“
Peradaban Islam Pada Masa Dinasti Abbasiyyah”
Disusun
untuk memenuhi tugas kelompok 5
Mata
kuliah: Sejarah
Peradaban Islam
Dosen
Pengampu : Lutfi Faishol, M.Pd
Disusun Oleh :
Aprilia
Putri Astuti
Dean
Natur Rofiq
Jihan
Wahyuni
Nurul
Fadlillah
PENDIDIKAN
GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)
INSTITUT
AGAMA ISLAM BUNGA BANGSA CIREBON
Jalan
Widarasari III Tuparev-Cirebon
Tahun 2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Shalawat serta
salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa
kita semua ke jalan kebenaran yang diridhoi Allah SWT.
Tujuan
kami membuat makalah ini adalah tiada lain untuk memperkaya ilmu pengetahuan
kita semua dan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Sejarah
peradaban islam. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini
banyak sekali kekurangannya baik dalam cara penulisan maupun dalam isi.
Akhir
kata kami mengharapkan adanya kritik dan saran atas kekurangan kami dalam
penyusunan makalah ini, dan semogamakalah ini dapat bermanfaat dan berguna,
khususnya bagi kami yang membuat dan umumnya bagi yang membaca makalah ini, dan
mudah-mudahan mendapat berkah dari Allah SWT.Amin.
Cirebon, 31
juli 2018
Penyusun
HALAMAN
SAMPUL..........................................................................................i
KATA PENGANTAR..........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I : PENDAHULUAN
a. Latar
Belakang.............................................................................................4
b. Rumusan
Masalah........................................................................................4
c. Tujuan
Pembahasan.....................................................................................4
BAB II : PEMBAHASAN
a. Sejarah berdirinya dinasti
abbasiyyah.........................................................5
b. Para khalifah dinasti
abbasiyyah………..………………………….……..6
c. Masa kejayaan dinasti abbasiyyah…………………...………...................8
d.
Dinasti
– dinasti yang memardekaan diri dinasti abbasiyyah….................8
e. Faktor – faktor penyebab kemunduran
dinasti abbasiyyah…...….............9
BAB III : PENUTUP
a.
Kesimpulan…………………...................................................................11
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Diantara
yang mempengaruhi beridirinya khilafah bani abbasiyyah adalah adanya beberapa
kelompok umat yang sudah mendukung lagi terhadap kekuasaan imperium bani Umayah
yang notabenenya korupsi, sekuler dan memihak sebagian kelompok diantaranya
adalah kelompok syiah dan khawarij (badri yatim. 2008 : 49-50) serta kaum
mawali (orang-orang yang baru masuk islam yang mayoritasnya dari persi). Mereka
diperlakukan tidak adil dengan kelompok arab dalam hal pembebanan pajak yang
terlalu tinggi, kelompok inilah yang mendukung revolusi abbasiyyah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah dikemukakan, maka beberapa hal perlu dirumuskan dalam
makalah ini diantaranya
:
1. Bagaimana
berdirinya dinasti abbasiyyah?
2. Bagaimana kejayaan dinasti
abbasiyyah?
3. Bagaimana
dinasti-dinasti yang memerdekakan diri dari abbasiyyah?
4. Apa saja faktor-faktor kemunduran
dinasti abbasiyyah?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan
dari makalah ini,
untuk mempelajari sejarah peradaban islam secara lebih rinci.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah
berdirinya dinasti abbasiyyah
Dinasti abbasiyyah adalah pemerintahan islam yang
berdiri setelah dinasti bani umayyah hancur. Nama abbasiyyah diambil dari nama
paman nabi Muhammad SAW, yaitu abbas bin abdul muthalib sebagai penghormatan
yang diberikan kepadanya dari anak dan cucu beliau yang berhasil membangun
sebuah pemerintahan islam, yaitu daulah islamyah abbasiyyah.
Penggagas pertama berdirinya dinasti ini adalah ali
bin Abdullah bin abbas bin abdul muthalib bin abdi manaf bin hasyim. Walaupun
ali bin Abdullah tidak sempat mewujudkan berdirinya daulah abbasiyah, namun
anak cucunya berhasil mewujudkan cita-cita Ali bin Abdullah tersebut setelah
melalui perjuangan dan proses yang sangat panjang. Dengan demikian, para
pendiri dinasti ini masih keturunan bani Hasyim seperti halnya Rasulullah SAW.
Diantara yang mempengaruhi beridirinya khilafah bani
abbasiyyah adalah adanya beberapa kelompok umat yang sudah mendukung lagi
terhadap kekuasaan imperium bani Umayah yang notabenenya korupsi, sekuler dan
memihak sebagian kelompok diantaranya adalah kelompok syiah dan khawarij (badri
yatim. 2008 : 49-50) serta kaum mawali (orang-orang yang baru masuk islam yang
mayoritasnya dari persi). Mereka diperlakukan tidak adil dengan kelompok arab
dalam hal pembebanan pajak yang terlalu tinggi, kelompok inilah yang mendukung
revolusi abbasiyyah.
Disaat terjadi perpindahan kekuasaan dari ummayah ke
abbasiyyah, wilayah geografis dunia islam membentang dari timur kebarat,
meliputi mesir, sudan, syam, jazirah arab, irrak, parsi, sampai ke china.
Kondisi ini mengantarkan terjadinya interaksi intensif antara daerah satu
dengan daerah lainnya. Interaksi ini memungkinkan proses asimilasi budaya dan
peradaban setiap daerah. Nyanyian dan music menjadi tren style kehidupan
bangsawan dan pemuka istana era abbasiyyah. Anak-anak khalifah diberikan les
khusus supaya pintar dan cukup dalam mendendangkan suara mereka.
Seniman-seniman terkenal bermunculan, diantaranya Ibrahim bin Mahdi, Ibrahim Al
Mosuly dan anaknya Ishak. Lingkungan istana berubah dan dipengaruhi nuansa
borjuis mulai dari pakaian, makanan, dan hadirnya pelayan-pelayan wanita.
Para penguasa abbaiyyah membentuk masyarakat
berdasarkan rasa persamaan. Pendekatan terhadap kaum Malawi dilakukan antara
lain dengan mengadopsi sistim administrasi dari tredisi setempat (Persia)
mengambil beberapa pegawai dan mentri dari bangsa Persia dan meletakkan ibu
kota kerajaannya, Baghdad diwilayah yang dikelilingi oleh bangsa dan agama yang
berlainan seperti bangsa Ariah dan Sumit dan agama islam, Kristen dan Majusi.
Pembagian kelas dalam masyarakat daulat abbasiyyah
tidak lagi berdasarkan rasa tau kesukaan, melainkan berdasarkan jabatan,
menurut jarzid zaidan, masyarakat abbasiyyah terbagi dalam 2 kelompok besar,
kelas khusus dan kelas umum, kelas khusus teridiri dari khalifah, keluarga
khalifah (bani hasyim) para pembesar Negara (menteri gubernur dan panglima),
kaum bangsawan non bani hasyim (quraisy) pada umumnya. Dan para petugas khusus
tentara dan pembantu istana. Sedangkan kelas umum teridiri dari para seniman,
ulama, pujangga, fukoha, sodagar dan pengusaha buruh dan petani.
B. Para khalifah dinasti abbasiyyah
1. Ali bin Abdullah
Namanya Ali bin Abdullah bin Abbas bin Abdul
muthalib bin Hasyim bin Abdul Manaf al-quraysi. Ia termasuk keturunan Hasyim
(bani Hasyim), suku quraysi sama halnya dengan
Rasulullah SAW. Karena anak sepupu nabi, Ali bin Abdullah merasa paling berhak
memegang tampuk kekuasaan kaum muslimin setelah khulafaurasyidin.
2.
Muhammad bin Ali
Kematian
Ali bin Abdullah menyalakan semangat Muhammad bin Ali untuk meneruskan
cita-cita ayahnya. Selain menggandeng kaum mawali ia pun bekerjasama dengan
kaum syi’ah yang menyimpan dendam terhadap daulah bani umayyah.
3.
Ibrahim bin Muhammad
Ibrahim bin Muhammad yang
bercita-cita melanjutkan perjuangan ayah dan kakeknya giat melancarkan
propaganda anti pemerintahan umayyah. Dengan bantuan Abu muslim al-khuransi
yang menguasai kaum mawali dikhurasan, Ibrahim telah menguasai beberapa kota
yaitu khurasan, khufah, basrah, mekkah dan madinah.
4.
Abu abbas As-safah
Ia adalah adik dari Ibrahim bin
Muhammad. Abu abbas as-safah merupakan salah seorang yang berpengalaman dalam
pembentukan Daulah bani abbas. Abu abbas as-safah adalah khalifah abbasiyyah
pertama. Ia dinobatkan sebagai khalifah setelah berhasil memenangkan berbagai
pertempuran melawan pasukan umayyah. Nama aslinya adalah Abdullah bin Muhammad
bin Ali bin Abdullah bin abbas.
5.
Abu jafar al-mansyur
Abu jafar al-mansyur adalah saudara
Abu abbas as-safah. Ia termasuk salah seorang pendiri daulah abbasiyah. Bersama
abu abbas dan Abu muslim al-khurasani, ia memimpin pasukan melakukan
pemberontakan terhadap penguasa bani umayyah hingga berhasil dibunuh dan
digulingkan kekuasaannya.
6.
Abu Muslim al-khurasani
Ia adalah pimpinan gerakan agama
dan politik di khurasan, Persia (Iran) yang paling berjasa kepada bani abbas
dalam usaha menumbangkan dinasti bani umayyah. Nama aslinya adalah Abdurrahman
bin Mualim, akrab dengan panggilan Abu muslim. Al-khurasani di misbahkan kepada
daerah khurasan.
C. Masa kejayaan dinasti abbasiyyah
Masa ini adalah masa keemasan atau
masa kejayaan umat islam sebagai pusat dunia dalam berbagai aspek peradaban.
Kemajuan itu hampir mencakup semua aspek kehidupan:
a.
Adminidtratif
dengan biro-bironya
b.
Sistem
organisasi militer
c.
Administrasi
wilayah pemerintahan
d.
Pertanian,
perdagangan dan industry
e.
Islamisasi
pemerintahan
f.
Kajian
dalam bidang kedokteran, astronomi, matematika, geografi, historiografi,
filsafat islam, teologi, hukum (fiqih), dan etika islam, sastra, seni, dan
penerjemahan.
g.
Peendidikan,
kesenian, arsitektur, meliputi pendidikan dasar (kutab), menengah dan perguruan
tinggi; perpustakaan dan took buku, media tulis, seni rupa, seni music dan
arsitek.
D. Dinasti-dinasti yang memerdekakan diri dari abbasiyyah.
-
Dinasti
rustamiyah
(144-296
hijriyah/761-908 masehi)
-
Dinasti
idrisiyah
(172-364
hijriyah/789-975 masehi)
-
Dinasti
aghlabiyah
(186-296
hijriyah/800-909 masehi)
-
Dinasti
thahiriyah
-
(205-259
H/821-873 M)
-
Dinasti
tuluniyah
(254-292
H/868-905 M)
-
Dinasti
ikhsyidiyah
(323-358
hijriyah/934-969 masehi)
-
Dinasti
samaniyah
(261-389
hijriyah/875-999 masehi)
-
Dinasti
shaffariyah
(254-295
hijriyah/868-908 masehi)
-
Dinasti
hamdaniyah
317-394
H/929-1003 M
-
Dinasti
gaznawiyah
(351-582
H/692-1187 M
-
Dinasti
qaramithah
(258-418
H/871-1027 M)
-
Dinasti
fathimiyah
(295-567
H/909-1171 M)
-
Dinasti
buwaihiyah
(334-447
H/945-1055 M)
-
Dinasti
saljuk
(429-701
H/1037-1302 M)
E.
Faktor
– faktor penyebab kemunduran dinasti abbasiyyah.
a.
Faktor
intern
1)
Kemewahan
hidup dikalangan penguasa
Perkembangan
peradaban dan kebudayaan serta kemajuan besar yang dicapai dinasti abbasiyyah
pada periode pertama telah mendorong para penguasa untuk hidup mewah, bahkan
cenderung mencolok. Setiap khalifah cenderung ingin lebih mewah daripada
pendahulunya. Kondisi ini memberi peluang kepada tentara profesional asal turki
untuk mengambil alih kendali pemerintahan.
2)
Perebutan
kekuasaan antara keluarga bani abbasiyyah
Perebutan
kekuasaan dimulai sejak masa Al-Ma’mun dengan Al-Amin. Ditambah dengan masuknya
unsur turki dan parsi. Setelah Al-Mutawakkil wafat, pergantian khalifah terjadi
secara tidak wajar. Dari kedua belas khalifah pada priode kedua dinasti
abbasiyyah, hanya empat orang khalifah yang wafat dengan wajar. Selebihnya para
khalifah itu wafat karena dibunuh atau diracun dan diturunkan secara paksa.
3)
Konflik
keagamaan
Sejak
terjadinya konflik antara muawiyah dan khalifah ali yang berakhir dengan
lahirnya tiga kelompok umat: pengikut muawiyah, syi’ah dan khawarij, ketiga
kelompok ini senantiasa berebut pengaruh. Yang senantiasa berpengaruh pada masa
kekhalifahan muawiyah maupun masa kekhalifahan abbasiyyah adalah kelompok sunni
dan kelompok syi’ah. Walaupun pada masa-masa tertentu antara kelompok sunni dan
syi’ah saling mendukung, misalnya pada masa pemerintahan buwaihi, antara kedua
kelompok tak pernah ada satu kesepakatan.
b.
Faktor
ekstern
1)
Banyaknya
pemberontakan
Banyak
daerah yang tidak dikuasai oleh khalifah, akibat kebijakan yang lebih
menekankan pada pembinaan peradaban dan kebudayaan islam, secara real,
daerah-daerah itu berada dibawah kekuasaan guberur-gubernur yang bersangkutan.
Akibatnya provinsi-provinsi tersebut banyak yang melepaskan diri dari genggaman
penguasa Bani Abbas.
2)
Dominasi
bangsa turki
Pada abad ke
Sembilan, kekuatan militer abbasiyyah mulai mengalami kemunduran. Sebagai
gantinya, para penguasa abbasiyah memperkerjakan orang-orang professional
dibidang kemiliteran, khususnya tentara turki, kemudian mengangkatnya menjadi
panglima-panglima. Pengangkatan anggota militer inilah, dalam perkembangan
selanjutnya yang mengancam kekuasaan khalifah.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dinasti
Abbasiyah adalah pengubah peradaban dunia Islam setelah Dinasti Ummawiyah.
Yakni selama lima abad, dari 750-1258 M. Dinasti ini pun berasal dari nama
keluarga Bani Hasyim, yang seketurunan dengan nabi Muhammad SAW. Pada zaman
abbasiyyah kekhalifahan (pemerintahan) berkembang sebagai sistem politik. Pola
pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik,
sosial, ekonomi dan budaya. Selama lima abad, pemerintahan ini pun ada 37
khalifah yang menjalankan amanah menjadi pemimpin muslimin.
Pemerintahan
Dinasti Abbasiyah dapat dibagi dalam dua periode. Periode I adalah masa antara
tahun 750-945 M, yaitu mulai pemerintahan Abu Abbas sampai al-Mustakfi. Periode
II adalah masa 945-1258 M, yaitu masa al-Mu’ti sampai al-Mu’tasim. Dalam
menjalankan pemerintahan, Khalifah Dinasti Bani Abbasiyah pada waktu itu
dibantu oleh wazir (perdana menteri) yang jabatannya disebut wizaraat.
Wizaraat ini dibagi menjadi 2 yaitu: pertama,
wizaraat tafwid (memliki otoritas penuh dan tak terbatas), periode Bani
Abbasiyah membawa peradaban keemasan Islam di penjuru dunia. Sedangkan pada
abad ke 10 M ini sistem kekhalifahan akhirnya menjadi terpecah menjadi tiga
bagian, yakni Bagdad, Afrika Utara, dan Spanyol. Di Mesir, Muhammad ikhsyid
berkuasa atas nama Bani Abbas.
Daftar
Pustaka
Supriyadi, Dedi. 2008. Sejarah peradaban islam.
Cv. Pustaka setia:Bandung
As’ad,
Mahrus. Dkk. 2009. Ayo mengenal sejarah
kebudayaan islam. Erlangga : Bandung
Al-‘lim.
Dar. 2011. Atlas sejarah islam. Puspa
swara: jakarta
https://www.slideshare.net/ (diunduh pada 31 juli 2018) pukul 10:14
0 comments:
Post a Comment
Monggo Komentarnya. . .