BAB I PENDAHULUAN
Manusia dibekali akal dan pikiran
sehingga manusia memiliki pengetahuan yang tidak di miliki oleh makhluk lain di
dunia ini. Pengetahuan memang identik dengan ilmu, tak jarang para ilmuwan
sering menggunakan kedua kata tersebut secara bersamaan maupun berdampingan.
Mengenai pengertian pengetahuan, terdapat banyak sekali pendapat beberapa ahli,
baik ahli filsuf barat ataupun filsuf muslim. Para ilmuwan barat mayoritas
berpendapat bahwa pengetahuan itu hanya pada sesuatu yang dapat di buktikan
dengan indera, tetapi para ilmuwan muslim, beranggapan bahwa pengetahuan itu
tidak hanya terbatas pada hal yang bisa di indera saja, tetapi hal yang tak
bisa di indera pun bisa dinamakan pengetahuan jika diterangkan dalam wahyu.
Dalam kajian filsafat, Nilai
merupakan wilayah aksiologi, yang disebut dengan Teori Nilai atau cabang
filsafat yang mempelajari Nilai. Pengertian nilai sangatlah luas, namun yang
terpenting bahwa nilai itu adalah sesuatu yang kita inginkan, atau yang
bermanfaat.
Dan bahkan nilai ini juga
terkadang subjektif, yaitu tergantung kepada orang yang memberikannya
penilaian. Bisa saja bagi sebagian orang terhadap sesuatu yang sama berbeda
penilaiannya bagi orang yang lain. Terkadang bagi sebagian subjek, penilaiannya
terhadap sesuatu bernilai, namun bagi subjek yang lain, sesuatu yang sama
dianggap tidak bernilai. Perbedaan penilaian ini bisa disebabkan oleh cara dan
keyakinan kita memandang sesuatu tersebut.
1.
Apa saja jenis jenis Pengetahuan ?
2.
Bagian-bagian teori Nilai?
Untuk
mengetahui apa saja jenis jenis Pengetahuan serta Bagian-bagian teori Nilai.
BAB II PEMBAHASAN
1. Pengetahuan Wahyu (Reveaload
Knowledge)
Secara sederhana, pengetahuan wahyu dapat digambarkan sebagai pengetahuan yang tuhan telah berikan kepada manusia. Dengan kekuasaan-Nya, tuhan telah mengilhami secara pasti kebenaran kepada manusia pilihannya, sehingga kebenaran tersebut dapat diketahui oleh seluruh umat manusia dan dapat dijadikan petunjuk dalam menjalani kehidupannya. Seperti contoh dalam al-Qur’an, Wahyu merupkan firman tuhan, sehingga kebenarannya bersifat mutlak dan abadi. Pengetahuan wahyu ini bersifat eksternal artinya pengetahuan tersebut berasal dari luar manusia.
Secara sederhana, pengetahuan wahyu dapat digambarkan sebagai pengetahuan yang tuhan telah berikan kepada manusia. Dengan kekuasaan-Nya, tuhan telah mengilhami secara pasti kebenaran kepada manusia pilihannya, sehingga kebenaran tersebut dapat diketahui oleh seluruh umat manusia dan dapat dijadikan petunjuk dalam menjalani kehidupannya. Seperti contoh dalam al-Qur’an, Wahyu merupkan firman tuhan, sehingga kebenarannya bersifat mutlak dan abadi. Pengetahuan wahyu ini bersifat eksternal artinya pengetahuan tersebut berasal dari luar manusia.
2. Pengetahuan Intuitif (Intuitive
Knowledg)
Pengetahuan intuitif merupakan pengetahuan yang diperoleh manusia dalam dirinya sendiri pada saat menghayati sesuatu. Pengetahuan intuitif muncul secara tiba-tiba dalam kesadaran manusia. Melalui proses kerjanya manusia sendiri itu tidak menyadarinya. Pengetahuan ini sebagai hasil penghayatan pribadi, sebagai hasil ekspresi dan individualitas seseorang, sehingga validitas pengetahuan ini sangat bersifat pribadi. Pengetahuan intuitif disusun dan diterima dengan kekuatan visi imaginatif dalam pengalaman pribadi seseorang. Kebenaran yang timbul dalam karya seni merupakan bentuk pengetahuan intuitif seperti karya penulis besar Homer, Shakespeare, Proust, yang berbicara kepada kita tentang kebenaran hati nurani manusia. Itu semua merupakan hasil kerja intuisi. Kebenaran tersebut tidak akan dapat diuji dengan observasi, perhitungan atau eksperimen karena kebenaran intuitif tidak berhipotesis. Tulisan-tulisan mistik, autobiografi dan karya essay merupakan refleksi dari pengetahuan intuitif.
Pengetahuan intuitif merupakan pengetahuan yang diperoleh manusia dalam dirinya sendiri pada saat menghayati sesuatu. Pengetahuan intuitif muncul secara tiba-tiba dalam kesadaran manusia. Melalui proses kerjanya manusia sendiri itu tidak menyadarinya. Pengetahuan ini sebagai hasil penghayatan pribadi, sebagai hasil ekspresi dan individualitas seseorang, sehingga validitas pengetahuan ini sangat bersifat pribadi. Pengetahuan intuitif disusun dan diterima dengan kekuatan visi imaginatif dalam pengalaman pribadi seseorang. Kebenaran yang timbul dalam karya seni merupakan bentuk pengetahuan intuitif seperti karya penulis besar Homer, Shakespeare, Proust, yang berbicara kepada kita tentang kebenaran hati nurani manusia. Itu semua merupakan hasil kerja intuisi. Kebenaran tersebut tidak akan dapat diuji dengan observasi, perhitungan atau eksperimen karena kebenaran intuitif tidak berhipotesis. Tulisan-tulisan mistik, autobiografi dan karya essay merupakan refleksi dari pengetahuan intuitif.
3. Pengetahuan Rasional (Rational
Knowledge)
Pengetahuan rasioanal merupakan pengetahuan yang diperoleh dengan latihan rasio/akal semata, tidak disertai dengan observasi terhadap peristiwa-peristiwa faktual. Prinsip logika formal dan matematika murni merupakan paradigma pengetahuan rasioanal, dimana kebenarannya dapat ditunjukkan dengan pemikiran abstrak. Prinsip pengetahuan rasional dapat diterapkan pada pengalaman indera, tetapi tidak disimpulkan dari pengalaman indera. Ambil prinsip logika bahwa dua kalimat yang kontradiksi tidaklah dapat benar pada objek dan waktu yang sama. Contohnya prinsip jika A lebih besar dari B, B lebih besar dari C, maka A lebih besar dari C. Prinsip pengetahuan rasional dapat dipergunakan pada pengalaman indera, tetapi tidak dapat menarik kesimpulan dari hal tersebut. Tidak seperti kebenaran intuisi, pengetahuan rasioanal adalah valid ketika tidak mempedulikan perasaan kita dan kebenaran tersebut valid secara universal.
Pengetahuan rasioanal merupakan pengetahuan yang diperoleh dengan latihan rasio/akal semata, tidak disertai dengan observasi terhadap peristiwa-peristiwa faktual. Prinsip logika formal dan matematika murni merupakan paradigma pengetahuan rasioanal, dimana kebenarannya dapat ditunjukkan dengan pemikiran abstrak. Prinsip pengetahuan rasional dapat diterapkan pada pengalaman indera, tetapi tidak disimpulkan dari pengalaman indera. Ambil prinsip logika bahwa dua kalimat yang kontradiksi tidaklah dapat benar pada objek dan waktu yang sama. Contohnya prinsip jika A lebih besar dari B, B lebih besar dari C, maka A lebih besar dari C. Prinsip pengetahuan rasional dapat dipergunakan pada pengalaman indera, tetapi tidak dapat menarik kesimpulan dari hal tersebut. Tidak seperti kebenaran intuisi, pengetahuan rasioanal adalah valid ketika tidak mempedulikan perasaan kita dan kebenaran tersebut valid secara universal.
4. Pengetahuan Empiris (Empirical
Knowledge)
Pengetahuan empiris merupakan pengetahuan yang diperoleh atas dasar bukti penginderaan, misalnya dengan penglihatan, pendengaran, penciuman, merasakan dan sentuhan indera-indera lainnya sehingga kita memiliki konsep dunia di sekitar kita. Paradigma dari pengetahuan empiris adalah ilmu pengetahuan modern dimana hipotesis ilmiah diuji oleh pengamatan atau oleh eksperimen untuk menemukan hipotesis mana yang paling memuaskan untuk fenomena tertentu. Meskipun demikian, suatu hipotesis tidak pernah dibuktikan secara mutlak. Hal ini hanya untuk menunjukkan kemungkinan yang ada. Paradigma empiris juga perlu menunjukkan bahwa pikiran sehat kita kadang-kadang dapat menipu kita, seperti ketika suatu tongkat yang sebenarnya lurus ketika didalam air terlihat dibelokkan. Ketika Socrates bertanya sebelum ia minum racun. "Benarkah pikiran sehat kita sehat? Apakah mereka akurat?" lebih dari itu, pikiran sehat kita dikondisikan oleh prasangka.
Pengetahuan empiris merupakan pengetahuan yang diperoleh atas dasar bukti penginderaan, misalnya dengan penglihatan, pendengaran, penciuman, merasakan dan sentuhan indera-indera lainnya sehingga kita memiliki konsep dunia di sekitar kita. Paradigma dari pengetahuan empiris adalah ilmu pengetahuan modern dimana hipotesis ilmiah diuji oleh pengamatan atau oleh eksperimen untuk menemukan hipotesis mana yang paling memuaskan untuk fenomena tertentu. Meskipun demikian, suatu hipotesis tidak pernah dibuktikan secara mutlak. Hal ini hanya untuk menunjukkan kemungkinan yang ada. Paradigma empiris juga perlu menunjukkan bahwa pikiran sehat kita kadang-kadang dapat menipu kita, seperti ketika suatu tongkat yang sebenarnya lurus ketika didalam air terlihat dibelokkan. Ketika Socrates bertanya sebelum ia minum racun. "Benarkah pikiran sehat kita sehat? Apakah mereka akurat?" lebih dari itu, pikiran sehat kita dikondisikan oleh prasangka.
5. Pengetahuan Otoritas (Authoritative
Knowledge)
Kita menerima sangat banyak pengetahuan sebagai kebenaran bukan karena kita sudah mengeceknya tetapi karena itu dijamin oleh pihak yang berwenang. Saya menerima tanpa bertanya bahwa Jakarta adalah ibukota dari Indonesia, 1 Juni adalah hari lahir pancasila.
Kita menerima sangat banyak pengetahuan sebagai kebenaran bukan karena kita sudah mengeceknya tetapi karena itu dijamin oleh pihak yang berwenang. Saya menerima tanpa bertanya bahwa Jakarta adalah ibukota dari Indonesia, 1 Juni adalah hari lahir pancasila.
A. BAGIAN BAGIAN
TEORI NILAI
Logika, yang
membahas tentang nilai kebenaran yang membantu kita untuk berkomitmen pada
kebenaran dan menjauhi kesalahan, serta menerangkan bagaimana seharusnya
berfikir secara benar itu.
Etika, yang membahas
nilai kebaikan dan berusaha membantu kita dalam mengarahkan perilaku yang
seharusnya dilakukan dan membatasi makna kebaikan, keburukan, kewajiban,
perasaan, serta tanggung jawab moral.
Estetika, yang membahas nilai keindahan dan
berusaha membantu kita dalam meningkatkan rasa keindahan Estetika juga merupakan
ilmu membahas bagaimana keindahan bisa terbentuk, dan bagaimana supaya dapat
merasakannya.
BAB III PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Hubungan teori pengetahuan dan nilai , karena pengetahuan
adalah suatu sarana untuk mencapai tujuan hidup manusia , semakin berkembang
pengetahuan nya semakain banyak pengetahuan nya maka semakin mudah manusia
untuk mencapai tujuan hidupnya , namun dengan perkembanganya pengetahuan ini
bukan hanya menjadi penyelamat bagi manusia namun bisa juga menjadi bencana
atau perselisihan bagi manusia , karena tanpa adanya nilai , tanpa adanya nilai
maka pengetahuan tidak bisa dikatan baik atau benar . kecuali mampunyai nilai
baik dan benar , dapat di simpulkan bahwa nilai menjadi tolak ukur kebaikan,
kebenaran dan keindahan bagi suatu pengetahuan .
0 comments:
Post a Comment
Monggo Komentarnya. . .