KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kepada ALLAH SWT yang dengan kasih sayang-Nya dan
Rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan tugas makalah dengan judul makalah “ Fawatihus Suwar dan Hal-hal yang
berhubungan dengan ayat-ayat Muhkam dan Mutasyabihat “ untuk memenuhi tugas
mata kuliah Ulumul Qur’an . Shalawat serta salam semoga selalu tercurah limpah
kepada nabi akhir jaman Rasululah SAW kepada para sahabatnya, keluarganya
semoga sampai kepada kita selaku umatnya hingga akhir zaman aamiin.
Makalah
ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah “ Ulumul Qur’an “ yang akan
dipresentasikan untuk memahami ayat- ayat fawatihus suwar yang ada dalam
Al-Qur’an dan yang berhubungan dengan ayat muhkam dan mutasyabihat. Dimna Ilmu
fawatihis suwar merupakan ilmu cabang ulumul qur’an yang khusus membahas
pembukaan surah-surah al-qur’an. Ilmu ini penting sekali untuk dipelajari
supaya orang akan bisa mengetahui rahasia/hikmah Allah Swt di dalam pembukaan
surah-surah kitab al-qur’an.
Dengan
ketidaksempurnaan kami dalam menyusun makalah ini , kami membutuhkan saran dan
kritik yang membangun kami dimasa yang akan datang.
Terimakasih.
Cirebon,
14 Oktober 2017
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR
ISI....................................................................................................................ii
BAB
I PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Pendahuluan...........................................................................................................1
B. Rumusan masalah..................................................................................................2
C. Tujuan....................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................3
BAB III PENUTUP.......................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................13
BAB
I
PENDAHULAN
A.
Latar Belakang
Studi atas Al-Quran telah banyak dilakukan oleh para ulama dan sarjana
tempo dulu, termasuk para sahabat di zaman Rasulullah saw. Hal itu tidak lepas
dari disiplin dan keahlian yang dimiliki oleh mereka masing-masing. Ada yang
mencoba mengelaborasi dan melakukan eksplorasi lewat perspektif keimananm
historis, bahasa dan sastra, pengkodifikasian, kemu’jizatanm penafsiran serta
telaah kepada huruf-hurufnya.Kondisi semacam itu bukan hanya merupakan
artikulasi tanggung jawab seorang Muslim untuk memahami bahasa-bahasa agamanya.
Tetapi sudah berkembang kepada nuansa lain yang menitikberatkan kepada studi
yang bersifat ilmiah yang memberikan kontribusi dalam perkembangan pemikiran
dalam dunia Islam. Kalangan sarjana Barat banyak yang melibatkan diri dalam
pengkajian Al-Quran, dengan motivasi dan latar belakang kultural maupun
intelektual yang berbeda-beda. Al-Quran sebagai diketahui terdiri dari 114
surat, yang di awali dengan beberapa macam pembukaan (fawatih al-suwar). Di
antara macam pembuka surat yang tetap aktual pembahasannya hingga sekarang ini
huruf muqatha’ah. Menurut Watt, huruf-huruf yang terdiri dari huruf-huruf
alphabet (hijaiyah) ini, selain mandiri juga mengadung banyak misterius, karena
sampai saat ini belum ada pendapat yang dapat menjelaskan masalah itu secara
memuaskan.
A.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa yang di
maksud Fawatih Al-Suwar, muhakam dan mutasyabihat ?
2.
Apa Macam-Macam
Fawatihus Suwar dalam ayat muhakam dan mutasyabihat ?
3.
Apa fungsi
Fawatihus Suwar dalam ayat Mutasyabihat ?
B. TUJUAN
1.
Untuk
mengetahui ilmu Fawatihus Suwar.
2.
Untuk
mengetahui macam-macam fawatihus suwar dalam ayat muhakam dan mutasyabihat.
3.
Untuk
mengetahui fungsi fawatihus suwar dalam ayat mutasyabihat.
BAB
I
PENDAHULAN
A.
Pengertian
Ilmu fawatihis suwar
adalah ilmu cabang ulumul qur’an yang khusus membahas pembukaan surah-surah
al-qur’an. Ilmu ini penting sekali untuk dipelajari supaya orang akan bisa
mengetahui rahasia/hikmah Allah Swt di dalam pembukaan surah-surah kitab
al-qur’an.[1] Dalam
catatan As-Suyuthi, ada kurang lebih 20 pendapat yang berkaitan dengan
persoalan ini. Dilafalkan secara terpisah sebanyak huruf yang berdiri sendiri.
Huruf Al-muqaththa‘ah (huruf yang terpotong potong ) di sebut fawatih
suwar (pembukaan surat) menurut as-suyuthi tergolong dalam ayat mutasyabihah.
Itulah sebabnya, banyak telaah tafsir untuk mengungkapkan rahasia yang
terkandung di dalamnya.[2] Di
antara ulama yang mengarang ilmu ini adalah Abdul adhim bin abdul wahid, yang
terkenal dengan sebutan ibnu ishba’. Beliau menulis kitab Al-Khawaathirus
syawabih fi Asraaril fawaatih.[3]
Fawatih al-Suwar terdiri dari dua kata yang masing-masing berasal dari
jama’ taksir, ﻔﻮﺍﺘح berasal dari kata ﻔﺎﺘﺣﺔ sedangkan ﺍﻠﺴﻮﺭ berasal dari kata ﺴﻮﺭﺓ . Menurut
bahasa ﻔﺎﺘح berarti pembukaan,
keutamaan dan kemuliaan. Secara etimologi ﺴﻮﺭﺓ adalah sebagai sesuatu yang
mengandung arti al-manzilah (tempat atau kedudukan). Hal ini dapat ditemukan
dalam Al-Qur’an bahwa surah-surahnya itu terletak pada tempatnya masing-masing,
yakni tempat satu surah dengan yang lainnya terdapat pemisah.
Kata
surah juga berarti pagar dengan alasan bahwa ia terambil dari kata ﺴﻮﺭ yang
berarti pagar. Fungsi pagar sebagimana lazimnya adalah memelihara dan
melindungi segala sesuatu yang terdapat di dalamnya. Surah-surah yang berarti
pagar, semuanya memang berfungsi membentengi Nabi Muhammad saw. yang bertugas menyampaikan
Al-Qur’an. Surah dalam pengertian terminologi adalah sekumpulan ayat-ayat
Al-Qur’an yang mempunyai permulaan dan akhiran.
Berdasarkan
pengertian tersebut, maka dapat dipahami bahwa fawatih al-suwar adalah
pembukaan atau awalan dari surah-surah Al-Qur’an. Kitab suci Al-Qur’an terdiri
dari 114 surah mempunyai bentuk-bentuk tersendiri pada ayat permulaannya.
B.
Macam- macam ayat fawatihus suwar dan hikmahnya
Macam-macam
fawatihus suwar itu telah diinvertarisir imam Al-Qasthalani dalam kitabnya Lathaiful
isyaratin menjadi 10 macam pembahasan.
Oleh Syekh Syihabun Abu Syamal Al Muqqadasi (wafat
665 H), sepuluh macam fawatihus suwar dinadhamkan/disyairkan dalam dua bait
syair sebagai berikut:
اَثْنَى عَلَى
نَفْسِهِ سُبْحَانَهُ بِثُبُوْ
*
تِ المَدْحِ وَالسَلْبِ لَمَّااسْتَفْتَحَ السُّوْر
وَالأَمْرِشَرْطِ النِّدَاءِالتَّعْلِيْلِ وَالقَسَمِ
*
دُعَاءِحُرُوفِ التَّهَجِّى اسْتَفْهِمِ الخَبَرَ
“Allah Swt memuji kepada Dzatnya sendiri
dengan tetapnya pujian, dan bersihnya Allah (dari sifat tercela) ketika Dia
membuka surah-surah al-Qur’an. Dan (dibuka dengan) amar, syarat, nida’, ta’lil,
kosam, do’a, dan huruf-huruf tahajji serta istifham dan jumlah khabariyah.”[4]
Jadi fawatihus suwar atau pembukaan-pembukaan dari
114 surah-surah al-Qur’an itu terdapat 10 macam, diantaranya:
1.
Pembukaan dengan pujian kepada Allah
Swt ( al istiftaahu bits tsanaa’i ) terdapat dalam 14 surah
Pujian
kepada Allah Swt itu ada 2 macam yaitu:
Menetapkan
sifat-sifat terpuji ( al itsbaatu sifaatil madhi ) yang memakai salah
satu dari 2 lafadz sebagai
berikut:
1. Memakai lafal “ hamdalah “ (
bilafdzil hamdalah ) yakni dibuka dengan lafal اَلْحَمْدُلِلهِ, terdapat dalam 5
surah sebagai berikut:[5]
- Surah al-
Fatihah ” أَلْحَمْدُلِلَهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ “
- Surah al-
An’am dengan lafal ” أَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِيْ خَلَقَ السَّموَاتِ
وَالأَرْضَ “
- Surah al-
Kahfi dengan lafal ” أَلحَمْدُلِلّهِ الَّذِيْ أَنْزَلَ عَلَى عَبْدِهِ
الْكِتبَ “
- Surah
as-Saba’ dengan lafal ” أَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِيْ لَهُ مَافِى السَّموَاتِ
وَالأَرْضِ ”
-
Surah Fathir dengan lafal ” أَلحَمْدُلَلّه الَّذِيْ فَاطِرِالسَّموَاتِ والْأَرْضَ “
2. Memakai lafal تَبَارَكَ yang terdapat
dalam 2 surah yaitu:
-
Surah al-Furqan dengan lafal
-
Surah al-Mulk dengan lafal
3. Mensucikan Allah Swt. Dari sifat-sifat
yang negatif ( tanziilu an shifaatin nuqshaan ) yang memakai lafal
tasbih, terdapat dalam 7 surah, diantaranya:
-
Surah al-Isra’
Artinya:
“ maha suci Allah yang telah
memperjalankan hambaNya pada suatu malam”.
-
Surah al- A’ala
Artinya:
“ sucikanlah nama Tuhanmu yang paling
tinggi”.
-
Surah al-Hadid dengan lafal
سَبَّحَ لِلهِ مَافِى السَّموَاتِ وَالأَرْضِ
Artinya:
“ semua yang ada dilangit dan yang
ada dibumi bertasbih pada Allah ( menyatakan kebesaran Allah”.
- Surah
al-Hasyr dengan lafal
سَبَّحَ لِلهِ مافِى السَّموَاتِ وَمَا
فِى الأَرْضِ
Artinya:
“ telah bertasbih kepada Allah apa
yang ada dilangit dan apa yang ada di bumi”.
- Surah
ash-Shaaffu dengan lafal[6]
سَبَّحَ لِلهِ مَا فِى
السَّموَاتِ وَمَا فِى اًلأَرْضِ
Artinya:
“ telah bertasbih kepada Allah apa
saja yang ada dilangit dan apa saja yang ada dibumi”.
-
Surah al-Jumu’ah dengan lafal
يُسَبِّحُ لِلهِ ما فِى
السَّموَاتِ وَمَا فِى الأَرْضِ
Artinya:
“ telah bertasbih kepada Allah apa
saja yang ada dilangit dan apa saja yang ada dibumi”.
- Surah
at-Taghabuun dengan lafal
يُسَبِّحُ لِلهِ ما فِى
السَّمواتِ وَما فِى الأَرْضِ
Artinya:
“ telah bertasbih kepada Allah apa
saja yang ada dilangit dan apa saja yang ada dibumi”.
2.
Pembukaan dengan huruf-huruf yang
terputus-putus ( istiftaahu bil huruufi al muqaththa’ati )
Pembukaan
dengan huruf-huruf ini terdapat dalam 29 surah dengan memakai 14 huruf dengan
tanpa diulang yang terkumpul dalam kalimat نَصِّ حَكِيْمٌ قَاطِعٌ لَهُ
سِرِّ , yang terdiri dari huruf-huruf أ, ح, ر, س, ص, ط, ع, ق, ك, ل, م, ن, ه, ي. Jika dihitung dengan
memasukkan huruf-huruf yang berulang-ulang, maka akan berjumlah 78 huruf.
Penggunaan huruf-huruf tersebut dalam pembukaan surah-surah al-Qur’an disusun
dalam 14 rangkaian dan terdiri dari 5 kelompok sebagai berikut[7]:
1. Kelompok sederhana, terdiri dari 1 huruf
( al- muwahhada ) yang ada 3 rangkaian dan terdapat dalm 3 surah
sebagai berikut[8],
yaitu:
-
Surah shaad
Artinya:
“ shaad, demi al-Qur’an yang
mempunyai keagungan”.
-
Surah qaaf
Artinya:
“ qaaf, demi al-Qur’an yang sangat
mulia”.
-
Surah al-Qalam [9]
Artinya:
“ nuun, demi kalam dan apa yang mereka
tulis”.
2. Kelompok yang terdiri dari dua huruf (Al-Mutsanna)
yang ada empat rangkaian dan terdapat dalam 9 surah, diantaranya[10] :
Rangkaian huruf “Ha” dan “Mim” dalam 6 surah,
sebagai berikut:
-
Surah Ghafir atau al-Mu’min
-
Surah As-Sajdah
-
Surah Az-Zuhruf
-
Surah Ad-Dukhan
-
Surah Al-Jatsiyah
-
Surah Al-Ahqaf
Rangakaian huruf “Tha” dan “Ha” hanya dalam 1 surah
yaitu Surah Thaha.
Rangakaian huruf “Tha” dan “Sin” hanya dalam 1 surah
yaitu Surah An-Naml.
Rangkaian huruf “Ya” dan “Sin” hanya dalam 1 surah
saja yaitu Surah yaasin.
3. Kelompok yang terdiri dari tiga huruf (Al-Mutsallatsatu)yang
ada tiga rangkaian dan terdapat
dalam 13 surah-surah, sebagai berikut:
Rangkaian huruf “ Alif, Lam, Mim,” dalam 6 surah
sebagai berikut:
-
Surah al-Baqarah
-
Surah Ali-Imran
-
Surah Al-Ankabut
-
Surah Ar-Rum
-
Surah Luqman
-
Surah As-Sajdah
Rangkaian huruf “Alif, Lam, Ra”
dalam 5 surah, sebagai berikut:
-
Surah Yunus
-
Surah Hud
-
Surah Yusuf
-
Surah Ibrahim
-
Surah AL-hijr
Rangkaian
huruf “Tha, Sin, dan Mim” dalam 1 surah yaitu Surah Al-Qashash dan Asy-Syu’ara.
4. Kelompok yang terdiri dari 4 huruf (Al-Muraaba’ah)
yang ada dua rangakaian dan terdapat dalam dua surah saja[11],
yaitu:
-
Rangkaian
yang terdiri dari huruf Alif, Lam, Mim, dan Ra dalam satu surah yaitu Ar-Ra’d
-
Rangkaian
yang terdiri dari Alif, Lam, Mim, Shad dalam satu surah yaitu Surah Al-A’raf.
5. Kelompok yang terdiri dari 5 huruf (
Al-Mukhaamasatu) yang ada dua rangkaian dan terdapat dalam dua surah,
yaitu:
-
Rangkaian
yang terdiri dari huruf Kaf, Ha, Ya, ‘Ain, dan Shad dalam satu surah yaitu
Surah Maryam.
-
Rangkaian
yang terdiri dari huruf Ha, Mim, ‘Ain, Sin dan Qaf dalam satu surah yaitu Surah
Asy-Syura.
Pada
dasarnya, terdapat dua macam pendapat dari para ulama’ mengenai huruf- huruf
muqatho’ah:
Kelompok
salaf yang memahaminya sebagai rahasia yang hanya diketahui Allah Swt.[12]
diantaranya Abu bakar Ash-shiddiq yang berkata فِى كُلِّ كِتَابِ سِرِّ, وَسِرَّةٌفِى الْقُرْانِ أَوَائِلُ السُّوَرِ yang artinya “Dalam
kitab-kitab itu ada rahasianya, dan rahasia dari kitab Al-Qur’an adalah
pembukaan dari surah-surah al-Qur’an. Pendapat yang lain dikemukakan oleh
Ali bin Abi thalib, imam Asy sya’bi, Umar bin Khathab, Imam Ar-Razi.[13]
Kelompok
kedua yang melihat perso’alan ini sebagai suatu rahasia dan bisa dipahami oleh
manusia terutama oleh orang-orang yang mendalami pengetahuanNya. Diantara
mereka yang mengikuti pendapat ini diantaranya, yaitu :
-
Imam
Zamahsyari, Imam Ar-Razi dan Imam Syibawaihi berpendapat bahwa huruf-huruf itu
adalah merupakan nama-nama dari surah-surah yang dibuka dengan huruf-huruf
tersebut. Disini kaum mutakallimin membantah pendapat tersebut dan dikatakan
tidak tepat sebab banyak surah-surah yang dimulai denagn huruf-huruf yang sama
sehingga susah dibedakan yang satu dari yang lain.
-
Kaum
Syi’ah berpendapat bahwa apabila pengulangan dalam kelompok huruf itu dibuang,
akan terbentuk pernyataanعَلِيٍّ عَلَى حَقٍّ صِرَاطَ ( ali itu diatas
jalan kebenaran yang harus di pegang teguh ). Artinya mereka mengartikan
huruf-huruf tersebut setelah disusun dalam suatu kalimat.[14]
Nida’ (panggilan) itu ada 3 macam, yaitu:
1. Nida/ panggilan yang ditujukan kepada
kepada Nabi SAW, terdapat dalam 5 surah, diantaranya Surah Al-Ahzab, Surah
At-Tahrimdan Surah Ath-Thalaq dimulai dengan lafal ”ياَاَيُّهَاالنَّبِيُّ ,” Surah
Al-Muzammil dimulai dengan lafal ” يَااَيُّهَاالْمُزَمِّلُ “dan Surah
Al-Muddatsir dimulai dengan lafal ” يَااَيُّهَاالمُدَّثِّرُ ” .
2. Nida yang ditujukan kepada kaum mukminin
dengan lafal ” يَااَيُّهَاالَّذِيْنَ امَنُوْا “, terdapat dalam
surah, diantaranya:
-
Surah Al-Maidah
-
Surah
Al-Hujurat
3. Nida yang ditujukan kepada umat manusia
” يَااَيُّهَاالنَّاسُ ” , yang terdapat dalam dua surah, yaitu Surah An-Nisa dan
Surah Al-Hajj.
Hikmah atau
rahasia dari pembukaan surah-surah dengan memakai nida’ adalah untuk memberikan perhatian, peringatan baik kepada
Nabi Saw atau umat beliau dan untuk menjadi
pedoman dan petunjuk dalam mengarungi laut kehidupan didunia ini.
4.
Pembukaan dengan jumlah Khabariyah
(Al-istiftaahu Bil Jumalil Khabariyyati)
Jumlah Khabariyyah diawal surah-surah Al-Qur’an ada
dua macam, yaitu:
1. Jumlah Ismiyah, yang menjadi pembukaan
11 surah-surah, diantaranya:
-
Surah At-Taubah dengan lafal
-
Surah An-Nur dengan lafal
-
Surah Az-Zumar dengan lafal
- Surah Muhammad dengan lafal
- Surah Al-Fath dengan
lafal
-
Surah Ar-Rahman dengan lafal
-
Surah Al-Haqqah dengan lafal
-
Surah Nuh dengan lafal
-
Surah Al-Qadr dengan lafal
-
Surah Al-Qaqi’ah dengan lafal
-
Surah Al-Kautsar dengan lafal
Jumlah Fi’liyah yang menjadi pembukaan
12 surah-surah[16],
diantaranya:
-
Surah Al-Anfal dengan lafal
-
Surah An-Nahl dengan lafal
-
Surah Al-Anbiya’ dengan lafal
-
Surah Al-Mu’minun dengan lafal
-
Surah Al-Qamar dengan lafal
-
Surah Al-Mujadilah dengan lafal
-
Surah Al-Ma’arij dengan lafal
-
Surah Al-Qiyamah dengan lafal
-
Surah Al-Balad dengan lafal
-
Surah Abas dengan lafal
-
Surah Al-Bayyinah dengan lafal
-
Surah At-Takatsur dengan lafal
Hikmah
dari pembukaan surah dengan jumlah ini ialah memperingatkan Nabi Saw. dan umat
islam agar memperhatikan firman-firman Allah serta mengamalkan dan
menjadikannya sebagai pedoman.
5.
Pembukaan dengan sumpah/ qosam
(Al-Istiftaahu Bil-Qasami)
Sumpah Allah yang dipakai dalam pembukaan surah
al-Qur’an itu ada 3 macam, dan terdapat dalam 15 surah[17],
diantaranya:
1. Sumpah dengan benda-benda angkasa (Al-Istiftaahu
‘Uluwiyyati). Terdapat dalam 8 surah, yaitu:
-
Surah Ash-Shaaffat dengan lafal ” وَالصَّفّتِ صَفَّا “
-
Surah An-Najm dengan lafal ” وَالنَّجْمِ “
-
Surah Al-Mursalaat dengan lafal ” وَالْمُرْسَلتِ “
-
Surah An-Nazi’at dengan lafal “وَالنَّزِعتِ “
-
Surah Al-Buruj dengan lafal ” وَالسَّمَاءِذَاتِ“
-
Surah Ath-Thariq dengan lafal ” وَالسَّمَاءِوَالطَّارِقِ “
-
Surah Al-Fajr dengan lafal ” وَالَفَجْرِوَلَيَالٍ “
-
Surah Asy-Syams dengan lafal ” وَالشَّمْسِ “
2. Sumpah dengan benda-benda bawah (Al-Qasamu
Bis-Sufliyaati) terdapat dalam 4 surah, yaitu:
-
Surah Adz-Dzariyat dengan lafal ” وَالذَّارِيتِ ذَرْوًا “
-
Surah Ath-Thur dengan lafal ” وَالطُّوْرِوَكِتبٍ مَسْطُزْرٍ “
-
Surah At-Tin dengan lafal ” وَالتِّيْنِ وَالزَّيْتُوْنِ “
-
Surah Al-‘Adiyat dengan lafal ” وَالْعدِيتِ ضَبْحًا “
3. Sumpah dengan waktu (Al-Qasamu
Bil-Waqti), terdapat dalam 3 surah, diantaranya:
-
Surah Al-Lail dengan lafal ” وَالَّيْلِ أِذَايَغْشَى “
-
Surah Adh-Dhuha dengan lafal ” وَالضُّحَى “
-
Surah Al-‘Ashr dengan lafal ” وَالْعَصْرِ “
Hikmah atau
rahasia Allah Swt membuka beberapa surah dalam kitab-Nya dengan memakai
sumpah-sumpah tersebut sebagai berikut:[18]
1. Agar manusia meneladani sikap
bertanggung jawab, jujur dan bila perlu berani angkat sumpah untuk memperkuat
ucapannya.
2. Agar dalam bersumpah bagi manusia harus
nemakai nama Allah Swt.
3. Digunakannya beberapa benda/ makhluk
sebagai sumpah Allah Swt itu agar benda-benda/ makhluk Allah Swt itu selalu
diperhatikan oleh umat manusia.
6.
Pembukaan dengan syarat
(Al-Istiftaahu Bis-Sarthi)
Syarat-syarat yang dipakai Allah sebagai pembukaan
surah-surah Al-Qur’an ada 2 macam dan digunakan dalam 7 surah, sebagai berikut:
1. Syarat yang masuk pada jumlah ismiyah,
dipakai diawal 3 surah diantaranya:
-
Surah At-Takwir dengan lafal ” إِذَالشَّمْسُ كُوِّرَتْ “
-
Surah Al-Infithar dengan lafal ” إِذَالشّمآءٌفَطَرَتْ “
-
Surah Al-Insyiqaq dengan lafal ” إْذَالسَّمآءٌانْشَقَّتْ “
2. Syarat yang masuk pada jumlah fi’liyah,
dipakai diawal 4 surah, diantaranya:
-
Surah Al-Waqi’ah dengan lafal ” إِذَا وَقَعَتِ الوَاقِعَةِ “
-
Surah Al-Munafiqun dengan lafal ” إِذَا جَاءَكَالمُنفِقُرْنَ “
-
Surah Az-Zalzalah dengan lafal ” إِذَازُلْزِلَتِ الأَرْضُ زُلْزَالَهَا “
-
Surah An-Nashr dengan lafal ” إِذَاجَاءَنَصْرُاللّهِ وَالْفَتْحِ “
7.
Pembukaan dengan fi’il amar
(Al-Istiftaahu bil Amri)
Ada 6 fi’il amar yang dipakai untuk membuka
surah-surah al-Qur’an, yang terdiri dari 2 lafal dan digunakan untuk membuka 6
surah-surah sebagai berikut[19]:
1. Dengan
fi’il Amar إِقْرَأْ yang hanya
untuk membuka satu surah yaitu Surah Al-‘Alaq.
2. Dengan
fi’il amar قُلْ, yang digunakan dalam 5 surah
sebagai berikut:
3. Surah Al-Jinn dengan lafal ” قُلْ أُوْحِيَ إِلَيَّ أَنَّهُ
اسْتَمَعَ نَفَرٌمِنَ الجِنِّ “
4. Surah Al-Kafirun dengan lafal”قُلْ يآأَيُّهَاالكفِرُوْنَ “
5. Surah Al-Ikhlash dengan lafal ” قُلْ هُوَاللّهُ أَحَدٌ “
6. Surah Al-Falaq dengan lafal ” قُلْ أَعُوْذُبِرَبِّ الفَلَقِ “
7. Surah An-Nas dengan lafal ” قُلْأَعُوْذُبِرَبِّ النَّاسِ “
Hikmah
dari pembukaan surah-surah dengan memakai amar/perintah adalah untuk
memberikan perhatian, peringatan, dan petunjuk serta pedoman dalam berbagai
pranata kehidupan dan peribadatan, agar manusia dapat selamat dan berbahagia
didunia dan di akhirat kelak.
8.
Pembukaan dengan pertanyaan
(Al-Istiftaahu bil Istifhaami)
Bentuk pertanyaan/ istifham yang dipakai sebagai
pembukaan dari 6 surah-surah al-Qur’an itu ada 2 macam sebagai berikut:
1.
Pertanyaan
positif (Al-Istifhaamu Al-Muhiibiyyu), yaitu bentuk pertanyaan yang
dengan kalimat positif yang tidak ada alat negatifnya. Terdapat dalam 4 surah
yaitu:
-
Surah Ad-Dahru
Artinya:
“ bukankah telah datang atas manusia satu
waktu dari masa”.
- Surah
An-Naba
Artinya:
“ tentang
apakah mereka saling bertanya-tanya. Tentang berita yang besar”.
- Surah Al-Ghasyiyyah
Artinya:
“ sudah datangkah
kepadamu berita (tentang) hari pembalasan”.
- Surah
Al-Ma’un
Artinya:
“ tahukah kamu (orang) yang mendustakan
agama”.
2. Pertanyaan negatif, yaitu pertanyaan
yang dalam kalimat negatif. Diantaranya[20]:
-
Surah al-Insyirah dengan lafal ” “
-
Surah Al-Fiil dengan lafal ” “
Hikmah
pembukaan surah-surah al-Qur’an dengan pertanyaan- pertanyaan ini untuk
memberikan peringatan, perhatian dan petunjuk-petunjuk kepada umat manusia ke
arah kebahagiaan hidup didunia dan di akhirat.
9.
Pembukaan dengan do’a
Do’a atau harapan yang digunakan sebagai pembukaan
dari 3 surah ada 2 macam sebagai berikut[21]:
-
Do’a
atau harapan yang berbentuk kata benda (Ad-Du’aaul Ismiyyu)ada di 2
surat yaitu: Surah Al-Muthaffifin
Artinya:
“
kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang”.
Surah Al-Humazah
Artinya:
“
kecelakaan bagi setiap pengumpat lagi pencela
-
Do’a
atau harapan yang berbentuk kata kerja (Ad-Du’aaul Fi’liyu) membuka
satu surah saja yaitu surah Al-Lahab ” تَبَّــتْ يَدَاأَبِى لَهَبٍ وَتَبَّ “
Hikmah
pembukaan dengan do’a/harapan yaitu untuk memberi perhatian, peringatan dan
petunjuk kepada semua umat manusia.
10. Pembukaan
dengan alasan ( Al-Istiftaahu bit-Ta’lili)
Seperti yang digunakan untuk membuka surah
Al-Quraisy[22],
dengan lafal:
” لإِيْلفِ قُرَيْشٍ
“
Artinya:
“karena
kebiasaan orang-orang Quraisy”
Hikmah
dari pembukaan ini seperti tiga hikmah sebelumnya yaitu untuk memberi
perhatian, peringatan dan petunjuk kepada umat manusia.
C.
Pengertian Muhkam dan Mutasyabih
Secara etimologis
muhkam berarti menyempurnakan sesuatu. Sedangkan mutasyabih, secara etimologis
dapat diartikan sebagai keraguan, kemiripan, atau kebingungan. Sedangkan
menurut terminologi (istilah), muhkam dan mutasyabih diungkapkan para ulama,
seperti berikut ini :
1.
Kelompok
Ahlussunnah), Ayat-ayat muhkam adalah ayat yang maksudnya dapat diketahui
dengan gamblang, baik melalui takwil ataupun tidak. Sedangkan ayat-ayat
mutasyabih adalah ayat yang maksudnya hanya dapat diketahui Allah, seperti saat
kedatangan hari kiamat, keluarnya dajjal, dan huruf-huruf muqatha’ah.
2.
Ibn Abi
Hatim mengatakan bahwa ayat-ayat muhkam adalah ayat yang harus diimani dan
diamalkan, sedangkan ayat-ayat mutasyabih adalah ayat yang harus diimani,
tetapi tidak harus diamalkan.
3.
Mayoritas
Ulama Ahlul Fiqh yang berasal dari pendapat Ibnu Abbas mengatakan, lafadz
muhkam adalah lafadz yang tak bisa ditakwilkan melainkan hanya satu arah/segi
saja. Sedangkan lafadz yang mutasyabbih adalah lafadz yang bisa ditakwilkan
dalam beberapa arah/segi, karena masih sama.
Dari
pengertian-pengertian ulama diatas, sudah dapat disimpulkan bahwa inti
pengertian dari ayat-ayat muhkam adalah ayat-ayat yang maknanya sudah jelas,
tidak samar lagi dan tidak menimbulkan pertanyaan jika disebutkan. Yang
termasuk dalam kategori ayat-ayat muhkam itu nash (kata yang menunjukkan
sesuatu yang dimaksud dengan terang dan tegas) dan zhahir (makna lahir). Adapun
pengertian dari ayat-ayat mutasyabih adalah ayat-ayat yang maknanya belum
jelas. Yang termasuk dalam kategori ayat-ayat mutasyabih adalah mujmal
(global), mu’awwal (harus ditakwil), musykil, dan mubham (ambigius).
D.
Sikap Para
Ulama Terhadap Ayat Muhkam dan Mutasyabih
Para ulama juga
berlainan paham mengenai kemuhkaman Al-Qur’an dan kemutasyabihatannya. Sebab
dalam Al-Quran ada ayat-ayat yang menerangkan bahwa semua Al-Quran itu muhkam,
seperti surah Hud ayat 1, dan ada pula ayat-ayat yang menjelaskan bahwa
semuanya mutasyabih, seperti ayat 23 surah Az-Zumar. Sebagaimana ada juga
ayat-ayat yang menjelaskan ada sebagian Al-Quran yang muhkam dan sebagian lain
mutasyabih, seperti ayat 7 surah Ali Imran. Ada tiga pendapat para ulama
mengenai masalah tersebut, sebagai berikut:
1.
Pendapat
pertama berpendirian, bahwa semua Al-Qur’an itu muhkam, berdasarkan ayat 1
surah Hud: كِتبٌ أُحْكِمَتْ آيتُهُ (suatu Kitab yang ayat-ayatnya tersusun rapih).
2.
Pendapat
kedua mengatakan, bahwa Al-Qur’an itu seluruhnya mutasyabihat, dalam arti yang
saling bersesuaian yang sebagian dengan bagian yang lain. Hal ini berdasarkan
ayat 23 surah Az-Zumar:
اَللهُ نَزَّلَ اَحْسَنَ الْحَدِيْثِ
كِتَابًامُتَشَابِهًامَثَانِيَ تَقْشَعِرًّ مِنْهُ جُلُوْدُ الَّذِيْنَ يَخْشَوْنَ
رَبَّهُمْ
Artinya: “Allah telah menurunkan perkataan
yang paling baik (yaitu) Al-Qur’an yang serupa
(mutu ayat-ayatnya) lagi berulang ulang. Gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya.”
3.
Pendapat
ketiga mengatakan, bahwa Al-Qur’an itu terdiri dari dua bagian, yakni muhkam
dan mutasyabih. Pendapat ini berdasarkan ayat 7 surah Ali Imran.
Jika dilihat
sepintas, seolah-olah hanya pendapat ketiga yang benar dan sesuai dengan kenyataan
yang ada dalam Al-Qur’an. Tetapi jika diamati secara seksama, sebenarnya semua
pendapat itu benar dan sesuai dengan kenyataan yang ada dalam Al-Qur’an itu.
Sebab ketiga itu ada dalilnya dalam Al-Qur’an, dan semuanya juga benar cara
istidhal masing-masing. Yang berbeda hanya orientasi pendapat masing-masing.
Berdasarkan sumber lain
menyebutkan, para ulama berbeda pendapat tentang apakah arti ayat-ayat
mutasyabih dapat diketahui oleh manusia, atau hanya Allah saja yang
mengetahuinya. Terdapat dua pendapat berbeda, yang bersumber pada QS. ‘Ali
Imran : 7.
Pendapat Pertama
mengatakan bahwa ayat mutasyabih dapat diketahui oleh orang-orang yang
mendalami ilmunya. Itu artinya manusia pun dapat memahami arti dari ayat
mutasyabihat jika memang menguasai ilmunya. Hanya sedikit ulama yang berpihak
kepada pendapat pertama ini. Salah satu ulama, Imam An-Nawawi dalam Syarah
Muslim menyetujui pendapat ini dan mengatakan bahwa pendapat inilah yang paling
shahih karena tidak mungkin Allah memberikan ketentuan kepada hamba-Nya dengan
uraian yang tidak ada jalan untuk mengetahuinya.
Pendapat Kedua mengatakan bahwa ayat mutasyabih hanya
diketahui oleh Allah, sementara orang-orang yang mempelajari ilmunya hanya
mengimaninya. Sebagian besar sahabat, tabi’in, generasi sesudahnya, terutama
Ahlussunnah berpihak kepada pendapat kedua ini, seperti sebuah riwayat yang
dikeluarkan oleh Al-Bukhari, Muslim yang bersumber dari Aisyah yang mengatakan
bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda ketika mengomentari QS. ‘Ali Imron ayat 7
: “Jika engkau menyaksikan orang-orang yang mengikuti ayat-ayat mutasyabih
untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, orang itulah yang
dicela Allah, maka berhati-hatilah menghadapi mereka.”
E.
Hikmah
Keberadaan Ayat-ayat Mutasyabihat Dalam Al-Qur’an
Dalam pembahasan ini perlu dijelaskan faedah atau
hikmah ayat-ayat mutasyabihat, diantaranya :
1. Memperlihatkan kelemahan akal manusia. Akal sedang
dicoba untuk meyakini keberadaan ayat-ayat mutasyabih sebagaimana Allah memberi
cobaan pada badan untuk beribadah. Seandainya akal yang merupakan anggota badan
paling mulia itu tidak diuji, tentunya seseorang yang berpengetahuan tinggi
akan menyombongkan keilmuannya sehingga enggan tunduk kepada naluri
kehambaannya. Ayat-ayat mutasyabih merupakan sarana bagi penundukan akal
terhadap Allah karena kesadaraannya akan ketidakmampuan akalnya untuk
mengungkap ayat-ayat mutasyabih itu.
2.
Teguran bagi
orang-orang yang mengutak-atik ayat-ayat mutasybih. Sebagaimana Allah
menyebutkan wa ma yadzdzakkaru ila ulu al-albab sebagai cercaan terhadap
orang-orang yang mengutak-atik ayat-ayat mutasyabih. Sebaliknya Allah
memberikan pujian bagi orang-orang yang mendalami ilmunya, yakni orang-orang
yang tidak mengikuti hawa nafsunya untuk mengotak-atik ayat-ayat mutasyabih
sehingga mereka berkata rabbana la tuzighqulubana. Mereka menyadari keterbatasan
akalnya dan mengharapkan ilmu ladunni.
3. Membuktikan kelemahan dan kebodohan manusia. Sebesar
apapun usaha dan persiapan manusia, masih ada kekurangan dan kelemahannya. Hal
tersebut menunjukkan betapa besar kekuasaan Allah SWT, dan kekuasaan ilmu-Nya
yang Maha Mengetahui segala sesuatu.
4. Memperlihatkan kemukjizatan Al-Quran, ketinggian mutu
sastra dan balaghahnya, agar manusia menyadari sepenuhnya bahwa kitab itu
bukanlah buatan manusia biasa, melainkan wahyu ciptaan Allah SWT.
5. Mendorong kegiatan mempelajari disiplin ilmu
pengetahuan yang bermacam-macam.
F.
Fungsi Fawatihus Suwar Dalam Ayat Mutasyabihat
Dari
kesepuluh bentuk fawatih as-suwar, yang sering menimbulkan kontroversi di
antara para ulama adalah pembuka surat yang berbentuk huruf. Hal ini terbukti dari
berbagai pembahasan yang dilakukan oleh para ulama. Dalam persoalan ini
terdapat dua kubu ulama yang mengomentari permasalahan tersebut. Zarkasyi
dalam al-Burhan fi ‘Ulum al-Qur’an [23]
menjelaskan kepada kita dua kubu pendapat tersebut, yaitu :
1.
Makna huruf-huruf
pada awal surat merupakan rahasia Allah yang hanya Allah saja yang
mengetahuinya. Al-Shadiq r.a. mengatakan :
“Pada setiap al-Kitab ada rahasianya dan rahasianya
pada al-Qur’an adalah pada pembuka surat-surat.”
Al-Sya’bi mengatakan :
“Huruf-huruf
pada pembuka surat merupakan mutasyabihaat, kita beriman dengan dhahirnya dan
kita serahkan pengetahuan tentangnya kepada Allah Azza wa Jalla.”
2.
Makna dari huruf-huruf pada awal
surat dapat diketahui maksudnya. Telah terjadi perbedaan pendapat kelompok ini
dalam memaknai huruf-huruf pada awal surat ini dalam dua puluh lebih pendapat,
diantaranya ada mendekati dan ada yang jauh, yaitu :
a.
Diriwayat dari Ibnu Abbas, setiap
huruf itu diambil dari nama-nama Allah. Misalnya Alif Lam Mim : Alif = Allah,
Lam = Lathif, Mim = Maajid.
b.
Allah bersumpah dengan huruf-huruf pada awal
surat tersebut
c.
Huruf-huruf tersebut berkisar antara
huruf dua puluh Sembilan, maka tidak ada huruf tersebut kecuali merupakan kunci
dari nama-nama Allah, tanda-tanda-Nya, tanda-tanda malapetaka, masa para kaum
dan ajal mereka. Maka Alif adalah satu tahun, Lam : 30 tahun, Mim : 40 tahun
d.
Diriwayat dari Ibnu Abbas juga bahwa
Alif Lam Mim bermakna Ana Allah A’lam, Alif Lam Mim Shad bermakna : Ana Allah
Afshil, Alif Lam Ra bermakna : Ana Allah Araa.
e.
Huruf-huruf itu merupakan nama-nama
surat
f.
Huruf-huruf itu merupakan rahasia
yang hanya diketahui oleh Allah dan orang-orang yang rasikh ilmunya.
g.
Didatangkan huruf-huruf ini untuk
ta’ajub bagi orang-orang Arab
h.
Huruf-huruf ini didatangkan untuk menunjukkan
bahwa al-Qur’an tersusun dari huruf-huruf ini.
i.
Ibnu Faris dan lainnya menjadikan
semua ta’wil menjadi satu ta’wil, maka dikatakan, Allah menjadikan huruf-huruf
itu sebagai pembuka surah karena iradah setiap huruf itu mempunyai makna yang
banyak, tidak hanya bermakna satu makna. Maka huruf-huruf itu mencakup sebagai
pembuka surah, merupakan diambil dari nama-nama Allah, nama surah, setiap huruf
itu merupakan isyarat kepada ajal dan rezki, dan diambil dari nama sifat Allah.
j.
Huruf-huruf itu seolah-olah
merupakan pembangkit semangat bagi yang mendengarnya.
k.
Memberitahu bahwa datang huruf-huruf
ini dari orang yang tidak terlatih menulis dan tidak menjalani jalan tersebut,
sesuai dengan firman Allah Q.S. al-‘Ankabut : 48, berbunyi :
وَمَا كُنْتَ تَتْلُو مِنْ قَبْلِهِ مِنْ كِتَابٍ وَلَا تَخُطُّهُ بِيَمِينِكَ
إِذًا لَارْتَابَ الْمُبْطِلُونَ
Artinya
: Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya sesuatu kitabpun dan kamu tidak
(pernah) menulis suatu kitab dengan tangan kananmu; andaikata (kamu pernah
membaca dan menulis), benar-benar ragulah orang yang mengingkari(mu). (Q.S. al-‘Ankabut : 48)
l.
Huruf-huruf itu terdiri dari
setengah dari nama-nama huruf mu’jam, karena huruf tersebut terdiri dari 14
huruf, sedangkan huruf mu’jam ada 28 huruf berdasarkan satu pendapat.
BAB III
PENUTUP
Muhkam adalah ayat yang diketahui
maksudnya baik secara nyata mupun melalui takwil. Sedangkan Mutasyabihat adalah
ayaT yang hanya Allah saja yang mengetahui maksudnya baik secara nyata maupun
melalui takwil seperti datangnya hari kiamat, keluarnya dajjal dan
sebagainya.
Dalam
penjelasan surat Ali Imron ayat 7 secara eksplisit menyebutkan bahwa ayat-ayat
di dalam al-Qur’an terbagi menjadi dua yaitu ayat muhkamat dan ayat mutasyabih
yang kedua-duanya saling berhadap-hadapan atau berimbang.
Pendapat
ulama tentang adanya ayat muhkam dan mutasyibah antara lain:
1.
Menurut
madzhab ulama salaf adalah orang-orang yang mempercayai dan meyakini serta
menyerahkan hakikatnya kepada Allah sendiri.
2.
Menurut
madzhab khalaf yaitu ulama yang menakwilkan lafal yang makna lahirnya mustahil
kepada makna yang lain dengan dzat allah dan mereka pula disebut madzhab
takwil.
Hikmah adanya ayat muhkam dan mutasyabihat adalah
sebagai ajang uji coba oleh Allah atas keimanan dan ketaqwaan para
hamba-hambanNya.
DAFTAR
PUSTAKA
Djalal,
Abdul. 2009. Ulul Qur’an .Surabaya :
Dunia Ilmu
Shalaluddin
Hamid, MA, Drs. H.M., 2002. Ulumul
Qur’an. Jakarta Timur : Intimedia
Rosihan Anwar, Ulum Al-Qur’an, (Pustaka
Setia: Bandung, 2008)
Abdul Djalal, Ulumul Qur’an,(dunia ilmu:
Surabaya, 2009)
Rosihan Anwar,Ulum
Al-Qur’an, ( Pustaka Setia: Bandung, 2008)
[2]
Rosihan Anwar, Ulum Al-Qur’an, (Pustaka Setia: Bandung, 2008), 129.
[3] Ibid
[4] Abdul Djalal, Ululul
Qur’an, ( Dunia Ilmu: Surabaya, 2009), 169.
[5] Ibid., 169-170.
[7] Abdul Djalal, Ulumul
Qur’an,( Dunia Ilmu: Surabaya, 2009), 173.
[8] Rosihan Anwar, Ulum
Al-Qur’an, ( Pustaka Setia: Bandung, 2008), 129.
[9] Ibid., 174.
[11] Ibid., 180.
[12] Rosihan Anwar,Ulum
Al-Qur’an, ( Pustaka Setia: Bandung, 2008), 130.
[13] Abdul Djalal, Ulumul
Qur’an, (Dunia Ilmu: Surabaya, 2009), 200.
[14] Ibid., 204
[15] Ibid., 181 - 183
[16] Ibid., 185-188.
[17] Abdul Djalal, Ulumul
Qur’an, ( Dunia Ilmu: Surabaya, 2009), 188-190.
[21]Abdul Djalal, Ulumul
Qur’an, (Dunia Ilmu: Surabaya, 2009), 197.
[22] Ibid., 198.
[23] Zarkasyi, Burhan
fi Ulumul Qur’an, Juz. I, Hal. 172-177
0 comments:
Post a Comment
Monggo Komentarnya. . .