Tuesday, October 2, 2018

Makalah Kebutuhan Dan Polah Hubungan Manusia



KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Shalawat dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah memperjuangkan Agama Islam.
Kemudian dari pada itu, kami sadar bahwa dalam menyusun makalah ini banyak yang membantu terhadap usaha kami, mengingat hal itu dengan segala hormat kami sampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah membantu terselesainya makalah ini.
Kami menyadari, bahwa penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan untuk itu kami tetap mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi sempurnanya makalah ini. Dan semoga apa yang kami usahakan ini dapat bermanfaat bagi semua, Amin



  (PENYUSUN)










BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Manusia disebut juga insan. Dalam Bahasa arab, berasaldari kata nasiya yang berarti lupa dan jika di lihatdari kata dasardari al-uns yang berarti jinak. Kata insane dipakai untuk menyebut manusia, karena manusia memiliki sifat lupa dan jina kartinya manusia selalu menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru di sekitarnya. Hal yang paling membedakan manusia dengan makhluklainnya adalah akal. Seperti yang kita ketahui bahwa kita sebagai manusia memiliki akal pikiran, sedangkan hewan dan tumbuhan tidak memiliki akal. Siapapun  dan  apapun kedudukannya,  manusia  harus memahami  hakekat  diri dan kehidupannya. Keberadaan manusia pada hakekatnya terwujud sebagai makhluk alamiah dan makhluk social[1].
Manusia adalah subyek pendidikan, yang sekaligus pula sebagai objek  pendidikan. Salah satu peranannya  sebagai  subyek  pendidikan  manusia (khusus nyaman usia dewasa) bertanggungjawab dalam menyelenggarakan pendidikan. Secara  moral,  manusia  berkewajiban  atas  perkembangan pribadi generasi penerusnya. Dalam sisi pendidikan, manusia dewasa  berfungsi sebagai  pendidik yang bertanggung jawab untuk melaksanankan misi pendidikansesuai dengantujuan dan nilai  nilai yang dikehendaki manusia dimana  pendidikan itu berlangsung. Selain itu sebagai objek pendidikan,manusia (khususnya anak) merupakan sasaran, pembinaan yang dilakukan untuk melaksanakan suatu proses pendidikan yang pada hakikatnya memiliki kepribadian yang sama seperti manusia dewasa. Namun hal yang membedakannya ialah karena kodratnya belum berkembang[2].
Proses pendidikan merupakan suatu interakasi antara manusia dengan manusia, dengan lingkungan alamiahnya, dan sosialnya. Itu semua sangat ditentukan  oleh  aspek  manusianya.  Kedudukan  manusia  sebagai  subjek  pendidikan  didalam  masyarakat  dan  di alam  semesta  ini  berperan  bahwa manusia dapat disebut sebagai makhluk alamiah dan makhluk social yang memiliki tanggung  jawab  yang  besar  dalam  mengemban  amanat  untuk  membina dan mengembangkan manusia sesamanya serta memelihara alam lingkungan hidupnya secara bersama  sama.  Lebih  jauh  lagi,  manusia bertanggung jawab atas martabat kemanusiaannya.
Pendidikan dalam arti luas dan mendasar adalah suatu usaha membantu manusia untuk mengembangkan dirinya dan memanusiakan manusia sesuaidengan filsafat yang ada pada  dirinya.  Pendidikan  berusaha membantu manusia untuk  menyingkapkan  dan  menemui  rahasia  yang  ada  di alam, mengembangkan fitrah  manusia  untuk  mengembangkan  potensinya, mengarahkan kecenderungan emosinya dan membimbing manusia demi kebaikan dirinya dan masyarakat.
Oleh karena itu, pembicaraan tentang manusia, siapa manusia, dari mana asal manusia, untuk apa manusia hidup dan bagaimana fungsi manusia dalam hidup ini, serta mau kemana manusia, merupakan suatu pembahasan yang sangat mendasar di dalam filsafat pendidikan.
B.     Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian makhluk alamiah dan makhluk sosial ?
2.    Bagaimana keberadaan dan hakekat manusia sebagai makhluk alamiah dan sosial?
3.    Bagaimana hubungan antar manusia sebagai insane pendidikan?
C.    Tujuan Masalah
1.    Untuk mengetahui pengertian makhluk alamiah dan makhluk social.
2.    Untuk mengetahui keberadaan dan hakekat manusia sebagai makhluk alamiah dan social.
3.    Untuk menegtahui hubungan antar manusia sebagai insane pendidikan.

BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Makhluk Alamiah dan Makhluk Sosial.
Manusia diartikan sebagai makhluk alamiah yaitu karena manusia tidak  bisa lepas dari alam. Manusia membutuhkan alam untuk hidup. Sebagai contoh,kita memerlukan oksigen yang berasal dari alam untuk bernafas. Kita  juga menggunakan ikan,  sayur mayur,  dan  air  yang  berasal  dari alam  untuk  melangsungkan  kehidupan. Manusia memiliki insting untuk menentukan apa yang akan dia lakukan. Sebagai contoh jika manusia merasakan lapar, otomatismanusia itu akan mencari makanan untuk mengatasi rasa laparnya[3].
Manusia juga disebut sebagai makhluk sosial. Artinya manusia memiliki kebutuhan dan kemampuan serta kebiasaan untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan manusia  yang  lain.  Dalam  hidup bersama  dengan  sesamanya (bermasyarakat),  setiap  individu  menempati  kedudukan  (status)  tertentu, mempunyai dunia  dan  tujuan hidupnya masing  masing, namun demikian sekaligus  ia pun mempunyai dunia bersama dan tujuan hidup bersama dengan sesamanya. Melalui  hidup dengan  sesamanyalah  manusia  akan dapat mengukuhkan eksistensinya.  Sehubungan  dengan  ini  Aristoteles  menyebut manusia  sebagai  makhluk social atau  makhluk  bermasyarakat (Ernst Cassirer,1987)[4].

B.       Hakekat Manusia Sebagai Makhluk Alamiah dan Sosial.
Manusia sebagai makhluk  alamiah  yang  mempunyai  sifat dan  ciri-ciri sebagaimana  makhluk  alamiah  lainnya,  yang  terikat  dengan  hukum-hukum alamiah.  Dalam diri manusia terdapat unsur-unsur alam, ada unsur benda mati, ada  unsur-unsur  tumbuh-tumbuhan  (manusia  mempunyai  sifat  tumbuh dan  berkembang), ada unsur hewani, dengan  kemampuan  gerak, mempunyai  nafsu, insting  dan sebagainya. Tetapi manusia lebih daripada itu. Manusia secara  fisik  mempunyai bentuk lebih baik, lebih indah, lebih sempurna, jadi secara alamimanusia menjadi makhluk paling tinggi[5].
Dengan kata lain pula, manusia juga tidak dapat lepas dari alam yang adadisekitarnya sebagai salah satu unsur biotik yang ada di dalam ruang lingkupalam sekitar. Manusia dan alam memiliki hubungan yang sangat berkaitan erat dalam  proses  pertumbuhan dan perkembangan sesuai jaman dan pengaruh teknologi yang dimiliki manusia. Meskipun terkadang dalam proses pendidikanmanusia dan alam seringkali bertolak belakang dan saling merugikan satu samalainnya. Pendidikan yang didasari oleh tingkah laku manusia di alam juga tidak dapat lepas baik dari unsur maupun sifat alamiah manusia itu sendiri.
Manusia dan   alam  sangat  terhubung  erat,  bagaimana  tidak,  tiap  seper  sekian detik kita membutuhkan alam secara tidak langsung. Manusia alamiah lebih cenderung memanfaatkan apa yang ada di alam sekitarnya. Karena merekalebih berpikiran bahwa apa yang dibutuhkannya sudah ada dan sudah disediakandi alam semesta ini. Hal tersebut mengakibatkan secara tidak langsung tanpa belajar  dari  siapapun  manusia  sudah  dapat  belajar  dan  mempelajari kehidupannya. Ini disebabkan karena manusia yang mempunyai sisi alamiah yang telah lahir dari akal dan pikirannya sendiri.
Pada  hakekatnya  sebagai  makhluk  alamiah  yang  berbeda  Antara  satudengan yang lainnya terkadang manusia memiliki banyak persamaan, namunsecara psikologi mereka menunjukan perbedaanya sendiri sendiri. Kesadaranmanusia akan dirinya sendiri merupakan perwujudan dari sifat alamiah manusia.Kesadaran ini memberi bukti bahwa manusia sadar terhadap eksistensi dirinya.Eksistensi diri manusia mencakup pengertian yang luas termasuk kepercayaandirinya, harga dirinya, keegoisannya, martabat kepribadiannya, persamaan dan  perbedaan  yang  mencirikan  dengan  pribadi  lainnya,  dan  yang sangat mendasar adalah kesadaran akan potensi potensi  yang  menjadi kemampuan dari dirinya sendiri[6].
Manusia  secara  alamiah  ingin  memenuhi  kebutuhan  dan  kehendaknya masing  masing, ingin mewujudkan perkembangan jamannya  menurut  pendidikan dan  kemampuan  yang  dimilikinya.  Dalam  arti  ia  memiliki kemampuan untuk mengembangkan potensi potensi dan membuka kesempatan dalam bidang pendidikan. Tidak ada manusia yang betul betul ingin menjadi orang lain, sehingga ia selalu sadar akan kodrat alamiahnya. Maka setiap individu  akan berusaha  semaksimal  mungkin  untuk  menemukan  jati  dirinya sehingga membedakan  dirinya dengan yang lainnya[7].
Manusia dalam perkembangannnya selalu berusaha menemukan yang barudan mengembangkan potensi serta arah tujuannya. Arah perkembangan manusiaadalah pribadi yang utuh dimana manusia berperan penting terhadap setiaplapisan kesadarannya yang berkembang secara sempurna. Itulah potensi yang dimiliki  manusia  dalam  dirinya. Itulah  kodrat  seorang manusia dalam sifat alamiahnya  walaupun barangkali ia belum mencapainya.
Manusia secara alamiah itu merupakan suatu keseluruhan yang tidak dapat di bagi bagi. Hal ini merupakan arti pertama dari ucapan manusia adalah makhluk alamiah atau yang biasa disebut (in-dividere). Aristoteles seakanakan berpendapat  bahwa  manusia  itu  merupakan  penjumlahan dari beberapa kemampuan  tertentu yang masing masingnya bekerja tersendiri, seperti halnyaada yang disebut kemampuan kemampuan  vegetatif,  seperti  makan, berkembang biak, dan ada sebagian orang yang menyebutnya kemampuan sensitif seperti bergerak mengamati, bernafsu dan berperasaan. Adapula yangdisebut kemampuan intelektif yaitu berkemauan dan berkecerdasan[8].
Descartes  pun  menyatakan  bahwa  manusia  terdiri  atas  zat  rohaniah ditambah zat material yang masing  masingnya mempunyai peraturan peraturan tersendiri  yang  bertentangan.  Kaum  asosiasionis  berpendapat  bahwa  jiwa  manusia terdiri  atas  unsur  unsur  pengalaman  sederhana  yang  lalu  saling disambungkan  secara mekanis. Willhelm Wundt mengamati sesuatu bahwa kita bukanlah hanya melihat sesuatu dengan indera mata kita, tetapi juga denganseluruh minat dan perhatian yang kita curahkan kepada objek yang kita amatitersebut dan minat perhatian ini sangat dipengaruhi oleh niat dan kebutuhan kitasebagai manusia alamiah pada waktu itu.
Manusia merupakan makhluk alamiah yang  tidak  hanya  memiliki  arti   bahwa makhluk keseluruhan jiwa raga tetapi juga dalam arti bahwa setiap manusia itu merupakan pribadi yang khas menurut  corak kepribadiaannya termasuk kecakapan hidupnya sendiri. Disamping itu, manusia juga tidak lepas dari kehidupan di lingkungannya yang mana  manusia  membutuhkan  manusia lainnya. Sehingga manusia sangat berperan penting dalam proses kehidupannya untuk saling bersosialisasi dengan sesamanya. Manusia mempunyai peranan dalam  kelompoknya  yang  memiliki hubungan  timbal  balik  dengan  anggotalainnya. Kelompok  itu  tidak  hanya  memiliki  kesempatan  untuk memperoleh sesuatu bagi dirinya sendiri, tetapi ia juga mambutuhkan sumbangan dari oranglain. Inilah hakekat manusia sebagai makhluk sosial.
Manusia sebagai makhluk sosial pada dasarnya adalah kesadaran manusiatentang status dan posisi dirinya adalah kehidupan bersama, serta bagaimanatanggung jawab dan kewajibannya didalam kebersamaan. Kebersamaan manusia yang belajar  mengembangkan  kecakapannya  dapat dikatakan  memiliki tujuan untuk dapat memberikan sumbangannya terhadap kelompok sosialnya. Manusia  belajar  menyesuaikan  dirinya  dengan  norma  norma  yang  sudah terbentuk  didalam kelompoknya, atau ikut serta dalam pembentukan norma norma yang baru. Sehingga, manusia mulai belajar mengebelakangkan keinginan keinginan individual demi kebutauhan kelompoknya[9].
Yang menjadi ciri manusia dapat dikatakan sebagai makhluk sosial adalah adanya suatu bentuk interaksi sosial didalam hubungannya dengan makhluk sosiallainnya. Manusia adalah makhluk  yang  selalu  berinteraksi  dengan sesamanya. Manusia tidak dapat mencapai apa yang diinginkan dengan dirinyasendiri. Sebagai makhluk sosial karena manusia menjalankan peranannya dengan menggunakan simbol untuk mengkomunikasikan  pemikiran  dan  perasaannya. Manusia  sebagai  makhluk sosial  dapat  Nampak pada kenyataan  bahwa   tidak pernah  ada  manusia  yang  mampu  menjalani  kehidupan  ini  tanpa  bantuan  oranglain.
Manusia sebagai makluk sosial artinya manusia sebagai warga masyarakat.Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat hidup sendiri atau mencukupi kebutuhan sendiri.  Meskipun  dia  mempunyai  kedudukan  dan kekayaan, diaselalu membutuhkan manusia lain. Setiap manusia cenderung untuk berkomunikasi, beinteraksi,  dan  bersosialisai  dengan  manusia  lainnya.  Dapat dikatakan  bahwa sejak lahir, dia sudah disebut sebagai makhluk sosial.
Hakekat manusia sebagai makhluk sosial akan membentuk kaidah perilaku serta bekerja sama dalam sekelompok orang yang lebih besar. Kemajuan manusia nampaknya akan bersandar kepada kemampuan manusia untuk kerjasama dalam kelompok yang lebih besar. Kerjasama sosial merupakan syarat untuk kehidupan yang baik dalam masyarakat yang saling membutuhkan.
Kesadaran  manusia  sebagai  makhluk  sosial,  justru  memberikan  rasa tanggungjawab  untuk mengayomi individu yang jauh lebih lemah daripada wujud sosial yang besar dan kuat. Kehidupan sosial, kebersamaan, baik itu nonformal (masyarakat) maupun dalam bentuk formal (institusi, negara) wajib mengayomi individu.Didalam kehidupannya, manusia tidak hidup dalam kesendirian. Manusia memiliki keinginan untuk bersosialisasi dengan sesamanya. Ini merupakan salahsatu kodrat manusia yaitu selalu ingin berhubungan dengan manusia lain. Hal ini menunjukkan kondisi yang interpendensi. 
Di dalam kehidupan manusia selanjutnya, ia selalu hidup sebagai  warga suatu kesatuan hidup, warga masyarakat  dan  warga  negara. Hidup  dalam hubungan interaksi socialmengandung konsekuensi baik dalam arti  positif  maupun negatif.  Keadaan positif dan negatif ini adalah perwujudan dari nila-nilai sekaligus watak  manusia,  bahkan  pertentangan  yang  diakibatkan  oleh  interaksi  antar individu. Tiap-tiap pribadi harus  rela  mengorbankan hak-hak  pribadi  demi kepentingan bersama. Dalam hal ini dikembangkanlah perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikapdan suasana kekeluargaan serta kegotongroyongan.
Tidak hanya terbatas pada segi badaniah saja, manusia juga mempunyai perasaan emosional yang ingin diungkapkan  kepada  orang  lain  dan mendapat tanggapan emosional dari orang lain pula. Manusia memerlukan kasih sayang, harga  diri pengakuan, dan berbagai rasa emosional lainnya. Tanggapan emosional  tersebut  hanya  dapat  diperoleh  apabila  manusia  berhubungan  dan berinteraksi dengan orang lain dalam suatu tatanan kehidupan bermasyarakat.
Dalam berhubungan dan berinteraksi, manusia memiliki sifat yang khas dan dapat menjadikannya lebih baik. Kegiatan mendidik merupakan salah satu sifat yang khas yang dimiliki manusia. Imanuel Kant mengatakan, manusia hanya dapat menjadi manusia karena pendidikan. Jadi jika manusia tidak dididik maka ia tidak akan menjadi manusia dalam arti yang sebenarnya. Hal ini telah dibenarkan oleh hasil penelitian terhadap anak terlantar. Hal tersebut memberi penekanan bahwa pendidikan memberikan kontribusi bagi pembentukkan pribadiseseorang.
Dengan demikian manusia sebagai makhluk  social  berarti  bahwa disamping  manusia  hidup  bersama  demi  memenuhi  kebutuhan  jasmaniah, manusia juga hidup bersama dalam memenuhi kebutuhan rohani. Manusia dalam hidup bermasyarakat,  akan  saling  berhubungan  dan  saling  membutuhkan  satu sama lain. Kebutuhan itulah yang dapat menimbulkan suatu proses interaksisocial.Mariyati  dan  Suryawati  (2003),  menyatakan bahwa  interaksi social adalah kontak  atau  hubungan timbal balik atau respon antar individu, antar kelompok atau antar individu dan kelompok. Pendapat lain dikemukakan oleh Murdiyat Moko dan Handayani (2004), interaksi social adalah hubungan antar  manusia  yang menghasilkan  suatu  proses  pengaruh  mempengaruhi  yang menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur social. interaksi positif hanya mungkin terjadi apabila terdapat suasana saling  mempercayai, menghargai,  dan  saling  mendukung  (Siagian, 2004). Interaksi  social  adalah  suatu hubungan antar sesame manusia  yang saling mempengaruhi satu sama lain, baik itu dalam hubungan antar individu, antar kelompok, maupun antar individu dan kelompok. Interaksi social terjadi jikaadanya kontak sosial dan komunikasi.
C.      Hubungan Antar Manusia Sebagai Insan Pendidikan
Filsafat pendidikan ialah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam sampai ke akar-akarnya mengenal pendidikan. Dengan kemampuan pengetahuan yang benar, manusia berusaha menjaga dan mengembangkan kelangsungan hidupnya. Manusia berusaha mengamalkan ilmu pengetahuannya dalam perilaku sehari-hari. Dalam peilaku sehari-hari, pengetahuan berubah menjadi moral dan kemudian menjadi etika kehidupan, sedemikian rupa sehingga hakikat perilaku berupa kecenderungan untuk mempertanggung jawabkan kelangsungan dan perkembangan hidup dan kehidupan ini sepenuhnya[10].
Sedangkan tanggung jawab yang demikian itu berbentuk nilai keadilan. Adil terhadap diri sendiri, terhadap sesama manusia dan lebih-lebih terhadap alam dimana hidup dan kehidupan ini berlangsung. Karena tanpa diri dan atau kepribadiannya, seorang manusia tidak mungkin bisa memerankan arti dan fungsinya sebagai manusia, Tanpa sesama manusia lainnya, seorang manusia tidak mungkin mampu berada dan melangsungkan keberadaannya dan lebih-lebih tanpa potensi alam, manusia siapa pun tidak mungkin berada.
Sejak lahir, seorang manusia sudah langsung terlibat di dalam kegiatan pendidikan dan pembelajaran. Dia dirawat, dijaga, dilatih, dan dididik oleh orang tua, keluarga dan masyarakatnya menuju tingkat kedewasaan dan kematangan, sampai kemudian terbentuk potensi kemandirian dalam mengelola kelangsungan hidupnya. Kegiatan pendidikan dan pembelajaran itu diselenggarakan mulai dengan cara-cara konvensional (alami) menurut pengalaman hidup, sampai pada cara-cara formal yang metodik dan sistematik institusional (pendidikan sekolah), menurut kemampuan konseptik-rasional[11].
Setelah taraf kedewasaan dicapai, manusia tetap melanjutkan kegiatan pendidikan dalam rangka pematangan diri. Kematangan diri adalah kemampuan menolong dri sendiri, orang lain dan terutama menolong kelestarian alam agar tetap berlangsung dalam ekosistemnya. Dengan kata lain, pematangan diri adalah bentuk kegiatan pendidikan lanjutan, yakni upaya manusia untuk menjadi semakin arif dengan sikap dan perilaku adil terhadap apa pun dan siapa pun yang menjadi bagian bagian integral dari eksistensi kehidupan ini.
Pada pokoknya persolan pendidikan adalah persoalan yang lingkupannya seluas persoalan kehidupan manusia itu sendiri. Masalah pendidikan secara kodrati melekat pada dan dalam diri manusia. Secara langsung atau tidak, setiap kegiatan hidup manusia selalu mengandung arti dan fungsi pendidikan. Dengan pendidikan, manusia melakukan kegiatan makan, minum, bekerja, beristirahat, bermasyarakat, beragama dan sebagainya.
Dengan demikian, antara manusia dan pendidikan terjalin hubungan kasualitas. Karena manusia, pendidikan mutlak ada, dan karena pendidikan, manusia semakin menjadi diri sendiri sebagai manusia yang manusiawi.
Manusia adalah makhluk yang sangat memerlukan pendidikan atau bisa disebut juga dengan homo educandum.  Manusia dipanggil sebagai homo educandum karena manusia tidak dapat dipisahkan dari pendidikan, manusia memerlukan pendidikan dan harus dididik terhadap setiap individu[12].
Pengertian homo educandum menyiratkan adanya tiga subpredikat lainnya, yaitu homo educandee also­­ (makhluk terdidik), homo educabile (makhluk yang dapat dididik), dan homo educandum (mahluk pendidikan). Oleh sebab itu, pendidikan bagi manusia sangat penting, karena pendidikan tersebut merupakan salah satu usaha dalam rangka memanusiakan manusia dan memanusiawikan manusia[13].
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003, pendidikan diharapkan dapat berfungsi dalam mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bretakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cukup, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Sasaran pendidikan ini berfungsi sebagai alat atau sarana serta jalan untuk membuat perubahan menuju perkembangan hidup. Pada titik ini manusia mewujudkan dirinya sebagai makhluk berpendidikan.
Tersirat dalam kodratnya, manusia sebagai makhluk pendidikan, atas dasar potensi kodrat cipta, rasa, karsa dan karyanya, manusia berkemampuan untuk dididik, mendidik diri dan makhluk yang dapat dididik.



















BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
1.    Pengertian Pengertian Makhluk Alamiah dan Makhluk Sosial: Manusia diartikan sebagai makhluk alamiah yaitu karena manusia tidak   bisa  lepas  dari alam.Manusia juga disebut sebagai makhluk social Artinya manusia memiliki kebutuhan dan kemampuan serta kebiasaan untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan manusia  yang  lain.
2.    Hakekat Manusia Sebagai Makhluk Alamiah dan Sosial: Dimana  manusia  tidak hanya memiliki peran sebagai manusia  alamiah  yang  bergantung pada kehidupan pribadinya sendiri atau yang sering kita disebut sebagai makhluk social. Manusia sebagai makhluk social harus mampu berinteraksi secara hakekat dan keberadaannya, termasuk dalam bidang pendidikan pula manusia memiliki peranan yang berpedoman pada filsafat yang sangat begitu  penting dan erat kaitannya. Jadi, manusia pada hakekatnya berperan sebagai makhluk alamiah dan social yang memiliki kaitan yang erat dengan filsafat pendidikan sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupannya.
3.    Hubungan Antar Manusia Sebagai Insan Pendidikan : antara manusia dan pendidikan terjalin hubungan kausalitas. Karena manusia, pendidikan mutlak ada dan karena pendidikan, manusia semakin menjadi diri sendiri sebagai manusia yang manusiawi.








DAFTAR PUSTAKA

Jamali, dkk. 2005. Membedah Nalar Pendidikan Islam, Pustaka Rihlah.
Nata, Abuddin. 1997. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Wikepedia, (Online) dalam http://denovoidea.wordpress.com/2009/02/23/ hubungan- filsafat-dan-pendidikan.html, diakses padaJumat, 27 Maret 2015.
Abdul latief,Juraid. 2006.Manusia,Filsafat dan Sejarah, Jakarta: PT.Bumi Aksara.
Wikepedia, (Online) dalam http://ahmadhujaipahoke.blogspot.com/ manusia -sebagai-makhluk-alamiah, diakses pada Jumat, 27 Maret 2015.
Sadulloh,Uyoh. 2007. Filsafat Pendidikan,Bumi Siliwangi: Cipta Utama.
Nata , Abuddin. 1997. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Langgulung Hasan. 1979. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan bintang.
Zuhairini, dkk. 1995. Filsafat Pendidikan Islam,(Jakarta: Bumi Aksara,).
Wikepedia, (Online) dalam http://the-arinugraha-centre.blogspot.com/2011/10/ manusia-sebagai-homo-educandum.html, diakses pada Jumat, 27 Maret 2015.













[1]Jamali, dkk, MembedahNalarPendidikan Islam, PustakaRihlah, 2005, hal 122-123
[2]AbuddinNata, FilsafatPendidikan Islam, Jakarta: Logos WacanaIlmu, 1997, Cet.III, hal. 27.
[4]Juraid Abdul latief, Manusia,Filsafat dan Sejarah  (Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2006),  hal. 14
[5]Ibid.hal 16
[7]Uyoh Sadulloh, Filsafat Pendidikan,Bumi Siliwangi:Cipta Utama, 2007, hal.27
[8]Ibid.
[9]Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997, Cet.III, hal. 29.
[10]Omar Muhammad Al-taumy Al-Syaibani, Filsafat Al-Tarbiyah Al-Islamiyah, terjemahan Hasan Langgulung, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan bintang, Cet. I,1979) hal.25
[11]Dra. Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam,(Jakarta: Bumi Aksara, 1995) hal 27.
[13]Ibid.

0 comments:

Post a Comment

Monggo Komentarnya. . .