Tuesday, October 9, 2018

Makalah Metode Langsung

Gambar terkait

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Metode adalah cara, yang didalam merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan. Makin baik metode itu, makin efektif pula pencapaian tujuan.untuk menetapkan lebih dahulu apakah sebuah metode dapat disebut baik, diperlukan patokan yang bersumber dari beberapa faktor. Faktor utama yang menentukan adalah tujuan yang akan dicapai. Dengan memiliki pengertian secara umum mengenai sifat berbagai metode, baik seorang guru akan lebih mudah menetapkan metode manakah yang paling serasi untuk situasi dan kondisi pengajaran yang khusus.
Untuk memulai memberikan perhatian pada pendekatan pembelajaran itu adalah dengan berusaha menjelaskan istilah-istilah yang seringkali berkembang karena kemiripan dan dekatnya hubungan diantara masing-masing istilahberikut ini, yaitu.pendekatan, metode  dan teknik pembelajaran. Metode pembelajaran bahasa Arab telah mendapat mendapat perhatian dari para pakar pembelajaran bahasa dengan melakukan berbagai kajian dan penelitian untuk mengetahui efektitas dan kesuksesan berbagai metode pembelajaran.
Setelah kita membahas tentang hal-hal yang menjadi pertimbangan dalam memilih metode maka pembahasan kita kali ini adalah tentang metode-metode yang telah berkembang dalam pembelajaran bahasa Arab. Salah satunya adalah metode langsung (thariqoh mubasyaroh). Dengan adanya pembelajaran metode mubasyaroh ini kita bisa sedikit banyak memperoleh manfaat dan dapat menerapkannya pada pembelajaran bahasa Arab.[1]
B.     Rumusan Masalah
Berdasakan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan masalah yang sesuai adalah:
1.      Apa pengertian dari metode langsung (thoriqoh mubasyaroh)?
2.      Bagaimana latar belakang metode langsung?
3.      Apa konsep dasar dari metode langsung?
4.      Apa saja macam-macam metode langsung?
5.      Bagaimana mengaplikasikan metode langsung dalam pembelajaran Bahasa Arab di SD/MI?
6.      Apa saja kelebihan dan kekurangan metode langsung?
C.    Tujuan Makalah.
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan yang sesuai adalah:
1.      Untuk mengetahui pengertian dari metode langsung.
2.      Untuk mengetahui latar belakang metode langsung.
3.      Untuk mengetahui konsep dasar metode langsung.
4.      Untuk mengetahui macam-macam metode langsung.
5.      Untuk menjelaskan cara mengaplikasikan metode langsung dalam pembelajaran bahasa arab di SD/MI.
6.      Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan metode langsung.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Metode Langsung (At-Thariqah Al-Mubasyaroh)
Metode langsung (At-Thariqah Al-Mubasyaroh/Direct method) yaitu cara menyajikan materi pelajaran bahasa asing dimana guru langsung  menggunakan  bahasa asing tersebut sebagai bahasa pengantar, dan tanpa menggunakan bahasa anak didik sedikit pun dalam mengajar. Jika ada suatu kata-kata yang sulit dimengerti oleh anak didik, maka guru mengartikan dengan menggunakan alat peraga, mendemonstrasikan, menggambarkan dan lain-lain.
Metode ini berpijak dari pemahaman bahwa pengajaran bahasa asing tidak sama halnya dengan mengajar ilmu pasti alam. Jika mengajar ilmu pasti, siswa dituntut agar dapat menghafal rumus-rumus tertentu, berpikir dan mengingat, maka dalam pengajaran bahasa, siswa/anak didik dilatih praktek langsung mengucapkan kata-kata atau kalimat tertentu. Sekalipun kata-kata atau kalimat tersebut masih asing dan tidak dipahami anak didik, namun sedikit demi sedikit kata-kata dan kalimat itu akan dapat diucapkan dan dapat pula mengartikannya.
Menurut J. C. Richards seperti dikutip Anton D. Pratomo bahwa metode langsung yang sering disebut sebagai direct method sebenarnya lahir dari metode alamiah (natural method) yitu suatu pembelajaran bahasa yang dialami anak-anak kecil ketika memulai belajar berbahasa. Artinya bahwa bahasa adalah sesuatu yang hidup, oleh karena itu harus dikomunikasikan dan dilatih terus sebagaimana anak kecil belajar bahasa. Metode langsung diarahkan kepada keberhasilan pada bahasa target dengan mengenal kosakata dan kalimat-kalimat sehari-hari, menggunakan komukasi lisan dan tata bahasa diajarkan secara induktif. Hal-hal baru diperkenalkan secara lisan dengan melalui peragaan, barang-barang, dan gambar-gambar. Sedangkan kosakata yang bersifat abstrak diperkenalkan melalui asosiasi ide. Berbicara dan mengdengarkan diajarkan sekaligus dengan menekankan pada ketepatan ucapan dan tata bahasa.[2]
Pada prinsipnya metode langsung (direct method) ini sangat utama dalam mengajar bahasa asing, karena melalui metode ini siswa dapat langsung melatih kemahiran lidah tanpa menggunakan bahasa ibu (bahasa lingkungannya). Meskipun pada mulanya terlihat sulit anak didik untuk menirukannya, tapi adalah menarik bagi anak didik.[3]
metode langsung ini bertujuan agar para siswa bisa mempelajari bagaimana caranya berkomunikasi dalam bahasa sasaran . Untuk bisa melakukan hal tersebut degan sukes, penting bagi para siswa untuk belajar berpikir dalam bahasa sasaran.[4]
B.     Latar Belakang Metode Langsung[5]
Metode langsung (At-Thariqah Al-Mubasyaroh/ Direct Method) dikembangkan oleh Carles Berlitz, seorang ahli dalam pengajaran bahasa, di Jerman menjelang abad ke-19. Faktor kemunculannya dengan adanya penolakan atau ketidakpuasan terhadap metode tata bahasa dan terjemah. Pada saat itu memang metode tata bahasa dan terjemah merupakan metode pengajaran bahasa kedua dan asing yang populer. Akan tetapi, di tengah kepopulerannya muncul ketidakpuasan dari banyak kalangan, sehingga muncullah kritikan bahkan penolakan terhadap metode ini. Secara lebih rinci faktor-faktor itu antara lain:
1.      Pada saat penduduk eropa semakin bertambah, tingkat komunikasi mereka semakin kompleks. Hal ini mengakibatkan kebutuhan mereka untuk menguasai satu bahasa sebagai lingua franca secara aktif san prodiktif semakin mendesak. Buku-buku sumber yang ditemukan pada masa itu kurang memuaskan mereka, karena pada umumnya tidak mengajarkan penggunaan bahasa tujuan secara praktis dan efektif, melainkan berbicara tentang bahasa tujuan.
2.      Di beberapa negara Eropa masa itu, pendektan-pendekatan baru dalam pengajaran bahasa tujuan yang dicetuskan oleh para ahli pengajaran secara terpisah-pisah memberikan ide kepada para guru bahasa tujuan untuk mengangkat metode lain yang dipandang lebih baik untuk mengajarkan bahasa tujuan. Hal ini membuka jalan mereka untuk memunculkan metode langsung.
Meskipun metode langsung merupakan reaksi kuat terhadap metode tata bahasa dan terjemah, namun orang-orang telah lebih dulu menggunakannya dalam pengajaran bahasa asing.
C.    Konsep Dasar Metode Langsung.
Metode langsung berasumsi bahwa belajar bahasa asing sama dengan belajar bahasa ibu, yakni penggunaan bahasa secara langsung dan intensif dalam komunikasi (Nababan, 1993: 15). Menurut metode ini, para pelajar belajar bahasa asing dengan cara menyimak dan berbicara, sedangkan membaca dan mengarang dapat dikembangkan kemudian, sebab inti bahasa adalah menyimak dan berbicara. Oleh karena itu mereka harus dibiasakan berpikir dengan bahasa asing. Unsur tata bahasa dalam metode ini tidak terlalu diperhatikan (Ba’labaki, 1990: 151), sebab tekanan intinya adalah bagaimana agar pelajar pandai menggunakan bahasa asing yang dipelajari, bukan pandai tentang bahasa asing yang dipelajari. Tata bahasa hanya diberikan melalui situasi (kontekstual) dan dilakukan secara lisan, bukan dengan cara menghafalkan kaidah-kaidah.
Metode langsung memiliki tujuan agar para pelajar mampu berkomunikasi dengan bahasa asing yang dipelajarinya seperti pemilik bahasa ini. untuk mencapai kemampuan ini para pelajar diberi banyak latihan secara intensif. Latihan-latihan ini diberikan dengan asosiasi lansung antara kata-kata/ kalimat-kalimat dengan maknanya, melalui demonstrasi/ peragaan, gerakan, mimik muka,  dan sebagainya (Al-Khuulii, 1982: 22).
Dari konsep metode langsung di atas, dapat dikemukakan bahwa karakteristik metode langsung adalah:[6]
a.       Berbahasa adalah berbicara, maka berbicara adalah aspek yang harus diprioritaskan. Jika ada materi dalam bentuk bacaan, maka bacaan itu pertama kali disajikan secara lisan.
b.      Sejak dini pelajar dibiasakan berpikir dalam bahasa-bahasa asing yang dipelajari, cara ini dilakukan agar pelajar pandai menggunakan bahasa secara otomatis layaknya bahasa ibu.
c.       Bahasa ibu dan bahasa kedua atau terjemahan ke dalam dua bahasa tersebut tidak digunakan.
d.      Tidak begitu memperhatikan tata bahasa, kalupun ada hanya diberikan mengulang-ulang contoh kalimat secara lisan, bukan dengan menjelaskan definisi atau menghafalkannya.
e.       Ada asosiasi langsung antara kata-kata/ kalimat-kalimat dengan makna yang dimaksud melalui peragaan/ demonstrasi, gerkan, mimik muka, gambar, bahkan alam nyata. Atas dasar ini proses belajar dapat dilakukan baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
f.       Untuk memantapkan pelajar dalam menguasai bahasa asing yang dipelajari, pengajar memberikan latihan berulang-ulang dengan contoh dan hafalan.
Metode langsung menyamakan antara belajar bahasa asing dengan belajar bahasa ibu, maka proses perolehannya dianggap sama. Pandangan tersebutidak sepenuhnya benar, sebaba psikologi belajar bahasa ibu tidak sama dengan psikologi belajar kedua dan bahasa asing. Dalam pemerolehan bahasa ibu, seorang anak tidak ada pilihan lain, dan ia merasa ada kebutuhan untuk berkomunikasi lisan dengan orang lain disekeklilingnya, kebutuhan ini dipenuhi dengan menguasai bahasa ibu secepat mungkin. Sedangkan dalam pemerolehan bahasa kedua dan bahasa asing, seorang pelajar tidak merasakan adanya kebutuhan yang mendesak, dan ia mengetahui masih ada pilihan lain yakni menggunakan bahasa ibu.
Teori tabula rasa yang dikeluarkan oleh John Locke seperti dilaporkan oleh Bigge (1971) memandang bahwa pada saat seorang anak lahir, seperti kertas putih yang belum digunakan, maka “jiwanya, otaknya kosong”, lalu lingkunngan yang “mengisi jiwanya/ otaknya”. Dari pengaruh lingkungan inilah memiliki ide-ide yang diserap anak itu melalui indranya. Jadi, dapat diartikan bahwa anak yang sudah menguasai ibu sudah tidak “kosong” lagi jiwa atau otakanya. Karena itu pemerolehan bahasa kedua/asing tidak akan dikuasai semudah bahasa ibunya.
Penekanan metode langsung adalah kepandaian berbicara. Ini mengandung arti bahwa para pencetus metode langsung ingin menekankan perubahan yang radikal dari metode tata bahasa dan terjemah ke metode langsung ini. perubahan secepat ini bukan hal yang mudah, perlu waktu untuk adaptasi. Al-Khuulii (1982:23) melaporkan, banyak ahli bahasa memberikan kritik terhadap metode langsung, antara lain:[7]
a.       Menyamakan perhatian terhadap penguasaan bahasa ibu dengan penguasaan bahasa asing tidak tepat, sebab ada hal-hal yang tidak bisa disamakan.
b.      Karena karakteristik pemerolehan belajar bahasa ibu dengan bahasa asing tidak sama, maka menggunakan metode langsung dalam pengajaran bahasa asing justru akan menghabiskan banyak waktu dan tenaga.
c.       Kurang perhatian terhadap aspek tata bahasa mengakibatkan kehilangan perhatian terhadap unsur inti bahasa, yakni kalimat (jumlah) yang harus disusun berdasarkan tata bahasa.
D.    Macam-Macam Metode Langsung
Ada tiga metode yang  merupakan bagian berkesinambungan dalam metode langsung. Menurut Al-Naaqoh (2010) ketiga metode itu adalah metode psikologi (al-thariiqah al-siikuuluujiyyah/ psychological methd), fonetik (al-thariiqah al-shautiyyah/ phonetic method), dan alamiah (al-thariiqah al-thabii’iyyah/ natural method). Ketiganya memiliki titik tekan dalam penggunaan bahasa asing yang dipelajari secara langsung dalam proses belajar mengajar.[8]
a.       Metode psikologi (al-thariiqah al-siikuuluujiyyah/ psychological methd)
Disebut metode psikologi karena proses pembelajarannya di dasarkan atas pengamatan perkembangan mental dan asosiasi pikiran.
Ciri-ciri metode psikologi:
1.      Penggunaan benda, diagram, gambar, dan chart untuk menciptakan gambaran mental dan menghubungkannya dengan kata yang diucapkan.
2.      Kosa kata dikelompokkan dalam ungkapan-ungkapan pendek yang berhubungan dengan suatu masalah yang masih satu pelajaran. Beberapa pelajaran dikumpulkan dalam satu bab, sedangan kumpulan beberapa bab membentuk satu seri.
3.      Pelajaran mula-mula diberikan secara lisan, kemudin diberikan bagian demi bagian berdasarkan materi dari buku.
4.      Jika sangat diperlukan, bahasa pelajar dapat digunakan.
5.      Pelajaran mengarang baru diperkenalkan setelah diberikan beberapa pelajaran terlebih dahulu.
b.      Metode fonetik (al-thariiqah al-shautiyyah/ phonetic method)
Metode ini dikenal dengan metode ucapan (al-thariiqah al-nuthqiyyah/ oral method). Disebut metode fonetik karena materi pelajaran ditulis dalam notasi fonetik, bukan ejaan seperti yang lazim digunakan. Dalam prakteknya metode ini mengawali proses pembelajaran dengan latihan pendengaran terhadap bunyi. Dilanjutkan dengan latihan pengucapan kata, lalu kalimat pendek, dan akhirnya kalimat yang lebih panjang. Selanjutnya kalimat-kalimat tersebut dirangkaikan menjadi percakapan dan cerita. Gramatika diajarkan secara induktif, sedangkan mengarang terdiri atas penampilan kembali tentang apa yang didengar dan dibaca.
c.       Metode alamiah (al-thariiqah al-thabii’iyyah/ natural method)
Disebut juga metode kebiasaan (al-thariiqah al-‘aadiyyah/ customary method). Metode ini merupakan kelanjutan metode fonetik. Disebut alamiah karena belajar bahasa asing disamakan dengan bahasa ibu. Belajar bahasa ibu biasanya berdasarkan kepada perilaku atau kebiasaan sehari-hari yang berlangsung secara alamiah. Di dalam prakteknya ada beberapa hal yang membedakannya dengan metode lain, antara lain:
1.      Mendasarkan teori pada kebiasaan anak-anak dalam mempelajari bahasa ibunya.
2.      Langkah pertama pengajaran adalah bunyi (tanpa buku), dilanjutkan oleh pengenalan kata dan kalimat secara lisan yang dilengkapi oleh pengenalan benda atau gambar.
3.      Kata dan istilah baru diajarkan melalui kata-kata yang telah dikenal sebelumnya.
4.      Gramatika digunakan untuk membetulkan kesalahan-kesalahan.
5.      Penggunaan kamus untuk membantu mengikat kata-kata yang sudah dilupakan.
E.     Cara Mengaplikasikan Metode Langsung dalam Pembelajaran Bahasa Arab di SD/MI
Untuk mengaplikasikan metode langsung dalam pengajaran bahasa asing, dalam hal ini Bahasa Arab, kita perlu melihat konsep dasar metode ini sebagaimana dijelaskan diatas . Secara umum langkah yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:[9]
1.      Pendahuluan, membuat berbagai hal yang berkaitan dengan materi yang akan disajikan baik berupa appersepsi, atau tes awal tentang materi, atau yang lain.
2.      Guru memberikan materi berupa dialog-dialog pendek yang rileks, dengan bahasa yang biasanya digunakan sehari-hari secara berulang-ulang. Materi ini mula-mula disajikan secara lisan dengan gerakan-gerakan, isyarat-isyarat,drmatis-dramatis, atau gambar-gambar.
3.      Pelajar diarahkan untuk disiplin menyimak dialog-dialog tersebut, lalu menirukan dialog-dialog yang sajikan sampai lancar.
4.      Para pelajar dibimbing menerapkan dialog-dialog itu dengan teman-temannya secara bergiliran. Pelajar yang sudah maju diberi kesempatan untuk mengadakan dialog lain yang dianalogikan dengan contoh yang diberikan oleh guru.
5.      Struktur/ tata bahasa diberikan bukan dengan menganalisa nahwu, melainkan dengan memberikan contoh-contoh secara lisan yang sedapat mungkin menarik perhatian pelajar untuk mengambil kesimpulan-kesimpulan sendiri.
6.      Sebagai penutup, jika diperlukan, evaluasi akhir berupa pertanyaan-pertayaan dialog yang harus dijawab oleh pelajar sebagaiman pola-pola dialog di atas.
F.     Kelebihan dan Kekurangan Metode Langsung
Metode langsung merupakan protes terhadap metode tata bahasa dan terjemah. Dilihat dari sisi ini metode langsung sedikit lebih maju disbanding metode sebelumnya. Walau demikian tetap saja metode langsung memiliki kelemahan, terutama jika dilihat dari konsep dasar dan kitikan para ahli yang ditujukan kepadanya.
Diantaranya aspek kelebihannya adalah[10]:
1.      Dengan kedisplinan mendengarkan dan menggunakan pola-pola dialog secara teratur para pelajar bisa terampil dalam menyimak dan berbicara, sebab prioritas utamanya memang menyimak dan berbicara.
2.      Dengan banyaknya peragaan/ demonstrasi, gerakan, penggunaan gambar, bahkan belajar di alam nyata para pelajar bisa mengetahui banyak kosa kata.
3.      Dengan banyak latihan pengucapan secara ketat dalam bimbingan guru para pelajar bisa memiliki lafal yang relative lebih mendekati penutur asli.
4.      Para pelajar mendapat banyak latihan dalam bercakap-cakap, khususnya mengenai topic-topik yang sudah dilatih dalam kelas. Hal ini dapat membantu mereka dalam menganalogkan pola-pola percakapan dalam topik-topik lain.
Diantara aspek kekurangannya adalah:[11]
1.      Metode ini memilki prinsip-prinsip yang mungkin dapat diterima oleh sekolah-sekolah yang jumlah pelajarnya tidak banyak.  Maka dimungkinkan akan dapat kesulitan jika diterapkan disekolah-sekolah yang jumlah pelajarnya banyak.
2.      Metode ini menuntut para guru yang mempunyai kelancaran berbicara seperti penutur asli.
3.      Metode ini mengandalkan kemahiran guru dalam menyajikan materi, bukan buku-buku teks yang baik.
4.      Metode ini menghindari penggunaan bahasa ibu dan bahasa kedua atau terjemah. Hali ini justru bisa menghambat kemajuan belajar, sebab banyak waktu dan tenaga terbuang dalam menerangkan kata yang abstrak (tak bisa diragakan atau digambarkan) atau konsep tertentu dalam bahasa asing. Padahal jika diterjemahkan akan memakan waktu sebentar saja.
5.      Melihat poin nomor 4 diatas, kesalahan penafsiran makna dalam bahasa asing yang dipelajari bisa terjadi. Sementara itu kesalahan yang keluar dari guru akan sulit diketahui dibandingkan dengan kesalahan yang keluar dari pelajar, sebab jika pelajar melakukan kesalahan dalam pola-pola tertentu maka dapat dideteksi segera.



BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Metode langsung yang disebut juga al-thariqoh al-mubasyaroh/ direct method yaitu suatu cara menyajikan materi bahasa asing di mana bahasa Arab sebagai bahasa pengatar bagi guru tanpa menggunakan bahasa anak didik sedikit pun dalam mengajar dengan menekankan pada aspek penuturan yang benar. Sehingga jika ada suatu kata yang sulit dimengerti oleh anak didik maka guru mengartikan dengan menggunakan alat peraga, mendemonstrasikan atau menggambarkan.
Metode langsung ini muncul pada abad ke 19 dan berkembang pada abad ke 20. Karena metode ini mempunyai pemikiran baru sehingga berlawanan dengan metode tata bahasa dan terjemah yang digunakan oleh para pemula dalam belajar bahasa. Metode langsung dikembangkan oleh Carles Berlitz, seorang ahli dalam pengajaran, di jerman.
Metode langsung ini memiliki beberapa macam bentuk metode yang berkesinambungan, di antaranya yaitu: metode psikologi (al-thariiqah al-siikuuluujiyyah/ psychological methd), fonetik (al-thariiqah al-shautiyyah/ phonetic method), dan alamiah (al-thariiqah al-thabii’iyyah/ natural method).
Metode langsung tidak menafikan adanya kelebihan dan kekurangannya dalam penerapannya, karena semua metode saling melengkapi dalam merealisasikan tujuan pembelajaran yang ditempuh dengan sistem pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.



DAFTAR PUSTAKA
Hermawan, Acep. 2011. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: Remaja Rosdakarya.




[2] Anwar Abd. Rahman:” Penerapan metode langsung dalam pembelajaran bahasa arab”. Jurnal Diwan Vol. 3 Nomer 1, 2007, 50.
[5] Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2011, hlm. 176
[6] Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2011, hlm. 177.
[7] Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2011, hlm. 178
[8] Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2011, hlm. 179-180.
[9] Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2011, hlm. 181.
[10] Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2011, hlm. 183.
[11] Ibid.

0 comments:

Post a Comment

Monggo Komentarnya. . .