Saat menggambarkan sebuah kesetiaan, kejujuran, dan komitmen, dalam kitab Mantiqut Thair menggunakan media metafor dengan model dialog, tetap dengan menggunakan fabel meski yang digambarkan kisah di bawah ini bukanlah burung.
“Gantilah namaku ini, karena namaku jelek,” pinta Anjing pada Harimau si penguasa hutan.
“Kamu kerap berbuat khianat, maka namamu itu nama yang pantas untukmu,” jawab Harimau.
Lalu sang Anjing berkata, “Kalau begitu ujilah aku tentang kesetiaan.”
“Baiklah,” kata Harimau, “Ini sekerat daging milikku, jagalah daging ini sampai besok pagi, dan setelah itu aku akan ganti namamu.”
Rasa lapar mulai menyergap si Anjing. Dan itu bukan perkara mudah, menahan lapar dengan menjaga sekerat daging yang amat lezat.
Si Anjing tetap bersikukuh menjaga sekerat daging itu sambil menahan laparnya. Sampailah pada suasana godaan yang terus membelit perut dan pikirannya.
“Ah, ada apa dengan namaku? Bukankah nama Anjing adalah nama yang sudah cukup bagus untukku?” Lalu ia melahap sekerat daging titipan Harimau itu dengan lahapnya.
“Anjing” dalam kisah metafora di atas bagaikan jenis manusia yang tidak memiliki cita-cita tinggi, cita-cita akan kebaikan, kejujuran, keabadian, dan menjaga nama baik. Menjaga nama baik dengan menjaga komitmen itu adalah hal penting. Komitmen itu sejatinya cuma dimiliki mereka yang menjaga nama baik, dan biasanya akan berakhir dengan kesuksesan hidup.
Semoga menjadi pengingat diri kita semua (muhasabah nafs).
Wednesday, January 24, 2018
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment
Monggo Komentarnya. . .