Bani Abbasiyah karena telah
mengalahkan Bani Buwaihi. Keadaan khalifah mulai membaik terutama bidang agama
karena Bani Saljuk dengan Bani Abbasiyah sama-sama sepaham Sunni.
5. Periode kelima
(tahun 1199 – 1258 M)
Pemerintahan Bani
Abbasiyah tidak berada di bawah kekuasaan siapapun tetapi wilayah kekuasaannya
hanya tinggal Baghdad dan sekitarnya. Pada tahun 1258 M, tentara Mongol
dipinpin oleh Hulagu Khan masuk kota Baghdad menghancurleburkan kota Baghdad
dan isinya, sehingga berakhirlah Bani Abbasiyah.
B. Kondisi Pemerintahan
Dan Politik Dinasti Bani Abbasiyah
Kekuasaan pada periode
Bani Abbas ini menerapkan pola pemerintahan berbeda-beda sesuai dengan kondisi
politik, sosial, dan budaya. Berdasarkan pola pemerintahan dan politik terbagi
menjadi lima periode, yakni:
7
1. Periode Awal atau
Pengaruh Persia Pertama (750-847)
Masa ini di awali sejak
Abu Abbas menjadi khalifah (123 H/750 M) dan berlangsung hampir satu abad
hingga meninggalnnya Khalifah Al-Wasiq (232 H/847 M). masa ini dianggap sebagai
masa keemasan Abbasiyah karena berhasil memperluas wilayah kekuasaan. Wilayah
kekuasaannya membentang dari laut Atlantik hingga sungai Indus, dan dari Laut
kaspia ke sungai Nil.
Salah satu
karakteristik pemerintahan Dinasti Abasiyyah adalah menghilangkan Arabisme
sehingga dengan adanya unsur non Arab yang mempengaruhi pemerintahannya seperti
Persia dan Turki. Hal ini menjadi keragaman masyarakat faktor yang menguntungkan bagi Negara. Dengan hilangnya Arabisme dalam
pemerintahan, mendorang munculnya banyak tokoh pemerintahan selain bangsa Arab.
-
Periode Lanjutan atau Turki Pertama (847-945),
Ada 13 khalifah yang memerintah pada masa ini,
masa ini ditandai dengan kebangkitan orang Turki salah satu cirinya adalah
orang Turki memegang jabatan penting dalam pemerintahan, terbukti dengan
dibangunnya kota Samarra’ oleh al-Mu’tashim. Sepeninggal al-Mutawakkil, para
jenderal Turki berhasil mengontrol pemerintahan, sehingga khalifah hanya
dijadikan sebagai “boneka” atau simbol seperti khalifah al-Muntanshir,
al-Mustain, al-Mu’tazz, al-Muhtadi. Pada masa ini pula dinamakan pada masa
disintegrasi. Disintegrasi yang pada akhirnya menjalar kenegara yang lebih
luas, sehingga banyak negara yang memisahkan diri dari Dinasti Abbasiyah dan
menjadi wilayah yang merdeka, misalnya Afrika Utara, Spanyol, Persia
4. Periode Buwaihiyah atau pengaruh persia kedua
(334-447 H/945-1054 M)
Ada 5 khalifah yang memerintah pada masa
ini, masa ini berjalan lebih dari 150 tahun, namun secara de facto kekuasaan
khalifah dilucuti dan bermunculan dinasti-dinasti baru. Kemunculan dinasti
Buwaihhiyyah ini, pada awalnya untuk menyelamatkan khalifah yang telah jatuh
sepenuhnya dibawah kekuasaan para pengawal yang berasal dari Turki. Dominasi
bani Buwaihiyyah berasal dari
8
diangkatnya
Ahmad bin Buwaih oleh al-Muktafie sebagai jasa mereka dalam menyingkirkan
pengawal-pengawal Turki. Pengangkatan ini merupakan senjata makan tuan, dimana
Ahmad bin Buwaih yang diangkat sebagai amir umara’ dengan gelar Muiz Ad Daulah
menurunkan Khalifah Muktafie.
Masa
Dinasti Buwaihiyyah ini, Dinasti
Abasiyyah menghadapi 2 polemik besar, yaitu:
a. Adanya pemerintahan tandingan, yaitu
berdirinya Fatimah (967-1171), dinasti Samaniah di Khurasan (847-1055), dinasti
hamidiah di Suriah (924-1003), dinasti Umayyah di Spanyol (756-1030), dinasti
Ghaznawiyah di Afganistan (962-1187)
b. Adanya perang ideologi antara syi’ah dan
sunni. Sebenarnya, Buwaihiyyah merupakan dinasti yang beraliran syi’ah,
sehingga sejak awal pemerintahannya mereka memaksakan upacara-upacara syi’ah
seperti upacara kematian Husain cucu Rasulullah harus diperingati, jika tidak
mau maka akan dihukum atau disiksa. Namun pemaksaan tersebut tidak berjalan
lama karena harus berhadapan dengan masyarakat Sunni ditambah dengan adanya
manifesto Baghdad yang secara langsung menghentikan propaganda Buwaihiyyah atas
Syi’ah di Baghdad
Adapun
khalifah Dinasti Abbasiyah pada periode ini adalah:
4. Periode Dinasti Saljuk Atau Pengaruh Turki
Kedua (1054-1199 M)
Masa
ini berawal ketika Saljuk mengontrol kekuasaan Abasiyyah dengan mengalahkan
Bani Buwaihiyyah dan berakhir dengan adanya serbuan Mongol. Kekuasaan Saljuk
berawal ketika penduduk Baghdad marah atas tindakan jenderal Arselan Basasieri
yang memaksa rakyat Baghdad untuk menganut syi’ah dengan cara menahan khalifah al-Qaim
dan menghapuskan nama-nama khalifah Abasiyyah diganti dengan nama khalifah
Fatimiah. Kondisi ini tidak berlangsung lama dengan dikalahkannya Arselan
Basaseri oleh Tughrul Bey yang pernah menjadi tentara bayaran Abasiyyah.
Tughrul bey berhasil mendudukkan khalifah al-Qaim pada jabatannya sebagai
penguasa yang sah dan resmi dengan gelar kehormatan Sulthan wa Malik As Syirqi
wa Maghrib dan juga mengawinkannya dengan putri khalifah al-Qaim, adapun
khalifah yang memerintah masa pengaruh Turki kedua ada 9.
Khalifah-khalifah itu
hanya mempunyai wewenang dalam bidang keagamaan saja, sedangkan bidang lainnya
dibawah dominasi Turki.
9
5. Bebas Dari Pengaruh
Lain (1199-1258)
Masa sesudah
kekhalifahan Abasiyyah sebenarnya bebas dari pengaruh manapun namun secara
perlahan namun pasti menuju kehancuran dimana setelah berakhirnya Mas’ud bin
Muhammad yang menghabisi kekuasaan Seljuk maka kekhalifahan Abasiyyah dikacau
lagi dengan adanya kaum Khuarzamsyah dari Turki yang dulunya menjadi pembantu
Seljuk yang kemudian menamakan diri dengan Atabeg. Berkuasanya kaum
Khuarzamsyah dibawah kepemimpinan sultan Alaudin Takash memaksa khalifah Nashir
untuk mencari dukugan dari luar, dari bangsa Tartar Mongol untuk menghancurkan lawan politiknya,
dan inilah yang menjadi kesalahan terbesar Abasiyyah, karena selain
menghancurkan Khurzamsyah bangsa Tartar juga memusnahkan Baghdad dan kota Islam
lainnya hingga sampai masa hulagu khan cucu Jengis Khan.
C. Kemajuan Yang
Dicapai Dinasti Bani Abbasiyah
1. Bidang pemerintahan
a. Memindah ibukota pemerintahan ke Baghdad
b. Melakukan konsolidasi dan penertiban pemerintahan
c. Mengangkat sejumlah personal untuk menduduki
pemerintahan lembaga yudikatif dan eksekutif
d. Mengangkat wazir sebagai koordinator
departemen
e. Membangun lembaga protokol negara, sekretaris
negara, dan kepolisian negara danmembenahi angkatan bersenjata
f. Pemanfaatan kembali jawatan pos dengan
ditambah fungsinya.
g. Menaklukkan kembali daerah yang memisahkan
diri.
h. Memantapkan keamanan di daerah perbatasan
2. Bidang ekonomi
a. Peningkatan pembangunan irigasi
b. Meningkatkan hasil pertambangan (perak, emas,
tembaga dan besi)
c. Perdagangan transit antara timur dan barat
d. Barang barang hasil dari wilayah bagian timur
di perdagangkan dengan barangbarang hasil dari wilayah barat.
10
e. Perkembangan industri seperti kain linen
(mesir), sutra dari Syiria dan Irak. Kertas dari samarkand serta berbagai
produk pertanian sepertin gandum dari Mesir dan kurma dari Irak.
f. Perdagangan melalui jalur laut dan darat
3. Bidang pendidikan
a. Menerjemahkan manuskrip bahasa asing (Persia
dan Yunani) kedalam bahasa Arab
b. Didirikannya perpustakaan Bait Al Hikmah
sebagai perpustakaan negara, pusat penelitian, pusat kegiatan studi dan riset
astronomi dan matematika
c. Dibangunnya lembaga-lembaga pendidikan
d. Pembagian Lembaga pendidikan kedalam dua
tingkat yaitu
-Maktab dan Masjid
sebagai lembaga pendiddikan terendah, tempat anak-anak mengenal dasar-dasar
pendidikan, hitungan dan tulisan, dan tempat remaja belajar dasar-dasar ilmu
agama.
-Tingkat pendalaman
bagi pelajar yang ingin menuntut ilmu dengan pergi pada seseorang guru atau
beberapa ahli yang pelaksanaannya di rumah para ahli atau di masjid, bagi anak
penguasa biasanya mengundang para ahli
e. Berkembangnya ilmu filsafat dan sastra serta
perkembangan dalam bidang astronomi,
ilmu matematika, dan ilmu kedokteran.
f. Perkembangan dalam hukum Islam diantaranya
terdapatnya 4 imam mazhab besar
g. Di bidang ilmu filsafat diantaranya Al Farabi,
Ibnu Bajjah, Ibnu Tufail, Ibnu Rusd
h. Di bidang optika terdapat Abu Ali Al Hasan,
Ibnu Al Haytami, tentang teori cahaya.
i. Di bidang matematika Muhammad Ibnu Musa Al
Khawarizmi dengan teori ilmu aljabar.
j. Di bidang ilmu sejarah dikenal Al Mas’udi
dengan karyanya Muruj Al Zahab Wa Maadzin Al Jawahir
k. Di bidang kedokteran terdapat Ar Razi dan
Ibnu Sina
4. Bidang sosial
a. Pembangunan rumah sakit seiring dengan
berkembangnya ilmu kedokteran
b. Pembangunan sarana dan prasarana
c. Meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat
11
5. Bidang kebudayaan
Terjadinya asimilasi
antara bangsa arab dengan bangsa lain sehingga mempengaruhi pola pemikiran dan
memiliki hasil yang bernilai guna.
D. Kehancuran Dinasti
Abbasiyah
Diantara hal yang menyebabkan kemunduran
Dinasti Abbasiyah adalah sebagai berikut
1. Persaingan Antar
bangsa
Khilafah Abbasiyah
didirikan oleh Dinasti Abbas yang bersekutu dengan orang-orang Persia.
Persekutuan dilatarbelakangi oleh persamaan nasib kedua golongan itu padamasa
Dinasti Umayyah berkuasa. Kecenderungan masing-masing bangsa
untuk mendominasi
kekuasaan sudah dirasakan sejak awal khilafah Abbasiyah berdiri.
2. Kemerosotan Ekonomi
Khilafah Abbasiyah juga
mengalami kemunduran di bidang ekonomi
bersamaan dengan kemunduran di bidang politik.
3. Konflik Keagamaan
Fanatisme keagamaan
terkait erat dengan persoalan kebangsaan. Konflik yang muncul menjadi isu
sentra sehingga menyebabkan perpecahan. Berbagai alirn keagamaan seperti
Mu’tazilah, Syi’ah, Ahlus Sunnah (Sunni), dan kelompok-kelompok lainnya
menjadikan pemerintahan Abbasiyah mengalami kesulitan untuk mempersatukan
berbagai faham keagamaan yang ada.
4. Perang Salib
Perang salib yang
berlangsung beberapa gelombang banyak menelan korban. Konsentrasi pemerintahan
Abbasiyah terpecah belah untuk menghadapi tentara Salib sehingga memunculkan
kelemahan-kelemahan.
5. Serangan Bangsa
Mongol
Kebesaran, keagungan,
kemegahan, dan gemerlapnya Baghdad sebagai pusat pemerintahan Dinasti Abbasiyah
seolah hanyut dibawa sungai Tigris, setelah kota itu dibumihanguskan oleh
tentara Mongol di bawah Hulagu Khan pada tahun 1258 M.
12
semua bangunan kota
dihancurkan pasukan Mongol, termasuk
meruntuhkan perpustakaan yang merupakan gudang ilmu, dan membakar buku yang
ada di dalamnya. Pada tahun 1400 M, kota ini diserang pula oleh pasukan Timur
Lenk dan pada tahun 1508 M oleh tentara kerajaan Syafawi.
Khalifah Bani Abbasiyah
yang terakhir dengan keluarganya, Al-Mu’tashim dibunuh, buku-buku yang
terkumpul di Baitul Hikmah dibakar dan dibuang ke sungai Tigris sehingga
berubahlah warna air sungai tersebut yang jernih bersih menjadi hitam kelam
karena lunturan tinta yang ada pada buku-buku itu. Dengan demikian, lenyaplah
Dinasti Abbasiyah yang telah memainkan peran penting dalam percaturan
kebudayaan dan peradaban Islam dengan gemilang.
D.
Perkembangan Ajaran Islam Pada Masa Modern
Menjelang dan pada masa awal-awal pembaharuan yaitu sebelum dan sesudah
tahun 1800M. umat islam diberbagai Negara telah menyimpang dari ajaran islam
yang bersumber kepada Al-Qur’an dan Hadis. Penyimpangan itu tedapat dalam hal:
· Ajaran
Islam tentang ketauhidan telah tercampur dengan kemaksatan.hal n ditandai
dengan banyaknya umat Ialam yang selain menyembah Allah SWT juga menyembah makam
yang dianggap keramat dan meminta tolong dalam urusan gaib kepada dukun-dukun
dan orang yang dianggap sakti. Selain itu juga kelompok umat Islam yang
mengkulcuskan dan beranggapan bahwa sultan adalah orang suci yang segala
perintahnya di taat.
· Adanya
kelompok umat Islam yang selama hidup didunia ini hanya mementngkan
urusan akhirat dan meninggalkan dunia.
Mereka beranggapan bahwa memiliki harta benda yang banyak, kedudukan yang
tinggi, dan Ilmu tentang pengetahuan dunia adalah tdak perlu. Karena hdup
ddunia ini cumin sebentar dan sementara, sedangkan hidup di akhirat bersifat
kekel dan abadi. Selan itu, banyak umat Islam yang menganut paham fatalisme,
yaitu paham yang mengharuskan berserah dir kepada nasib dan tdak perlu
berikhtiar, karena hidup manusia dikuasai dan dikendalikan oleh nasib.
Penympangan- penympangan umat slam terhadap ajaran agamanya seperti
tersebut, mendorong lahrnya para tokoh pembaharu, yang berusaha menyadarkan
umat islam agar kembali kepada ajaran Islam yang benar, yang bersumber kepada
Al-Qur’an dan As-Sunnah (hadis). Tokoh-tokoh pembaharu yang dimaksud antara
lain:
13
1. Muhammad bin Abdul Wahhab lahir di Nejd (Arab
Saudi) pada tahun 1115 H (1703 M) dan wafat di Daryah tahun 1201H (1787M).
Muhammad bin Abdul Wahhap adalah seorang ulama besar yang froduktif, karena
buku-buku karangannya tentang Islam, memcapai puluhan judul. Diantara
buku-bukunya berjudul “ Kitap At-Tauhid “ yang isinya antara lain tentang
pemberantasan syrk, khurafat, dan bd’ah yang terdapat dkalangan umat Islam dan
mengajak umat Islam agar kembali kepada ajaran tauhid yang
murni. Para pengkut Muhammad bin Abdul Wahhap menamakan kelompoknya
denggan “Al-Muwahhidun” atau “Al- Muslimun” yang artinya kelompok yang berusaha
mengesahkan Allah SWT semurni-murninya. Gerakan pemurnian ajaran Islam yang
dilakukan oleh para pengkut Muahammad bin Abdul Wahhap ini dinamakan juga
gerakan “Wahabi”.
2. Rafa’ah Badawi Rafi’ At-Tahtawi, atau At- Tahtaw. Lahir
da tahta pada tahun 1801 M dan mennggal di mesir. Pemikrannya yang berkaitan
dengan ajran Islam, antara lain, beliau menyuruh agar umat islam dalam hdup
didunia ini tdak hanya mementingkan urusan akhirat. Tetapi juga harus
mementingkan urusan dunia, agar umat Islam tdak djajah oleh bangsa lain.
3. Jamaluddin Al-Afghani, lahir di Asadabad tahun 1838M dan
wafat di Istanbul tahun 1897M. di antara pembaharuan yang
muncul kan beliau adalah:
· agar
kejayaan umat Islam dapat diraih kembali dan mamapu menghadapi dunia modern,
umat slam harus kmbali kepada ajaran agamanya yang murni dan harus memaham
Islam dengan rasio dan kebebasan.
· Jamaluddin
mengngnkan agar kaum wanta juga meraih kemajuan dan bekerja sama dengan pra
untuk mewujudkan masyarakat Islam yang dinamis dan maju.
· Kepemimpinan
otokrasi hendaknya diubah menjadi demokrasi. Menurut pendapatnya, Islam
menghendaki pemerintahan repoblik yang didalamnya terdapat kebebasan memukakan
pendapat dan kewajban Negara untuk tunduk kepada undang-undang.
· Ajarannya
tentang Pan-Islamisme yakni persatuan dan kerjasama seluruh umat islam harus
diwujudkan. Karena persatuan dan kerja sama seluruh umat Islam sangat pentng
dan diatas segalanya.
Pada masa pembaharuan jumlah penduduk beragama Islam berkembang terus
kepelosok dunia. Penduduk muslim terbanyak berada dibenua Asiadan Afrika.
Mengacu kepada penduduk tahun 1991M Negara-negara yang penduduk muslimnya
14
lebh dari 90% adalah Mauritania, sahara barat, maroko, aljazair, Tunisia,
libia, mesir, Somalia, turki, irak, yordania, arab Saudi, yaman, oman, Qatar,
Bahrain, iran, afganisthan,dan Pakistan.
Sedangkan Negara-negara yang jujmlah umat Islamnya mencapai 50-90% adalah
Tanzania (Afrika), turkemenistan, Uzbekistan, krighistan, Tazikistan,
bagladesh, Malaysia Singapura, Indonesia, Brunei, difilipina. Negara-negara
yang umat Islamnya 10-50% antara lain
seperti Guinea(Afrka), Albania, Suriah, India, Cina,
dan Myanmar.
Untuk mengikat Negara-negara Islam di dunia, pada nbulan Zulhijjah tahun
1381 H (mei 1962), telah didrikan Rabithah Al-Alam Al- Islami ( muslim warld
league atau lga duna Islam) sebuah organsasi Islam internasiaonal non
pemerintah yang tidak berpihak kepada suatu partai atau golongan dan mewakli
umat Islam sedunia. Ligas duna Islam ini berkantor pusat di Mekah (Saudi
Arabia), sedangkan kantor perwaklannya tersebat di seluruh duna, seperti
Indonesa, Amerika, Kanada, Denmark, Malaysia, dan Prancis.
Dibenua Eropa, dalam Conference
of Islamc Cultural Centre and Organization. Of Europe(konferensi
pusat kebudayaan dan organsasi Islam eropa). Di Lanon pada bulan Mei 1973,
dengan dprakasai oleh secretariat Islam di Jeddah telah ddrkan dewan Islam
Eropa, yang bertujuan untuk mengorgansr dan memajukan usaha-usah dakwah
Islamah.
15
BAB III
KESIMPULAN
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa gerakan
pembaruan yang menyebabkan lahirnya organisasi keagamaan pada mulanya bersifat
keagamaan, tetapi seiring dengan kondisi masyarakat pada saat itu kemudian
menjelma menjadi kegiatan politik yang menuntut kemerdekaan Indonesia dan hal
tersebut dirasakan mendapat pengaruh yang signifikan dari pemikir-pemikir para
pembaru Islam, baik di tingkat nasional maupun internasional.
Islam dan kebudayaannya tidak hanya merupakan warisan
dari masa silam yang gemilang, namun juga salah satu kekuatan penting yang
cukup diperhitungkan dunia dewasa ini. Al Qur’an terus menerus dibaca dan
dikaji oleh kaum muslim. Budaya Islam pun tetap merupakan faktor pendorong
dalam membentuk kehidupan manusia di permukaan bumi.
Daftar
Pustaka
Yahya Mukhtar, sejarah dan kebudayaan islam;jakarta;
PT. pustaka al husna Baru,2003
16
0 comments:
Post a Comment
Monggo Komentarnya. . .