Tuesday, January 16, 2018

Makalah Antropologi Islam



KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT dzat yang Maha Sempurna, pencipta dan penguasa segalanya. Karena hanya dengan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas ini sesuai dengan apa yang diharapkan yaitu tentang “PENGANTAR STUDI ISLAM ”. Dengan harapan semoga tugas ini bisa berguna dan ada manfaatnya bagi kita semua.Amiin.
Tak lupa pula penyusun sampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang turut berpartisipasi dalam proses penyusunan tugas ini, karena penulis sadar sebagai makhluk sosial penulis tidak bisa berbuat banyak tanpa ada interaksi dengan orang lain dan tanpa adanya bimbingan, serta rahmat dan karunia dari –Nya.
Akhirnya walaupun penulis telah berusaha dengan secermat mungkin, namun sebagai manusia biasa yang tak mungkin luput dari salah dan lupa.Untuk itu penulis mengharapkan koreksi dan sarannya semoga kita selalu berada dalam lindungan-Nya.




Cirebon,











Penulis









DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................1
DAFTAR ISI....................................................................................................... 2

BAB I        PENDAHULUAN
                             A.           LatarBelakang................................................................ 3
                             B.           Rumusan Masalah................................................................. 4
                             C.           Tujuan....................................................................................4

BAB II       PEMBAHASAN
A.    definisi antropologi....................................................................... 5
B.     objek kajian antropologi dalam kajian islam .................................7
C.     pendeketan antropologi dalam studi islam.....................................9

BAB III     PENUTUP
                             A.  Kesimpulan.........................................................................10

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 11


















BAB. I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses pembelajaran, pemberian pengetahuan, keterampilan dan sikap melalui pikiran, karakter serta kapasitas fisik dengan menggunakan pranata-pranata agar tujuan yang ingin dicapai dapat dipenuhi. Pendidikan dapat diperoleh melalui lembaga formal dan informal. Penyampaian kebudayaan melalui lembaga informal tersebut dilakukan melalui enkulturasi semenjak kecil di dalam lingkungan keluarganya. Dalam masyarakat yang sangat kompleks, terspesialisasi dan berubah cepat, pendidikan memiliki fungsi yang sangat besar dalam memahami kebudayaan sebagai satu keseluruhan.
Dengan makin cepatnya perubahan kebudayaan, maka makin banyak diperlukan waktu untuk memahami kebudayaannya sendiri.[1]
Hal ini membuat kebudayaan di masa depan tidak dapat diramalkan secara pasti, sehingga dalam mempelajari kebudayaan baru diperlukan metode baru untuk mempelajarinya. Dalam hal ini pendidik dan antropolog harus saling bekerja sama, dimana keduanya sama-sama memiliki peran yang penting dan saling berhubungan. Pendidikan bersifat konservatif yang bertujuan mengumpulkan hasil-hasil prestasi kebudayaan, yang dilakukan oleh pemuda-pemudi sehinga dapat menyesuaikan diri pada kejadian-kejadian yang dapat diantisipasikan di dalam dan diluar kebudayaan serta merintis jalan untuk melakukan perubahan terhadap kebudayaan.
Jika kembali pada persoalan kajian antropologi bagi kajian Islam, maka dapat dilihat relevansinya dengan melihat dari dua hal. Pertama, penjelasan antropologi sangat berguna untuk membantu mempelajari agama secara empirik, artinya kajian agama harus diarahkan pada pemahaman aspek-aspek social context yang melingkupi agama. Kajian agama secara empiris dapat diarahkan ke dalam dua aspek yaitu manusia dan budaya. Pada dasarnya agama diciptakan untuk membantu manusia untuk dapat memenuhi keinginan-keinginan kemanusiaannya, dan sekaligus mengarahkan kepada kehidupan yang lebih baik. Hal ini jelas menunjukkan bahwa persoalan agama yang harus diamati secara empiris adalah tentang manusia. Tanpa memahami manusia maka pemahaman tentang agama tidak akan menjadi sempurna.[2]
Kajian antropologi juga memberikan fasilitas bagi kajian Islam untuk lebih melihat keragamaan pengaruh budaya dalam praktik Islam. Pemahaman realitas nyata dalam sebuah masyarakat akan menemukan suatu kajian Islam yang lebih empiris. Kajian agama dengan cross-culture akan memberikan gambaran yang variatif tentang hubungan agama dan budaya.[3]
1.2  Rumusan Masalah  
1.      Apa definisi antropologi?
2.      Bagaimana objek kajian antropologi dalam kajian islam?
3.      Bagaimana pendeketan antropologi dalam studi islam?
1.3  tujuan
1.    Menjelaskan definisi antropologi
2.    Mejelaskan objek kajian antropologi dalam kajian islam
3.    Menjelaskan tentang pendeketan antropologi dalam studi islam










BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Antropologi
Antropologi terdiri dari kata Antropos dan Logos. Antropos berarti manusia sedangkan Logos bearti Ilmu. Dengan kata lain Antropologi diartikan sebagai ilmu tentang manusia. Secara terminologi, antropologi diartikan sebagai ilmu tentang manusia, khususnya tentang asul-usul, aneka warna bentuk fisik, adat istiadat dan kepercayaannya pada masa lampau. Edward Taylor mendefinisikan antropologi sebagai hasil prilaku yang pada gilirannya mengakumulasikan dan mentransimisikan pengetahuannya. Oleh karena kemampuannya yang khusus manusia itu maka ia dapat menyusun kembali lingkungan alamiahnya.
Pendekatan antropologi dalam memahami studi Islam dapat dilihat dengan wujud praktik/ritual keagamaan yang tumbuh dan berkembang di masyarakat. Pendekatan antropologi dalam studi Islam maksudnya adalah pendekatan secara wajar yang digunakan dalam melakukan penelitian pendekatan budaya yang tidak menyalahi norma-norma yang berlaku dalam agama Islam. Islam tidak akan menerima begitu saja jenis pendekatan-pendekatan antropologi dalam memahami dan menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat, karena Islam bersifat selektif.
Antropologi sebagai pendekatan dalam mempelajari studi Islam dapat diklarifikasikan menjadi beberapa bagian diantaranya:
1.      Pendekatan antropologis fenomenologis; pendekatan ini dapat melihat hubungan antara agama dan negara.
2.      Pendekatan antropologis yang kaitannya antara agama dengan psikoterapi.
3.      Pendekatan antropologis yang kaitannya antara agama dengan mekanisme pengorganisasian.[4]

B.     Objek Kajian Antropologi Islam
Pertanyaan yang mungkin timbul kemudian adalah, topik apa saja yang akan menjad objek kajian antropologi Islam. Jamaluddin ‘Athiyyah, dalam artikelnya di jurnal The Contemporery Muslim menawarklan bahwa antropologi Islam yang kita gagas nantinya akan memberikan objek kajiannya pada topik-topik berikut ini:
a.       Penciptaan manusia. Dalam point ini, akan dikaji tentang awal penciptaan manusia dan bagaimana manusia kemudian berkembang. Tentu saja teori evolusi Darwin akan menjadi bagian kajian point ini. Juga pertanyaan tentang apakah sebelum Adam AS. ada Adam-Adam lain. Seperti kecenderungan Iqbal, misalnya, yang mengatakan dalam bukunya The Reconstraction of Religious Thought in Islam, bahwa Adam yang disebut dalam al Qur’an lebih banyak bersifat konsep tinimbang historis 32.
  1. Susunan manusia. Akan dikaji tentang susunan yang membentuk manusia; tubuh, jiwa, ruh, akal, hati, mata hati dan nurani. Sehingga dapat didapatkan konsep manusia yang utuh sesuai dengan konsep Islam. Sehingga dengannya manusia akan berbeda dengan malaikat, jinn, hewan, tumbuhan dan benda mati. Sambil menjelaskan perbedaan manusia dengan makhluk-makhluk tersebut.
  2. Macam-macam manusia. Meneliti tentang perbedaan manusia antara lelaki dan perempuan, suku-suku, bangsa-bangsa, perbedaan bahasa, dan hikmah dibalik perbedaan ini.
  3. Tujuan diciptakannya manusia. Mengkaji tujuan diciptakan manusia dan apa misi yang dibawanya di atas bumi. Sambil menjelaskan tentang pengertian ibadah, khilafah, pembumi dayaan dunia dan sebagainya. [5]
  4. Hubungan manusia dengan semesta. Pada point ini akan diteliti tentang konsep taskhir alam semesta bagi manusia. Apakah dengan konsep tersebut manusia adalah pusat semesta ini?. Serta tentang equilibrium antara manusia dengan semesta dengan segala isinya. Hal ini akan berkaitan dengan ilmu lingkunngan hidup.
  5. Hubungan manusia dengan Tuhan-nya. Akan dikaji apakah beragama adalah fithrah dalam diri manusia? Juga tentang peran nabi-nabi, kitab-kitab suci dan ibadah dalam hubungan ini.
  6. Manusia masa depan. Di sini akan dikaji tentang rekayasa manusia masa depan. Antara lain tentang pembibitan buatan, bioteknologi, manusia robot dan hal-hal lainnya.
  7. Manusia setelah mati. Pada point ini akan dikaji tentang bagaiman manusia setelaha mati, serta apa yang harus ia persiapkan di dunia ini bagi kehidupannya di akherat nanti
C.    Pendekatan  Antropologi Dalam Studi Islam
Pendekatan antropologis dalam memahami agama dapat diartikan sebagai salah satu upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktik keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Melalui pendekatan ini agama nampak akrab dan dekat dengan masalah-masalah yang dihadapi manusia dan berupaya menjelaskan dan memberikan jawabannya. Dengan kata lain bahwa cara-cara yang digunakan dalam disiplin ilmu antropologi dalam melihat suatu masalah digunakan dalam disiplin ilmu agama. Antropologi dalam kaitan ini sebagaimana dikatakan Dawam Raharjo, lebih mengutamakan pengamatan langsung, bahkan sifatnya partisipatif. Dari sini timbul kesimpulan-kesimpulan yang sifatnya induktif yang mengimbangi pendekatan deduktif sebagaimana digunakan dalam pengamatan sosiologis. Penelitian antropologis yang induktif dan grounded, yaitu turun ke lapangan tanpa berpijak pada, atau setidak-tidaknya dengan upaya membebaskan diri dari kungkungan teori-teori formal yang pada dasarnya sangat abstrak sebagaimana yang dilakukan di bidang sosiologi dan lebih-lebih ekonomi yang menggunakan model-model matematis, banyak juga memberi sumbangan kepada penelitian historis.
Penelitian antropologi agama harus dibedakan dari pendekatan-pendekatan lain. Para peneliti antropologi harus melakukan atau menawarkan sesuatu yang lain dari yang lain. Ia harus menimbulkan pertanyaan sendiri yang spesifik, berasal dari perspektif sendiri yang spesifik, dan mempraktekkan metode sendiri yang spesifik pula. Antropologi dapat dianggap sebagai ilmu keragaman manusia, dalam tubuh mereka dan perilaku mereka. Dengan demikian, antropologi agama akan menjadi penyelidikan scientific keragaman agama manusia. Sebagaimana ungkapan yang berbunyi :
“Theanthropologicalstudyofreligionmustbe distingue ishedand distingue ishablefrom  these otherapproachesin somemeaningfull ways,itmustdooroffersomethingthattheothersdonot.Itmust raiseitsownspecificquestions,come  fromitsownspecificperspective,and practice itsownspecific  method.Anthropologycanbestbethoughtofasthescience  ofthediversityofhumans,in theirbodies  andtheirbehavior.Thus,theanthropologyofreligionwillbethe scientificinvestigationofthe  diversityofhumanreligions
Antropologi, sebagai sebuah ilmu yang mempelajari manusia, menjadi sangat penting untuk memahami agama. Antropologi mempelajari tentang manusia dan segala perilaku mereka untuk dapat memahami perbedaan kebudayaan manusia. Dibekali dengan pendekatan yang holistik dan komitmen antropologi akan pemahaman tentang manusia, maka sesungguhnya antropologi merupakan ilmu yang penting untuk mempelajari agama dan interaksi sosialnya dengan berbagai budaya.
Posisi penting manusia dalam Islam juga mengindikasikan bahwa sesungguhnya persoalan utama dalam memahami agama Islam adalah bagaimana memahami manusia. Persoalan-persoalan yang dialami manusia adalah sesungguhnya persoalan agama yang sebenarnya. Pergumulan dalam kehidupan kemanusiaan pada dasarnya adalah pergumulan keagamaannya. Para antropolog menjelaskan keberadaan agama dalam kehidupan manusia dengan membedakan apa yang mereka sebut sebagai 'common sense' dan 'religious atau mystical event.' Dalam satu sisi common sense mencerminkan kegiatan sehari-hari yang biasa diselesaikan dengan pertimbangan rasional ataupun dengan bantuan teknologi, sementera itu religious sense adalah kegiatan atau kejadian yang terjadi di luar jangkauan kemampuan nalar maupun teknologi.
Dengan demikian memahami Islam yang telah berproses dalam sejarah dan budaya tidak akan lengkap tanpa memahami manusia. Karena realitas keagamaan sesungguhnya adalah realitas kemanusiaan yang mengejawantah dalam dunia nyata. Terlebih dari itu, makna hakiki dari keberagamaan adalah terletak pada interpretasi dan pengamalan agama. Oleh karena itu, antropologi sangat diperlukan untuk memahami Islam, sebagai alat untuk memahami realitas kemanusiaan dan memahami Islam yang telah dipraktikkan-Islam that is practised-yang menjadi gambaran sesungguhnya dari keberagamaan manusia. Karena begitu pentingnya penggunaan pendekatan antropologi dalam studi Islam (agama), maka Amin Abdullah mengemukakan 4 ciri fundamental cara kerja pendekatan antropologiterhadap agama.yaitu :
1.      Bercorakdescriptive, bukannya normative.
2.      Yang terpokok dilihat oleh pendekatan antropologi  adalah local practices , yaitu praktik konkrit dan nyata di lapangan.
3.       Antropologi selalu mencari keterhubungan dan keterkaitan antar berbagai domain kehidupan  secara lebih utuh (connections across social domains).
4.      Comparative, artinya studi dan pendekatan antropologi memerlukan perbandingan dari berbagai tradisi, sosial, budaya dan agama-agama.[6]


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1.      Antropologi adalah ilmu yang membahas tentang manusia.
2.      Dan antropologi agama adalah ilmu yang membahas tentang pemahaman agama dengan menggunakan pendekatan antropologi itu sendiri.
3.      Memahami islam dalam konteks sejarah dan budaya saja tidak lengkap tampa memahami manusia[7]

Pendekatan antropologi dalam studi Islam adalah merupakan salah satu cara untuk memahami Islam dan cara melihat wujud praktek keagamaan yang timbul dan berkembang dalam masyarakat. Untuk memahami Islam secara kaffah harus dengan pendekatan yang konfrehensif, aktual dan integral dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan.
Oleh karena itu umat Islam dituntut untuk mendalami berbagai disiplin ilmu pengetahuan agar dapat mengaktualisasikan Islam dalam dunia empirik, terutama menguasai teori-teori ilmu pengetahuan serta metodologinya, baik secara teoritis sehingga benar-benar Islam dapat menjadi pemandu dan pengarah dalam kehidupan manusia.[8]




0 comments:

Post a Comment

Monggo Komentarnya. . .