KATA
PENGANTAR
Syukur
Alhamdulillah kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Shalawat
dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan
sahabat-sahabatnya yang telah memperjuangkan Agama Islam.
Kemudian dari pada itu, kami sadar bahwa dalam
menyusun makalah ini banyak yang membantu terhadap usaha kami, mengingat hal
itu dengan segala hormat kami sampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya
kepada semua pihak yang telah membantu terselesainya makalah ini.
Kami
menyadari, bahwa penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan untuk itu kami
tetap mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi sempurnanya
makalah ini. Dan semoga apa yang kami usahakan ini dapat bermanfaat bagi semua,
Amin
(PENYUSUN)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
Manusia disebut
juga insan. Dalam Bahasa arab, berasaldari kata nasiya yang berarti lupa dan jika
di lihatdari kata dasardari al-uns yang berarti jinak. Kata insane dipakai
untuk menyebut manusia, karena manusia memiliki sifat lupa dan jina kartinya
manusia selalu menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru di sekitarnya. Hal yang paling membedakan manusia dengan
makhluklainnya adalah akal. Seperti yang kita ketahui bahwa kita sebagai
manusia memiliki akal pikiran, sedangkan hewan dan tumbuhan tidak memiliki akal.
Siapapun dan apapun kedudukannya, manusia harus memahami
hakekat diri dan kehidupannya. Keberadaan manusia pada
hakekatnya terwujud sebagai makhluk alamiah dan makhluk social[1].
Manusia adalah
subyek pendidikan, yang sekaligus pula sebagai objek pendidikan. Salah satu peranannya
sebagai subyek pendidikan manusia (khusus nyaman usia dewasa)
bertanggungjawab dalam menyelenggarakan pendidikan.
Secara moral, manusia berkewajiban atas perkembangan
pribadi generasi penerusnya. Dalam sisi pendidikan, manusia dewasa
berfungsi sebagai pendidik yang bertanggung jawab untuk melaksanankan misi pendidikansesuai dengantujuan dan nilai nilai yang
dikehendaki manusia dimana pendidikan itu berlangsung. Selain itu sebagai
objek pendidikan,manusia (khususnya anak) merupakan sasaran,
pembinaan yang dilakukan untuk melaksanakan suatu proses pendidikan yang pada hakikatnya
memiliki kepribadian yang sama seperti manusia dewasa. Namun hal yang
membedakannya ialah karena kodratnya belum berkembang[2].
Proses
pendidikan merupakan suatu interakasi antara manusia dengan manusia, dengan lingkungan
alamiahnya, dan sosialnya. Itu semua sangat ditentukan oleh aspek
manusianya. Kedudukan manusia sebagai subjek pendidikan
didalam masyarakat dan di alam semesta ini
berperan bahwa manusia dapat disebut sebagai makhluk alamiah dan makhluk
social yang memiliki tanggung jawab yang besar dalam mengemban
amanat untuk membina dan mengembangkan manusia sesamanya serta
memelihara alam lingkungan hidupnya secara bersama sama.
Lebih jauh lagi, manusia bertanggung jawab atas martabat kemanusiaannya.
Pendidikan
dalam arti luas dan mendasar adalah suatu usaha membantu manusia untuk mengembangkan
dirinya dan memanusiakan manusia sesuaidengan filsafat yang ada pada
dirinya. Pendidikan berusaha membantu manusia untuk menyingkapkan
dan menemui rahasia yang ada di alam, mengembangkan fitrah
manusia untuk mengembangkan potensinya, mengarahkan kecenderungan emosinya dan membimbing manusia demi
kebaikan dirinya dan masyarakat.
Oleh karena itu, pembicaraan tentang manusia,
siapa manusia, dari mana asal manusia, untuk apa manusia hidup dan bagaimana fungsi
manusia dalam hidup ini, serta mau kemana manusia, merupakan suatu pembahasan
yang sangat mendasar di dalam filsafat pendidikan.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian makhluk alamiah dan makhluk sosial ?
2.
Bagaimana keberadaan dan hakekat manusia sebagai makhluk alamiah
dan sosial?
3.
Bagaimana hubungan antar manusia sebagai insane pendidikan?
C.
Tujuan
Masalah
1.
Untuk mengetahui pengertian makhluk alamiah dan makhluk social.
2.
Untuk mengetahui keberadaan dan hakekat manusia sebagai makhluk alamiah
dan social.
3.
Untuk menegtahui hubungan antar manusia sebagai insane pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Makhluk Alamiah dan Makhluk Sosial.
Manusia
diartikan sebagai makhluk alamiah yaitu karena manusia
tidak bisa lepas dari alam. Manusia
membutuhkan alam untuk hidup. Sebagai
contoh,kita memerlukan oksigen yang berasal dari alam untuk bernafas. Kita
juga menggunakan ikan, sayur mayur, dan air
yang berasal dari alam untuk melangsungkan
kehidupan. Manusia memiliki insting untuk
menentukan apa yang akan dia lakukan. Sebagai contoh jika manusia
merasakan lapar, otomatismanusia itu akan mencari makanan untuk mengatasi rasa
laparnya[3].
Manusia
juga disebut sebagai makhluk sosial. Artinya manusia memiliki kebutuhan dan
kemampuan serta kebiasaan untuk berkomunikasi dan berinteraksi
dengan manusia yang lain. Dalam hidup
bersama dengan sesamanya (bermasyarakat), setiap individu
menempati kedudukan (status) tertentu, mempunyai
dunia dan tujuan hidupnya masing masing, namun demikian
sekaligus ia pun mempunyai dunia bersama
dan tujuan hidup bersama dengan sesamanya. Melalui hidup
dengan sesamanyalah manusia akan dapat mengukuhkan eksistensinya.
Sehubungan dengan ini Aristoteles menyebut
manusia sebagai makhluk social atau makhluk
bermasyarakat (Ernst Cassirer,1987)[4].
B. Hakekat
Manusia Sebagai Makhluk Alamiah dan Sosial.
Manusia sebagai makhluk
alamiah yang mempunyai sifat dan ciri-ciri
sebagaimana makhluk alamiah lainnya, yang
terikat dengan hukum-hukum alamiah. Dalam diri manusia terdapat unsur-unsur alam,
ada unsur benda mati, ada unsur-unsur tumbuh-tumbuhan
(manusia mempunyai sifat tumbuh dan
berkembang), ada unsur hewani, dengan kemampuan
gerak, mempunyai nafsu, insting dan
sebagainya. Tetapi manusia lebih daripada itu. Manusia
secara fisik mempunyai bentuk lebih baik, lebih indah, lebih
sempurna, jadi secara alamimanusia menjadi makhluk paling tinggi[5].
Dengan
kata lain pula, manusia juga tidak dapat lepas dari alam yang
adadisekitarnya sebagai salah satu unsur biotik yang ada di dalam ruang
lingkupalam sekitar. Manusia dan alam
memiliki hubungan yang sangat berkaitan erat dalam proses pertumbuhan dan perkembangan sesuai jaman dan pengaruh
teknologi yang dimiliki manusia. Meskipun terkadang dalam proses
pendidikanmanusia dan alam seringkali bertolak belakang dan
saling merugikan satu samalainnya. Pendidikan yang didasari oleh
tingkah laku manusia di alam juga tidak dapat lepas baik
dari unsur maupun sifat alamiah manusia itu sendiri.
Manusia
dan alam sangat
terhubung erat, bagaimana tidak, tiap seper
sekian detik kita membutuhkan alam secara tidak langsung. Manusia alamiah lebih
cenderung memanfaatkan apa yang ada di alam sekitarnya. Karena merekalebih
berpikiran bahwa apa yang dibutuhkannya sudah ada dan sudah disediakandi alam
semesta ini. Hal tersebut mengakibatkan secara tidak langsung
tanpa belajar dari siapapun manusia sudah
dapat belajar dan mempelajari kehidupannya.
Ini disebabkan karena manusia yang
mempunyai sisi alamiah yang telah lahir dari akal dan pikirannya
sendiri.
Pada
hakekatnya sebagai makhluk alamiah yang
berbeda Antara satudengan yang lainnya terkadang manusia memiliki
banyak persamaan, namunsecara psikologi mereka menunjukan perbedaanya sendiri
sendiri. Kesadaranmanusia akan dirinya sendiri merupakan perwujudan dari sifat
alamiah manusia.Kesadaran ini memberi bukti bahwa manusia sadar terhadap
eksistensi dirinya.Eksistensi diri manusia mencakup pengertian yang luas
termasuk kepercayaandirinya, harga dirinya, keegoisannya, martabat
kepribadiannya, persamaan dan perbedaan yang mencirikan
dengan pribadi lainnya, dan yang sangat mendasar adalah
kesadaran akan potensi potensi
yang menjadi kemampuan dari
dirinya sendiri[6].
Manusia
secara alamiah ingin memenuhi kebutuhan dan
kehendaknya masing masing, ingin mewujudkan
perkembangan jamannya menurut pendidikan dan
kemampuan yang dimilikinya. Dalam arti ia
memiliki kemampuan untuk mengembangkan potensi potensi
dan membuka kesempatan dalam bidang pendidikan. Tidak ada manusia yang betul betul
ingin menjadi
orang lain, sehingga ia selalu sadar akan kodrat alamiahnya. Maka setiap
individu akan berusaha semaksimal mungkin untuk
menemukan jati dirinya sehingga membedakan dirinya dengan yang lainnya[7].
Manusia
dalam perkembangannnya selalu berusaha menemukan yang barudan mengembangkan
potensi serta arah tujuannya. Arah perkembangan
manusiaadalah pribadi yang utuh dimana manusia berperan penting terhadap setiaplapisan
kesadarannya yang berkembang secara sempurna. Itulah potensi yang
dimiliki manusia dalam dirinya. Itulah
kodrat seorang manusia dalam sifat alamiahnya walaupun barangkali ia belum mencapainya.
Manusia secara alamiah itu merupakan suatu keseluruhan yang tidak
dapat di bagi bagi. Hal ini merupakan arti pertama dari
ucapan manusia adalah makhluk alamiah atau
yang biasa disebut (in-dividere). Aristoteles seakanakan
berpendapat bahwa manusia itu merupakan
penjumlahan dari beberapa kemampuan
tertentu yang masing
masingnya bekerja tersendiri, seperti
halnyaada yang disebut kemampuan kemampuan
vegetatif, seperti makan,
berkembang biak, dan ada sebagian orang yang menyebutnya kemampuan
sensitif seperti bergerak mengamati, bernafsu dan berperasaan. Adapula
yangdisebut kemampuan intelektif yaitu berkemauan dan berkecerdasan[8].
Descartes
pun menyatakan bahwa manusia terdiri atas
zat rohaniah
ditambah zat material yang masing masingnya mempunyai peraturan peraturan
tersendiri yang bertentangan. Kaum asosiasionis
berpendapat bahwa jiwa manusia terdiri atas
unsur unsur pengalaman sederhana
yang lalu saling disambungkan secara mekanis. Willhelm
Wundt mengamati sesuatu bahwa
kita bukanlah hanya melihat sesuatu dengan indera mata kita, tetapi juga denganseluruh
minat dan perhatian yang kita curahkan kepada objek yang kita amatitersebut dan
minat perhatian ini sangat dipengaruhi oleh niat dan kebutuhan kitasebagai
manusia alamiah pada waktu itu.
Manusia merupakan makhluk alamiah yang
tidak hanya memiliki arti bahwa makhluk keseluruhan jiwa raga tetapi juga dalam arti bahwa
setiap manusia itu merupakan pribadi yang khas menurut
corak kepribadiaannya termasuk kecakapan hidupnya sendiri. Disamping itu,
manusia juga tidak lepas dari kehidupan di lingkungannya yang mana
manusia membutuhkan manusia lainnya.
Sehingga manusia sangat berperan penting dalam proses kehidupannya
untuk saling bersosialisasi dengan sesamanya. Manusia mempunyai
peranan dalam kelompoknya yang memiliki hubungan
timbal balik dengan anggotalainnya. Kelompok
itu tidak hanya memiliki kesempatan untuk
memperoleh sesuatu bagi dirinya sendiri, tetapi ia juga mambutuhkan
sumbangan dari oranglain. Inilah hakekat manusia sebagai makhluk sosial.
Manusia
sebagai makhluk sosial pada dasarnya adalah kesadaran manusiatentang status dan
posisi dirinya adalah kehidupan bersama, serta bagaimanatanggung jawab dan
kewajibannya didalam kebersamaan. Kebersamaan manusia yang belajar
mengembangkan kecakapannya dapat dikatakan memiliki tujuan
untuk dapat memberikan sumbangannya terhadap kelompok sosialnya. Manusia
belajar menyesuaikan dirinya dengan norma norma
yang sudah terbentuk didalam kelompoknya, atau ikut serta dalam
pembentukan norma norma yang baru. Sehingga,
manusia mulai belajar mengebelakangkan keinginan
keinginan individual demi kebutauhan kelompoknya[9].
Yang
menjadi ciri manusia dapat dikatakan sebagai makhluk sosial adalah adanya suatu bentuk interaksi sosial didalam hubungannya dengan makhluk sosiallainnya. Manusia adalah makhluk
yang selalu berinteraksi dengan sesamanya. Manusia
tidak dapat mencapai apa yang diinginkan dengan dirinyasendiri. Sebagai makhluk
sosial karena manusia menjalankan peranannya dengan
menggunakan simbol untuk mengkomunikasikan pemikiran dan
perasaannya. Manusia sebagai makhluk sosial dapat
Nampak pada kenyataan bahwa tidak pernah ada manusia
yang mampu menjalani kehidupan ini tanpa bantuan oranglain.
Manusia
sebagai makluk sosial artinya manusia sebagai warga masyarakat.Dalam kehidupan
sehari-hari manusia tidak dapat hidup sendiri atau mencukupi
kebutuhan sendiri. Meskipun dia mempunyai
kedudukan dan kekayaan, diaselalu membutuhkan manusia lain. Setiap manusia cenderung
untuk berkomunikasi, beinteraksi, dan bersosialisai dengan
manusia lainnya. Dapat dikatakan bahwa sejak lahir, dia sudah disebut sebagai
makhluk sosial.
Hakekat
manusia sebagai makhluk sosial akan membentuk kaidah perilaku serta bekerja
sama dalam sekelompok orang yang lebih besar. Kemajuan manusia nampaknya akan
bersandar kepada kemampuan manusia untuk kerjasama dalam kelompok yang lebih
besar. Kerjasama sosial merupakan syarat untuk kehidupan yang baik dalam
masyarakat yang saling membutuhkan.
Kesadaran
manusia sebagai makhluk sosial, justru
memberikan rasa tanggungjawab
untuk mengayomi individu yang jauh lebih lemah
daripada wujud sosial yang besar
dan kuat. Kehidupan
sosial, kebersamaan, baik itu nonformal (masyarakat) maupun dalam bentuk
formal (institusi, negara) wajib mengayomi individu.Didalam kehidupannya,
manusia tidak hidup dalam kesendirian. Manusia memiliki keinginan untuk
bersosialisasi dengan sesamanya. Ini merupakan salahsatu kodrat manusia yaitu
selalu ingin berhubungan dengan manusia lain. Hal ini
menunjukkan kondisi yang interpendensi.
Di dalam kehidupan manusia
selanjutnya, ia selalu hidup sebagai warga
suatu kesatuan hidup, warga masyarakat dan warga
negara. Hidup dalam hubungan interaksi socialmengandung
konsekuensi baik dalam arti positif maupun negatif.
Keadaan positif dan negatif ini adalah perwujudan dari nila-nilai
sekaligus watak manusia, bahkan pertentangan yang
diakibatkan oleh interaksi antar individu. Tiap-tiap pribadi
harus rela mengorbankan hak-hak pribadi
demi kepentingan bersama. Dalam hal ini dikembangkanlah
perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikapdan suasana kekeluargaan serta
kegotongroyongan.
Tidak
hanya terbatas pada segi badaniah saja, manusia juga
mempunyai perasaan emosional yang ingin diungkapkan
kepada orang lain dan mendapat tanggapan emosional dari
orang lain pula. Manusia memerlukan kasih sayang, harga
diri pengakuan, dan berbagai rasa emosional
lainnya. Tanggapan emosional tersebut hanya dapat
diperoleh apabila manusia berhubungan dan
berinteraksi dengan orang lain dalam suatu tatanan kehidupan bermasyarakat.
Dalam
berhubungan dan berinteraksi, manusia memiliki sifat yang khas dan dapat
menjadikannya lebih baik. Kegiatan mendidik merupakan salah satu sifat yang
khas yang dimiliki manusia. Imanuel Kant mengatakan, manusia
hanya dapat menjadi manusia karena pendidikan. Jadi
jika manusia tidak dididik maka ia tidak akan menjadi manusia dalam arti
yang sebenarnya. Hal ini telah dibenarkan oleh hasil penelitian terhadap anak
terlantar. Hal tersebut memberi penekanan bahwa pendidikan memberikan
kontribusi bagi pembentukkan pribadiseseorang.
Dengan demikian manusia sebagai
makhluk social berarti bahwa disamping manusia
hidup bersama demi memenuhi kebutuhan jasmaniah,
manusia juga hidup bersama dalam memenuhi kebutuhan rohani. Manusia dalam
hidup bermasyarakat, akan saling berhubungan dan
saling membutuhkan satu
sama lain. Kebutuhan itulah yang dapat menimbulkan suatu proses interaksisocial.Mariyati
dan Suryawati (2003), menyatakan bahwa interaksi
social adalah kontak atau
hubungan timbal balik atau respon antar individu, antar kelompok
atau antar individu dan kelompok. Pendapat lain
dikemukakan oleh Murdiyat Moko dan Handayani (2004), interaksi
social adalah hubungan antar manusia yang menghasilkan
suatu proses pengaruh mempengaruhi yang menghasilkan
hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur social. interaksi
positif hanya mungkin terjadi apabila terdapat suasana saling
mempercayai, menghargai, dan saling mendukung (Siagian, 2004).
Interaksi social adalah
suatu hubungan antar sesame manusia yang saling
mempengaruhi satu sama lain, baik itu dalam hubungan antar individu, antar
kelompok, maupun antar individu dan kelompok. Interaksi social terjadi
jikaadanya kontak sosial dan komunikasi.
C. Hubungan
Antar Manusia Sebagai Insan Pendidikan
Filsafat
pendidikan ialah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam sampai ke
akar-akarnya mengenal pendidikan. Dengan kemampuan pengetahuan yang benar,
manusia berusaha menjaga dan mengembangkan kelangsungan hidupnya. Manusia
berusaha mengamalkan ilmu pengetahuannya dalam perilaku sehari-hari. Dalam
peilaku sehari-hari, pengetahuan berubah menjadi moral dan kemudian menjadi
etika kehidupan, sedemikian rupa sehingga hakikat perilaku berupa kecenderungan
untuk mempertanggung jawabkan kelangsungan dan perkembangan hidup dan kehidupan
ini sepenuhnya[10].
Sedangkan
tanggung jawab yang demikian itu berbentuk nilai keadilan. Adil terhadap diri
sendiri, terhadap sesama manusia dan lebih-lebih terhadap alam dimana hidup dan
kehidupan ini berlangsung. Karena tanpa diri dan atau kepribadiannya, seorang
manusia tidak mungkin bisa memerankan arti dan fungsinya sebagai manusia, Tanpa
sesama manusia lainnya, seorang manusia tidak mungkin mampu berada dan
melangsungkan keberadaannya dan lebih-lebih tanpa potensi alam, manusia siapa
pun tidak mungkin berada.
Sejak
lahir, seorang manusia sudah langsung terlibat di dalam kegiatan pendidikan dan
pembelajaran. Dia dirawat, dijaga, dilatih, dan dididik oleh orang tua,
keluarga dan masyarakatnya menuju tingkat kedewasaan dan kematangan, sampai
kemudian terbentuk potensi kemandirian dalam mengelola kelangsungan hidupnya.
Kegiatan pendidikan dan pembelajaran itu diselenggarakan mulai dengan cara-cara
konvensional (alami) menurut pengalaman hidup, sampai pada cara-cara formal
yang metodik dan sistematik institusional (pendidikan sekolah), menurut
kemampuan konseptik-rasional[11].
Setelah
taraf kedewasaan dicapai, manusia tetap melanjutkan kegiatan pendidikan dalam
rangka pematangan diri. Kematangan diri adalah kemampuan menolong dri sendiri,
orang lain dan terutama menolong kelestarian alam agar tetap berlangsung dalam
ekosistemnya. Dengan kata lain, pematangan diri adalah bentuk kegiatan
pendidikan lanjutan, yakni upaya manusia untuk menjadi semakin arif dengan
sikap dan perilaku adil terhadap apa pun dan siapa pun yang menjadi bagian
bagian integral dari eksistensi kehidupan ini.
Pada
pokoknya persolan pendidikan adalah persoalan yang lingkupannya seluas
persoalan kehidupan manusia itu sendiri. Masalah pendidikan secara kodrati
melekat pada dan dalam diri manusia. Secara langsung atau tidak, setiap
kegiatan hidup manusia selalu mengandung arti dan fungsi pendidikan. Dengan
pendidikan, manusia melakukan kegiatan makan, minum, bekerja, beristirahat,
bermasyarakat, beragama dan sebagainya.
Dengan
demikian, antara manusia dan pendidikan terjalin hubungan kasualitas. Karena
manusia, pendidikan mutlak ada, dan karena pendidikan, manusia semakin menjadi
diri sendiri sebagai manusia yang manusiawi.
Manusia
adalah makhluk yang sangat memerlukan pendidikan atau bisa disebut juga
dengan homo educandum.
Manusia dipanggil sebagai homo educandum karena manusia tidak dapat dipisahkan
dari pendidikan, manusia memerlukan pendidikan dan harus dididik terhadap
setiap individu[12].
Pengertian homo
educandum menyiratkan adanya tiga subpredikat
lainnya, yaitu homo educandee also (makhluk terdidik), homo
educabile (makhluk yang dapat dididik), dan homo
educandum (mahluk pendidikan). Oleh sebab itu, pendidikan bagi manusia
sangat penting, karena pendidikan tersebut merupakan salah satu usaha dalam
rangka memanusiakan manusia dan memanusiawikan manusia[13].
Dalam
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003, pendidikan
diharapkan dapat berfungsi dalam mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa dan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bretakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cukup, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Sasaran
pendidikan ini berfungsi sebagai alat atau sarana serta jalan untuk membuat
perubahan menuju perkembangan hidup. Pada titik ini manusia mewujudkan dirinya
sebagai makhluk berpendidikan.
Tersirat
dalam kodratnya, manusia sebagai makhluk pendidikan, atas dasar potensi kodrat
cipta, rasa, karsa dan karyanya, manusia berkemampuan untuk dididik, mendidik
diri dan makhluk yang dapat dididik.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Pengertian
Pengertian Makhluk Alamiah dan Makhluk Sosial: Manusia diartikan sebagai makhluk alamiah yaitu karena manusia
tidak bisa lepas dari alam.Manusia juga disebut
sebagai makhluk social Artinya manusia memiliki kebutuhan dan kemampuan serta
kebiasaan untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan manusia
yang lain.
2.
Hakekat
Manusia Sebagai Makhluk Alamiah dan Sosial: Dimana manusia
tidak hanya memiliki peran sebagai manusia
alamiah yang bergantung pada kehidupan pribadinya sendiri
atau yang sering kita disebut sebagai makhluk social. Manusia sebagai
makhluk social harus mampu berinteraksi secara
hakekat dan keberadaannya, termasuk dalam bidang
pendidikan pula manusia memiliki peranan yang berpedoman
pada filsafat yang sangat begitu penting dan erat kaitannya. Jadi,
manusia pada hakekatnya berperan sebagai makhluk alamiah dan social yang
memiliki kaitan yang erat dengan filsafat pendidikan sebagai pedoman dan
pegangan dalam kehidupannya.
3.
Hubungan Antar Manusia Sebagai Insan
Pendidikan : antara manusia
dan pendidikan terjalin hubungan kausalitas. Karena manusia, pendidikan mutlak
ada dan karena pendidikan, manusia semakin menjadi diri sendiri sebagai manusia
yang manusiawi.
DAFTAR PUSTAKA
Jamali,
dkk. 2005. Membedah Nalar Pendidikan
Islam, Pustaka Rihlah.
Nata,
Abuddin. 1997. Filsafat Pendidikan
Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Wikepedia,
(Online) dalam http://denovoidea.wordpress.com/2009/02/23/ hubungan-
filsafat-dan-pendidikan.html, diakses
padaJumat, 27 Maret 2015.
Abdul latief,Juraid. 2006.Manusia,Filsafat
dan Sejarah, Jakarta: PT.Bumi Aksara.
Wikepedia,
(Online) dalam http://ahmadhujaipahoke.blogspot.com/ manusia
-sebagai-makhluk-alamiah, diakses pada Jumat, 27 Maret 2015.
Sadulloh,Uyoh. 2007. Filsafat Pendidikan,Bumi Siliwangi: Cipta Utama.
Nata ,
Abuddin. 1997. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta:
Logos Wacana Ilmu.
Langgulung Hasan. 1979. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan bintang.
Zuhairini, dkk.
1995. Filsafat Pendidikan Islam,(Jakarta: Bumi Aksara,).
Wikepedia,
(Online) dalam http://the-arinugraha-centre.blogspot.com/2011/10/
manusia-sebagai-homo-educandum.html,
diakses pada Jumat, 27 Maret 2015.
[1]Jamali,
dkk, MembedahNalarPendidikan Islam,
PustakaRihlah, 2005, hal 122-123
[2]AbuddinNata, FilsafatPendidikan Islam, Jakarta:
Logos WacanaIlmu, 1997, Cet.III, hal. 27.
[3]http://denovoidea.wordpress.com/2009/02/23/hubungan-filsafat-dan-pendidikan.html, diakses padaJumat, 27 Maret 2015.
[5]Ibid.hal 16
[6]http://ahmadhujaipahoke.blogspot.com/manusia-sebagai-makhluk-alamiah,
diakses pada Jumat, 27 Maret 2015.
[7]Uyoh
Sadulloh, Filsafat Pendidikan,Bumi
Siliwangi:Cipta Utama, 2007, hal.27
[8]Ibid.
[9]Abuddin
Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta:
Logos Wacana Ilmu, 1997, Cet.III, hal. 29.
[10]Omar Muhammad Al-taumy Al-Syaibani, Filsafat Al-Tarbiyah Al-Islamiyah,
terjemahan Hasan Langgulung, Filsafat
Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan bintang, Cet. I,1979) hal.25
[12]http://the-arinugraha-centre.blogspot.com/2011/10/manusia-sebagai-homo-educandum.html, diakses pada Jumat, 27
Maret 2015.
[13]Ibid.
0 comments:
Post a Comment
Monggo Komentarnya. . .