Tuesday, January 16, 2018

Makalah Filsafat Islam dan Barat




MAKALAH
PENGANTAR STUDI ISLAM
Makalah di ajukanuntukmemenuhitugasmatakuliahPengantarStudi Islam yang di bombing oleh :Halimah

DISUSUN OLEH :

LARAS PRATIWI
FAUZAH KHAERIYAH
RENITA

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM BUNGA BANGSA CIREBON
2017/2018


KATA PENGANTAR

Segalapujidansyukurpenulispanjatkankehadirat Allah SWT dzat yang MahaSempurna, penciptadanpenguasasegalanya.Karenahanyadenganridho-Nyapenulisdapatmenyelesaikantugasinisesuaidenganapa yang diharapkanyaitutentang “FILASAFAT ISLAM ”. Denganharapansemogatugasinibisabergunadanadamanfaatnyabagikitasemua.Amiin.
Taklupa pula penyusunsampaikanbanyakterimakasihkepadasemuapihak yang turutberpartisipasidalam proses penyusunantugasini, karenapenulissadarsebagaimakhluksosialpenulistidakbisaberbuatbanyaktanpaadainteraksidengan orang lain dantanpaadanyabimbingan, sertarahmatdankaruniadari –Nya.
Akhirnyawalaupunpenulistelahberusahadengansecermatmungkin, namunsebagaimanusiabiasa yang takmungkinluputdarisalahdanlupa.Untukitupenulismengharapkankoreksidansarannyasemogakitaselaluberadadalamlindungan-Nya.


                                Cirebon, 2017
                               
                               

                               
                                Penulis













DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.............................................................................................................. 1
KATA PENGANTAR............................................................................................................... 2
DAFTAR ISI............................................................................................................................3

BAB I        PENDAHULUAN
                                A.           Latar Belakang......................................................................................... 4
                                B.           Rumusan Masalah.................................................................................... 4
                                C.           Tujuan Penulisan.......................................................................................4

BAB II       PEMBAHASAN
                                A.     Pengertian filsafat islam ................................................................................. 5
                                B.     Perbedaan filsafat Islam dan filsafat barat..................................................... 6
C.    Aliran – aliran filsafat Islam.............................................................................6
 C.Latar belakang perkembangan filsafat Islam.................................................7
                                D. Tokoh- tokoh filsafat Islam.............................................................................9
                                E.     pokok-pokok masalah yang dibahas dalam filsafat Islam...............................9
                                               
                               
BAB III     PENUTUP
                                A.           Kesimpulan.............................................................................................. 12
                                B.           Saran.........................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................13







BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Zaman telah berganti dan perkembangan ilmu pengetahuan semakin maju dalam bidangnya masing-masing tak terkecuali ilmu filsafat. Pada zaman dahulu, konon ilmu ini milik orang Kaldan, Iraq. Kemudian berpindah kepada orang Mesir selanjutnya berpindah lagi pada orang Yunani. Beberapa kurun waktu dan setelah mengalami penerjemahan, ilmu ini berpindah lagi kepada orang Suryani selanjutnya pada orang Arab. Sehingga sekarang muncullah apa yang disebut filsafat islam. Ilmu ini tetap diajarkan karena para filosof (orang yang menguasai ilmu filsafat) berpendapat bahwa ilmu ini merupakan keutamaan, sumber segala ilmu, induk semua ilmu, sumber segala hikmah dan sumber kecakapan manusia. Jadi, penyusunan makalah ini kami kira menjadi penting untuk memberikan wawasan mengenai ilmu filsafat islam.
B.     Rumusan Masalah
 1.     Apa itu Filsafat dan Filsafat Islam ?
2.     Apa perbedaan Filsafat Islam dengan Filsafat Barat?
3.     Apa latar belakang munculnya Filsafat Islam serta siapa tokoh-tokoh dalam Ilmu Filsafat Islam?
4. Apa saja pokok-pokok masalah yang dibahas dalam filsafat Islam?

C.   Tujuan penulisan     
1.     untuk mengetahui pengertian Filsafat dan Filsafat Islam
2.     untuk mengetahui perbedaan Filsafat Islam dengan Filsafat Barat
3.     untuk mengetahui latar belakang munculnya Filsafat Islam serta siapa tokoh-tokoh dalam Ilmu Filsafat Islam
4. Untuk mengetahui pokok-pokok masalah yang dibahas dalam filsafat Islam









BAB II
PEMBAHASAN

A.            PENGERTIAN FILSAFAT ISLAM
Akal merupakan salah satu anugerah Allah  swt. yang paling istimewah bagi manusia. Sebab sifat akal manusia itu selalu ingin tahu tentang segala sesuatu termasuk dirinya sendiri. Filsafsat adalah kata majemuk yang berasal dari bahasa Yunani, yakni philosophia dan philosophos. Philo berarti cinta, sadangkan shopia atau sophos berarti pengetahuan atau kebijaksanaan. Jadi filsafat secara sederhana berarti cinta pada pengetahuan atau kebijaksanaan.pengertian cinta yang dimaksud yaitu ingin dan dengan rasa keinginan itulah ia berusaha mencapai atau mendalami hal yang diinginkan. Demikian yang dimaksud  dengan pengetahuan yaitu tahu dengan mendalam sampai ke akar-akarnya atau sampai ke dasar segala dasarberikut ini adalah beberapa definsis filsafat Islam.Filsafat islam benar – benar ada dan bukan jiplakan atau pengalihan bahasa dari filsafat Yunani. Secara sederhana karakteristik filsafat islam dapat dirangkum menjadi tiga :
1.            Filsafat islam membahas masalah yang sudah pernah dibahas filsafat Yunani dan lainnya, seperti ketuhanan, alam dan roh. Tetapi cara penyelesaian dalam filsafat islam berbeda dengan filsafat lain, para filosof muslim juga mengembangkan dan menambahkan kedalamnya hasil pemikiran mereka  sendiri. Sebagaimana bidang lainnya (teknik), filsafat sebagai induk ilmu pengetahuan diperdalam dan disempurnakan oleh generasi yang datang sesudahnya.
2.            Filsafat islam membahas masalah yang belum pernah dibahas filsafat sebelumnya seperti filsafat kenabian (al-nazhariyyat al-nubuwwat).
3.            Dalam filsafat islam terdapat pemandu antara agama dan filsafat, antara akidah dan hikmah antara wahyu dan akal. Bentuk seperti ini banyak terlihat dalam pemikiran filosof muslim. Dalam keadaan seperti diatas timbul dan berkembangnya filsafat islam di bawah naungan keagaman yang tidak kurang ketelitian dan kecermatannya dalam menyelesaikan masalah bila dibandingkan dengan filsafat lain. Sebagaimana filosof Yunani, filosof Muslim juga memiliki ilmu all round, sperti Al-kindi ahli astronomi, ilmu pasti, musik, tabib, dan lainnya. Al-farabi ahli logika, politik, kimia, ilmu alam, astronom, dan lainnya.
Jadi yang dimaksud filsafat islam adalah perkembangan pemikiran umat islam dalam masalah ketuhanan, kenabian, manusia, dan alam semesta yang disinari ajaran islam. Adapun definisi secara khusus seperti apa yang dikemukakan penulis islam sebagai berikut:
i.              Ibrahim Madkur, filsafat islam adalah pemikiran yang lahir dalam dunia islam untuk menjawab tantangan zaman yang meliputi Allah dan alam semesta, wahyu dan akal, agama dan filsafat.
ii.             Ahmaf Fu’ad Al-Ahwaniy, filsafat islam adalah pembahasan tentang alam dan manusia yang disinari ajaran islam.
iii.            Muhammad ‘athif al- iraqy, filsafat islam secara umum didalamnya tercakup ilmu kalam, ilmu ushul fiqih, ilmu tasawuf, dan ilmu pengetahuan lainnya yang diciptakan oleh intelektual islam. Secara khusus filsafat islam ialah pokok atau dasar pemikiran filosofis yang dikemukakan para filosof muslim. [1]
B.            Perbedaan filsafat Islam dan filsafat barat
Banyak pendapat yang mengatakan bahwa filsafat lahir dari Yunani, namun ada juga yang mengatakan bahwa filsafat dimulai dari Islam. Ada lagi yang berpendapat asal mula filsafat dari gabungan keduanya.
Filsafat Barat adalah hasil pemikiran radikal oleh para filosof Barat sejak abad pertengahan sampai abad modern. Sedangkan Filsafat Islam adalah berpikir bebas, radikal dan berada pada taraf makna yang mempunyai sifat, corak dan karakter yang menyelamatkan dan kedamaian hati.
Perjalanan filsafat Barat dimulai dari masa Yunani Kuno, yang terfokus pada pemikiran asal kejadian alam secara rasional. Segala sesuatu harus atas dasar logika. Kemudian masa abad pertengahan filsafat berubah arah menjadi bersifat teosentrik, segala kebenaran ukurannya adalah ketaatan pada Gereja. Maka mereka banyak yang berasal dari kalangan pendeta (agamawan). Pada perjalanan berikutnya para pendeta dogmatis itu ditinggal para ilmuwan yang kemudian beralih pada pemikiran yang bercorak bebas, radikal, dan rasional yang realis.
Filsafat Islam segala bentuk pemikiran ilmuwan muslim yang mendalam secara teoritis maupun empiris, bersifat universal yang berlandaskan Wahyu. Filsafat Islam merupakan pengembangan filsafat Plato dan Aristoteles yang telah dilandasi dengan ajaran Islam dan memadukan antara filsafat dan Agama, filsafat yang berciri religius dan berusaha sekuat tenaga memasukkan teks agama dengan akal.
Tujuan Filsafat barat dan filsafat islam sebenarnya hampir sama. Namun karena terjadinya perbedaan agama maka pada filsafat islam ada yang membatasinya, yaitu menyelidiki segala sesuatu yang ada secara mendalam dengan mempergunakan akal sampai pada hakikatnya, jadi dalam filsafat objeknya tidak membatasi diri. Dalam filsafat membahas tentang objeknya sampai kedalamannya, sampai ke radikal dan totalitas.
C.            BERBAGAI ALIRANDALAM FILSAFAT ISLAM
Ada sedikitnya lima aliran dalam filsafat Islam:
1.            Teologi Dialektik (‘Ilm Al-Kalâm);
Metode epistemologi yang digunakan oleh Teologi Dialektik hampir sama dengan metode Peripatetisme, yaitu bersifat deduktif-silogistik. Yakni,prosedur untuk mendapatkan kesimpulan (silogisme) dari mempersandingkan dua premis (pernyataan yang sudah disepakati terlebih dulu nilaikebenarannya).
2.            Peripatetisme (Masysyâ’iyyah)
                dalam Peripatetisme proses silogistik tersebut didasarkan atau dimulai dari premis-premis yang telah disepakati sebagai kebenaranyang tak perlu dipersoalkan lagi (primary truth). Dari sini kemudian dapat diperoleh kebenaran-kebenaran yang, pada gilirannya, akan menjadi premis-premis baru bagi proses silogistik selanjutnya.Begitu seterusnya. Teologi Dialektik berangkat dari pemahaman baik dan buruk—ini yang menyebabkan teologi Islam disebut sebagai bersifat dialektik—yang dilandaskan pada kebenaran keagamaan.Misalnya, sudah menjadi kemestian bahwa Tuhanharus Mahakuasa. Dari sini dilakukanlah prosessilogistik yang membawa kepada suatu kesimpulan mengenai kemestian keesaan Tuhan.
3.            Iluminisme(Isyrâqiyyah);
                metode yang digunakan oleh Iluminisme dan Sufisme atau Teosofi (‘Irfân) adalah metode intuitif atau eksperiensial (berasal dari kata experience = pengalaman). Peran intuisi ini, pada kenyataannya, tidak hanya ditemukan oleh parapemikir keagamaan, tetapi juga telahilontarkanoleh Aristoteles jauh-jauh hari sejak abad ke-4 sebelum Masehi. Dia menyatakan mengenai adanya “orang-orang yang bisa mencapai kesimpulan silogistik tanpa harus merumuskan silogisme”.Yakni, tanpa harus melalui prosedur analitis penetapan premis-premis dan penarikan kesimpulanberdasarkan penyandingan premis-premis tersebut.
4.            Sufisme/Teosofi (Tashawwuf atau ‘Irfân), khususnya yang dikembangkan  
                Prinsip dasar  Sufisme,adalah bahwa mengetahui sesuatu adalah untuk memperoleh suatu pengalaman tentangnya, yang berarti intuisi langsung atas hakikat sesuatu. Bahwa pengetahuan eksperiensial tentang sesuatu dianalisis—yakni, secara diskursif (logis)-demonstrasional—hanya setelah diraih secara total, intuitif, dan langsung (immediate) oleh Ibn ‘Arabî
5.            Filsafat Hikmah (Al-Hikmah Al-Muta‘âliyah).
Sedang Filsafat Hikmah, selain mengembangkan lebih jauh epistemologi Iluministik, menjadikan filsafat wujud (being) Ibn ‘Arabî sebagai poros filsafatnya. Seraya mengembangkan prinsip wahdah al-wujûd Ibn ‘Arabî, Filsafat Hikmah menkankan prinsipialitas (fundamentalitas) eksistensi terhadap esensi. Yakni, bahwa yang real—yang memiliki korespondensi dengan realitas—adalah eksistensi. Sedangkan esensi-penampakan atau atribut-atribut lahiriah dan mental—sebenarnya tidak real dan hanya merupakan bentukan  (keter batasan) persepsi manusia (i‘tibârî). [2]
D.            Latar belakang
Latar belakang filsafat Islam tidak dapat dipisahkan dari pemikiran filosofnya yang dipengaruhi oleh para filosof Yunani, karena para filosof Islam menuntut ilmu kepada filosof Yunani.Berikut adalah sejarah bagaimana terjadinya kontak antara Filosof Islam dengan Filosof Yunani.
Pada zaman awal perkembangan Islam, sebenarnya kaum muslimin tidak bermaksud mengutip pemikiran filsafat dari pihak manapun juga. Mereka tidak menaruh perhatian soal tersebut , bahkan samasekali tidak berniat mengutip ilmu apapun juga dan tidak pernah memikirkannya. Kalau di kemudian hari ada sebagaian dai ilmu-ilmu tersebut yang merembes kedalam pemikiran orang-orang Arab, itu semata-mata karena keharusan yang tak dapat dihindari, karena semakin eratnya hubungan mereka dengan bangsa-bangsa lain di sekitar negerinya. Hubungan seperti itu memang sudah terjadi sejak zaman jahiliyah, tetapi masih terbatas dalam ruang lingkup yang amat sempit. Misalnya, Al-Harits Bin Kaldah As-Saqofi, belajar ilmu kedokteran pada suatu perguruan di Jundi Sabur, Persia dan di kenak sebagai dokter Arab
Sebuah riwayat yang berasal dari sa’ad bin abi waqash mengatakan, ketika ia menderita sakit, Rasul Allah SAW datang menjenguknya saat itu beliau menyarankan :” Datanglah kepada al-Harits bin kaldah, ia mengetahui tentang kedokteran”.
Akan tetapi Ilmu pengetahuan yang diperoleh al-Harits dapat ditanggap, cukup karena ia belum menguasai semua pokok dan cabang ilmu kedokteran secara ilmiah. Untuk itu memang diperlukan penguasaan Bahasa suryani sebagai alat untuk dapat mempelajari berbagai buku kedokteran yang telah diterjemahkan kedalam Bahasa tersebut danbtersebar di Jundi Sabur.Ilmu pengetahuan di bidang itu pada umumnya di kuasai oleh orang-orang Suryani sendiri.
Mengenai bagaimana proses perpindahan ilmu kedokteran ke Jundi Sabur dan kenapa buku-buku kedokteran di terjemahkan dari Bahasa Yunani kedalam bahasa Suryani, baiklah kami ketengahkan kisahnya. Kisah kuno yang menurut sejarah merupakan keseinambungan dari zaman plato dan aristoteles,  dua orang Filosofi yunani : yang satu menaruh perhatian besar pada problema matematika sedangkan yang kedua menaruh perhatian besar kepada masalah alam dan kedokteran. Kedua-duanya juga mempunyai perguruan filsafat masing –masing.Pada abad ke-3 SM Hipocrate juga telah mendirikan sebuah perguruan ilmu kedokteran. Kemudian setelah kota iskandariyah dibangun kota itu menjadi tempat peradaban Yunani yang lebih banyak bersifat Ilmiah daripada yang bersifat Filosofis. Dari perguruan tersebut lahir sejumlah ahli pikir besar seperti Euclide, Galenus, Archimedes, Ptolemaeus dan lain-lainnya lagi, yang telah berhasil meletakkan dasar-dasar ilmu pengetahuan seperti ilmu geometri, ilmu falak (astronomi) dan ilmu kedokteran. Hingga abad ke-6  kota Iskandariyah tetap menjadi mercusuar ilmu pengetahuan. Kemudian muncul pula di kota itu para ahli pikir generasi kedua yang mengatur, menyusun dan mempelajari buku-buku peninggalan para ahli pikir generasi pertama untuk bahan pengajaran. Dari para ahli pikir generasi kedua itulah orang-orang Arab  menterjemahkan berbagai cabang ilmu pengetahuan.
Perguruan Iskandariyah tidak hanya memperhatikan soal-soal ilmu pengetahuan saja, tetapi juga semua bentuk kebudayaan, baik yang bersifat keagamaan, pemikiran, filsafat maupun kesusastraan.Mulai abad pertama hingga abad ke-3 M pembaharuan terhadap pembaharuan terhadap ajaran phytagoras cenderung ke arah masalah matematika dan moral. Demikian pula ajaran pluto, direvisi oleh plotinus yang menciptakan Neo Platonisme. Ia lahir dan dibesarkan di Mesir, memperoleh pendidikan di Iskandariyah dan berbahasa Yunani. Dialah yang menciptakan ajaran Enneads, yaitu ajaran filsafat yang menjelaskan terjadinya pelimpahan dari Yang Satu (supreme in material force). Sebagian dari bukunya diterjemahkan kedalam Bahasa Arab dengan nama Theologia. Teori “Pelimpahan”nya banyak mempengaruhi para filosof Islam.Muridnya yang bernama Porhyrius tidak kalah pengaruhnya dalam kehidupan filsafat Islam hal itu tidak mengherankan karena dialah yang menulis buku isagoge,kata dalam Bahasa Yunani yang terkenal di kalangan orang-orang Arab sampai Zaman kita ini.Isagoge bermakna “Pintu masuk” (madkhal), yakni pintu untuk memasuki pembicaraan tentang teori filsafat Aristoteles.
Demikianlah cuplikan sejarah awal mula para filosof islam mengadakan  kontak dengan para filosof Yunani, yang merupakan latar belakang lahirnya Filsafat Islam.
Di dalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat Al-Qur’an yang menyuruh manusia agar menggunakan akal pikiran untuk memikirkan tentang segala sesuatu yang diciptakan-Nya.Allah SWT berfirman.[3]
(٢١٩) كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمُ الآيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَتَفَكَّرُونَ
…Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayatNya kepadamu supaya kamu berpikir. (QS al-Baqarah (2):219




E.         Tokoh filsafat islam  
Dalam ilmu filsafat islam ada beberapa tokoh yang di anggap membawa pengaruh dan karya-karyanya di kenal sebagian umat muslim saat ini. Beberapa tokoh tersebut antara lain
1.            Al-kindi
Al-kindi atau abu yusuf ya’kub bin ishak bin ashshabah bin imran bin ismail bin al-asy’ats bin Qays al-kindi di kenal sebagai sosok muslim pertama yang memunculkan gagasan tentang filsafat dan ia jugalah yang berpendapat bahwa ajaran agama islam sebenarnya tidak berbeda jauh dengan ilmu filsafat atau falsafah sehingga keduanya bukanlah hal yang bertentangan.
2.            Al-farabi
Al-farabi atau abu nasir muhammad bin al-farakh al-farabi adalah se orang tokoh ilmuan sekaligus filosof muslim yang berusaha memadukan beberapa aliran filsafat antara lain aliran falsafah taufikhiah yang berkembang sebelumnya dari hasil pemikiran filosof yunani seperti plati, aristoteles, plotinus. Al-farabi juga berpendapat bahwa pada hakikatnya filsafat itu memiliki satu tujuan yakni untuk mencari kebenaran dari suatu hal.
3.            Ibnu Rusyd
Abu walid muhammad bin rusyd atau yang di kenal dengan nama ibnu rusyd adalah salah satu tokoh ilmuan muslim yang cukup di kenal. Ia juga merupakan salah seorang filosof yang di kenal dengan aliran rasionalnya.
4.            Ibnu sina
Ibnu sina yang trkenal sebagai ilmuan dalam bidang kedokteran juga di kenal sebagai seorang sosok filosof muslim. Ia berpendapat bahwa semua intelenji atau akal berasal dari tuhan dan segala hal yang menyangkut dasar semua ilmu juga baerasl dari tuhan.
5.            Al-ghazali
Muhammad bin ahmad, al-imamul jalil, abu hamid aththusi al-ghazali adalah salah seorang filosof ternama yang berasal dari daerah thusi yang merupaka bagian dari negara persia. Al-ghazali banyak menghasilkan karya di bidang filsafat. Dan al-ghazali lebih cenderung percaya terhadap akal dari pada kelima panca indra. Di zamannya, beliau pernah mnjadi guru besar di nidzamiyah, baghdad selama empat tahun. Beberapa kitab karangan al-ghazali yang terkenal antara lain ihya ulum ad-din tahafut al-falasifah dan al-muqidz min adh-dhalal.
F.         POKOK-POKOK MASALAH YANG DI BAHAS DALAM FILSAFAT ISLAM
Di antara persoalan yang dibahas oleh para filsuf Islam adalah soal akal, wahyu, politik, penciptaan alam, akhlak, teologi, hukum islam, dan tasawuf. Berbagai masalah tersebut termasuk hal-hal yang penting dalam kajian akademik dan kehidupan manusia. Dalam hal ini akan dibahas masalah tentang akal dan wahyu, timbulnya yang banyak dari yang Mahasatu (Tuhan) atau kejadian alam, soal roh, dan kelanjutan hidup sesudah roh terlepas dari badan.
1.  HUBUNGAN FILSAFAT (AKAL) DAN AGAMA
Hubungan filsafat dan agama merupakan hubungan yang sangat erat kaitannya.Filsafat dan agama safawi tidak bisa bertentangan.Dalam kajiannya filsafat membahas tentang kebenaran dan wahyu membawa informasi tentang kebenaran.Keduanya sama-sama membahas tentang kebenaran.Selanjutnya agama disamping wahyu juga menggunakan akal, filsafat juga memakai akal.Filsafat yang paling tinggi adalah filsafat yang membahas al-haqq al-awwal. Membahas soal Tuhan diwajibkan dalam islam. Oleh karena itu mempelajari filsafat dalam islam tidak dilarang[4].
2. TENTANG KEJADIAN ALAM (TIMBULNYA YANG BANYAK DARI YANG MAHASATU)
Dalam membahas Tuhan, para filsuf itu ingin menjelaskan keesaan mutlak Tuhan.Menurut al-Kindi, misalnya bahwa Tuhan adalah unik, tidakmengandung arti juz’i (particular) dan tidak pula mengandung arti kulli (universal).Ia adalah semata-mata satu. Hanya ialah yang satu, selain-Nya mengandung arti banyak.
Untuk menjauhkan Tuhan dari arti banyak al-Farabi sebagaimana Plotinus berpendapat, bahwa alam ini memancar dari Tuhan dengan melalui akal-akal yang jumlahnya sepuluh.Antara alam materi dan Tuhan terdapat pengantara.Tuhan berpikir tentang diri-Nya dan dari pemikiran ini timbullah tama.Akal pertaman berpikir tentang Tuhan, dan dari prmikiran ini tibullah akal kedua. Akal kedua ini berpikir tentang Tuhan, dna timbullah akal ketiga denhgan demikian seterusnya sehingga terwujud akal kesepuluh.
Akal pertama selanjutnya berpikir tentang dirinya dan dari pemikiran kedua inilah timbul langit pertama. Akal-akal lainnya juga berpikir tentang dirinya masing-masing, dan dari pemikiran ini timbullah bintang-bintang, Saturnus, Jupiter, Mars, Matahari, Venus, Mercurius, bulan, dan bumi serta semua yang ada di dalamnya. Dengan demiian Tuhan Yang Maha Esa tidak mempunyai hubungan langsung malahan jauh dari alam materi yang mengandung arti banyak ini.Demikianlah pendapat al-Farabi.
Ibn Sina mempunyai filsafat emanasi yang sama dengan al-Farabi. Bagi Ibn Sina akal-akal itu ialah malaikat, dan Akal Kesepuluh yang mengatur Bumi adalah Jibril.Menurut mereka kejadian alam adalah kejadian dalam bentuk pancaran yang tidak mempunyai permulaan waktu.Dapat dipahami bahwa materi asal yang menjadi dasar alam bagi mereka bersifatqodim, dalam arti tidak mempunyai permulaan dalam waktu. [5]
3.      TENTANG ROH DAN KELANGSUNGAN HIDUP
Menurut al-Kindi, bahwa roh bersifat sederhana, substansinya berasal dari substansi Tuhan. Hubungannya dengan Tuhan sama dengan hubungan cahaya dengan matahari. Roh adalah lain dari badan, dan mempunyai wujud tersendiri. Dengan perantara rohlah manusia memperoleh pengetahuan pancaindra dan pengetahuan akal. Pengetahuan pancaindra hanya mengenai yang lahir saja dan dalam hal ini manusia dan binatang sama. Pengetahuan akal menggambarkan hakikat, dan hanya dapat diperoleh manusia, dengan syarat ia harus melepaskan dirinya terlebih dahulu dari sifat kebinatangan yang terdapat dalam tubuhnya [6].
Jika roh telah meninggalkan keinginan badan, bersih dari segala noda kematerian dan senantiasa berpikir tentang hakikat wujud, ia akan menjadi suci dan ketika itu dapatlah ia menangkap gambaran segala hakikat. Adapun fungsi roh tak ubahnya seperti cermin yang dapat menangkap gambaran dari benda-benda yang ada di depannya.Karena roh adalah cahaya dari Tuhan, roh dapat menangkap ilmu-ilmu yang ada pada Tuhan. Tetapi kalau roh kotor, maka sebagai cermin yang kotor, ia tak dapat menerima pengetahuan yang dipancarkaan Tuhan itu. Selanjutnya Ibn Sina menambahkan, bahwa sifat seseorang amat bergantung pada roh mana dari ketiga bagian tersebut yang berpengaruh pada dirinya.Jika roh tumbuh-tumbuhan dan roh binatang yang berkuasa pada dirinya, maka orang itu dekat menyerupai binatang.Tetapi jika roh manusia yang berpengaruh, maka orang itu dekat menyerupai malekat dan dekat pada kesempurnaan.[7]


PENUTUP
KESIMPULAN
Lahir dan berkembangnya pemikiran filosofis dalam islam merupakan sebuah realitas historis yang nisacaya karena adanya interaksi yang terbangun antar bangsa arab muslim dengan daerah-daerah yang di lakukan (bangsa non muslim), yakni bangsa persia, india dan terutama sekali adalah bangsa yunani, sehingga filsafat islam di katakan banyak mengandung unsur hellenisme. Hasil dari proses interaksi itulah kemudian melahirkan semangat intelektual untuk melakukan penerjemahan terhadap karya berbagai karya-karya; baik yunani, persia, maupun india kedalam bahasa arab. Gerakan penerjemahahan berkembang pesat karena mendapat dukungan penguasa (khalifah). Dari hasil penerjemahan tersebut, lahirlah pemikiran-pemikiran filosofis dalam islam. Dalam pengembangan selanjutnya pemikiran-pemikiran para filosof non-muslim itu di kembangkan sesuai dengan akidah dan ajaraj-ajaran islam, agar tidak bertentangan.

SARAN
Makalah merupakan gerbang awal untuk memotivasi kita agar selalu rajin membaca khususnya tentang filsafat islam. Makalah ini tentunya banyak sekali kekurangan dan litarature atau buku sumber yang kami kutif dalam makalah ini belumlah cukup untuk mencapai kesempurnaan oleh karena itu kami meminta kritik dan saran dari pembaca pada umumnya dan khususnya kepada dosen pengmpu dan rekan-rekan.


DAFTAR PUSAKA

Haidar Bagir, 2005, Buku saku filsafat Islam PT Mizan pustaka
Natta Abuddin, 2011. Studi Islam Komprehensif, Jakarta:KENCANA
Amsal Bakhtiar, Tema-Tema Filsafat Islam, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006, cet.I
Ahmad Fuad Al-Bawain, 2008. Filsafat Islam, 2008. Jakarta: Pustaka Firdaus
Zar Sirajudin, 2010. Filsafat islam, PT RAJAGRAFINDO PERSADA cet. 4






[1]Ahmadfuad al-ahwaniy, op.cit., hlm.10
   Muhammadathif al-iraqy, op.cit., hlm.19-20
[2]HaidarBagir, 2005, Bukusakufilsafat Islam PT Mizanpustaka
[3]Ahmad Fuad Al-Bawain, 2008. Filsafat Islam, 2008. Jakarta: PustakaFirdaus.
[4]AmsalBakhtiar, Tema-TemaFilsafat Islam, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006, cet I, hlm. 120-121

[5]  Natta Abuddin, 2011. Studi Islam Komprehensif, Jakarta:KENCANAhlm. 305
[6]  Natta Abuddin, 2011. Studi Islam Komprehensif, Jakarta:KENCANAhlm. 307
[7]  Natta Abuddin, 2011. Studi Islam Komprehensif, Jakarta:KENCANAhlm. 308

0 comments:

Post a Comment

Monggo Komentarnya. . .