BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Metode adalah
cara, yang didalam merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan. Makin baik
metode itu, makin efektif pula pencapaian tujuan.untuk menetapkan lebih dahulu
apakah sebuah metode dapat disebut baik, diperlukan patokan yang bersumber dari
beberapa faktor. Faktor utama yang menentukan adalah tujuan yang akan dicapai.
Dengan memiliki pengertian secara umum mengenai sifat berbagai metode, baik
seorang guru akan lebih mudah menetapkan metode manakah yang paling serasi
untuk situasi dan kondisi pengajaran yang khusus.
Untuk memulai
memberikan perhatian pada pendekatan pembelajaran itu adalah dengan berusaha
menjelaskan istilah-istilah yang seringkali berkembang karena kemiripan dan
dekatnya hubungan diantara masing-masing istilahberikut ini, yaitu.pendekatan,
metode dan teknik pembelajaran. Metode
pembelajaran bahasa Arab telah mendapat mendapat perhatian dari para pakar
pembelajaran bahasa dengan melakukan berbagai kajian dan penelitian untuk
mengetahui efektitas dan kesuksesan berbagai metode pembelajaran.
Setelah kita
membahas tentang hal-hal yang menjadi pertimbangan dalam memilih metode maka
pembahasan kita kali ini adalah tentang metode-metode yang telah berkembang
dalam pembelajaran bahasa Arab. Salah satunya adalah metode langsung (thariqoh
mubasyaroh). Dengan adanya pembelajaran metode mubasyaroh ini kita bisa
sedikit banyak memperoleh manfaat dan dapat menerapkannya pada pembelajaran
bahasa Arab.[1]
B.
Rumusan
Masalah
Berdasakan
latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan masalah yang sesuai
adalah:
1.
Apa
pengertian dari metode langsung (thoriqoh mubasyaroh)?
2.
Bagaimana
latar belakang metode langsung?
3.
Apa
konsep dasar dari metode langsung?
4.
Apa
saja macam-macam metode langsung?
5.
Bagaimana
mengaplikasikan metode langsung dalam pembelajaran Bahasa Arab di SD/MI?
6.
Apa
saja kelebihan dan kekurangan metode langsung?
C.
Tujuan
Makalah.
Berdasarkan
rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan yang sesuai adalah:
1.
Untuk
mengetahui pengertian dari metode langsung.
2.
Untuk
mengetahui latar belakang metode langsung.
3.
Untuk
mengetahui konsep dasar metode langsung.
4.
Untuk
mengetahui macam-macam metode langsung.
5.
Untuk
menjelaskan cara mengaplikasikan metode langsung dalam pembelajaran bahasa arab
di SD/MI.
6.
Untuk
mengetahui kelebihan dan kekurangan metode langsung.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Metode Langsung (At-Thariqah Al-Mubasyaroh)
Metode langsung
(At-Thariqah Al-Mubasyaroh/Direct method) yaitu cara menyajikan materi
pelajaran bahasa asing dimana guru langsung
menggunakan bahasa asing tersebut
sebagai bahasa pengantar, dan tanpa menggunakan bahasa anak didik sedikit pun
dalam mengajar. Jika ada suatu kata-kata yang sulit dimengerti oleh anak didik,
maka guru mengartikan dengan menggunakan alat peraga, mendemonstrasikan,
menggambarkan dan lain-lain.
Metode ini
berpijak dari pemahaman bahwa pengajaran bahasa asing tidak sama halnya dengan
mengajar ilmu pasti alam. Jika mengajar ilmu pasti, siswa dituntut agar dapat
menghafal rumus-rumus tertentu, berpikir dan mengingat, maka dalam pengajaran
bahasa, siswa/anak didik dilatih praktek langsung mengucapkan kata-kata atau
kalimat tertentu. Sekalipun kata-kata atau kalimat tersebut masih asing dan
tidak dipahami anak didik, namun sedikit demi sedikit kata-kata dan kalimat itu
akan dapat diucapkan dan dapat pula mengartikannya.
Menurut J. C.
Richards seperti dikutip Anton D. Pratomo bahwa metode langsung yang sering
disebut sebagai direct method sebenarnya lahir dari metode alamiah (natural
method) yitu suatu pembelajaran bahasa yang dialami anak-anak kecil ketika
memulai belajar berbahasa. Artinya bahwa bahasa adalah sesuatu yang hidup, oleh
karena itu harus dikomunikasikan dan dilatih terus sebagaimana anak kecil
belajar bahasa. Metode langsung diarahkan kepada keberhasilan pada bahasa
target dengan mengenal kosakata dan kalimat-kalimat sehari-hari, menggunakan
komukasi lisan dan tata bahasa diajarkan secara induktif. Hal-hal baru
diperkenalkan secara lisan dengan melalui peragaan, barang-barang, dan
gambar-gambar. Sedangkan kosakata yang bersifat abstrak diperkenalkan melalui
asosiasi ide. Berbicara dan mengdengarkan diajarkan sekaligus dengan menekankan
pada ketepatan ucapan dan tata bahasa.[2]
Pada prinsipnya
metode langsung (direct method) ini sangat utama dalam mengajar bahasa asing,
karena melalui metode ini siswa dapat langsung melatih kemahiran lidah tanpa
menggunakan bahasa ibu (bahasa lingkungannya). Meskipun pada mulanya terlihat
sulit anak didik untuk menirukannya, tapi adalah menarik bagi anak didik.[3]
metode langsung
ini bertujuan agar para siswa bisa mempelajari bagaimana caranya berkomunikasi
dalam bahasa sasaran . Untuk bisa melakukan hal tersebut degan sukes, penting
bagi para siswa untuk belajar berpikir dalam bahasa sasaran.[4]
B.
Latar
Belakang Metode Langsung[5]
Metode langsung
(At-Thariqah Al-Mubasyaroh/ Direct Method) dikembangkan oleh Carles Berlitz,
seorang ahli dalam pengajaran bahasa, di Jerman menjelang abad ke-19. Faktor
kemunculannya dengan adanya penolakan atau ketidakpuasan terhadap metode tata
bahasa dan terjemah. Pada saat itu memang metode tata bahasa dan terjemah
merupakan metode pengajaran bahasa kedua dan asing yang populer. Akan tetapi,
di tengah kepopulerannya muncul ketidakpuasan dari banyak kalangan, sehingga
muncullah kritikan bahkan penolakan terhadap metode ini. Secara lebih rinci
faktor-faktor itu antara lain:
1.
Pada
saat penduduk eropa semakin bertambah, tingkat komunikasi mereka semakin
kompleks. Hal ini mengakibatkan kebutuhan mereka untuk menguasai satu bahasa
sebagai lingua franca secara aktif san prodiktif semakin mendesak.
Buku-buku sumber yang ditemukan pada masa itu kurang memuaskan mereka, karena
pada umumnya tidak mengajarkan penggunaan bahasa tujuan secara praktis dan
efektif, melainkan berbicara tentang bahasa tujuan.
2.
Di
beberapa negara Eropa masa itu, pendektan-pendekatan baru dalam pengajaran
bahasa tujuan yang dicetuskan oleh para ahli pengajaran secara terpisah-pisah
memberikan ide kepada para guru bahasa tujuan untuk mengangkat metode lain yang
dipandang lebih baik untuk mengajarkan bahasa tujuan. Hal ini membuka jalan
mereka untuk memunculkan metode langsung.
Meskipun metode
langsung merupakan reaksi kuat terhadap metode tata bahasa dan terjemah, namun
orang-orang telah lebih dulu menggunakannya dalam pengajaran bahasa asing.
C.
Konsep
Dasar Metode Langsung.
Metode langsung
berasumsi bahwa belajar bahasa asing sama dengan belajar bahasa ibu, yakni
penggunaan bahasa secara langsung dan intensif dalam komunikasi (Nababan, 1993:
15). Menurut metode ini, para pelajar belajar bahasa asing dengan cara menyimak
dan berbicara, sedangkan membaca dan mengarang dapat dikembangkan kemudian,
sebab inti bahasa adalah menyimak dan berbicara. Oleh karena itu mereka harus
dibiasakan berpikir dengan bahasa asing. Unsur tata bahasa dalam metode ini
tidak terlalu diperhatikan (Ba’labaki, 1990: 151), sebab tekanan intinya adalah
bagaimana agar pelajar pandai menggunakan bahasa asing yang dipelajari, bukan
pandai tentang bahasa asing yang dipelajari. Tata bahasa hanya diberikan
melalui situasi (kontekstual) dan dilakukan secara lisan, bukan dengan cara
menghafalkan kaidah-kaidah.
Metode langsung
memiliki tujuan agar para pelajar mampu berkomunikasi dengan bahasa asing yang
dipelajarinya seperti pemilik bahasa ini. untuk mencapai kemampuan ini para
pelajar diberi banyak latihan secara intensif. Latihan-latihan ini diberikan
dengan asosiasi lansung antara kata-kata/ kalimat-kalimat dengan maknanya,
melalui demonstrasi/ peragaan, gerakan, mimik muka, dan sebagainya (Al-Khuulii, 1982: 22).
Dari konsep
metode langsung di atas, dapat dikemukakan bahwa karakteristik metode langsung
adalah:[6]
a.
Berbahasa
adalah berbicara, maka berbicara adalah aspek yang harus diprioritaskan. Jika
ada materi dalam bentuk bacaan, maka bacaan itu pertama kali disajikan secara
lisan.
b.
Sejak
dini pelajar dibiasakan berpikir dalam bahasa-bahasa asing yang dipelajari,
cara ini dilakukan agar pelajar pandai menggunakan bahasa secara otomatis
layaknya bahasa ibu.
c.
Bahasa
ibu dan bahasa kedua atau terjemahan ke dalam dua bahasa tersebut tidak
digunakan.
d.
Tidak
begitu memperhatikan tata bahasa, kalupun ada hanya diberikan mengulang-ulang
contoh kalimat secara lisan, bukan dengan menjelaskan definisi atau
menghafalkannya.
e.
Ada
asosiasi langsung antara kata-kata/ kalimat-kalimat dengan makna yang dimaksud
melalui peragaan/ demonstrasi, gerkan, mimik muka, gambar, bahkan alam nyata.
Atas dasar ini proses belajar dapat dilakukan baik di dalam kelas maupun di
luar kelas.
f.
Untuk
memantapkan pelajar dalam menguasai bahasa asing yang dipelajari, pengajar
memberikan latihan berulang-ulang dengan contoh dan hafalan.
Metode langsung
menyamakan antara belajar bahasa asing dengan belajar bahasa ibu, maka proses
perolehannya dianggap sama. Pandangan tersebutidak sepenuhnya benar, sebaba
psikologi belajar bahasa ibu tidak sama dengan psikologi belajar kedua dan
bahasa asing. Dalam pemerolehan bahasa ibu, seorang anak tidak ada pilihan
lain, dan ia merasa ada kebutuhan untuk berkomunikasi lisan dengan orang lain
disekeklilingnya, kebutuhan ini dipenuhi dengan menguasai bahasa ibu secepat
mungkin. Sedangkan dalam pemerolehan bahasa kedua dan bahasa asing, seorang
pelajar tidak merasakan adanya kebutuhan yang mendesak, dan ia mengetahui masih
ada pilihan lain yakni menggunakan bahasa ibu.
Teori tabula
rasa yang dikeluarkan oleh John Locke seperti dilaporkan oleh Bigge (1971)
memandang bahwa pada saat seorang anak lahir, seperti kertas putih yang belum
digunakan, maka “jiwanya, otaknya kosong”, lalu lingkunngan yang “mengisi
jiwanya/ otaknya”. Dari pengaruh lingkungan inilah memiliki ide-ide yang
diserap anak itu melalui indranya. Jadi, dapat diartikan bahwa anak yang sudah
menguasai ibu sudah tidak “kosong” lagi jiwa atau otakanya. Karena itu
pemerolehan bahasa kedua/asing tidak akan dikuasai semudah bahasa ibunya.
Penekanan
metode langsung adalah kepandaian berbicara. Ini mengandung arti bahwa para
pencetus metode langsung ingin menekankan perubahan yang radikal dari metode
tata bahasa dan terjemah ke metode langsung ini. perubahan secepat ini bukan
hal yang mudah, perlu waktu untuk adaptasi. Al-Khuulii (1982:23) melaporkan,
banyak ahli bahasa memberikan kritik terhadap metode langsung, antara lain:[7]
a.
Menyamakan
perhatian terhadap penguasaan bahasa ibu dengan penguasaan bahasa asing tidak
tepat, sebab ada hal-hal yang tidak bisa disamakan.
b.
Karena
karakteristik pemerolehan belajar bahasa ibu dengan bahasa asing tidak sama,
maka menggunakan metode langsung dalam pengajaran bahasa asing justru akan
menghabiskan banyak waktu dan tenaga.
c.
Kurang
perhatian terhadap aspek tata bahasa mengakibatkan kehilangan perhatian
terhadap unsur inti bahasa, yakni kalimat (jumlah) yang harus disusun
berdasarkan tata bahasa.
D.
Macam-Macam
Metode Langsung
Ada tiga metode
yang merupakan bagian berkesinambungan
dalam metode langsung. Menurut Al-Naaqoh (2010) ketiga metode itu adalah metode
psikologi (al-thariiqah al-siikuuluujiyyah/ psychological methd),
fonetik (al-thariiqah al-shautiyyah/ phonetic method), dan alamiah (al-thariiqah
al-thabii’iyyah/ natural method). Ketiganya memiliki titik tekan dalam
penggunaan bahasa asing yang dipelajari secara langsung dalam proses belajar
mengajar.[8]
a.
Metode
psikologi (al-thariiqah al-siikuuluujiyyah/ psychological methd)
Disebut metode psikologi karena proses pembelajarannya di dasarkan
atas pengamatan perkembangan mental dan asosiasi pikiran.
Ciri-ciri metode psikologi:
1.
Penggunaan
benda, diagram, gambar, dan chart untuk menciptakan gambaran mental dan
menghubungkannya dengan kata yang diucapkan.
2.
Kosa
kata dikelompokkan dalam ungkapan-ungkapan pendek yang berhubungan dengan suatu
masalah yang masih satu pelajaran. Beberapa pelajaran dikumpulkan dalam satu
bab, sedangan kumpulan beberapa bab membentuk satu seri.
3.
Pelajaran
mula-mula diberikan secara lisan, kemudin diberikan bagian demi bagian berdasarkan
materi dari buku.
4.
Jika
sangat diperlukan, bahasa pelajar dapat digunakan.
5.
Pelajaran
mengarang baru diperkenalkan setelah diberikan beberapa pelajaran terlebih
dahulu.
b.
Metode
fonetik (al-thariiqah al-shautiyyah/ phonetic method)
Metode ini dikenal dengan metode ucapan (al-thariiqah
al-nuthqiyyah/ oral method). Disebut metode fonetik karena materi pelajaran
ditulis dalam notasi fonetik, bukan ejaan seperti yang lazim digunakan. Dalam
prakteknya metode ini mengawali proses pembelajaran dengan latihan pendengaran
terhadap bunyi. Dilanjutkan dengan latihan pengucapan kata, lalu kalimat
pendek, dan akhirnya kalimat yang lebih panjang. Selanjutnya kalimat-kalimat
tersebut dirangkaikan menjadi percakapan dan cerita. Gramatika diajarkan secara
induktif, sedangkan mengarang terdiri atas penampilan kembali tentang apa yang
didengar dan dibaca.
c.
Metode
alamiah (al-thariiqah al-thabii’iyyah/ natural method)
Disebut juga metode kebiasaan (al-thariiqah al-‘aadiyyah/ customary
method). Metode ini merupakan kelanjutan metode fonetik. Disebut alamiah karena
belajar bahasa asing disamakan dengan bahasa ibu. Belajar bahasa ibu biasanya
berdasarkan kepada perilaku atau kebiasaan sehari-hari yang berlangsung secara
alamiah. Di dalam prakteknya ada beberapa hal yang membedakannya dengan metode
lain, antara lain:
1.
Mendasarkan
teori pada kebiasaan anak-anak dalam mempelajari bahasa ibunya.
2.
Langkah
pertama pengajaran adalah bunyi (tanpa buku), dilanjutkan oleh pengenalan kata
dan kalimat secara lisan yang dilengkapi oleh pengenalan benda atau gambar.
3.
Kata
dan istilah baru diajarkan melalui kata-kata yang telah dikenal sebelumnya.
4.
Gramatika
digunakan untuk membetulkan kesalahan-kesalahan.
5.
Penggunaan
kamus untuk membantu mengikat kata-kata yang sudah dilupakan.
E.
Cara
Mengaplikasikan Metode Langsung dalam Pembelajaran Bahasa Arab di SD/MI
Untuk
mengaplikasikan metode langsung dalam pengajaran bahasa asing, dalam hal ini
Bahasa Arab, kita perlu melihat konsep dasar metode ini sebagaimana dijelaskan
diatas . Secara umum langkah yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:[9]
1.
Pendahuluan,
membuat berbagai hal yang berkaitan dengan materi yang akan disajikan baik
berupa appersepsi, atau tes awal tentang materi, atau yang lain.
2.
Guru
memberikan materi berupa dialog-dialog pendek yang rileks, dengan bahasa yang
biasanya digunakan sehari-hari secara berulang-ulang. Materi ini mula-mula
disajikan secara lisan dengan gerakan-gerakan,
isyarat-isyarat,drmatis-dramatis, atau gambar-gambar.
3.
Pelajar
diarahkan untuk disiplin menyimak dialog-dialog tersebut, lalu menirukan
dialog-dialog yang sajikan sampai lancar.
4.
Para
pelajar dibimbing menerapkan dialog-dialog itu dengan teman-temannya secara
bergiliran. Pelajar yang sudah maju diberi kesempatan untuk mengadakan dialog
lain yang dianalogikan dengan contoh yang diberikan oleh guru.
5.
Struktur/
tata bahasa diberikan bukan dengan menganalisa nahwu, melainkan dengan
memberikan contoh-contoh secara lisan yang sedapat mungkin menarik perhatian
pelajar untuk mengambil kesimpulan-kesimpulan sendiri.
6.
Sebagai
penutup, jika diperlukan, evaluasi akhir berupa pertanyaan-pertayaan dialog
yang harus dijawab oleh pelajar sebagaiman pola-pola dialog di atas.
F.
Kelebihan
dan Kekurangan Metode Langsung
Metode langsung
merupakan protes terhadap metode tata bahasa dan terjemah. Dilihat dari sisi
ini metode langsung sedikit lebih maju disbanding metode sebelumnya. Walau
demikian tetap saja metode langsung memiliki kelemahan, terutama jika dilihat
dari konsep dasar dan kitikan para ahli yang ditujukan kepadanya.
Diantaranya
aspek kelebihannya adalah[10]:
1.
Dengan
kedisplinan mendengarkan dan menggunakan pola-pola dialog secara teratur para
pelajar bisa terampil dalam menyimak dan berbicara, sebab prioritas utamanya
memang menyimak dan berbicara.
2.
Dengan
banyaknya peragaan/ demonstrasi, gerakan, penggunaan gambar, bahkan belajar di
alam nyata para pelajar bisa mengetahui banyak kosa kata.
3.
Dengan
banyak latihan pengucapan secara ketat dalam bimbingan guru para pelajar bisa
memiliki lafal yang relative lebih mendekati penutur asli.
4.
Para
pelajar mendapat banyak latihan dalam bercakap-cakap, khususnya mengenai
topic-topik yang sudah dilatih dalam kelas. Hal ini dapat membantu mereka dalam
menganalogkan pola-pola percakapan dalam topik-topik lain.
Diantara aspek
kekurangannya adalah:[11]
1.
Metode
ini memilki prinsip-prinsip yang mungkin dapat diterima oleh sekolah-sekolah
yang jumlah pelajarnya tidak banyak.
Maka dimungkinkan akan dapat kesulitan jika diterapkan disekolah-sekolah
yang jumlah pelajarnya banyak.
2.
Metode
ini menuntut para guru yang mempunyai kelancaran berbicara seperti penutur
asli.
3.
Metode
ini mengandalkan kemahiran guru dalam menyajikan materi, bukan buku-buku teks
yang baik.
4.
Metode
ini menghindari penggunaan bahasa ibu dan bahasa kedua atau terjemah. Hali ini
justru bisa menghambat kemajuan belajar, sebab banyak waktu dan tenaga terbuang
dalam menerangkan kata yang abstrak (tak bisa diragakan atau digambarkan) atau
konsep tertentu dalam bahasa asing. Padahal jika diterjemahkan akan memakan
waktu sebentar saja.
5.
Melihat
poin nomor 4 diatas, kesalahan penafsiran makna dalam bahasa asing yang
dipelajari bisa terjadi. Sementara itu kesalahan yang keluar dari guru akan
sulit diketahui dibandingkan dengan kesalahan yang keluar dari pelajar, sebab
jika pelajar melakukan kesalahan dalam pola-pola tertentu maka dapat dideteksi
segera.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Metode langsung yang disebut juga al-thariqoh al-mubasyaroh/
direct method yaitu suatu cara menyajikan materi bahasa asing di mana
bahasa Arab sebagai bahasa pengatar bagi guru tanpa menggunakan bahasa anak
didik sedikit pun dalam mengajar dengan menekankan pada aspek penuturan yang
benar. Sehingga jika ada suatu kata yang sulit dimengerti oleh anak didik maka
guru mengartikan dengan menggunakan alat peraga, mendemonstrasikan atau
menggambarkan.
Metode langsung ini muncul pada abad ke 19 dan berkembang pada abad
ke 20. Karena metode ini mempunyai pemikiran baru sehingga berlawanan dengan
metode tata bahasa dan terjemah yang digunakan oleh para pemula dalam belajar
bahasa. Metode langsung dikembangkan oleh Carles Berlitz, seorang ahli dalam
pengajaran, di jerman.
Metode langsung ini memiliki beberapa macam bentuk metode yang
berkesinambungan, di antaranya yaitu: metode psikologi (al-thariiqah
al-siikuuluujiyyah/ psychological methd), fonetik (al-thariiqah
al-shautiyyah/ phonetic method), dan alamiah (al-thariiqah
al-thabii’iyyah/ natural method).
Metode langsung tidak menafikan adanya kelebihan dan kekurangannya
dalam penerapannya, karena semua metode saling melengkapi dalam merealisasikan
tujuan pembelajaran yang ditempuh dengan sistem pembelajaran aktif, inovatif,
kreatif, efektif, dan menyenangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Hermawan, Acep. 2011. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Anwar Abd. Rahman. 2007. Jurnal Diwan. Vol. 3 Nomer 1. http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/diwan/article/view/2915/pdf.
Tanggal 13 Agustus 2018.
[1] http://aandesca.blogspot.com/2015/05/metode-langsung-thariqah-mubasyaroh.html,
diakses pada taggal 12 Agustus 2018 pukul 23.18
[2] Anwar Abd. Rahman:” Penerapan metode langsung dalam pembelajaran
bahasa arab”. Jurnal Diwan Vol. 3 Nomer 1, 2007, 50.
[3] http://aandesca.blogspot.com/2015/05/metode-langsung-thariqah-mubasyaroh.html,
diakses pada tanggal 8 Agustus 2018 pukul 22.18.
[4] http://ponpesvirtualihyaulumuddin.blogspot.com/2017/02/metode-mubasyaroh-dalam-pembelajaran.html,
diakses pada tanggal 8 Agustus 2018 pukul 22.22
[5] Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Bandung, Remaja
Rosdakarya, 2011, hlm. 176
[6] Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Bandung, Remaja
Rosdakarya, 2011, hlm. 177.
[7] Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Bandung, Remaja
Rosdakarya, 2011, hlm. 178
[8] Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Bandung, Remaja
Rosdakarya, 2011, hlm. 179-180.
[9] Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Bandung, Remaja
Rosdakarya, 2011, hlm. 181.
[10] Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Bandung, Remaja
Rosdakarya, 2011, hlm. 183.
[11] Ibid.
0 comments:
Post a Comment
Monggo Komentarnya. . .