Segala puji dan syukur penulis
panjatkan kehadirat Allah SWT dzat yang Maha Sempurna, pencipta dan penguasa
segalanya. Karena hanya dengan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas ini
sesuai dengan apa yang diharapkan yaitu tentang “PENGANTAR STUDI ISLAM ”.
Dengan harapan semoga tugas ini bisa berguna dan ada manfaatnya bagi kita
semua.Amiin.
Tak
lupa pula penyusun sampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang turut
berpartisipasi dalam proses penyusunan tugas ini, karena penulis sadar sebagai
makhluk sosial penulis tidak bisa berbuat banyak tanpa ada interaksi dengan
orang lain dan tanpa adanya bimbingan, serta rahmat dan karunia dari –Nya.
Akhirnya
walaupun penulis telah berusaha dengan secermat mungkin, namun sebagai manusia
biasa yang tak mungkin luput dari salah dan lupa.Untuk itu penulis mengharapkan
koreksi dan sarannya semoga kita selalu berada dalam lindungan-Nya.
Cirebon,
|
||
|
||
Penulis
|
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................1
DAFTAR ISI.......................................................................................................
2
BAB
I PENDAHULUAN
A.
LatarBelakang................................................................ 3
B.
Rumusan Masalah.................................................................
4
C.
Tujuan....................................................................................4
BAB
II PEMBAHASAN
A.
definisi antropologi.......................................................................
5
B.
objek kajian antropologi dalam
kajian islam .................................7
C.
pendeketan antropologi dalam
studi islam.....................................9
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................10
DAFTAR
PUSTAKA.......................................................................................................
11
BAB. I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses
pembelajaran, pemberian pengetahuan, keterampilan dan sikap melalui pikiran,
karakter serta kapasitas fisik dengan menggunakan pranata-pranata agar tujuan
yang ingin dicapai dapat dipenuhi. Pendidikan dapat diperoleh melalui lembaga
formal dan informal. Penyampaian kebudayaan melalui lembaga informal tersebut
dilakukan melalui enkulturasi semenjak kecil di dalam lingkungan keluarganya.
Dalam masyarakat yang sangat kompleks, terspesialisasi dan berubah cepat,
pendidikan memiliki fungsi yang sangat besar dalam memahami kebudayaan sebagai
satu keseluruhan.
Dengan makin cepatnya perubahan kebudayaan, maka makin banyak diperlukan waktu untuk memahami kebudayaannya sendiri.[1]
Dengan makin cepatnya perubahan kebudayaan, maka makin banyak diperlukan waktu untuk memahami kebudayaannya sendiri.[1]
Hal ini membuat kebudayaan di masa depan tidak dapat
diramalkan secara pasti, sehingga dalam mempelajari kebudayaan baru diperlukan
metode baru untuk mempelajarinya. Dalam hal ini pendidik dan antropolog harus
saling bekerja sama, dimana keduanya sama-sama memiliki peran yang penting dan
saling berhubungan. Pendidikan bersifat konservatif yang bertujuan mengumpulkan hasil-hasil prestasi kebudayaan,
yang dilakukan oleh pemuda-pemudi sehinga dapat menyesuaikan diri pada
kejadian-kejadian yang dapat diantisipasikan di dalam dan diluar kebudayaan
serta merintis jalan untuk melakukan perubahan terhadap kebudayaan.
Jika kembali pada persoalan kajian antropologi bagi kajian Islam, maka
dapat dilihat relevansinya dengan melihat dari dua hal. Pertama, penjelasan
antropologi sangat berguna untuk membantu mempelajari agama secara empirik,
artinya kajian agama harus diarahkan pada pemahaman aspek-aspek social context
yang melingkupi agama. Kajian agama secara empiris dapat diarahkan ke dalam dua
aspek yaitu manusia dan budaya. Pada dasarnya agama diciptakan untuk membantu
manusia untuk dapat memenuhi keinginan-keinginan kemanusiaannya, dan sekaligus
mengarahkan kepada kehidupan yang lebih baik. Hal ini jelas menunjukkan bahwa
persoalan agama yang harus diamati secara empiris adalah tentang manusia. Tanpa
memahami manusia maka pemahaman tentang agama tidak akan menjadi sempurna.[2]
Kajian antropologi juga memberikan
fasilitas bagi kajian Islam untuk lebih melihat keragamaan pengaruh budaya
dalam praktik Islam. Pemahaman realitas nyata dalam sebuah masyarakat akan
menemukan suatu kajian Islam yang lebih empiris. Kajian agama dengan
cross-culture akan memberikan gambaran yang variatif tentang hubungan agama dan
budaya.[3]
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa
definisi antropologi?
2. Bagaimana
objek kajian antropologi dalam kajian islam?
3. Bagaimana
pendeketan antropologi dalam studi islam?
1.3 tujuan
1.
Menjelaskan
definisi antropologi
2.
Mejelaskan objek
kajian antropologi dalam kajian islam
3.
Menjelaskan tentang
pendeketan antropologi dalam studi islam
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Antropologi
Antropologi terdiri dari kata Antropos dan Logos.
Antropos berarti manusia sedangkan Logos bearti Ilmu. Dengan kata lain
Antropologi diartikan sebagai ilmu tentang manusia. Secara terminologi,
antropologi diartikan sebagai ilmu tentang manusia, khususnya tentang
asul-usul, aneka warna bentuk fisik, adat istiadat dan kepercayaannya pada masa
lampau. Edward Taylor mendefinisikan antropologi sebagai hasil prilaku yang
pada gilirannya mengakumulasikan dan mentransimisikan pengetahuannya. Oleh
karena kemampuannya yang khusus manusia itu maka ia dapat menyusun kembali
lingkungan alamiahnya.
Pendekatan antropologi dalam
memahami studi Islam dapat dilihat dengan wujud praktik/ritual keagamaan yang
tumbuh dan berkembang di masyarakat. Pendekatan antropologi dalam studi Islam
maksudnya adalah pendekatan secara wajar yang digunakan dalam melakukan
penelitian pendekatan budaya yang tidak menyalahi norma-norma yang berlaku
dalam agama Islam. Islam tidak akan menerima begitu saja jenis
pendekatan-pendekatan antropologi dalam memahami dan menerapkannya dalam
kehidupan bermasyarakat, karena Islam bersifat selektif.
Antropologi sebagai pendekatan
dalam mempelajari studi Islam dapat diklarifikasikan menjadi beberapa bagian
diantaranya:
1.
Pendekatan antropologis fenomenologis; pendekatan ini dapat melihat hubungan
antara agama dan negara.
2.
Pendekatan antropologis yang kaitannya antara agama dengan psikoterapi.
3.
Pendekatan antropologis yang kaitannya antara agama dengan mekanisme
pengorganisasian.[4]
B.
Objek Kajian Antropologi Islam
Pertanyaan yang mungkin timbul kemudian adalah, topik apa
saja yang akan menjad objek kajian antropologi Islam. Jamaluddin ‘Athiyyah,
dalam artikelnya di jurnal The Contemporery Muslim menawarklan bahwa
antropologi Islam yang kita gagas nantinya akan memberikan objek kajiannya pada
topik-topik berikut ini:
a.
Penciptaan manusia. Dalam point ini, akan dikaji
tentang awal penciptaan manusia dan bagaimana manusia kemudian berkembang.
Tentu saja teori evolusi Darwin akan menjadi bagian kajian point ini. Juga
pertanyaan tentang apakah sebelum Adam AS. ada Adam-Adam lain. Seperti
kecenderungan Iqbal, misalnya, yang mengatakan dalam bukunya The
Reconstraction of Religious Thought in Islam, bahwa Adam yang disebut dalam
al Qur’an lebih banyak bersifat konsep tinimbang historis 32.
- Susunan manusia. Akan dikaji tentang susunan yang membentuk manusia; tubuh, jiwa, ruh, akal, hati, mata hati dan nurani. Sehingga dapat didapatkan konsep manusia yang utuh sesuai dengan konsep Islam. Sehingga dengannya manusia akan berbeda dengan malaikat, jinn, hewan, tumbuhan dan benda mati. Sambil menjelaskan perbedaan manusia dengan makhluk-makhluk tersebut.
- Macam-macam manusia. Meneliti tentang perbedaan manusia antara lelaki dan perempuan, suku-suku, bangsa-bangsa, perbedaan bahasa, dan hikmah dibalik perbedaan ini.
- Tujuan diciptakannya manusia. Mengkaji tujuan diciptakan manusia dan apa misi yang dibawanya di atas bumi. Sambil menjelaskan tentang pengertian ibadah, khilafah, pembumi dayaan dunia dan sebagainya. [5]
- Hubungan manusia dengan semesta. Pada point ini akan diteliti tentang konsep taskhir alam semesta bagi manusia. Apakah dengan konsep tersebut manusia adalah pusat semesta ini?. Serta tentang equilibrium antara manusia dengan semesta dengan segala isinya. Hal ini akan berkaitan dengan ilmu lingkunngan hidup.
- Hubungan manusia dengan Tuhan-nya. Akan dikaji apakah beragama adalah fithrah dalam diri manusia? Juga tentang peran nabi-nabi, kitab-kitab suci dan ibadah dalam hubungan ini.
- Manusia masa depan. Di sini akan dikaji tentang rekayasa manusia masa depan. Antara lain tentang pembibitan buatan, bioteknologi, manusia robot dan hal-hal lainnya.
- Manusia setelah mati. Pada point ini akan dikaji tentang bagaiman manusia setelaha mati, serta apa yang harus ia persiapkan di dunia ini bagi kehidupannya di akherat nanti
C.
Pendekatan Antropologi Dalam Studi Islam
Pendekatan antropologis dalam
memahami agama dapat diartikan sebagai salah satu upaya memahami agama dengan
cara melihat wujud praktik keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam
masyarakat. Melalui pendekatan ini agama nampak akrab dan dekat dengan
masalah-masalah yang dihadapi manusia dan berupaya menjelaskan dan memberikan
jawabannya. Dengan kata lain bahwa cara-cara yang digunakan dalam disiplin ilmu
antropologi dalam melihat suatu masalah digunakan dalam disiplin ilmu agama.
Antropologi dalam kaitan ini sebagaimana dikatakan Dawam Raharjo, lebih
mengutamakan pengamatan langsung, bahkan sifatnya partisipatif. Dari sini
timbul kesimpulan-kesimpulan yang sifatnya induktif yang mengimbangi pendekatan
deduktif sebagaimana digunakan dalam pengamatan sosiologis. Penelitian
antropologis yang induktif dan grounded, yaitu turun ke lapangan tanpa berpijak
pada, atau setidak-tidaknya dengan upaya membebaskan diri dari kungkungan
teori-teori formal yang pada dasarnya sangat abstrak sebagaimana yang dilakukan
di bidang sosiologi dan lebih-lebih ekonomi yang menggunakan model-model
matematis, banyak juga memberi sumbangan kepada penelitian historis.
Penelitian antropologi agama harus
dibedakan dari pendekatan-pendekatan lain. Para peneliti antropologi harus
melakukan atau menawarkan sesuatu yang lain dari yang lain. Ia harus
menimbulkan pertanyaan sendiri yang spesifik, berasal dari perspektif sendiri
yang spesifik, dan mempraktekkan metode sendiri yang spesifik pula. Antropologi
dapat dianggap sebagai ilmu keragaman manusia, dalam tubuh mereka dan perilaku
mereka. Dengan demikian, antropologi agama akan menjadi penyelidikan scientific
keragaman agama manusia. Sebagaimana ungkapan yang berbunyi :
“Theanthropologicalstudyofreligionmustbe distingue ishedand
distingue ishablefrom these otherapproachesin somemeaningfull
ways,itmustdooroffersomethingthattheothersdonot.Itmust raiseitsownspecificquestions,come
fromitsownspecificperspective,and
practice itsownspecific method.Anthropologycanbestbethoughtofasthescience ofthediversityofhumans,in theirbodies
andtheirbehavior.Thus,theanthropologyofreligionwillbethe
scientificinvestigationofthe diversityofhumanreligions”
Antropologi, sebagai sebuah ilmu
yang mempelajari manusia, menjadi sangat penting untuk memahami agama.
Antropologi mempelajari tentang manusia dan segala perilaku mereka untuk dapat
memahami perbedaan kebudayaan manusia. Dibekali dengan pendekatan yang holistik
dan komitmen antropologi akan pemahaman tentang manusia, maka sesungguhnya
antropologi merupakan ilmu yang penting untuk mempelajari agama dan interaksi
sosialnya dengan berbagai budaya.
Posisi penting manusia dalam Islam
juga mengindikasikan bahwa sesungguhnya persoalan utama dalam memahami agama
Islam adalah bagaimana memahami manusia. Persoalan-persoalan yang dialami
manusia adalah sesungguhnya persoalan agama yang sebenarnya. Pergumulan dalam
kehidupan kemanusiaan pada dasarnya adalah pergumulan keagamaannya. Para
antropolog menjelaskan keberadaan agama dalam kehidupan manusia dengan
membedakan apa yang mereka sebut sebagai 'common sense' dan 'religious atau
mystical event.' Dalam satu sisi common sense mencerminkan kegiatan sehari-hari
yang biasa diselesaikan dengan pertimbangan rasional ataupun dengan bantuan
teknologi, sementera itu religious sense adalah kegiatan atau kejadian yang
terjadi di luar jangkauan kemampuan nalar maupun teknologi.
Dengan demikian memahami Islam yang
telah berproses dalam sejarah dan budaya tidak akan lengkap tanpa memahami
manusia. Karena realitas keagamaan sesungguhnya adalah realitas kemanusiaan
yang mengejawantah dalam dunia nyata. Terlebih dari itu, makna hakiki dari
keberagamaan adalah terletak pada interpretasi dan pengamalan agama. Oleh karena
itu, antropologi sangat diperlukan untuk memahami Islam, sebagai alat untuk
memahami realitas kemanusiaan dan memahami Islam yang telah dipraktikkan-Islam
that is practised-yang menjadi gambaran sesungguhnya dari keberagamaan manusia.
Karena begitu pentingnya penggunaan pendekatan antropologi dalam studi Islam
(agama), maka Amin Abdullah mengemukakan 4 ciri fundamental cara kerja
pendekatan antropologiterhadap agama.yaitu :
1.
Bercorakdescriptive,
bukannya normative.
2.
Yang terpokok dilihat oleh
pendekatan antropologi adalah local practices , yaitu
praktik konkrit dan nyata di lapangan.
3.
Antropologi selalu mencari
keterhubungan dan keterkaitan antar berbagai domain kehidupan secara
lebih utuh (connections across social domains).
4.
Comparative, artinya
studi dan pendekatan antropologi memerlukan perbandingan dari berbagai tradisi,
sosial, budaya dan agama-agama.[6]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1.
Antropologi adalah ilmu yang membahas tentang manusia.
2.
Dan antropologi agama adalah ilmu yang membahas tentang
pemahaman agama dengan menggunakan pendekatan antropologi itu sendiri.
3.
Memahami islam dalam konteks sejarah dan budaya saja tidak
lengkap tampa memahami manusia[7]
Pendekatan
antropologi dalam studi Islam adalah merupakan salah satu cara untuk memahami
Islam dan cara melihat wujud praktek keagamaan yang timbul dan berkembang dalam
masyarakat. Untuk memahami Islam secara kaffah harus dengan pendekatan yang
konfrehensif, aktual dan integral dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan.
Oleh karena itu umat Islam dituntut untuk mendalami berbagai disiplin ilmu pengetahuan agar dapat mengaktualisasikan Islam dalam dunia empirik, terutama menguasai teori-teori ilmu pengetahuan serta metodologinya, baik secara teoritis sehingga benar-benar Islam dapat menjadi pemandu dan pengarah dalam kehidupan manusia.[8]
Oleh karena itu umat Islam dituntut untuk mendalami berbagai disiplin ilmu pengetahuan agar dapat mengaktualisasikan Islam dalam dunia empirik, terutama menguasai teori-teori ilmu pengetahuan serta metodologinya, baik secara teoritis sehingga benar-benar Islam dapat menjadi pemandu dan pengarah dalam kehidupan manusia.[8]
0 comments:
Post a Comment
Monggo Komentarnya. . .