Tuesday, January 16, 2018

Makalah Fawatihus Suwar dan Hal-hal yang berhubungan dengan ayat-ayat Muhkam dan Mutasyabihat

KATA PENGANTAR

               Puji syukur kami panjatkan kepada ALLAH SWT yang dengan kasih sayang-Nya dan Rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan tugas makalah dengan judul makalah “ Fawatihus Suwar dan Hal-hal yang berhubungan dengan ayat-ayat Muhkam dan Mutasyabihat “ untuk memenuhi tugas mata kuliah Ulumul Qur’an . Shalawat serta salam semoga selalu tercurah limpah kepada nabi akhir jaman Rasululah SAW kepada para sahabatnya, keluarganya semoga sampai kepada kita selaku umatnya hingga akhir zaman aamiin.
               Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah “ Ulumul Qur’an “ yang akan dipresentasikan untuk memahami ayat- ayat fawatihus suwar yang ada dalam Al-Qur’an dan yang berhubungan dengan ayat muhkam dan mutasyabihat. Dimna Ilmu fawatihis suwar merupakan ilmu cabang ulumul qur’an yang khusus membahas pembukaan surah-surah al-qur’an. Ilmu ini penting sekali untuk dipelajari supaya orang akan bisa mengetahui rahasia/hikmah Allah Swt di dalam pembukaan surah-surah kitab al-qur’an.
               Dengan ketidaksempurnaan kami dalam menyusun makalah ini , kami membutuhkan saran dan kritik yang membangun kami dimasa yang akan datang.
Terimakasih. 




                                                                                       Cirebon, 14 Oktober 2017


                                                                                       Penulis

  

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
A.    Pendahuluan...........................................................................................................1
B.     Rumusan masalah..................................................................................................2
C.     Tujuan....................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................3
BAB III PENUTUP.......................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................13

















BAB I
PENDAHULAN
A.                     Latar Belakang
            Studi atas Al-Quran telah banyak dilakukan oleh para ulama dan sarjana tempo dulu, termasuk para sahabat di zaman Rasulullah saw. Hal itu tidak lepas dari disiplin dan keahlian yang dimiliki oleh mereka masing-masing. Ada yang mencoba mengelaborasi dan melakukan eksplorasi lewat perspektif keimananm historis, bahasa dan sastra, pengkodifikasian, kemu’jizatanm penafsiran serta telaah kepada huruf-hurufnya.Kondisi semacam itu bukan hanya merupakan artikulasi tanggung jawab seorang Muslim untuk memahami bahasa-bahasa agamanya. Tetapi sudah berkembang kepada nuansa lain yang menitikberatkan kepada studi yang bersifat ilmiah yang memberikan kontribusi dalam perkembangan pemikiran dalam dunia Islam. Kalangan sarjana Barat banyak yang melibatkan diri dalam pengkajian Al-Quran, dengan motivasi dan latar belakang kultural maupun intelektual yang berbeda-beda. Al-Quran sebagai diketahui terdiri dari 114 surat, yang di awali dengan beberapa macam pembukaan (fawatih al-suwar). Di antara macam pembuka surat yang tetap aktual pembahasannya hingga sekarang ini huruf muqatha’ah. Menurut Watt, huruf-huruf yang terdiri dari huruf-huruf alphabet (hijaiyah) ini, selain mandiri juga mengadung banyak misterius, karena sampai saat ini belum ada pendapat yang dapat menjelaskan masalah itu secara memuaskan.
A.    RUMUSAN MASALAH
1.      Apa yang di maksud Fawatih Al-Suwar, muhakam dan mutasyabihat ?
2.      Apa Macam-Macam Fawatihus Suwar dalam ayat muhakam dan mutasyabihat ?
3.      Apa fungsi Fawatihus Suwar dalam ayat Mutasyabihat ?

B.     TUJUAN
1.      Untuk mengetahui ilmu Fawatihus Suwar.
2.      Untuk mengetahui macam-macam fawatihus suwar dalam ayat muhakam dan mutasyabihat.
3.      Untuk mengetahui fungsi fawatihus suwar dalam ayat mutasyabihat.
BAB I
PENDAHULAN

A.    Pengertian
               Ilmu fawatihis suwar adalah ilmu cabang ulumul qur’an yang khusus membahas pembukaan surah-surah al-qur’an. Ilmu ini penting sekali untuk dipelajari supaya orang akan bisa mengetahui rahasia/hikmah Allah Swt di dalam pembukaan surah-surah kitab al-qur’an.[1] Dalam catatan As-Suyuthi, ada kurang lebih 20 pendapat yang berkaitan dengan persoalan ini. Dilafalkan secara terpisah sebanyak huruf yang berdiri sendiri. Huruf Al-muqaththa‘ah (huruf yang terpotong potong ) di sebut fawatih suwar (pembukaan surat) menurut as-suyuthi tergolong dalam ayat mutasyabihah. Itulah sebabnya, banyak telaah tafsir untuk mengungkapkan rahasia yang terkandung di dalamnya.[2] Di antara ulama yang mengarang ilmu ini adalah Abdul adhim bin abdul wahid, yang terkenal dengan sebutan ibnu ishba’. Beliau menulis kitab Al-Khawaathirus syawabih fi Asraaril fawaatih.[3]
               Fawatih al-Suwar terdiri dari dua kata yang masing-masing berasal dari jama’ taksir, ﻔﻮﺍﺘح berasal dari kata ﻔﺎﺘﺣﺔ sedangkan ﺍﻠﺴﻮﺭ berasal dari kata ﺴﻮﺭﺓ . Menurut bahasa ﻔﺎﺘح berarti pembukaan, keutamaan dan kemuliaan. Secara etimologi ﺴﻮﺭﺓ adalah sebagai sesuatu yang mengandung arti al-manzilah (tempat atau kedudukan). Hal ini dapat ditemukan dalam Al-Qur’an bahwa surah-surahnya itu terletak pada tempatnya masing-masing, yakni tempat satu surah dengan yang lainnya terdapat pemisah.
               Kata surah juga berarti pagar dengan alasan bahwa ia terambil dari kata ﺴﻮﺭ yang berarti pagar. Fungsi pagar sebagimana lazimnya adalah memelihara dan melindungi segala sesuatu yang terdapat di dalamnya. Surah-surah yang berarti pagar, semuanya memang berfungsi membentengi Nabi Muhammad saw. yang bertugas menyampaikan Al-Qur’an. Surah dalam pengertian terminologi adalah sekumpulan ayat-ayat Al-Qur’an yang mempunyai permulaan dan akhiran. 
               Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat dipahami bahwa fawatih al-suwar adalah pembukaan atau awalan dari surah-surah Al-Qur’an. Kitab suci Al-Qur’an terdiri dari 114 surah mempunyai bentuk-bentuk tersendiri pada ayat permulaannya. 

B.     Macam- macam ayat fawatihus suwar dan hikmahnya
               Macam-macam fawatihus suwar itu telah diinvertarisir imam Al-Qasthalani dalam kitabnya Lathaiful isyaratin menjadi 10 macam pembahasan.
Oleh Syekh Syihabun Abu Syamal Al Muqqadasi (wafat 665 H), sepuluh macam fawatihus suwar dinadhamkan/disyairkan dalam dua bait syair sebagai berikut:
اَثْنَى عَلَى نَفْسِهِ سُبْحَانَهُ بِثُبُوْ *                                
تِ المَدْحِ وَالسَلْبِ لَمَّااسْتَفْتَحَ السُّوْر
وَالأَمْرِشَرْطِ النِّدَاءِالتَّعْلِيْلِ وَالقَسَمِ *                             
دُعَاءِحُرُوفِ التَّهَجِّى اسْتَفْهِمِ الخَبَرَ
 “Allah Swt memuji kepada Dzatnya sendiri dengan tetapnya pujian, dan bersihnya Allah (dari sifat tercela) ketika Dia membuka surah-surah al-Qur’an. Dan (dibuka dengan) amar, syarat, nida’, ta’lil, kosam, do’a, dan huruf-huruf tahajji serta istifham dan jumlah khabariyah.”[4]
            Jadi fawatihus suwar atau pembukaan-pembukaan dari 114 surah-surah al-Qur’an itu terdapat 10 macam, diantaranya:
1.      Pembukaan dengan pujian kepada Allah Swt ( al istiftaahu bits tsanaa’i ) terdapat dalam 14 surah
   Pujian kepada Allah Swt itu ada 2 macam yaitu:
   Menetapkan sifat-sifat terpuji ( al itsbaatu sifaatil madhi ) yang memakai salah satu            dari 2 lafadz sebagai berikut:
1.      Memakai lafal “ hamdalah “ ( bilafdzil hamdalah ) yakni dibuka dengan lafal  اَلْحَمْدُلِلهِ, terdapat dalam 5 surah sebagai berikut:[5]
- Surah al- Fatihah ” أَلْحَمْدُلِلَهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
- Surah al- An’am dengan lafal ” أَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِيْ خَلَقَ السَّموَاتِ وَالأَرْضَ
- Surah al- Kahfi dengan lafal ” أَلحَمْدُلِلّهِ الَّذِيْ أَنْزَلَ عَلَى عَبْدِهِ الْكِتبَ
- Surah as-Saba’ dengan lafal ” أَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِيْ لَهُ مَافِى السَّموَاتِ وَالأَرْضِ ”  
 - Surah Fathir dengan lafal ” أَلحَمْدُلَلّه الَّذِيْ فَاطِرِالسَّموَاتِ والْأَرْضَ

2.      Memakai lafal  تَبَارَكَ yang terdapat dalam 2 surah yaitu:
- Surah al-Furqan dengan lafal
- Surah al-Mulk dengan lafal
3.      Mensucikan Allah Swt. Dari sifat-sifat yang negatif ( tanziilu an shifaatin nuqshaan ) yang memakai lafal tasbih, terdapat dalam 7 surah, diantaranya:
-  Surah al-Isra’
Artinya:
“ maha suci Allah yang telah memperjalankan hambaNya pada suatu malam”.
-  Surah al- A’ala
Artinya:
“ sucikanlah nama Tuhanmu yang paling tinggi”.
-  Surah al-Hadid dengan lafal
سَبَّحَ لِلهِ مَافِى السَّموَاتِ وَالأَرْضِ                                        
Artinya:
“ semua yang ada dilangit dan yang ada dibumi bertasbih pada Allah ( menyatakan kebesaran Allah”.
- Surah al-Hasyr dengan lafal
سَبَّحَ لِلهِ مافِى السَّموَاتِ وَمَا فِى الأَرْضِ                                     
Artinya:
“ telah bertasbih kepada Allah apa yang ada dilangit dan apa yang ada di bumi”.
- Surah ash-Shaaffu dengan lafal[6]
سَبَّحَ لِلهِ مَا فِى السَّموَاتِ وَمَا فِى اًلأَرْضِ                                      
Artinya:
“ telah bertasbih kepada Allah apa saja yang ada dilangit dan apa saja yang ada dibumi”.
-  Surah al-Jumu’ah dengan lafal
يُسَبِّحُ لِلهِ ما فِى السَّموَاتِ وَمَا فِى الأَرْضِ                                    
Artinya:
“ telah bertasbih kepada Allah apa saja yang ada dilangit dan apa saja yang ada dibumi”.
- Surah at-Taghabuun dengan lafal
يُسَبِّحُ لِلهِ ما فِى السَّمواتِ وَما فِى الأَرْضِ                                     
Artinya:
“ telah bertasbih kepada Allah apa saja yang ada dilangit dan apa saja yang ada dibumi”.
2.      Pembukaan dengan huruf-huruf yang terputus-putus ( istiftaahu bil huruufi al muqaththa’ati )
               Pembukaan dengan huruf-huruf ini terdapat dalam 29 surah dengan memakai 14 huruf dengan tanpa diulang yang terkumpul dalam kalimat نَصِّ حَكِيْمٌ قَاطِعٌ لَهُ سِرِّ , yang terdiri dari huruf-huruf أ, ح, ر, س, ص, ط, ع, ق, ك, ل, م, ن, ه, ي. Jika dihitung dengan memasukkan huruf-huruf yang berulang-ulang, maka akan berjumlah 78 huruf. Penggunaan huruf-huruf tersebut dalam pembukaan surah-surah al-Qur’an disusun dalam 14 rangkaian dan terdiri dari 5 kelompok sebagai berikut[7]:
1.      Kelompok sederhana, terdiri dari 1 huruf ( al- muwahhada ) yang ada 3 rangkaian dan terdapat dalm 3 surah sebagai berikut[8], yaitu:
- Surah  shaad
Artinya:
“ shaad, demi al-Qur’an yang mempunyai keagungan”.
- Surah qaaf
Artinya:
“ qaaf, demi al-Qur’an yang sangat mulia”.
- Surah al-Qalam [9]
  Artinya:
   “ nuun, demi kalam dan apa yang mereka tulis”.
2.      Kelompok yang terdiri dari dua huruf (Al-Mutsanna) yang ada empat rangkaian dan terdapat dalam 9 surah, diantaranya[10] :
Rangkaian huruf “Ha” dan “Mim” dalam 6 surah, sebagai berikut:
-          Surah Ghafir atau al-Mu’min
-          Surah As-Sajdah
-          Surah Az-Zuhruf
-          Surah Ad-Dukhan
-          Surah Al-Jatsiyah
-          Surah Al-Ahqaf
Rangakaian huruf “Tha” dan “Ha” hanya dalam 1 surah yaitu Surah Thaha.
Rangakaian huruf “Tha” dan “Sin” hanya dalam 1 surah yaitu Surah An-Naml.
Rangkaian huruf “Ya” dan “Sin” hanya dalam 1 surah saja yaitu Surah yaasin.

3.      Kelompok yang terdiri dari tiga huruf (Al-Mutsallatsatu)yang ada tiga rangkaian dan      terdapat dalam 13 surah-surah, sebagai berikut:
Rangkaian huruf “ Alif, Lam, Mim,” dalam 6 surah sebagai berikut:
-          Surah al-Baqarah
-          Surah Ali-Imran
-          Surah Al-Ankabut
-          Surah Ar-Rum
-          Surah Luqman
-          Surah As-Sajdah
Rangkaian huruf “Alif, Lam, Ra” dalam 5 surah, sebagai berikut:
-          Surah Yunus
-          Surah Hud
-          Surah Yusuf
-          Surah Ibrahim
-          Surah AL-hijr
   Rangkaian huruf “Tha, Sin, dan Mim” dalam 1 surah yaitu Surah Al-Qashash dan Asy-Syu’ara.
4.      Kelompok yang terdiri dari 4 huruf (Al-Muraaba’ah) yang ada dua rangakaian dan terdapat dalam dua surah saja[11], yaitu:
-          Rangkaian yang terdiri dari huruf Alif, Lam, Mim, dan Ra dalam satu surah yaitu Ar-Ra’d
-          Rangkaian yang terdiri dari Alif, Lam, Mim, Shad dalam satu surah yaitu Surah Al-A’raf.
5.      Kelompok yang terdiri dari 5 huruf ( Al-Mukhaamasatu) yang ada dua rangkaian dan terdapat dalam dua surah, yaitu:
-          Rangkaian yang terdiri dari huruf Kaf, Ha, Ya, ‘Ain, dan Shad dalam satu surah yaitu Surah Maryam.
-          Rangkaian yang terdiri dari huruf Ha, Mim, ‘Ain, Sin dan Qaf dalam satu surah yaitu Surah Asy-Syura.
               Pada dasarnya, terdapat dua macam pendapat dari para ulama’ mengenai huruf- huruf muqatho’ah:
               Kelompok salaf yang memahaminya sebagai rahasia yang hanya diketahui Allah Swt.[12] diantaranya Abu bakar Ash-shiddiq yang berkata فِى كُلِّ كِتَابِ سِرِّ, وَسِرَّةٌفِى الْقُرْانِ أَوَائِلُ السُّوَرِ yang artinya “Dalam kitab-kitab itu ada rahasianya, dan rahasia dari kitab Al-Qur’an adalah pembukaan dari surah-surah al-Qur’an. Pendapat yang lain dikemukakan oleh Ali bin Abi thalib, imam Asy sya’bi, Umar bin Khathab, Imam Ar-Razi.[13]
               Kelompok kedua yang melihat perso’alan ini sebagai suatu rahasia dan bisa dipahami oleh manusia terutama oleh orang-orang yang mendalami pengetahuanNya. Diantara mereka yang mengikuti pendapat ini diantaranya, yaitu :
-          Imam Zamahsyari, Imam Ar-Razi dan Imam Syibawaihi berpendapat bahwa huruf-huruf itu adalah merupakan nama-nama dari surah-surah yang dibuka dengan huruf-huruf tersebut. Disini kaum mutakallimin membantah pendapat tersebut dan dikatakan tidak tepat sebab banyak surah-surah yang dimulai denagn huruf-huruf yang sama sehingga susah dibedakan yang satu dari yang lain.
-          Kaum Syi’ah berpendapat bahwa apabila pengulangan dalam kelompok huruf itu dibuang, akan terbentuk pernyataanعَلِيٍّ عَلَى حَقٍّ  صِرَاطَ ( ali itu diatas jalan kebenaran yang harus di pegang teguh ). Artinya mereka mengartikan huruf-huruf tersebut setelah disusun dalam suatu kalimat.[14]
3.      Pembukaan dengan Nida/panggilan (Al-istiftaahu Bin Nidaa’)[15]
Nida’ (panggilan) itu ada 3 macam, yaitu:
1.      Nida/ panggilan yang ditujukan kepada kepada Nabi SAW, terdapat dalam 5 surah, diantaranya Surah Al-Ahzab, Surah At-Tahrimdan Surah Ath-Thalaq dimulai dengan lafal  ”ياَاَيُّهَاالنَّبِيُّ ,” Surah Al-Muzammil dimulai dengan lafal  ” يَااَيُّهَاالْمُزَمِّلُ “dan Surah Al-Muddatsir dimulai dengan lafal  ” يَااَيُّهَاالمُدَّثِّرُ ” .
2.      Nida yang ditujukan kepada kaum mukminin dengan lafal ” يَااَيُّهَاالَّذِيْنَ امَنُوْا “, terdapat dalam surah, diantaranya:
-           Surah Al-Maidah
-          Surah Al-Hujurat
3.      Nida yang ditujukan kepada umat manusia ” يَااَيُّهَاالنَّاسُ ” , yang terdapat dalam dua surah, yaitu Surah An-Nisa dan Surah Al-Hajj.
   Hikmah atau rahasia dari pembukaan surah-surah dengan memakai nida’ adalah untuk    memberikan perhatian, peringatan baik kepada Nabi Saw atau umat beliau dan untuk    menjadi pedoman dan petunjuk dalam mengarungi laut kehidupan didunia ini.

4.      Pembukaan dengan jumlah Khabariyah (Al-istiftaahu Bil Jumalil Khabariyyati)
Jumlah Khabariyyah diawal surah-surah Al-Qur’an ada dua macam, yaitu:
1.      Jumlah Ismiyah, yang menjadi pembukaan 11 surah-surah, diantaranya:
-  Surah At-Taubah dengan lafal
-  Surah An-Nur dengan lafal
-  Surah Az-Zumar dengan lafal
-  Surah Muhammad dengan lafal
-   Surah Al-Fath dengan lafal 
-   Surah Ar-Rahman dengan lafal
-   Surah Al-Haqqah dengan lafal
-   Surah Nuh dengan lafal
-   Surah Al-Qadr dengan lafal
-   Surah Al-Qaqi’ah dengan lafal      
-   Surah Al-Kautsar dengan lafal
Jumlah Fi’liyah yang menjadi pembukaan 12 surah-surah[16], diantaranya:
-    Surah Al-Anfal dengan lafal
-    Surah An-Nahl dengan lafal
-    Surah Al-Anbiya’ dengan lafal
-    Surah Al-Mu’minun dengan lafal
-    Surah Al-Qamar dengan lafal
-    Surah Al-Mujadilah dengan lafal
-    Surah Al-Ma’arij dengan lafal
-    Surah Al-Qiyamah dengan lafal
-    Surah Al-Balad dengan lafal
-    Surah Abas dengan lafal
-    Surah Al-Bayyinah dengan lafal
-     Surah At-Takatsur dengan lafal  
               Hikmah dari pembukaan surah dengan jumlah ini ialah memperingatkan Nabi Saw. dan umat islam agar memperhatikan firman-firman Allah serta mengamalkan dan menjadikannya sebagai pedoman.
5.      Pembukaan dengan sumpah/ qosam (Al-Istiftaahu Bil-Qasami)
Sumpah Allah yang dipakai dalam pembukaan surah al-Qur’an itu ada 3 macam, dan terdapat dalam 15 surah[17], diantaranya:
1.      Sumpah dengan benda-benda angkasa (Al-Istiftaahu ‘Uluwiyyati). Terdapat dalam 8 surah, yaitu:
-          Surah Ash-Shaaffat dengan lafal ” وَالصَّفّتِ صَفَّا
-          Surah An-Najm dengan lafal ” وَالنَّجْمِ
-          Surah Al-Mursalaat dengan lafal  ” وَالْمُرْسَلتِ
-          Surah An-Nazi’at dengan lafal “وَالنَّزِعتِ
-          Surah Al-Buruj dengan lafal ” وَالسَّمَاءِذَاتِ
-          Surah Ath-Thariq dengan lafal ” وَالسَّمَاءِوَالطَّارِقِ
-          Surah Al-Fajr dengan lafal ” وَالَفَجْرِوَلَيَالٍ
-          Surah Asy-Syams dengan lafal ” وَالشَّمْسِ
2.      Sumpah dengan benda-benda bawah (Al-Qasamu Bis-Sufliyaati) terdapat dalam 4 surah, yaitu:
-          Surah Adz-Dzariyat dengan lafal  ” وَالذَّارِيتِ ذَرْوًا
-          Surah Ath-Thur dengan lafal ” وَالطُّوْرِوَكِتبٍ مَسْطُزْرٍ
-          Surah At-Tin dengan lafal ” وَالتِّيْنِ وَالزَّيْتُوْنِ
-          Surah Al-‘Adiyat dengan lafal ” وَالْعدِيتِ ضَبْحًا
3.      Sumpah dengan waktu (Al-Qasamu Bil-Waqti), terdapat dalam 3 surah, diantaranya:
-          Surah Al-Lail dengan lafal ” وَالَّيْلِ أِذَايَغْشَى
-          Surah Adh-Dhuha dengan lafal ” وَالضُّحَى
-          Surah Al-‘Ashr dengan lafal ” وَالْعَصْرِ
   Hikmah atau rahasia Allah Swt membuka beberapa surah dalam kitab-Nya dengan memakai sumpah-sumpah tersebut sebagai berikut:[18]
1.      Agar manusia meneladani sikap bertanggung jawab, jujur dan bila perlu berani angkat sumpah untuk memperkuat ucapannya.
2.      Agar dalam bersumpah bagi manusia harus nemakai nama Allah Swt.
3.      Digunakannya beberapa benda/ makhluk sebagai sumpah Allah Swt itu agar benda-benda/ makhluk Allah Swt itu selalu diperhatikan oleh umat manusia.
6.      Pembukaan dengan syarat (Al-Istiftaahu Bis-Sarthi)
Syarat-syarat yang dipakai Allah sebagai pembukaan surah-surah Al-Qur’an ada 2 macam dan digunakan dalam 7 surah, sebagai berikut:
1.      Syarat yang masuk pada jumlah ismiyah, dipakai diawal 3 surah diantaranya:
-          Surah At-Takwir dengan lafal ” إِذَالشَّمْسُ كُوِّرَتْ
-          Surah Al-Infithar dengan lafal ” إِذَالشّمآءٌفَطَرَتْ
-          Surah Al-Insyiqaq dengan lafal ” إْذَالسَّمآءٌانْشَقَّتْ
2.      Syarat yang masuk pada jumlah fi’liyah, dipakai diawal 4 surah, diantaranya:
-          Surah Al-Waqi’ah dengan lafal ” إِذَا وَقَعَتِ الوَاقِعَةِ
-          Surah Al-Munafiqun dengan lafal ” إِذَا جَاءَكَالمُنفِقُرْنَ
-          Surah Az-Zalzalah dengan lafal ” إِذَازُلْزِلَتِ الأَرْضُ زُلْزَالَهَا
-          Surah An-Nashr dengan lafal ” إِذَاجَاءَنَصْرُاللّهِ وَالْفَتْحِ
7.      Pembukaan dengan fi’il amar (Al-Istiftaahu bil Amri)
Ada 6 fi’il amar yang dipakai untuk membuka surah-surah al-Qur’an, yang terdiri dari 2 lafal dan digunakan untuk membuka 6 surah-surah sebagai berikut[19]:
1.      Dengan fi’il Amar إِقْرَأْ  yang hanya untuk membuka satu surah yaitu Surah Al-‘Alaq.
2.      Dengan fi’il amar قُلْ, yang digunakan dalam 5 surah sebagai berikut:
3.      Surah Al-Jinn dengan lafal ” قُلْ أُوْحِيَ إِلَيَّ أَنَّهُ اسْتَمَعَ نَفَرٌمِنَ الجِنِّ
4.      Surah Al-Kafirun dengan lafal”قُلْ يآأَيُّهَاالكفِرُوْنَ “ 
5.      Surah Al-Ikhlash dengan lafal ” قُلْ هُوَاللّهُ أَحَدٌ
6.      Surah Al-Falaq dengan lafal ” قُلْ أَعُوْذُبِرَبِّ الفَلَقِ
7.      Surah An-Nas dengan lafal ” قُلْأَعُوْذُبِرَبِّ النَّاسِ
               Hikmah dari pembukaan surah-surah dengan memakai amar/perintah adalah  untuk memberikan perhatian, peringatan, dan petunjuk serta pedoman dalam berbagai pranata kehidupan dan peribadatan, agar manusia dapat selamat dan berbahagia didunia dan di akhirat kelak.
8.      Pembukaan dengan pertanyaan (Al-Istiftaahu bil Istifhaami)
Bentuk pertanyaan/ istifham yang dipakai sebagai pembukaan dari 6 surah-surah al-Qur’an itu ada 2 macam sebagai berikut:
1.      Pertanyaan positif (Al-Istifhaamu Al-Muhiibiyyu), yaitu bentuk pertanyaan yang dengan kalimat positif yang tidak ada alat negatifnya. Terdapat dalam 4 surah yaitu:
   -  Surah Ad-Dahru                                    
   Artinya:
   “ bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa”.
   - Surah An-Naba                                                 
Artinya:
“ tentang apakah mereka saling bertanya-tanya. Tentang berita yang besar”.
  -  Surah Al-Ghasyiyyah                                               
Artinya:
“ sudah datangkah kepadamu berita (tentang) hari pembalasan”.
  -  Surah Al-Ma’un                                            
 Artinya:
 “ tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama”.
2.      Pertanyaan negatif, yaitu pertanyaan yang dalam kalimat negatif. Diantaranya[20]:
-          Surah al-Insyirah dengan lafal ” “
-          Surah Al-Fiil dengan lafal ” “
               Hikmah pembukaan surah-surah al-Qur’an dengan pertanyaan- pertanyaan ini untuk memberikan peringatan, perhatian dan petunjuk-petunjuk kepada umat manusia ke arah kebahagiaan hidup didunia dan di akhirat.
9.      Pembukaan dengan do’a
Do’a atau harapan yang digunakan sebagai pembukaan dari 3 surah ada 2 macam sebagai berikut[21]:
-          Do’a atau harapan yang berbentuk kata benda (Ad-Du’aaul Ismiyyu)ada di 2 surat yaitu: Surah Al-Muthaffifin                                          
Artinya:
“ kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang”.
Surah Al-Humazah
Artinya:
“ kecelakaan bagi setiap pengumpat lagi pencela
-          Do’a atau harapan yang berbentuk kata kerja (Ad-Du’aaul Fi’liyu) membuka satu surah saja yaitu surah Al-Lahab   ” تَبَّــتْ يَدَاأَبِى لَهَبٍ وَتَبَّ
               Hikmah pembukaan dengan do’a/harapan yaitu untuk memberi perhatian, peringatan dan petunjuk kepada semua umat manusia.
10.  Pembukaan dengan alasan ( Al-Istiftaahu bit-Ta’lili)
Seperti yang digunakan untuk membuka surah Al-Quraisy[22], dengan lafal:
لإِيْلفِ قُرَيْشٍ “                                                        
Artinya:
“karena kebiasaan orang-orang Quraisy”
               Hikmah dari pembukaan ini seperti tiga hikmah sebelumnya yaitu untuk memberi perhatian, peringatan dan petunjuk kepada umat manusia.



C.    Pengertian Muhkam dan Mutasyabih
               Secara etimologis muhkam berarti menyempurnakan sesuatu. Sedangkan mutasyabih, secara etimologis dapat diartikan sebagai keraguan, kemiripan, atau kebingungan. Sedangkan menurut terminologi (istilah), muhkam dan mutasyabih diungkapkan para ulama, seperti berikut ini :
1.      Kelompok Ahlussunnah), Ayat-ayat muhkam adalah ayat yang maksudnya dapat diketahui dengan gamblang, baik melalui takwil ataupun tidak. Sedangkan ayat-ayat mutasyabih adalah ayat yang maksudnya hanya dapat diketahui Allah, seperti saat kedatangan hari kiamat, keluarnya dajjal, dan huruf-huruf muqatha’ah.
2.      Ibn Abi Hatim mengatakan bahwa ayat-ayat muhkam adalah ayat yang harus diimani dan diamalkan, sedangkan ayat-ayat mutasyabih adalah ayat yang harus diimani, tetapi tidak harus diamalkan.
3.      Mayoritas Ulama Ahlul Fiqh yang berasal dari pendapat Ibnu Abbas mengatakan, lafadz muhkam adalah lafadz yang tak bisa ditakwilkan melainkan hanya satu arah/segi saja. Sedangkan lafadz yang mutasyabbih adalah lafadz yang bisa ditakwilkan dalam beberapa arah/segi, karena masih sama.
               Dari pengertian-pengertian ulama diatas, sudah dapat disimpulkan bahwa inti pengertian dari ayat-ayat muhkam adalah ayat-ayat yang maknanya sudah jelas, tidak samar lagi dan tidak menimbulkan pertanyaan jika disebutkan. Yang termasuk dalam kategori ayat-ayat muhkam itu nash (kata yang menunjukkan sesuatu yang dimaksud dengan terang dan tegas) dan zhahir (makna lahir). Adapun pengertian dari ayat-ayat mutasyabih adalah ayat-ayat yang maknanya belum jelas. Yang termasuk dalam kategori ayat-ayat mutasyabih adalah mujmal (global), mu’awwal (harus ditakwil), musykil, dan mubham (ambigius).
D.    Sikap Para Ulama Terhadap Ayat Muhkam dan Mutasyabih
               Para ulama juga berlainan paham mengenai kemuhkaman Al-Qur’an dan kemutasyabihatannya. Sebab dalam Al-Quran ada ayat-ayat yang menerangkan bahwa semua Al-Quran itu muhkam, seperti surah Hud ayat 1, dan ada pula ayat-ayat yang menjelaskan bahwa semuanya mutasyabih, seperti ayat 23 surah Az-Zumar. Sebagaimana ada juga ayat-ayat yang menjelaskan ada sebagian Al-Quran yang muhkam dan sebagian lain mutasyabih, seperti ayat 7 surah Ali Imran. Ada tiga pendapat para ulama mengenai masalah tersebut, sebagai berikut:
1.      Pendapat pertama berpendirian, bahwa semua Al-Qur’an itu muhkam, berdasarkan ayat 1 surah Hud: كِتبٌ أُحْكِمَتْ آيتُهُ (suatu Kitab yang ayat-ayatnya tersusun rapih).
2.      Pendapat kedua mengatakan, bahwa Al-Qur’an itu seluruhnya mutasyabihat, dalam arti yang saling bersesuaian yang sebagian dengan bagian yang lain. Hal ini berdasarkan ayat 23 surah Az-Zumar:
اَللهُ نَزَّلَ اَحْسَنَ الْحَدِيْثِ كِتَابًامُتَشَابِهًامَثَانِيَ تَقْشَعِرًّ مِنْهُ جُلُوْدُ الَّذِيْنَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ
   Artinya: “Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al-Qur’an yang    serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang ulang. Gemetar karenanya kulit orang-orang    yang takut kepada Tuhannya.”
3.      Pendapat ketiga mengatakan, bahwa Al-Qur’an itu terdiri dari dua bagian, yakni muhkam dan mutasyabih. Pendapat ini berdasarkan ayat 7 surah Ali Imran.
Jika dilihat sepintas, seolah-olah hanya pendapat ketiga yang benar dan sesuai dengan kenyataan yang ada dalam Al-Qur’an. Tetapi jika diamati secara seksama, sebenarnya semua pendapat itu benar dan sesuai dengan kenyataan yang ada dalam Al-Qur’an itu. Sebab ketiga itu ada dalilnya dalam Al-Qur’an, dan semuanya juga benar cara istidhal masing-masing. Yang berbeda hanya orientasi pendapat masing-masing.
               Berdasarkan sumber lain menyebutkan, para ulama berbeda pendapat tentang apakah arti ayat-ayat mutasyabih dapat diketahui oleh manusia, atau hanya Allah saja yang mengetahuinya. Terdapat dua pendapat berbeda, yang bersumber pada QS. ‘Ali Imran : 7.
               Pendapat Pertama mengatakan bahwa ayat mutasyabih dapat diketahui oleh orang-orang yang mendalami ilmunya. Itu artinya manusia pun dapat memahami arti dari ayat mutasyabihat jika memang menguasai ilmunya. Hanya sedikit ulama yang berpihak kepada pendapat pertama ini. Salah satu ulama, Imam An-Nawawi dalam Syarah Muslim menyetujui pendapat ini dan mengatakan bahwa pendapat inilah yang paling shahih karena tidak mungkin Allah memberikan ketentuan kepada hamba-Nya dengan uraian yang tidak ada jalan untuk mengetahuinya.
Pendapat Kedua mengatakan bahwa ayat mutasyabih hanya diketahui oleh Allah, sementara orang-orang yang mempelajari ilmunya hanya mengimaninya. Sebagian besar sahabat, tabi’in, generasi sesudahnya, terutama Ahlussunnah berpihak kepada pendapat kedua ini, seperti sebuah riwayat yang dikeluarkan oleh Al-Bukhari, Muslim yang bersumber dari Aisyah yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda ketika mengomentari QS. ‘Ali Imron ayat 7 : “Jika engkau menyaksikan orang-orang yang mengikuti ayat-ayat mutasyabih untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, orang itulah yang dicela Allah, maka berhati-hatilah menghadapi mereka.”
E.     Hikmah Keberadaan Ayat-ayat Mutasyabihat Dalam Al-Qur’an
Dalam pembahasan ini perlu dijelaskan faedah atau hikmah ayat-ayat mutasyabihat, diantaranya :
1.      Memperlihatkan kelemahan akal manusia. Akal sedang dicoba untuk meyakini keberadaan ayat-ayat mutasyabih sebagaimana Allah memberi cobaan pada badan untuk beribadah. Seandainya akal yang merupakan anggota badan paling mulia itu tidak diuji, tentunya seseorang yang berpengetahuan tinggi akan menyombongkan keilmuannya sehingga enggan tunduk kepada naluri kehambaannya. Ayat-ayat mutasyabih merupakan sarana bagi penundukan akal terhadap Allah karena kesadaraannya akan ketidakmampuan akalnya untuk mengungkap ayat-ayat mutasyabih itu.
2.      Teguran bagi orang-orang yang mengutak-atik ayat-ayat mutasybih. Sebagaimana Allah menyebutkan wa ma yadzdzakkaru ila ulu al-albab sebagai cercaan terhadap orang-orang yang mengutak-atik ayat-ayat mutasyabih. Sebaliknya Allah memberikan pujian bagi orang-orang yang mendalami ilmunya, yakni orang-orang yang tidak mengikuti hawa nafsunya untuk mengotak-atik ayat-ayat mutasyabih sehingga mereka berkata rabbana la tuzighqulubana. Mereka menyadari keterbatasan akalnya dan mengharapkan ilmu ladunni.
3.      Membuktikan kelemahan dan kebodohan manusia. Sebesar apapun usaha dan persiapan manusia, masih ada kekurangan dan kelemahannya. Hal tersebut menunjukkan betapa besar kekuasaan Allah SWT, dan kekuasaan ilmu-Nya yang Maha Mengetahui segala sesuatu.
4.      Memperlihatkan kemukjizatan Al-Quran, ketinggian mutu sastra dan balaghahnya, agar manusia menyadari sepenuhnya bahwa kitab itu bukanlah buatan manusia biasa, melainkan wahyu ciptaan Allah SWT.
5.      Mendorong kegiatan mempelajari disiplin ilmu pengetahuan yang bermacam-macam.
F.     Fungsi Fawatihus Suwar Dalam Ayat Mutasyabihat
             Dari kesepuluh bentuk  fawatih as-suwar, yang sering menimbulkan kontroversi di antara para ulama adalah pembuka surat yang berbentuk huruf. Hal ini terbukti dari berbagai pembahasan yang dilakukan oleh para ulama. Dalam persoalan ini terdapat dua kubu ulama yang mengomentari permasalahan tersebut. Zarkasyi dalam al-Burhan fi ‘Ulum al-Qur’an [23] menjelaskan kepada kita dua kubu pendapat tersebut, yaitu :
1.      Makna huruf-huruf pada awal surat merupakan rahasia Allah yang hanya Allah saja yang mengetahuinya. Al-Shadiq r.a. mengatakan :
Pada setiap al-Kitab ada rahasianya dan rahasianya pada al-Qur’an adalah pada pembuka surat-surat.”

Al-Sya’bi mengatakan :
“Huruf-huruf pada pembuka surat merupakan mutasyabihaat, kita beriman dengan dhahirnya dan kita serahkan pengetahuan tentangnya kepada Allah Azza wa Jalla.”
2.      Makna dari huruf-huruf pada awal surat dapat diketahui maksudnya. Telah terjadi perbedaan pendapat kelompok ini dalam memaknai huruf-huruf pada awal surat ini dalam dua puluh lebih pendapat, diantaranya ada mendekati dan ada yang jauh, yaitu :
a.       Diriwayat dari Ibnu Abbas, setiap huruf itu diambil dari nama-nama Allah. Misalnya Alif Lam Mim : Alif = Allah, Lam = Lathif, Mim = Maajid.
b.      Allah bersumpah dengan huruf-huruf pada awal surat tersebut
c.       Huruf-huruf tersebut berkisar antara huruf dua puluh Sembilan, maka tidak ada huruf tersebut kecuali merupakan kunci dari nama-nama Allah, tanda-tanda-Nya, tanda-tanda malapetaka, masa para kaum dan ajal mereka. Maka Alif adalah satu tahun, Lam : 30 tahun, Mim : 40 tahun
d.      Diriwayat dari Ibnu Abbas juga bahwa Alif Lam Mim bermakna Ana Allah A’lam, Alif Lam Mim Shad bermakna : Ana Allah Afshil, Alif Lam Ra bermakna : Ana Allah Araa.
e.       Huruf-huruf itu merupakan nama-nama surat
f.       Huruf-huruf itu merupakan rahasia yang hanya diketahui oleh Allah dan orang-orang yang rasikh ilmunya.
g.      Didatangkan huruf-huruf ini untuk ta’ajub bagi orang-orang Arab
h.      Huruf-huruf ini didatangkan untuk menunjukkan bahwa al-Qur’an tersusun dari huruf-huruf ini.
i.        Ibnu Faris dan lainnya menjadikan semua ta’wil menjadi satu ta’wil, maka dikatakan, Allah menjadikan huruf-huruf itu sebagai pembuka surah karena iradah setiap huruf itu mempunyai makna yang banyak, tidak hanya bermakna satu makna. Maka huruf-huruf itu mencakup sebagai pembuka surah, merupakan diambil dari nama-nama Allah, nama surah, setiap huruf itu merupakan isyarat kepada ajal dan rezki, dan diambil dari nama sifat Allah.
j.        Huruf-huruf itu seolah-olah merupakan pembangkit semangat bagi yang mendengarnya.
k.      Memberitahu bahwa datang huruf-huruf ini dari orang yang tidak terlatih menulis dan tidak menjalani jalan tersebut, sesuai dengan firman Allah Q.S. al-‘Ankabut : 48, berbunyi :
وَمَا كُنْتَ تَتْلُو مِنْ قَبْلِهِ مِنْ كِتَابٍ وَلَا تَخُطُّهُ بِيَمِينِكَ إِذًا لَارْتَابَ الْمُبْطِلُونَ
Artinya : Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya sesuatu kitabpun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu kitab dengan tangan kananmu; andaikata (kamu pernah membaca dan menulis), benar-benar ragulah orang yang mengingkari(mu). (Q.S. al-‘Ankabut : 48)
l.       Huruf-huruf itu terdiri dari setengah dari nama-nama huruf mu’jam, karena huruf tersebut terdiri dari 14 huruf, sedangkan huruf mu’jam ada 28 huruf berdasarkan satu pendapat.

BAB III
PENUTUP

Muhkam adalah ayat yang diketahui maksudnya baik secara nyata mupun melalui takwil. Sedangkan Mutasyabihat adalah ayaT yang hanya Allah saja yang mengetahui maksudnya baik secara nyata maupun melalui takwil seperti datangnya hari kiamat, keluarnya dajjal dan sebagainya.
 Dalam penjelasan surat Ali Imron ayat 7 secara eksplisit menyebutkan bahwa ayat-ayat di dalam al-Qur’an terbagi menjadi dua yaitu ayat muhkamat dan ayat mutasyabih yang kedua-duanya saling berhadap-hadapan atau berimbang.
 Pendapat ulama tentang adanya ayat muhkam dan mutasyibah antara lain:
1.      Menurut madzhab ulama salaf adalah orang-orang yang mempercayai dan meyakini serta menyerahkan hakikatnya kepada Allah sendiri.
2.      Menurut madzhab khalaf yaitu ulama yang menakwilkan lafal yang makna lahirnya mustahil kepada makna yang lain dengan dzat allah dan mereka pula disebut madzhab takwil.
Hikmah adanya ayat muhkam dan mutasyabihat adalah sebagai ajang uji coba oleh Allah atas keimanan dan ketaqwaan para hamba-hambanNya.











DAFTAR PUSTAKA

Djalal, Abdul. 2009. Ulul Qur’an .Surabaya : Dunia Ilmu
Shalaluddin Hamid, MA, Drs. H.M., 2002. Ulumul Qur’an. Jakarta Timur : Intimedia
Rosihan Anwar, Ulum Al-Qur’an, (Pustaka Setia: Bandung, 2008)
Abdul Djalal, Ulumul Qur’an,(dunia ilmu: Surabaya, 2009)
Rosihan Anwar,Ulum Al-Qur’an, ( Pustaka Setia: Bandung, 2008)





[1] Abdul Djalal, Ulumul Qur’an,(dunia ilmu: Surabaya, 2009),167.
[2] Rosihan Anwar, Ulum Al-Qur’an, (Pustaka Setia: Bandung, 2008), 129.
[3] Ibid
[4] Abdul Djalal, Ululul Qur’an, ( Dunia Ilmu: Surabaya, 2009), 169.

[5] Ibid., 169-170.

[6] Ibid., 171-172.
[7] Abdul Djalal, Ulumul Qur’an,( Dunia Ilmu: Surabaya, 2009), 173.

[8] Rosihan Anwar, Ulum Al-Qur’an, ( Pustaka Setia: Bandung, 2008), 129.

[9] Ibid., 174.

[10] Ibid., 175-177.
[11] Ibid., 180.

[12] Rosihan Anwar,Ulum Al-Qur’an, ( Pustaka Setia: Bandung, 2008), 130.

[13] Abdul Djalal, Ulumul Qur’an, (Dunia Ilmu: Surabaya, 2009), 200.

[14] Ibid., 204
[15] Ibid., 181 - 183
[16] Ibid., 185-188.
[17] Abdul Djalal, Ulumul Qur’an, ( Dunia Ilmu: Surabaya, 2009), 188-190.

[18] Ibid., 191-193.

[19] Ibid., 194-195.
[20] Ibid., 196-197.
[21]Abdul Djalal, Ulumul Qur’an, (Dunia Ilmu: Surabaya, 2009), 197.
[22] Ibid., 198.

[23] Zarkasyi, Burhan fi Ulumul Qur’an, Juz. I, Hal. 172-177

0 comments:

Post a Comment

Monggo Komentarnya. . .