Diajukan untuk Memenuhi Tugas Kelompok
Mata Kuliah
Sejarah Peradaban Islam
Peradaban Islam
Masa Khulafa’Al-Rasyidin (632-661
M)
Dosen
Pengampu : Lutfi Faishol, M.Pd
Makalah
Kelompok 3
Faiqo
Kamelia Rahman
Laras
Pratiwi
Liesna Febriyanti
Kelas PGMI A
Jurusan
Tarbiyah Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiah Program Sarjana (S1)
Semester Ganjil 2018/2019
Institut
Agama Islam Bunga Bangsa Cirebon
Kata Pengantar
Puji
syukur kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia nya kepada
saya, sehingga saya dapat menyelesaikan
Makalah yang berjudul “Peradaban
Islam Masa Khulafa Al-Rasyidin (632-661 M)”
yang telah saya
susun semaksimal mungkin agar pembaca dapat mendapatkan pelajaran dan informasi
tentang “Peradaban Islam Masa Khulafa Al-Rasyidin (632-661 M)”
yang telah saya
susun berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber agar dapat mempermudah
pembaca untuk memahami isi makalah ini.
Semoga makalah
yang telah saya
susun ini dapat menambah pengetahuan, pengalaman dan bermanfaat bagi saya sendiri maupun
pembacanya, untuk kedepannya dapat memperbaiki maupun menambah isi makalah
menjadi lebih baik. Karena saya
menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan baik segi susunan kalimat,
tata bahasa maupun pengetahuan saya
dalam makalah ini.
Cirebon, 31 Juli
2018
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
KATA
PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I :
PENDAHULUAN
a.
Latar Belakang.............................................................................................4
b. Rumusan
Masalah........................................................................................4
c.
Tujuan Pembahasan.....................................................................................4
BAB II :
PEMBAHASAN
a. Pengertian AL-KHULAFA AL-RASYIDIN……………………………6
b. Bentuk
dan sistem pemerintahan AL-KHULAFA AL-RASYIDIN...…..6
a. Abu
Bakar Al-shidiq (11-13 H/632-634 M)………….………………7
b. Umar
Bin Khatab (13-23 H/634-644 M)………….………………….8
c. Utsman
Ibn Affan (24-36 H/644-656 M) ……………………….….10
d. Ali
Ibn Abu Thalib (35-40 H/656-661 M)…………………………..12
c. Kemajuan Peradaban Masa Khulafaur
Rasyidin………………………..16
BAB III : PENUTUP
a.
Kesimpulan................................................................................................17
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sejarah
adalah suatu rujukan saat kita akan membangun masa depan. Namun, kadang orang
malas untuk melihat sejarah. Sehingga orang cenderung berjalan tanpa tujuan dan
mungkin mengulangi kesalahan yang pernah ada dimasa lalu. Disnilah sejarah
berfungsi sebagai cerminan bahwa dimasa silam telah terjadi sebuah kisah yang
patut kita pelajari untuk merancang masa depan.
Khulafah
ar-Rasyidin merupakan para pemimpin ummat Islam setelah Nabi Muhammad SAW
wafat, yaitu pada masa pemerintahan Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin
Affan dan Ali bin Abi Thalib, Radhiallahu Ta’ala anhu ajma’in dimana sistem
pemerintahan yang diterapkan adalah pemerintahan yang islami karena
berundang-undangkan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Khulafa
al-Rasyidin sebagai sahabat-sahabat yang meneruskan perjuangan Nabi Muhammad
kiranya pantas untuk dijadikan sebagai rujukan saat kita akan melaksanakan
sesuatu dimasa depan. Karena peristiwa yang terjadi sungguh beragam. Dari mulai
cara pengaangkatan sebagai khalifah, sistem pemerintahan, pengelolaan
administrasi, hubungan sosial kemasyaratan dan lain sebagainya.
Dalam
memahami sejarah kita dituntut untuk dapat berpikir kritis. Sebab, sejarah
bukanlah sebuah barang mati yang tidak dapat dirubah. Akan tetapi sejarah bisa
saja dirubah kisahnya oleh sang penulis sejarah. Nalar kritis kita dituntut
untuk mampu membaca sejarah dan membandingkan dengan pendapat lain. Saat kita
sudah mampu untuk menyibak tabir sejarah dari berbagai sumber, barulah kita
dapat melakukan rekonstruksi sejarah.
Rekonstruksi
sejarah perlu dilakukan agar kita dapat memisahkan antara peradaban Arab dan
peradaban islam. Sebab, kita sering memakan mentah-mentah peradaban yang datang
dari Arab sebab semuanya dianggap sebagai peradaban islam. Kita perlu memandang
peradaban dari berbagai aspeknya. Langkah ini agar kita tidak hanya sekedar
”bangga” dan larut dalam historisisme yang seringkali ”menjebak” pemikiran
progressif kita.[[1]]
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Khulafa’ al-Rayidin?
2. Bagaimana Perkembangan Politik dan Pemerintahan pada
masa Khulafa’ al-Rayidin?
3. Bagaimana Perkembangan Kebudayaan dan Peradaban pada
masa Khulafa’ al-Rayidin?
C.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan pembuatan makalah Peradaban
Islam Masa Khulafa Al-Rasyidin (632-661 M) ini adalah untuk Mengetahui
perkembangan peradaban islam pada masa ke 4 khulafau rasyidin yaitu : Abu Bakar, Umar Bin
Khathab, Utsman Bin Affan, dan Ali Bin Abi Thalib, Memahami tipe
kepemimpinan khulafau rasyidin dan Mengenal kontribusi
khalifah dalam peradaban islam
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian AL-KHULAFA AR-RASYIDIN
Kata خليفة, menurut Luis Ma’luf Yasu’I dalam kamus
Al-Munjid biasa diterjemahkan dengan pengganti. Dalam al-Qur’an terdapat dua
kata خليفة , empat kata خلائف, dan tiga
kata خلفاء: tapi tidak satu pun tertuju pada Muhammad. Saw. atau khalifahnya.[[2]] Kholifah dalam surat al baqarah : 30, nabi adam,
Surat shod : 26, nabi adam
Al-khulafa ar-rosyidin bermakna pengganti-pengganti rasul yang cendekiawan.
Adapun pencetus nama al-khulafa ar-rosyidin adalah dari orang-orang muslim yang
paling dekat dari Nabi setelah meninggalnya beliau. Mengapa demikian, karena
mereka menganggap bahwa 4 tokoh sepeninggal Rasul itu orang yang selalu
mendampingi Rasul ketika beliau menjadi pemimpin dan dalam menjalankan tugas.[[3]] Diantaranya yaitu Abu Bakar as-Shiddiq, Umar ibn
Khattab, Usman ibn Affan, dan Ali ibn Abi Thalib.
Istilah khulafa ar-rasyidin berasal dari sebuah
riwayat yang disandarkan kepada Nabi Muhammad saw. dalam riwayat tersebut
dikatakan bahwa Nabi bersabda :
“umatku akan terpecah-pecah menjadi 73 golongan,
semuanya akan ditempatkan di neraka kecuali satu golongan saja. Apa yang satu golongan itu? Tanya seorang
sahabat. Nabi saw. Menjawab: “kelompok Ahlussunnah wal jama’ah.” Mereka yang
taat pada sunnahku dan sunnah al-khulafa ar-rosyidin.”[[4]]
B.
Bentuk
dan sistem pemerintahan AL-KHULAFA AL-RASYIDIN
1.
Abu
bakar al-siddiq (11-13 H/632-634 M)
Abu Bakar nama
lengkapnya ialah Abdullah bin Abi Quhafa At-Tammi. Di zaman pra Islam
bernama Abdul Ka’bah, kemudian diganti oleh Nabi menjadi Abdullah. Ia termasuk
salah seorang sahabat yang utama (orang yang paling awal) masuk Islam.
Gelar Ash-Shiddiq diperolehnya karena ia dengan segera membenarkan
nabi dalam berbagai pristiwa, terutama Isra’ dan Mi’raj.[[5]]
Abu Bakar adalah salah seorang dari para pemimpin Quraisy dan anggota
majelis permusyawaratan. Abu Bakar terkenal dalam setiap keadaan sebagai
seorang ksatriadan berpendirian teguh dalam melangkah.[[6]]
Periode Abu Bakar sangat singkat ( 632-634 M), hanya dua tahun lebih, ia
mampu mengamankan Negara baru islam dari perpecahan dan kehancuran, baik di
kalangan sahabat mengenai persoalan penggant Nabi maupun tekanan-tekan dari
luar dan dalam. Sperti ekspedisi keluar negeri dengan mengirim kembali Usamah
ibn Zaid ke Syam, menghadapi para pembangkang terhadap negara dengan tidak mau
membayar zakat, dan penumpasan nabi-nabi palsu.Khalifah membagi negerinya
dengan 12 wilayah dengan 12 bataliyon juga yang massing-masing dikepalai oleh
jenderall. Pengiriman tentara secara serentak untuk menghadapi para pembangkang
di daerah-daerah jazirah Arab.[[7]]
Wafatnya nabi mengakibatkan beberapa masalah bagi masyarakat muslim.
Beberapa orang arab yang lemah imannya justru menyatakan murtad yaitu keluar
dari islam. Mereka melepaskan kesetiaan dengan menolak memberikan baiat kepada
khalifah yang baru dan bahkan menentang agama islam, karena mereka menganggap
bahwa perjanjian-perjanjian yang dibuat bersama Muhammad dengan sendirinya
batal disebabkan kematian nabi.
Mereka melakukan gerakan Riddah, yaitu gerakan pengingkaran terhadap
Islam. Riddah berarti murtad, beralih agama dari islam ke kepercayaan
semula, secara politis merupakan pembangkangan terhadap lembaga khalifah. Sikap
mereka adalah perbuatan maker melawan agama dan pemerintah sekaligus. Oleh
karena itu khalifah dengan tegas melancarkan operasi pembersihan terhadap
mereka.
Sesudah memulihkan ketertiban didalam negeri, Abu Bakar lalu mengalihkan
perhatiannya untuk memperkuat perbatasandengan wilayah Persia dan bizantium,
yang akhirnya menjurus kepada serangkaian peperangan melawan kedua kekaisaran
itu.
Tentara islam dibawah pimpinan Musanna dan Khalid Bin Walid, sedangkan ke
Syiria suatu Negara Arab yang dikuasai Romawi timur(Bizantium) Abu bakar
mengutus 4 orang panglima yaituAbu Ubaidah, Yazid Bin Abi Sufyan, Amr Bin ash
dan Surahbil. Kemudian umat islam meraih beberapa kemenangan tersebut.[[8]]
Pada saat pertempuran di Ajnadain negeri syam
berlangsung, khalifah Abu Bakar menderita sakit. sebelum wafat, beliau telah
berwasiat kepada para sahabatnya, bahwa khalifah pengganti setelah dirinya
adalah umar bin Khattab. hal ini dilakukan guna menghindari perpecahan diantara
kaum muslimin.
Beberapa saat setelah
Abu Bakar wafat, para sahabat langsung mengadakan musyawarah untuk menentukan
khakifah selanjutnya. telah disepakati dengan bulat oleh umat Islam bahwa Umar
bin Khattab yang menjabat sebagai khalifah kedua setelah Abu Bakar. piagam
penetapan itu ditulis sendiri oleh Abu Bakar sebelum wafat. Setelah pemerintahan 2 tahun
3 bulan 10 hari (11 – 13 / 632 – 634 M),khalifah Abu Bakar wafat pada tanggal
21 jumadil Akhir tahun 13 H / 22 Agustus 634 Masehi.[[9]]
2.
Umar
Bin Khatab (13-23 H/634-644 M)
Umar bin Khaththab nama lengkapnya adalah Umar bin Khaththab bin Nufail
keturunan Abdul Uzza Al-Quraisi dari suku Adi, salah satu suku terpandang
mulia. Umar dilahirkan di mekah empat tahun sebelum
kelahiran Nabi Muhammad SAW. Ia adalah seorang berbudi luhur, fasih dan adil
serta pemberani.
Beberapa keunggulan yang dimiliki Umar, membuat kedudukannya semakin
dihormati dikalangan masyarakat Arab, sehingga kaum Qurais memberi gelar
”Singa padang pasir”, dan karena kecerdasan dan kecepatan dalam
berfikirnya, ia dijuluki ”Abu Faiz”.
Itulah sebabnya pada saat-saat awal penyiaran Islam, Rasulullah SAW bedoa
kepada Allah, ”Allahumma Aizzul Islam bi Umaraini” artinya: ”Ya Allah,
kuatkanlah Agama Islam dengan salah satu dari dua Umar” yang dimaksud dua Umar
oleh Rasulullah SAW adalah Umar bin Khattab dan Amru bin Hisyam (nama asli Abu
Jahal).
Di jaman pemerintahan Umar pusat kekuasaan Islam di Madinah mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Khalifah Umar telah berhasil membuat
dasar-dasar bagi suatu pemerintahaan yang handal untuk melayani tuntunan
masyarakat baru yang terus perkembang. Umar mendirikan beberapa
dewan yaitu : membangun Baitul Mal, Mencetak Mata Uang, membentuk kesatuan
tentara untuk melindungi daerah tapal batas, mengatur gaji, mengangkat para
hakim dan menyelenggarakan “hisbah”.
Khalifah Umar juga meletakkan prinsip-prinsip demokrasi dalam
pemerintahannya dengan membangun jaringan pemerintahan sipil yang sempurna.
Kekuasaan Umar menjamin hak yang sama bagi setiap warga negara. Kekuasaan bagi
Umar tidak memberikan hak istimewa tertentu sehingga tidak ada perbedaan
antara pengusa dan rakyat, dan mereka setiap waktu dapat dihubungi oleh rakyat.
Khalifah Umar dikenal bukan saja pandai menciptakan peraturan-peraturan
baru, ia juga memperbaiki dan mengkaji ulang terhadap kebijaksanaan yang telah
ada jika itu diperlukan demi tercapainnya kemaslahatan umat
Islam. Khalifah Umar memerintah selama 10 tahun lebih 6 bulan 4hari.
Kematiannya sangt tragis, seorang budak Persia bernama Fairuz atau Abu Lu’lu’ah
secara tiba-tiba menyerang dengan tikaman pisau tajam ke arah khalifah yang akan
menunaikan shalat subuh yang telah di tunngu oleh jama’ahnya di masjid Nabawi
di pagi buta itu. Khalifah Umar wafat tiga hari setelah pristiwa penikaman atas
dirinya, yakni 1 Muharam 23H/644M.[[10]]
Atas persetujuan Siti Aisyah istri rasulullah Jenazah beliau dimakamkan
berjajar dengan makam Rasulullah dan makam Abu Bakar. Demikianlah riwayat
seorang khalifah yang bijaksana itu dengan meninggalkan jasa-jasa besar yang
wajib kita lanjutkan.[[11]]
3.
Utsman
ibn Affan (24-36H/644-656 M).
Khalifah ketiga adalah
Utsman bin Affan. Nama lengkapnya ialah Utsman bin Affan bin Abil Ash bin
Umyyah dari suku Quraisy. Ia memeluk Islam karena ajakan Abu Bakar, dan menjadi
salah seorang sahabat dekat Nabi Muhammmad SAW. Ia sangat kaya tetapi berlaku sederhana
dan sebagian kekayaannya digunakan untuk kepentingan Islam. Ia mendapat julukan
zun nurain, artinya yang
memiliki dua cahya, karena menikahi dua putri Nabi Muhammmad SAW secara
berurutan setelah yang satu meninggal. Ia meriwayatkan hadist kurang lebih 150
Hadist. Seperti halnya Umar, Utsman diangkat menjadi kholifah melalui proses
pemilihan.Yaitu melewati badan Syura yang dibentuk oleh Umar menjelang wafatnya
Masa pemerintahannya
adalah yang terpanjang dari semua khalifah di zaman para Khalifah Rasyidah,
yaitu 12 tahun, tetapi sejarah mencatat tidak seluruh masa kekuasannya menjadi
saat yang baik dan sukses baginya. Para penulis sejarah membagi zamn
pemerintahannya menjadi dua periode, yaitu enam tahun pertama merupakan masa
kejayaan pemerintahannya dan tahun terakhir merupakan masa pemerintahan yang
buruk.
Pencapian Pada Masa
Pemerintahan Utsman.
Pada masa-masa awal
pemerintahannya, Utsman melanjutkan sukses para pendahulunya, terutama dalam
perlusan wilayah kekusaan Islam. Daerah-daerah sterategis yang sudah dikuasai
Islam seperti Mesir dan Irak. Karya monumental Utsman yang dipersembahkan kepada
umat Islam ialah penyusunan kitab suci Al-Qur’an.
Penyusunan Al-Qur’an,
yaitu Zaid bin Tsabit, sedangkan yang mengumpulkan tulisan-tulisan Al-Qur’an
antara lain Adalah dari Hafsah, salah seorang Istri Nabi SAW. Kemudian dewan
itu membuatbeberapa salinan naskah Al-Qur’an untuk dikirimkan ke berbagai
wilayah kegubernuran sebagai pedoman yang benar untuk masa selanjutnya.
Di awal
kekhalifahannya, umur Utsman r.a. relatif tua. Akan tetapi, di saat umur
khalifah melebihi 70 tahun, beliau masih sanggup memberangkatkan pasukan
perang.
Bentuk manajemen yang
ditetapkan dalam pemerintahaan Umar r.a. tercermin dalam pengumpulan mushaf
Al-qur’an menjadi satu di kenal dengan Mushaf Utsmani. Pada masa kekhalifahan
Utsman r.a. terdapat indikasi praktik nepotisme. Hal ini yang membuat
sekelompok sahabat mencela kepemimpinan Utsman r.a. karena telah memilih
keluarga kerabat sebagai pejabat pemerintahaan.
Pemerintahan Usman
berlangsung selama 12 tahun. Pada paroh trakhir masa kekhalifahannya, muncul
perasaan tidak puas dan kecewa di kalangan umat Islam terhadapnya. Kepemimpinan
Usman memang sangat berbeda dengan kepemimpinan Umar. Pada tahun 35H/656M, Usman di bunuh oleh
kaum pemberontak yang terdiri dari orang-orang kecewa itu. Mereka mengepung
rumah khalifah, dan membunuhnya ketika sedang membaca Alquran. Menurut lewis, pusat oposisi sebenarnya
adalah di Madinah sendiri. Di
sini Thalhah, Zubair, dan ‘Amr membuat perlawanan rahasia melawan khalifah,
dengan memanfaatkan para pemberontak yang datang ke Madinah untuk melampiaskan
rasa dendamnya yang meluap-luap itu.[[12]]
Pembunuhan usman
merupakan malapetaka besar yang menimpa ummat Islam. Dikalangan ummat Islam
yang diturunkan melalui Muhammad yang berbahasa Arab (sehingga perwujudan islam
pada masa awalnya bercorak Arab) dengan alam pemikiran yang dipengaruhi
kebudayaan Helinesia dan persi.
4. Ali bin Abi Thalib
(35-40 H/4-656-661 M)
Setelah Usman wafat,
masyarakat beramai ramai membaiat Ali ibn Abi Thalib sebagai khalifah. Ali
memerintah hanya enam tahun. Selama masa pemerintahannya, ia menghadapi
berbagai pergolakan. Tidak ada masa sedikit pun dalam pemerintahannya yang
dapat dikatakan stabil. Setelah menduduki jabatan khalifah, Ali memecat para
gubernur yang diangkat oleh Usman. Dia yakin bahwa pemberontakan pemberontakan
terjadi karena keteledoran mereka. Dia juga menarik kembali tanah yang
dihadiahkan Usman kepada penduduk dengan menyerahkan hasil pendapatannya kepada
negara, dan memakai kembali sistem distribusi pajak tahunan diantara orangorang
Islam sebagaimana pernah diterapkan Umar.[[13]]
Ø
Kekhalifahan Ali Ibn
Abi Thalib
Pada saat itu ada lima
orang yang dicalonkan. Namun dua diantaranya telah menyatakan ketidak
sediaannya, yaitu sa’ad bin Abi waqqs dan Ibnu Umar, sehingga calon yang
diharapkan tinggal Ali, Thalhah dan Zuheir. Ali tampaknya yang paling kuat
diantara calon yang ada, disamping Ia yang lebih dulu masuk Islam, juga
kedekatan kekerabatannya dengan Nabi merupakan poin tersendiri. Bahkan
kenyataan juga menunjukkan bahwa Ali juga merupakan salah seorang calon kuat
ketika Usman diangkat menjadi khalifah, maka ketika kaum pemberontak
mengumpulkan penduduk Madinah dan mendesak mereka untuk memilih khalifah, maka
Ali lah yang serentak mereka pilih. Ali dibai’at tanggal 24 Juni 656 atau tanggal 25 Zu al Hijjah 35 H di Masjid Madinah.[[14]]
Ø Beberapa Kebijakan Ali ibn Abi Thalib
·
Penundaan Pengusutan
Pembunuhan Usman
Setelah terbunuhnya
Usman, tuntutan para sahabat terutama yang turuna Umayyah untuk segera mengusut
pembunuh Usman juga sangat kuat. Namun menyadari kondisi pemerintahannya yang
masih labil, Ali memilih untuk menunda pengusutan tersebut, walaupun
konsekuensinya, juga sangat berat bagi pemerintahan Ali sendiri.
·
Mengganti Pejabat dan
Penataan Administrasi
Diantara pemicu
terjadinya fitnah dizaman Usman adalah kecenderungan pemerintahannya yang
dianggap nepotis, yang mengangkat kerabatnya untuk menduduki suatu jabatan
tertentu. Hal ini antara lain yang digugat oleh kaum pemberontak. Ali segera
mengambil kebijakan untuk mengganti gubernur yang diangkat Usman tersebut.
Mereka yang diganti antara lain, Abdujiah binSa’ad (gubernur Mesir), Mu’awiyah
bin Abu Sufyan (gubernur Syam), Abdullah Ibn Amir al Hadrami (gubernur Mekkah),
Al Qasim ibn Tsaqafi (gubernur Thaif), Ya’la ibn Muniyah (gubernur San’a),
Abdullah ibn Amir (gubernur Basrah), dan Abu Musa al sy’ari (gubernur Kufah).
Tentulah kebijakan ini dianggap cukup rawan karena pemberhentian ini bisa
memicu pertikaian diranah politik.
Selain kebijakan
diatas, Ali ibn Abi Thalib juga membuat kebijakan lain yang penting, yaitu
memberi tunjangan kepada kaum muslimin yang diambil dari bait al mal, tanpa
melihat apakah masuk Islam dulu atau belakangan, mengatur tata laksana
pemerintah untuk mengambil kepentingan umat, dan menjadikan Kufah sebagai inu
kota umat Islam waktu itu.
Ø
Munculnya Gerakan
Oposisi
Pemberontakan ini lebih banyak disebabkan oleh kebijakan Ali yang mereka
tidak sepakati. Yang memprihatinkan adalah perlawanan itu justru dilkukan oleh
para sahabat terkemuka dizaman Rasulullah.
·
Gerakan Thalhah,
Zubeir, dan Aisyah
Thalhah dan Zubeir
merupakan dua sahabat besar, dan sepuluh diantara orang yang dijamin Nabi
Muhammad masuk surga. Sedang Aisyah merupakan istri Nabi yang sangat dicintai.
Baik Thalhah maupun Zubeir pada mulanya menerima Ali sebagai khalifah yang
dibuktikan dengan pembaiatan. Namun belakangan mereka mencabut kembali baiatnya
bahkan memerangi Ali, karena Ali tidak memenuhi tuntutan mereka untuk segera
menghukum para pembunuh Usman. [[15]] Akhirnya, pertempuran
yang dahsyat pun berkobar. Perang ini dikenal dengan nama “Perang Jamal (Unta)”
karena Aisyah dalam pertempuran ini menunggang unta. Ali berhasil mengalahkan
lawannya. Zubair dan Thalhah terbunuh ketika hendak melarikan diri, sedangkan
Aisyah ditawan dan dikirim kembali ke Madinah.[[16]]
·
Pemberontakan Mu’awiyah
bin Abu Sufyan
Pada saat drama perang
Siffin (26 Juli 657 M) yang mempertemukan kekuatan Muawiyah dan Ali terjadi adu
taktik dan kelicikan. Atas usulan Amr ibn al Ash, Muawiyah menawarkan perdamaian dengan mengangkat al
Qur’an, akhirnya perang berhenti. Peristiwa ini disebut sebagai tahkim.[[17]] Tahkim tersebut
berakhir dengan tragis bagi Ali. Kelicikan Amr bin Ash sebagai wakil Muawiyah
mampu mengecoh Abu Musa alAsyari, wakil Ali. Di mana Amr menyatakan kejatuhan
kekhalifahan Ali, walaupun sebelumnya mereka sepakat untuk menurunkan keduanya,
Ali dan Muawiyah. Akibat tahkim inilah, sehingga pasukan Ali pecah.
·
Pemberontakan orang
orang Khawarij
Sejak peristiwa tahkim
pasukan Ali terpecah menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang setuju dengan
tahkim, Syi’ah (pengikut), dan kelompok yang menolak tahkim, yaitu kaum
Khawarij (orang orang yang keluar dari barisan Ali), karenanya mereka
sebenarnya merupakan bagian dari pasukan Ali dalam menumpas pemberontakan
Muawiyah. Mereka berkeyakinan bahwa Ali adalah Amir Al mu’minin dan mereka yang
setuju dengan tahkim, berarti mereka telah melanggar ajaran agama. Ali dan
sebagian pasukannya dinilai telah berani membuat keputusan hukum, yaitu
berunding dengan lawan. Bagi mereka, Ali, Muawiyah, Abu Musa al Asy’ari adalah
kafir, sebab mereka tidak lagi menjadikan al Qur’an sebagai sumber hukum.
Peristiwa pertempuran
antara pasukan Ali dan Khawarij terjadi di Nahrawan tahun 685 M, dan berakhir
dengan kemenangan dipihak Ali. Dan pimpinan mereka, Abdullah bin wahab al
Rasibi juga terbunuh. Kekalahan ini menambah dendam sebagian mereka yang
berhasil meloloskan diri, sehingga mereka berniat membunuh tiga orang yang
dianggap biang keladi perpecahan umat, yaitu Ali, Muawiyah dan Amr bin Ash.
Ibnu Hujam berhasil memenuhi tugasnya,
yaitu membunuh Ali ketika Ia sedang shalat Subuh di Masjid Kufah. Ali wafat
pada tanggal 14 Ramadhan tahun 40H/661 M, atau sekitar 4 tahun setelah menjadi
Khalifah. Maka berakhir pulalah masa masa khulafaur Rasyidin, yang dimulai
sejak sepeninggalan Rasulullah, masa Abu Bakar Ashshiddiq sampai Khalifah
keempat umat Islam, Ali ibn Abi Thalib.[[18]]
C. Kemajuan Peradaban Masa Khulafaur Rasyidin
Masa kekuasaan
khulafaur rasyidin yang dimulai sejak Abu Bakar Ash Shidiq hingga Ali bin Abi
Thalib, merupakan masa kekuasaan khalifah Islam yang berhasil mengembangkan
wilayah Islam lebih luas. Nabi Muhammad saw yang telah meletakkan dasar agama
Islam di Arab, setelah beliau wafat, gagasan dan ide-idenya diteruskan oleh
para khulafaur Rasyidin. Pengembangan agama Islam yang dilakukan pemerintahan
khulafaur rasyidin dalam waktu yang relatif singkat telah membuat hasil yang
gilang gemilang. Dari hanya wilayah Arabia, ekspansi kekuasaan Islam menembus
keluar Arabia memasuki wilayah wilayah Afrika, Syiria, Persia, bahkan menembus
ke Bizantium dan Hindia.
Pada masa kekuasaan
khulafaur Rasyidin, banyak kemajuan peradaban yang telah dicapai. Diantaranya
adalah munculnya gerakan pemikiran dalam Islam. Di antara gerakan pemikiran
yang menonjol pada masa khulafaur Rasyidin adalah :
1.
Menjaga keutuhan
Alqur’an Al Karim dan mengumpulkannya dalam bentuk mushaf pada masa Abu bakar.
2.
Memberlakukan mushaf
standar pada masa Usman bin Affan.
3.
Keseriusan mereka untuk
mencari serta mengajarkan ilmu dan memerangi kebodohan berislam para penduduk
negeri.
4.
Sebagian orang yang
tidak senang kepada Islam, terutama dari pihak orientalis abad ke 19 banyak
yang mempelajari fenomena futuhat al Islamiyah.
5.
Islam pada masa awal
tidak mengenal pemisahan antara dakwah dan negara, antara da’i maupun panglima. Tidak dikenal orang
yang berprofesi khusus sebagai da’i. Para khalifah adalah penguasa, imam
shalat, mengadili orang yang berselisih, da’i, dan juga panglima perang.[[19]]
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Kepemimpinan dari para sahabat rasul
ini disebut periode khulafa’ al- rasyidun (para pengganti yang mendapatkan
bimbingan kejalan yang lurus). Empat khalifah tersebut adalah:
·
Abu bakar as-shidiq 11-13 H/632-634
M
·
Umar bin al-khaththab 13-23
H/634-644 M
·
Utsman bin
‘affan 23-35 H/644-656 M
·
Ali bin abi thalib 35-40 H/656-661 M
Dari keempat Khulafaur Rasyidin
tersebut berbeda –beda dalam pengangkatan padaa masa kekhalifahannya .
pengangkatan Ali bin Abi Thalib berbeda dengan khalifah sebelumnya.Abu Bakar
diangkat melalui musyawarah terbuka di Tsaqifah bani Saidah,Umar bin Khattab
melalui penunjuan pendahulnya,,sedangkanUsman bin Affan melalui Majlis al-Syura. Ali bin Abi
Thalib diangkat menjadi khalifah dalam suasana yang kacau dan tidak banyak
melibatkan sahabat senior.
Sistem pemerintahan kehidupan
politik pada masa Khulafaur Rasyidin sudah sangat baik. Karena khalifah dari masa jabatan ke
masa jabatan memiliki karakteristik dan tetap berpegang teguh kepada
al-Quran dan sunah Rasul serta tetap menjalankan
musyawarah dalam setiap pengambilan keputusan. Walaupun masih adanya pemberontakan-pemberontakan
pada masanya.[[20]]
DAFTAR
PUSTAKA
Mohamed Abed
Al-Jabiri, Problem peradaban: penelusuran atas jejak Kebudayaan Arab, Islam
dan Timur, Yogyakarta: Belukar, 2004
Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam,
Yogyakarta : Pustaka Book Publisher, 2007
Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam, Semarang : PT.
Pustaka Rizki Putra, 2009
Samsul
Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam. (Jakarta: AMZAH, 2010)
Hasan
Ibrahim Hasan,Sejarah dan Kebudayaan
Islam.(Jakarta : Kalam Mulia, 2009)
K.Ali,Sejarah
Islam (Tarikh Pramodern). (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,2003)
Badri
Yatim, Sejarah Peradaban Islam, cet.ke22, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2010)
Imam
Fu’adi, Sejarah Peradaban Islam, cet 1, (Yogyakarta: Teras, 2011)\
Dalam
riwayat lain dikatakan bahwa Nabi bersabda : fa’alaikum bi as-sunnati wa
sunnat al khulafairrosyidin. Lihat Muhammad Yusuf al-Qandhawi, Hayat
ash-Sahabat, Musthafa Ahmad al Baz,
Makkah, 1992, juz I, hal. 20
http://ghufron-dimyati.blogspot.com/2016/02/spi-2-masa-khulafaur-rasyidin-632-661-m.html
[[20]] http://ghufron-dimyati.blogspot.com/2016/02/spi-2-masa-khulafaur-rasyidin-632-661-m.html
(6 Agustus 2018, pukul 00.49)
0 comments:
Post a Comment
Monggo Komentarnya. . .