MAKALAH
PENGANTAR STUDI
ISLAM
Makalah di
ajukanuntukmemenuhitugasmatakuliahPengantarStudi Islam yang di bombing oleh
:Halimah
DISUSUN OLEH :
LARAS PRATIWI
FAUZAH KHAERIYAH
RENITA
PRODI
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM BUNGA BANGSA CIREBON
2017/2018
KATA PENGANTAR
Segalapujidansyukurpenulispanjatkankehadirat Allah SWT dzat
yang MahaSempurna,
penciptadanpenguasasegalanya.Karenahanyadenganridho-Nyapenulisdapatmenyelesaikantugasinisesuaidenganapa
yang diharapkanyaitutentang “FILASAFAT
ISLAM ”.
Denganharapansemogatugasinibisabergunadanadamanfaatnyabagikitasemua.Amiin.
Taklupa pula
penyusunsampaikanbanyakterimakasihkepadasemuapihak yang
turutberpartisipasidalam proses penyusunantugasini,
karenapenulissadarsebagaimakhluksosialpenulistidakbisaberbuatbanyaktanpaadainteraksidengan
orang lain dantanpaadanyabimbingan, sertarahmatdankaruniadari –Nya.
Akhirnyawalaupunpenulistelahberusahadengansecermatmungkin,
namunsebagaimanusiabiasa yang
takmungkinluputdarisalahdanlupa.Untukitupenulismengharapkankoreksidansarannyasemogakitaselaluberadadalamlindungan-Nya.
Cirebon,
2017
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
SAMPUL..............................................................................................................
1
KATA
PENGANTAR...............................................................................................................
2
DAFTAR
ISI............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang.........................................................................................
4
B. Rumusan
Masalah....................................................................................
4
C. Tujuan
Penulisan.......................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian filsafat islam .................................................................................
5
B. Perbedaan filsafat Islam dan filsafat
barat..................................................... 6
C. Aliran – aliran filsafat
Islam.............................................................................6
C.Latar
belakang perkembangan filsafat Islam.................................................7
D. Tokoh- tokoh
filsafat Islam.............................................................................9
E. pokok-pokok masalah yang dibahas dalam filsafat
Islam...............................9
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan..............................................................................................
12
B.
Saran.........................................................................................................12
DAFTAR
PUSTAKA.............................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Zaman telah berganti
dan perkembangan ilmu pengetahuan semakin maju dalam bidangnya masing-masing
tak terkecuali ilmu filsafat. Pada zaman dahulu, konon ilmu ini milik orang
Kaldan, Iraq. Kemudian berpindah kepada orang Mesir selanjutnya berpindah lagi
pada orang Yunani. Beberapa kurun waktu dan setelah mengalami penerjemahan,
ilmu ini berpindah lagi kepada orang Suryani selanjutnya pada orang Arab.
Sehingga sekarang muncullah apa yang disebut filsafat islam. Ilmu ini tetap
diajarkan karena para filosof (orang yang menguasai ilmu filsafat) berpendapat
bahwa ilmu ini merupakan keutamaan, sumber segala ilmu, induk semua ilmu,
sumber segala hikmah dan sumber kecakapan manusia. Jadi, penyusunan makalah ini
kami kira menjadi penting untuk memberikan wawasan mengenai ilmu filsafat
islam.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa itu Filsafat dan Filsafat Islam ?
2. Apa perbedaan Filsafat Islam dengan
Filsafat Barat?
3. Apa latar belakang munculnya Filsafat
Islam serta siapa tokoh-tokoh dalam Ilmu Filsafat Islam?
4. Apa saja pokok-pokok
masalah yang dibahas dalam filsafat Islam?
C. Tujuan penulisan
1. untuk mengetahui pengertian Filsafat dan
Filsafat Islam
2. untuk mengetahui perbedaan Filsafat Islam
dengan Filsafat Barat
3. untuk mengetahui latar belakang munculnya
Filsafat Islam serta siapa tokoh-tokoh dalam Ilmu Filsafat Islam
4. Untuk
mengetahui pokok-pokok masalah yang dibahas dalam filsafat Islam
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN FILSAFAT ISLAM
Akal merupakan salah satu anugerah Allah
swt. yang paling istimewah bagi manusia. Sebab sifat akal manusia itu
selalu ingin tahu tentang segala sesuatu termasuk dirinya sendiri. Filsafsat
adalah kata majemuk yang berasal dari bahasa Yunani, yakni philosophia dan
philosophos. Philo berarti cinta, sadangkan shopia atau sophos berarti
pengetahuan atau kebijaksanaan. Jadi filsafat secara sederhana berarti cinta
pada pengetahuan atau kebijaksanaan.pengertian cinta yang dimaksud yaitu ingin
dan dengan rasa keinginan itulah ia berusaha mencapai atau mendalami hal yang
diinginkan. Demikian yang dimaksud
dengan pengetahuan yaitu tahu dengan mendalam sampai ke akar-akarnya
atau sampai ke dasar segala dasarberikut ini adalah beberapa definsis filsafat
Islam.Filsafat islam benar – benar ada dan bukan jiplakan atau pengalihan
bahasa dari filsafat Yunani. Secara sederhana karakteristik filsafat islam
dapat dirangkum menjadi tiga :
1. Filsafat islam membahas
masalah yang sudah pernah dibahas filsafat Yunani dan lainnya, seperti
ketuhanan, alam dan roh. Tetapi cara penyelesaian dalam filsafat islam berbeda
dengan filsafat lain, para filosof muslim juga mengembangkan dan menambahkan
kedalamnya hasil pemikiran mereka
sendiri. Sebagaimana bidang lainnya (teknik), filsafat sebagai induk
ilmu pengetahuan diperdalam dan disempurnakan oleh generasi yang datang
sesudahnya.
2. Filsafat islam membahas
masalah yang belum pernah dibahas filsafat sebelumnya seperti filsafat kenabian
(al-nazhariyyat al-nubuwwat).
3. Dalam filsafat islam
terdapat pemandu antara agama dan filsafat, antara akidah dan hikmah antara
wahyu dan akal. Bentuk seperti ini banyak terlihat dalam pemikiran filosof
muslim. Dalam keadaan seperti diatas timbul dan berkembangnya filsafat islam di
bawah naungan keagaman yang tidak kurang ketelitian dan kecermatannya dalam
menyelesaikan masalah bila dibandingkan dengan filsafat lain. Sebagaimana
filosof Yunani, filosof Muslim juga memiliki ilmu all round, sperti Al-kindi
ahli astronomi, ilmu pasti, musik, tabib, dan lainnya. Al-farabi ahli logika,
politik, kimia, ilmu alam, astronom, dan lainnya.
Jadi yang dimaksud filsafat islam adalah perkembangan pemikiran umat islam
dalam masalah ketuhanan, kenabian, manusia, dan alam semesta yang disinari
ajaran islam. Adapun definisi secara khusus seperti apa yang dikemukakan penulis
islam sebagai berikut:
i. Ibrahim Madkur,
filsafat islam adalah pemikiran yang lahir dalam dunia islam untuk menjawab
tantangan zaman yang meliputi Allah dan alam semesta, wahyu dan akal, agama dan
filsafat.
ii. Ahmaf Fu’ad
Al-Ahwaniy, filsafat islam adalah pembahasan tentang alam dan manusia yang
disinari ajaran islam.
iii. Muhammad ‘athif al-
iraqy, filsafat islam secara umum didalamnya tercakup ilmu kalam, ilmu ushul
fiqih, ilmu tasawuf, dan ilmu pengetahuan lainnya yang diciptakan oleh
intelektual islam. Secara khusus filsafat islam ialah pokok atau dasar
pemikiran filosofis yang dikemukakan para filosof muslim. [1]
B. Perbedaan filsafat Islam dan
filsafat barat
Banyak pendapat yang mengatakan bahwa filsafat lahir dari Yunani, namun ada
juga yang mengatakan bahwa filsafat dimulai dari Islam. Ada lagi yang
berpendapat asal mula filsafat dari gabungan keduanya.
Filsafat Barat adalah hasil pemikiran radikal oleh para filosof Barat sejak
abad pertengahan sampai abad modern. Sedangkan Filsafat Islam adalah berpikir
bebas, radikal dan berada pada taraf makna yang mempunyai sifat, corak dan
karakter yang menyelamatkan dan kedamaian hati.
Perjalanan
filsafat Barat dimulai dari masa Yunani Kuno, yang terfokus pada pemikiran asal
kejadian alam secara rasional. Segala sesuatu harus atas dasar logika. Kemudian
masa abad pertengahan filsafat berubah arah menjadi bersifat teosentrik, segala
kebenaran ukurannya adalah ketaatan pada Gereja. Maka mereka banyak yang
berasal dari kalangan pendeta (agamawan). Pada perjalanan berikutnya para
pendeta dogmatis itu ditinggal para ilmuwan yang kemudian beralih pada
pemikiran yang bercorak bebas, radikal, dan rasional yang realis.
Filsafat Islam segala bentuk pemikiran ilmuwan muslim yang mendalam secara
teoritis maupun empiris, bersifat universal yang berlandaskan Wahyu. Filsafat
Islam merupakan pengembangan filsafat Plato dan Aristoteles yang telah
dilandasi dengan ajaran Islam dan memadukan antara filsafat dan Agama, filsafat
yang berciri religius dan berusaha sekuat tenaga memasukkan teks agama dengan
akal.
Tujuan Filsafat
barat dan filsafat islam sebenarnya hampir sama. Namun karena terjadinya
perbedaan agama maka pada filsafat islam ada yang membatasinya, yaitu
menyelidiki segala sesuatu yang ada secara mendalam dengan mempergunakan akal
sampai pada hakikatnya, jadi dalam filsafat objeknya tidak membatasi diri.
Dalam filsafat membahas tentang objeknya sampai kedalamannya, sampai ke radikal
dan totalitas.
C. BERBAGAI ALIRANDALAM FILSAFAT ISLAM
Ada sedikitnya
lima aliran dalam filsafat Islam:
1. Teologi Dialektik (‘Ilm Al-Kalâm);
Metode epistemologi yang digunakan oleh Teologi Dialektik hampir sama
dengan metode Peripatetisme, yaitu bersifat deduktif-silogistik. Yakni,prosedur
untuk mendapatkan kesimpulan (silogisme) dari mempersandingkan dua premis
(pernyataan yang sudah disepakati terlebih dulu nilaikebenarannya).
2. Peripatetisme (Masysyâ’iyyah)
dalam Peripatetisme proses
silogistik tersebut didasarkan atau dimulai dari premis-premis yang telah
disepakati sebagai kebenaranyang tak perlu dipersoalkan lagi (primary truth).
Dari sini kemudian dapat diperoleh kebenaran-kebenaran yang, pada gilirannya,
akan menjadi premis-premis baru bagi proses silogistik selanjutnya.Begitu
seterusnya. Teologi Dialektik berangkat dari pemahaman baik dan buruk—ini yang
menyebabkan teologi Islam disebut sebagai bersifat dialektik—yang dilandaskan
pada kebenaran keagamaan.Misalnya, sudah menjadi kemestian bahwa Tuhanharus
Mahakuasa. Dari sini dilakukanlah prosessilogistik yang membawa kepada suatu kesimpulan
mengenai kemestian keesaan Tuhan.
3. Iluminisme(Isyrâqiyyah);
metode yang digunakan oleh
Iluminisme dan Sufisme atau Teosofi (‘Irfân) adalah metode intuitif atau
eksperiensial (berasal dari kata experience = pengalaman). Peran intuisi ini, pada
kenyataannya, tidak hanya ditemukan oleh parapemikir keagamaan, tetapi juga
telahilontarkanoleh Aristoteles jauh-jauh hari sejak abad ke-4 sebelum Masehi.
Dia menyatakan mengenai adanya “orang-orang yang bisa mencapai kesimpulan
silogistik tanpa harus merumuskan silogisme”.Yakni, tanpa harus melalui
prosedur analitis penetapan premis-premis dan penarikan kesimpulanberdasarkan
penyandingan premis-premis tersebut.
4. Sufisme/Teosofi (Tashawwuf atau
‘Irfân), khususnya yang dikembangkan
Prinsip dasar Sufisme,adalah bahwa mengetahui sesuatu
adalah untuk memperoleh suatu pengalaman tentangnya, yang berarti intuisi
langsung atas hakikat sesuatu. Bahwa pengetahuan eksperiensial tentang sesuatu
dianalisis—yakni, secara diskursif (logis)-demonstrasional—hanya setelah diraih
secara total, intuitif, dan langsung (immediate) oleh Ibn ‘Arabî
5. Filsafat Hikmah (Al-Hikmah
Al-Muta‘âliyah).
Sedang Filsafat Hikmah, selain mengembangkan lebih jauh epistemologi
Iluministik, menjadikan filsafat wujud (being) Ibn ‘Arabî sebagai poros
filsafatnya. Seraya mengembangkan prinsip wahdah al-wujûd Ibn ‘Arabî, Filsafat
Hikmah menkankan prinsipialitas (fundamentalitas) eksistensi terhadap esensi.
Yakni, bahwa yang real—yang memiliki korespondensi dengan realitas—adalah
eksistensi. Sedangkan esensi-penampakan atau atribut-atribut lahiriah dan
mental—sebenarnya tidak real dan hanya merupakan bentukan (keter batasan) persepsi manusia (i‘tibârî). [2]
D. Latar belakang
Latar belakang filsafat Islam tidak dapat dipisahkan dari pemikiran filosofnya
yang dipengaruhi oleh para filosof Yunani, karena para filosof Islam menuntut
ilmu kepada filosof Yunani.Berikut adalah sejarah bagaimana terjadinya kontak
antara Filosof Islam dengan Filosof Yunani.
Pada zaman awal perkembangan Islam, sebenarnya kaum muslimin tidak
bermaksud mengutip pemikiran filsafat dari pihak manapun juga. Mereka tidak
menaruh perhatian soal tersebut , bahkan samasekali tidak berniat mengutip ilmu
apapun juga dan tidak pernah memikirkannya. Kalau di kemudian hari ada sebagaian
dai ilmu-ilmu tersebut yang merembes kedalam pemikiran orang-orang Arab, itu
semata-mata karena keharusan yang tak dapat dihindari, karena semakin eratnya
hubungan mereka dengan bangsa-bangsa lain di sekitar negerinya. Hubungan
seperti itu memang sudah terjadi sejak zaman jahiliyah, tetapi masih terbatas
dalam ruang lingkup yang amat sempit. Misalnya, Al-Harits Bin Kaldah As-Saqofi,
belajar ilmu kedokteran pada suatu perguruan di Jundi Sabur, Persia dan di
kenak sebagai dokter Arab
Sebuah riwayat yang berasal dari sa’ad bin abi waqash mengatakan, ketika ia
menderita sakit, Rasul Allah SAW datang menjenguknya saat itu beliau
menyarankan :” Datanglah kepada al-Harits bin kaldah, ia mengetahui tentang
kedokteran”.
Akan tetapi Ilmu
pengetahuan yang diperoleh al-Harits dapat ditanggap, cukup karena ia belum
menguasai semua pokok dan cabang ilmu kedokteran secara ilmiah. Untuk itu
memang diperlukan penguasaan Bahasa suryani sebagai alat untuk dapat
mempelajari berbagai buku kedokteran yang telah diterjemahkan kedalam Bahasa
tersebut danbtersebar di Jundi Sabur.Ilmu pengetahuan di bidang itu pada
umumnya di kuasai oleh orang-orang Suryani sendiri.
Mengenai bagaimana proses perpindahan ilmu kedokteran ke Jundi Sabur dan
kenapa buku-buku kedokteran di terjemahkan dari Bahasa Yunani kedalam bahasa
Suryani, baiklah kami ketengahkan kisahnya. Kisah kuno yang menurut sejarah
merupakan keseinambungan dari zaman plato dan aristoteles, dua orang Filosofi yunani : yang satu menaruh
perhatian besar pada problema matematika sedangkan yang kedua menaruh perhatian
besar kepada masalah alam dan kedokteran. Kedua-duanya juga mempunyai perguruan
filsafat masing –masing.Pada abad ke-3 SM Hipocrate juga telah mendirikan
sebuah perguruan ilmu kedokteran. Kemudian setelah kota iskandariyah dibangun
kota itu menjadi tempat peradaban Yunani yang lebih banyak bersifat Ilmiah
daripada yang bersifat Filosofis. Dari perguruan tersebut lahir sejumlah ahli
pikir besar seperti Euclide, Galenus, Archimedes, Ptolemaeus dan lain-lainnya
lagi, yang telah berhasil meletakkan dasar-dasar ilmu pengetahuan seperti ilmu
geometri, ilmu falak (astronomi) dan ilmu kedokteran. Hingga abad ke-6 kota Iskandariyah tetap menjadi mercusuar
ilmu pengetahuan. Kemudian muncul pula di kota itu para ahli pikir generasi
kedua yang mengatur, menyusun dan mempelajari buku-buku peninggalan para ahli
pikir generasi pertama untuk bahan pengajaran. Dari para ahli pikir generasi
kedua itulah orang-orang Arab
menterjemahkan berbagai cabang ilmu pengetahuan.
Perguruan Iskandariyah tidak hanya memperhatikan soal-soal ilmu pengetahuan
saja, tetapi juga semua bentuk kebudayaan, baik yang bersifat keagamaan,
pemikiran, filsafat maupun kesusastraan.Mulai abad pertama hingga abad ke-3 M
pembaharuan terhadap pembaharuan terhadap ajaran phytagoras cenderung ke arah
masalah matematika dan moral. Demikian pula ajaran pluto, direvisi oleh
plotinus yang menciptakan Neo Platonisme. Ia lahir dan dibesarkan di Mesir,
memperoleh pendidikan di Iskandariyah dan berbahasa Yunani. Dialah yang menciptakan
ajaran Enneads, yaitu ajaran filsafat yang menjelaskan terjadinya pelimpahan
dari Yang Satu (supreme in material force). Sebagian dari bukunya diterjemahkan
kedalam Bahasa Arab dengan nama Theologia. Teori “Pelimpahan”nya banyak
mempengaruhi para filosof Islam.Muridnya yang bernama Porhyrius tidak kalah
pengaruhnya dalam kehidupan filsafat Islam hal itu tidak mengherankan karena
dialah yang menulis buku isagoge,kata dalam Bahasa Yunani yang terkenal di
kalangan orang-orang Arab sampai Zaman kita ini.Isagoge bermakna “Pintu masuk”
(madkhal), yakni pintu untuk memasuki pembicaraan tentang teori filsafat
Aristoteles.
Demikianlah cuplikan sejarah awal mula para filosof islam mengadakan kontak dengan para filosof Yunani, yang
merupakan latar belakang lahirnya Filsafat Islam.
Di dalam
Al-Qur’an terdapat ayat-ayat Al-Qur’an yang menyuruh manusia agar menggunakan
akal pikiran untuk memikirkan tentang segala sesuatu yang diciptakan-Nya.Allah
SWT berfirman.[3]
(٢١٩)
كَذَلِكَ
يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمُ الآيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَتَفَكَّرُونَ
…
…Demikianlah
Allah menerangkan ayat-ayatNya kepadamu supaya kamu berpikir. (QS al-Baqarah
(2):219
E. Tokoh filsafat islam
Dalam ilmu filsafat islam ada beberapa tokoh yang di anggap membawa
pengaruh dan karya-karyanya di kenal sebagian umat muslim saat ini. Beberapa
tokoh tersebut antara lain
1. Al-kindi
Al-kindi atau abu yusuf ya’kub bin ishak bin ashshabah bin imran bin ismail
bin al-asy’ats bin Qays al-kindi di kenal sebagai sosok muslim pertama yang
memunculkan gagasan tentang filsafat dan ia jugalah yang berpendapat bahwa
ajaran agama islam sebenarnya tidak berbeda jauh dengan ilmu filsafat atau
falsafah sehingga keduanya bukanlah hal yang bertentangan.
2. Al-farabi
Al-farabi atau abu nasir muhammad bin al-farakh al-farabi adalah se orang
tokoh ilmuan sekaligus filosof muslim yang berusaha memadukan beberapa aliran
filsafat antara lain aliran falsafah taufikhiah yang berkembang sebelumnya dari
hasil pemikiran filosof yunani seperti plati, aristoteles, plotinus. Al-farabi juga
berpendapat bahwa pada hakikatnya filsafat itu memiliki satu tujuan yakni untuk
mencari kebenaran dari suatu hal.
3. Ibnu Rusyd
Abu walid muhammad bin rusyd atau yang di kenal dengan nama ibnu rusyd
adalah salah satu tokoh ilmuan muslim yang cukup di kenal. Ia juga merupakan
salah seorang filosof yang di kenal dengan aliran rasionalnya.
4. Ibnu sina
Ibnu sina yang trkenal sebagai ilmuan dalam bidang kedokteran juga di kenal
sebagai seorang sosok filosof muslim. Ia berpendapat bahwa semua intelenji atau
akal berasal dari tuhan dan segala hal yang menyangkut dasar semua ilmu juga
baerasl dari tuhan.
5. Al-ghazali
Muhammad bin ahmad, al-imamul jalil, abu hamid aththusi al-ghazali adalah
salah seorang filosof ternama yang berasal dari daerah thusi yang merupaka
bagian dari negara persia. Al-ghazali banyak menghasilkan karya di bidang
filsafat. Dan al-ghazali lebih cenderung percaya terhadap akal dari pada kelima
panca indra. Di zamannya, beliau pernah mnjadi guru besar di nidzamiyah,
baghdad selama empat tahun. Beberapa kitab karangan al-ghazali yang terkenal
antara lain ihya ulum ad-din tahafut al-falasifah dan al-muqidz min adh-dhalal.
F. POKOK-POKOK MASALAH YANG DI BAHAS
DALAM FILSAFAT ISLAM
Di antara persoalan yang dibahas oleh para filsuf Islam adalah soal akal,
wahyu, politik, penciptaan alam, akhlak, teologi, hukum islam, dan tasawuf.
Berbagai masalah tersebut termasuk hal-hal yang penting dalam kajian akademik
dan kehidupan manusia. Dalam hal ini akan dibahas masalah tentang akal dan
wahyu, timbulnya yang banyak dari yang Mahasatu (Tuhan) atau kejadian alam,
soal roh, dan kelanjutan hidup sesudah roh terlepas dari badan.
1. HUBUNGAN FILSAFAT (AKAL) DAN AGAMA
Hubungan filsafat dan agama merupakan hubungan yang sangat erat
kaitannya.Filsafat dan agama safawi tidak bisa bertentangan.Dalam kajiannya
filsafat membahas tentang kebenaran dan wahyu membawa informasi tentang
kebenaran.Keduanya sama-sama membahas tentang kebenaran.Selanjutnya agama
disamping wahyu juga menggunakan akal, filsafat juga memakai akal.Filsafat yang
paling tinggi adalah filsafat yang membahas al-haqq al-awwal. Membahas soal
Tuhan diwajibkan dalam islam. Oleh karena itu mempelajari filsafat dalam islam
tidak dilarang[4].
2. TENTANG
KEJADIAN ALAM (TIMBULNYA YANG BANYAK DARI YANG MAHASATU)
Dalam membahas Tuhan, para filsuf itu ingin menjelaskan keesaan mutlak
Tuhan.Menurut al-Kindi, misalnya bahwa Tuhan adalah unik, tidakmengandung arti
juz’i (particular) dan tidak pula mengandung arti kulli (universal).Ia adalah
semata-mata satu. Hanya ialah yang satu, selain-Nya mengandung arti banyak.
Untuk menjauhkan Tuhan dari arti banyak al-Farabi sebagaimana Plotinus
berpendapat, bahwa alam ini memancar dari Tuhan dengan melalui akal-akal yang
jumlahnya sepuluh.Antara alam materi dan Tuhan terdapat pengantara.Tuhan
berpikir tentang diri-Nya dan dari pemikiran ini timbullah tama.Akal pertaman
berpikir tentang Tuhan, dan dari prmikiran ini tibullah akal kedua. Akal kedua
ini berpikir tentang Tuhan, dna timbullah akal ketiga denhgan demikian
seterusnya sehingga terwujud akal kesepuluh.
Akal pertama selanjutnya berpikir tentang dirinya dan dari pemikiran kedua
inilah timbul langit pertama. Akal-akal lainnya juga berpikir tentang dirinya
masing-masing, dan dari pemikiran ini timbullah bintang-bintang, Saturnus,
Jupiter, Mars, Matahari, Venus, Mercurius, bulan, dan bumi serta semua yang ada
di dalamnya. Dengan demiian Tuhan Yang Maha Esa tidak mempunyai hubungan
langsung malahan jauh dari alam materi yang mengandung arti banyak
ini.Demikianlah pendapat al-Farabi.
Ibn Sina mempunyai filsafat emanasi yang sama dengan al-Farabi. Bagi Ibn
Sina akal-akal itu ialah malaikat, dan Akal Kesepuluh yang mengatur Bumi adalah
Jibril.Menurut mereka kejadian alam adalah kejadian dalam bentuk pancaran yang
tidak mempunyai permulaan waktu.Dapat dipahami bahwa materi asal yang menjadi
dasar alam bagi mereka bersifatqodim, dalam arti tidak mempunyai permulaan
dalam waktu. [5]
3. TENTANG ROH DAN KELANGSUNGAN HIDUP
Menurut al-Kindi, bahwa roh bersifat sederhana, substansinya berasal dari
substansi Tuhan. Hubungannya dengan Tuhan sama dengan hubungan cahaya dengan
matahari. Roh adalah lain dari badan, dan mempunyai wujud tersendiri. Dengan
perantara rohlah manusia memperoleh pengetahuan pancaindra dan pengetahuan
akal. Pengetahuan pancaindra hanya mengenai yang lahir saja dan dalam hal ini
manusia dan binatang sama. Pengetahuan akal menggambarkan hakikat, dan hanya
dapat diperoleh manusia, dengan syarat ia harus melepaskan dirinya terlebih
dahulu dari sifat kebinatangan yang terdapat dalam tubuhnya [6].
Jika roh telah meninggalkan keinginan badan, bersih dari segala noda
kematerian dan senantiasa berpikir tentang hakikat wujud, ia akan menjadi suci
dan ketika itu dapatlah ia menangkap gambaran segala hakikat. Adapun fungsi roh
tak ubahnya seperti cermin yang dapat menangkap gambaran dari benda-benda yang
ada di depannya.Karena roh adalah cahaya dari Tuhan, roh dapat menangkap
ilmu-ilmu yang ada pada Tuhan. Tetapi kalau roh kotor, maka sebagai cermin yang
kotor, ia tak dapat menerima pengetahuan yang dipancarkaan Tuhan itu.
Selanjutnya Ibn Sina menambahkan, bahwa sifat seseorang amat bergantung pada
roh mana dari ketiga bagian tersebut yang berpengaruh pada dirinya.Jika roh
tumbuh-tumbuhan dan roh binatang yang berkuasa pada dirinya, maka orang itu
dekat menyerupai binatang.Tetapi jika roh manusia yang berpengaruh, maka orang
itu dekat menyerupai malekat dan dekat pada kesempurnaan.[7]
PENUTUP
KESIMPULAN
Lahir dan berkembangnya
pemikiran filosofis dalam islam merupakan sebuah realitas historis yang
nisacaya karena adanya interaksi yang terbangun antar bangsa arab muslim dengan
daerah-daerah yang di lakukan (bangsa non muslim), yakni bangsa persia, india
dan terutama sekali adalah bangsa yunani, sehingga filsafat islam di katakan
banyak mengandung unsur hellenisme. Hasil dari proses interaksi itulah kemudian
melahirkan semangat intelektual untuk melakukan penerjemahan terhadap karya
berbagai karya-karya; baik yunani, persia, maupun india kedalam bahasa arab.
Gerakan penerjemahahan berkembang pesat karena mendapat dukungan penguasa
(khalifah). Dari hasil penerjemahan tersebut, lahirlah pemikiran-pemikiran
filosofis dalam islam. Dalam pengembangan selanjutnya pemikiran-pemikiran para
filosof non-muslim itu di kembangkan sesuai dengan akidah dan ajaraj-ajaran
islam, agar tidak bertentangan.
SARAN
Makalah merupakan gerbang awal
untuk memotivasi kita agar selalu rajin membaca khususnya tentang filsafat
islam. Makalah ini tentunya banyak sekali kekurangan dan litarature atau buku
sumber yang kami kutif dalam makalah ini belumlah cukup untuk mencapai
kesempurnaan oleh karena itu kami meminta kritik dan saran dari pembaca pada
umumnya dan khususnya kepada dosen pengmpu dan rekan-rekan.
DAFTAR
PUSAKA
Haidar Bagir, 2005, Buku saku filsafat Islam PT Mizan pustaka
Natta Abuddin, 2011. Studi
Islam Komprehensif, Jakarta:KENCANA
Amsal Bakhtiar, Tema-Tema
Filsafat Islam, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006, cet.I
Ahmad Fuad Al-Bawain,
2008. Filsafat Islam, 2008. Jakarta: Pustaka Firdaus
Zar Sirajudin, 2010. Filsafat
islam, PT RAJAGRAFINDO PERSADA cet. 4
[1]Ahmadfuad al-ahwaniy, op.cit.,
hlm.10
Muhammadathif al-iraqy, op.cit.,
hlm.19-20
[2]HaidarBagir,
2005, Bukusakufilsafat Islam PT Mizanpustaka
[3]Ahmad
Fuad Al-Bawain, 2008. Filsafat Islam, 2008. Jakarta: PustakaFirdaus.
[4]AmsalBakhtiar,
Tema-TemaFilsafat Islam, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006, cet I, hlm. 120-121
[5] Natta Abuddin, 2011. Studi Islam
Komprehensif, Jakarta:KENCANAhlm. 305
[6] Natta Abuddin, 2011. Studi Islam
Komprehensif, Jakarta:KENCANAhlm. 307
[7] Natta Abuddin, 2011. Studi Islam
Komprehensif, Jakarta:KENCANAhlm. 308
0 comments:
Post a Comment
Monggo Komentarnya. . .