Wednesday, October 3, 2018

Makalah Asal Mula Kerajaan Turki Usmani



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Asal Mula Kerajaan Turki Usmani
Kerajaan Turki usmani di dirikan oleh bangsa pengembara Turki dari kabilah Orguz yang mendiami daerah Asia tengah atau daerah utara Cina. Habitat bangsa turki ini sangat luas yang terhampar dari Mongolia sampai dengna Ukraina, sayang sekali kekuasaan turki yang disebut dengan “Tujueh” ini terbelah menjadi beberapa kawasan kecil, disebelah timur misalnya, telah jatuh kedalam kekuasaan Dinasti Thangdari Cina, sementara kawasan barat jatuh ketangan Binzamtium. Mereka masuk islam sekitar abad ke-9 atau ke-10. Pada abad ke-13, di karenakan  adanya tekanan Bangsa Mongol, atas perintah kepala kabilah  Sulaiman Syah, sejumlah kira-kira 400 kepala keluarga yang di pimpin oleh putranya Ertoghul  mengungsi ke saudara mereka Turki Saljuk yang berpusat di Konya  Anatolia daerah dataran tinggi  Asia Kecil, dan merekapun mengabdikan diri kepada Sultan Turki Saljuk Alauddin II yang kebetulan  sedang berperang melawan kemaharajaan Romawi Timur Bizantim.
Berkat bantuan mereka, Sultan  Alauddin II dapat meraih kemenangan dan Sultan menghadiahkan untuk mereka sebidang tanah di Asia kecil,  yang berbatasan dengan Bizantium. Sejak saat itu merekapun membangun daerahnya dan  menjadikan Syukud sebagai ibu kota.  Pada tahun 1289 M Erthoghul meninggal, di gantikan oleh putranya Usman sebagai penerus  kepemimpinan yang  Sebagaimana ayahnya Usman juga banyak berjasa kepada sultan Alauddin II dengan keberhasilanya menduduki benteng-benteng Bizamtium yang berdekatan dengan kota Broessa.
Kemenangan  dalam setiap pertempuran banyak di raih Usman sehingga Sultan pun semakin  bersimpati dan banyak  memberi  hak istimewa pada Usman. Hingga pada tahun 1300 M,  bangsa Mongol menyerang  dan  mengakibatkan Sultan Alauddin II terbunuh  dengan tampa meninggalkan putra sebagai pewaris   tahta, Sebab itu  Usman pun memproklamirkan kemerdekaan sebagai  Padisyah Al Usman dalam   kesultanan Usmani. Dalam kepemimpinannya, Kerajaan semakin luas dan kuat sehingga  dapat  menduduki benteng-benteng Bizantium dan menaklukan kota Broessa yang pada tahun 1326 M  menjadi ibu kota kerajaan. [1]
B.     Fase Perkembangan Kerajaan Turki Usmani
1.      Fase Kemajuan Kerajaan Turki Utsmani
Sepeninggal Sultan Usman pada Tahun 1326 M, Kerajaan di pimpin oleh anaknya  Sultan Orkhan I (1326-1359 M). Pada masanya berdiri  Akademi militer sebagai pusat pelatihan dan  pendidikan, sehingga mampu menciptakan kekuatan militer yang besar  dan dengan mudahnya dapat  menaklukan  Sebagian daerah benua  Eropa  yaitu, Azmir (Shirma) tahun 1327 M, Tawasyanli  1330 M, Uskandar 1338 M, Ankara 1354 M dan Galliopoli 1356 M. 
Setelah memantapkan kedudukannya di Eropa rezim usman mendatangkan tentara turki slam jumlah yang sangat besar kenegeri Bulkan dan menduduki yunani. Kekuasaan dinasti usmani ini terhadap wilayah bagian barat Balkan telah dikuasai secara sempurna sejak kemenangannya. Di atas landasan imperium Eropa mereka segera melancarkan upaya pencaplokan beberapa wialyah kesultanan turki yang menjadi saingannya di Anotolia barat dan mempersiapkan bagi penyerbuan ke Constatinopel. 
Ketika  Sultan Murad I (1359-1389 M) pengganti orkhan naik. Ia memantapkan keamanan dalam negri dan melakukan perluasan ke benua  Eropa dengan menaklukan Adrianopel (yang kemudian menjadi ibu kota kerajaan baru) , Macedonia, Sopia, Salonia, dan seluruh bagian utara Yunani. Merasa cemas dengan kesuksesan Kerajaan  Usmani, negara Kristen Eropa pun bersatu yang  di pimpin oleh Sijisman memerangi kerajaan, hingga terjadilah pertempuran di Kosovo tahun 1389 M,  namun musuh dapat di pukul mundur dan di hancurkan.
Pada tahun 1389 M, Sultan Bayazid naik tahta (1389-1403 M), Perluasan berlanjut dan dapat  menguasai Salocia, morea , Serbia, Bulgaria, dan Rumania juga pada tahun 1394 M, memperoleh  kemenangan dalam perang Salib di Nicapolas.Selain menghadapi musuh-musuh Eropa, Kerajaan juga  di paksa menghadapi pemberontak yang  bersekutu dengan Raja islam yang bernama Timur Lenk di  samarkand. Pada tahun 1402 M pertempuran hebat pun terjadi  di Ankara , yang pada akhirnya Sultan Bayazid dengan kedua putranya Musa dan Erthogrol, tertangkap dan meninggal di tahanan pada tahun 1403 M. Sebab kekalahan ini Bulgaria dan Serbia memproklamirkan kemerdekaannya.
Setelah Sultan Bayazid meninggal, terjadi perebutan kekuasaan di antara putra -putranya  (Muhammad, isa dan sulaiman) namun di antara mereka  Sultan Muhammad I lah yang naik tahta (1403-1421 M), di masa pemerintahannya ia berhasil  menyatukan kembali kekuatan  dan daerahnya  dari  bangsa  mongol,  terlebih setelah Timur lenk meninggal pada tahun 1405 M.  Pada tahun 1421 M, Sultan Muhammad meninggal dan di teruskan oleh anaknya, Sultan Murrad II (1421-1484 M) hingga mencapai banyak kemajuan pada masa Sultan Muhammad II/ Muhammad Al Fatih (1451-1484 M) putra Murrad II.  Pada masa Muhammad II, Tahun 1453 M ia dapat mengalahkan Bizantium dan menaklukan Konstantinopel . Setelah Beliau meninggal di gantikan oleh putranya Sultan Bayazid II.
Dari semenanjung Balkan daulah Usmaniyah melebarkan sayapnya kesebelah Timur sehingga dalam waktu singkat seluruh Persia dan Irak yang dikuasai daulah Safawiyah yang beraliran Syi’ah dapat direbut.
Cara orang Yahudi menetap di tanah Ottoman selama masa sultan Bayazid II, setelah mengalami pembantaian dan pengasingan di kerajaan Katolik Spanyol dan Portugal, adalah contoh yang baik dari toleransi moralitas Islam yang menyertainya. Raja-raja katolik yang memerintah banyak Spanyol pada saat itu membawa tekanan berat untuk menanggung pada orang-orang Yahudi yang sebelumnya hidup dalam damai di bawah kekuasaan muslim di andalusia. Sementara muslim, Kristen dan Yahudi mampu hidup berdampingan dengan damai di Andalusia, Para raja Katolik berusaha memaksa seluruh negeri untuk menjadi Kristen, dan menyatakan perang terhadap kaum muslim sambil menindas kaum Yahudi. Akibatnya, penguasa muslim terakhir di wilayah Granada Spanyol selatan digulingkan pada 1492. Muslim menjadi sasaran pembantaian yang mengerikan, dan orang-orang Yahudi yang menolak untuk mengubah agama mereka dikirim ke pengasingan.
Selanjutnya menguasai Syam dan Mesir sehingga pada tahun 1516 M/923H dinasti Usmaniyah memegang kendali Dunia Islam dengan pusat pemerintahanya di Istambul.
Berbeda dengan Ayahnya, Sultan Bayazid II (1481-1512 M)  lebih mementingkan kehidupan  Tasawuf dari pada penaklukan wilayah, sebab itu muncul controversial akhirnya ia mengundurkan diri dan di gantikan putranya Sultan Salim I Pada masa Sultan Salim I (1521-1520 M) terjadi perubahan peta arah perluasan, memfokuskan pergerakan   ke arah timur dengan menaklukan Persia, Syiria hingga menembus  Mesir di Afrika Utara yang sebelumnya di kuasai mamluk. Setelah Sultan Salim I Meninggal, Muncul Putranya Sultan Sulaiman I(1520-1566 M) sebagai Sultan yang mengantarkan Kerajaan Turki Usmani pada masa keemasannya, karena telah berhasil menguasai daratan Eropa hingga Austria , Bulgaria, Yunani, Yugoslavia, Albania, Hongaria dan Rumania, Afrika Utara hingga Mesir, Aljazair, Libia, Dan Tunis. Asia hingga Persia, Amenia, Siria . meliputi lautan Hindia, Laut Arabia, Laut Tengah, Laut Hitam. juga daerah-daerah di sekitar kerajaan seperti Irak, Belgrado, Pulau Rodes, Tunis, Budapest dan Yaman.
2.      Fase Kemunduran Kerajaan Turki Usmani
Setelah Beliau meninggal di gantikan putranya Sultan Salim II (1566-1573 M) yang mana sejarah mencatat sebagai titik awal masa kemunduran Kerajaan Turki Usmani setelah Berkuasa lebih dari  2 setengah  abad. Pada masa pemerintahan Salim II,  Terjadi pertempuran dengan Armada Laut Kristen yang di Pimpin oleh Don Juan dari Spanyol di Selat Liponto Yunani. Turki Usmani Kalah yang mengakibatkan Tunisia dapat di rebut Musuh. Pengganti Salim II adalah Sultan Murad III ((1574-1595 M) ia dapat menyerbu Kaukasus, dan menguasai Tiflis di laut Hitam pada tahun 1577 M, merebut kembali Tabriz,dan menundukan Georgia. Namun karena Berkepribadian Jelek dan suka memperturutkan Hawa nafsunya, muncul kekacauan dalam negri. Kekacauanpun menjadi-jadi setelah Sultan Muhammad III (1595-1603 M) naik tahta, Austria berhasil memukul Kerajaan yang menjadikan Wibawa Kerajaan Turki Usmani hilang di mata bangsa-bangsa Eropa.
Selanjutnya  Sultan Ahmad I (1603-1617 M) Naik tahta, Ia bangkit kembali berusaha  memperbaiki situasi dalam negri , Namun hasilnya kurang maksimal.  Sesudah Sultan Ahmad I, Keadaan semakin memburuk setelah naiknya Sultan Mustafa (1617-1618 M dan 1622-1623 M) pada awalnya dia hanya setahun menjabat karena tidak bisa mengatasi gejolak Politik dalam negri sehingga di paksa turun melalui  Fatwa Syaikh Al Islam Setelah Mustafa turun di gantikan oleh Sultan Usman II (1618-1622 M), Namun Ia juga tidak mampu memperbaiki keadaan, hingga Persia lepas dari kekuasaan. Dan di lanjutkan kembali oleh Sultan Mustafa namun hanya setahun, Ia pun di gantikan oleh Sultan Murrad IV (1623-1640 M) yang kemudian mampu memperbaiki, menyusun dan menertibkan pemerintahan kembali.
Namun situasi kembali berubah setelah Sultan Ibrahim Naik tahta (1640-1648 M) pada masanya orang-orang Venesia berhasil mengusir Turki Usmani dari Cyprus dan Creta tahun 1645 M, Sebab kekalahan itu kekuasaan di pegang oleh Muhammad Koprulu sebagai perdana mentri yang di beri kekuasaan absolut, berhasil mengupayakan stabilitas negara. Sepeninggal Koprulu, kerajaan di pegang oleh anaknya, Ibrahim. Sejak di pimpin ibrahim, kerajaan selalu kalah dalam peperangan sehingga banyak wilayah yang melepaskan diri dari Kerajaan dan terebut oleh Bangsa Eropa.
Pada tahun 1699 M, terjadi perjanjian Korlowith yang memaksa Kesultanan Turki usmani melepaskan Hongaria, Slovenia, Kroasia kepada Hapsburg dan Hemenietz. Podolia, Ukraina, Morea, dan Dalmatia kepada bangsa Venetia. Pada  tahun 1770 M, Bangsa Rusia pun dapat mengalahkan Turki Usmani di sepanjang pantai Asia kecil. Walaupun kelak dapat di kuasai kembali pada masa Sultan Mustafa III (1757-1774 M) Setelah sultan Mustafa III, di gantikan oleh Sultan yang lemah yaitu, Abdul Hamid (1774-1789 M). Di kutcuk kinarja ia mengadakan perjanjian kinarja dengan Catherine II dari Rusia. Yang mana Kerajaan di haruskan menyerahkan benteng-benteng yang ada di laut hitam, mengizinkan Armada Rusia melewati Selat antara laut hitam dan putih, dan mengakui kemerdekaan Crimea. [2]
Adapun diantaranya faktor-faktor eksternal dan internalnya antara lain sebagai berikut:
·         Faktor Eksternal
1.      Wilayah kekuasaan yang terlalu luas
Perluasan wilayah yang begitu cepat yang terjadi pada kerajaan Usmani, menyebabkan pemerintahan merasa kesulitan dalam melakukan administrasi pemerintahan, terutama pasca pemerintahan Sultan Sulaiman. Sehingga administrasi pemerintahan kerajaan Usmani tidak beres. Tampaknya penguasa Turki Usmani hanya mengadakan ekspansi, tanpa mengabaikan penataan sistem pemerintahan. Hal ini menyebabkan wilayah-wilayah yang jauh dari pusat mudah direbut oleh musuh dan sebagian berusaha melepaskan diri.
2.      Heterogenitas penduduk
Sebagai kerajaan besar, yang merupakan hasil ekspansi dari berbagai kerajaan, mencakup Asia kecil, Armenia, Irak, Siria dan negara lain, maka di kerajaan Turki terjadi heterogenitas penduduk. Dari banyaknya dan beragamnya penduduk, maka jelaslah administrasi yang dibutuhkan juga harus memadai dan bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka. Akan tetapi kerajaan Usmani pasca Sulaiman tidak memiliki administrasi pemerintahan yang bagus di tambah lagi dengan pemimpinpemimpin yang berkuasa sangat lemah dan mempunyai perangai yang jelek.
3.      Kelemahan para Penguasa
Setelah sultan Sulaiman wafat, maka terjadilah pergantian penguasa. Penguasa-penguasa tersebut memiliki kepribadian dan kepemimpinan yang lemah akibatnya pemerintahan menjadi kacau dan susah teratasi.
4.      Budaya Pungli
Budaya ini telah meraja lela yang mengakibatkan dekadensi moral terutama dikalangan pejabat yang sedang memperebutkan kekuasaan (jabatan).
5.      Pemberontakan-Pemberotakan Tentara Jenissari
Pemberontakan Jenissari terjadi sebanyak empat kali yaitu pada tahun 1525 M, 1632 M, 1727 M dan 1826 M. Pada masa belakangan pihak Jenissari tidak lagi menerapkan prinsip seleksi dan prestasi, keberadaannya didominasi oleh keturunan dan golongan tertentu yang mengakibatkan adanya pemberontakan-pemberontakan.
6.      Merosotnya Ekonomi
Akibat peperangan yang terjadi secara terus menerus maka biaya pun semakin membengkak, sementara belanja negara pun sangat besar, sehingga perekonomian kerajaan Turki pun merosot.
7.      Kurang berkembangnya ilmu pengetahuan 
Ilmu dan Teknologi selalu berjalan beriringan sehingga keduanya sangat dibutuhkan dalam kehidupan. Keraajan usmani kurang berhasil dalam pengembagan Ilmu dan Teknologi ini karena hanya mengutamakan pengembangan militernya. Kemajuan militer yang tidak diimbangi dengan kemajuan ilmu dan teknologi menyebabkan kerajaan Usmani tidak sanggup menghadapi persenjataan musuh dari Eropa yang lebih maju.
·         Faktor Eksternal
1.     Timbulnya gerakan nasionalisme. Bangsa-bangsa yang tunduk pada kerajaan Turki selama berkuasa, mulai menyadari kelemahan dinasti tersebut. Kekuasaan Turki atas mereka bermula dari penaklukan dan penyerbuan. Meskipun Turki telah berbuat sebaik mungkin kepada pihak yang dikuasai, mereka beranggapan bahwa Turki melemah, mereka bangkit untuk melepaskan diri dari cengkraman kerajaan tersebut.
2.     Terjadinya kemajuan teknologi di Barat, khususnya dalam bidang persenjataan. Sementara itu, di Turki terjadi stagnasi ilmu pengetahuan sehingga ketika terjadi kontak senjata antara kekuasaan Turki dengan kekuatan Eropa, Turki selalu menderita kekalahan karena masih menggunakan senjata tradisional sedangkan Eropa telah menggunakan senjata modern.
3.     ittihadiyah dan Kamaliyah mereka semua mengikuti upacara ritual freemosanry.Konspirasi Yahudi menjatuhkan Khilafah Menurut Syaikul Islam Musthafa Sabri Mustapa Kamal memiliki hubungan yang kuat dengan kelompok Yahudi, bahkan ia salah seorang dari mereka, sebagaimana dikuatkan oleh anggota lembaga. [3]

C.    Perkembangan Peradaban Kerajan Turki Utsmani
Kerajaan Turki usmani merupakan salah satu kerajaan Islam yang bertahan lama yang mampu mengembangkan peradaban dalam berbagai hal. Selain pembangunan dalam bentuk fisik, perkembangan pesat juga terjadi dalam hal pemikiran.
·         Pada bidang militer dan pemerintahan  
Bentuk kerajaan Turki Usmani didasarkan pada sistim Feodal yang di tuju lanagsung pada kerajaan Bizantium. Dalam sistem pemerintahan, Sultan adalah penguasa tertinggi. Orkhan adalah salah seorang dari Amir-amir itu yang kemudian memproklamasikan dirinya sebagai seorang Sultan. Di setiap daerah seorang Qadi yang merupakan pimpinan agama di daerah tersebut iya mempunyai kekuasaan untuk menjalankan hukum pidana dan perdata menurut syariat islam berdasarkan Al Qur’an dan Al hadist.[4]
Dan adanya Kitab Muqtadha Al-Abhur, sebagai UU Pemerintahan.Adapun dalam bidang militer yaitu:
1.      Adanya Akademi militer sebagai  pusat pendidikan dan pelatihan.
2.      Terbentuknya tentara tangguh Jenissari dan Taujiah.
·         Kemajuan dibidang ilmu pengetahuan
Pada Bidang Ilmu Pengetahuan dan seni budaya Sebab Turki Usmani Kurang Fokus terhadap ilmu pengetahuan, maka Bidang ilmu pengetahuan pun kurang menonjol tidak seperti  Dinasti islam sebelumnya. Adapun beberapa  tokoh termasyhur dari  beberaa disiplin ilmu yang muncul kala itu, di antaranya :
1.      Abdulrauf Al Manawy dan Abdul Wahab Syarany , sebagai ahli hadis dan tasawuf.
2.      As Shadar bin Abdurrahman Al Akhdhary, sebagai ahli Filsafat dan mantiq.
3.      Daud Inthaqy dan Sahabudin bin salamah Qaliyuby, ahli dalam bidang kedokteran. 
4.      Ibnu Hasan Samarkandy, sebagai ahli ilmu politik.
5.      Qari Al Harawy, sebagai ahli music.
6.      Ibnu Diba Az zabidy dan Abdul ghani An nablusy, sebagai ahli sejarah.
7.      Aisyah Bauniyah dan Ali khan, sebagai ahli sastra.
8.      Abdulqadir Baghdady dan Az zabidy, sebagai ahli bahasa.
9.      Muammar Sinan, sebagai ahli di bidang arsitektur.
10.  Musa Azam, Sebagai ahli  seni.
Adapun mengenai budaya sosial, Budaya Turki Usmani  sangat di pengaruhi oleh tiga budaya. Dari kebudayaan persia mereka mengambil ajaran tentang etika dan tata krama dalam istana. Ajaran tentang prinsip-prinsip ekonomi , sosial,kemasyarakatan, dan keilmuan mereka mengambil dari Bangsa Arab. Sedangkan pemerintahan dan organisasi kemiliteran mereka banyak dapat dari Bizantium.
Dalam menjalankan ilmu pemerintahan, pemimpin turki Usmani menggunakan dua gelar sekaligus: khalifah dan sultan. Khalifah sebagai simbol penguasa dunia dan khalifah juga symbol sebagai penguasa spritual (agama). Secara praktis, pemimpin turki Usmani memiliki dua pembantu utama.
a.       Mufti atau Syaykh al-Islam yang berwenang mewakili pemimpin turki Usmani dalam melaksanakan wewenang spiritual.
b.      Shadhr al-a’zham (perdana mentri) yang berwenang mewakili pemimpin Turki Usmani dalam melaksanakan duniawi.
Ulama dan sejumlah karyanya yang dihasilkan pada masa Turki Usmani adalah:
a.       Mustafa Ali (1541-1599), ahli sejarah. Diantara karyanya adalah Kunh al-Akhbar, yang berisi sejarah dunia dari Adam As sampai Yesus, sejarah Islam awal hingga Turki Usmani.
b.      Evliya Chelebi (1614-1682), ahli ilmu sosial. Diantara karyanya adalah Seyabat Name (buku pedoman perjalan) yang berisi tentang masyarakat dan Turki Usmani.
c.       Arifi (1561), sejatawan istana. Diantara karyanya adalah Shah-name –I al-Osman yang berisi cerita tentang keluarga raja-raja Usmani.
Selain meninggalkan buku-buku sebagai kekayaan sejarah, Turki Usmani juga meninggalkan sejumlah bangunan yang memperlihatkan keunggulan penguasaan teknologi pada zamannya. Masjid Aya Sophia, Masjid Agung Sultan Muhammad Al-Fatih, masjid Abu Ayub Al-Anshari, masjid Byazid dan masjid Sulaiman al-Qanuni, merupakan masjid yang berasitektur tinggi dengan menggunakan “kubah batu” yang menggambarkan persaingan antara Islam dengan Kristen.[5]
·         Pada bidang Keagamaan dan Budaya
Kebudayaan Turki merupakan perpaduan antara kebudayaan Persia, Bizantium dan Arab. Dari kebudayaan Persia mereka banyak menerima ajaran-ajaran tentang etika dan tata krama dala kehidupan istana. Selama pemerintahan Turki Utsmani, kemajuan di bidang militer lebih menonjol dibandingkan dengan bidang-bidang lainnya. Hal ini karena koondisi objektif dan potensi dasar etnik Turki serta sesuatu dihadapi kerajaan Turki Utsmani sejak proses awal berdirinya samapi kepada perkembangannya, yang selalu membutuhkan kekuatan militer yang sangat untuk menhadapi musuh-musuh yang selalu mengintai kelemahannya.
Kehidupan keagamaan merupakan bagian dari sistem sosial dan politik Turki Utsmani. Ulama mempunyai kedudukan tinggi dalam kehidupan ngara dan masyarakat. Mufti sebagai pejabat tinggi agama, tanpa legitimasi Mufti keputusan hukum kerajaan tidak dapat berjalan.[6]
Agama dalam tradisi masyarakat Turki mempunyai peranan besar dalam lapangan sosial dan politik. Masyarakat di golongkan berdasarkan agama, dan kerajaan sendiri sangat terikat dengan syariat sehingga fatwa ulama menjadi hukum yang berlaku. Oleh karena itru, ajaran ajaran thorikot berkembang dan juga mengalami kemajuan di Turki Usmani.
1.      Adanya jabatan Mufti sebagai Pejabat urusan agama tertinggi, yang memiliki kuasa legitimasi dalam hukum kerajaan.
2.      Dalam bidang Tasauf berkembang tiga tarekat besar yang memberikan dukungan kuat bagi kerajaan:
a)      Tarekat Baktasyi, Tarekat ini dibawa oleh Ahmad Yasawi (1169 M) dan pengikutnya pernah menjadi tentara yang sangat tangguh dalam berbagai penaklukan yang dilakukan oleh kerajaan Turki Usmani.
b)      Tarekat Maulawiyah, tarekat ini dibawa oleh Jalaluddin Rumi (1273 M), ia memperkenalkan sama’, sebuah tarian untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan zikir tertentu.
c)      Tarekat Naqsabandiyah, tarekat ini memperkenalkan zikir khafi (diam/tidak bersuara) dan masih berkembang sampai saat ini.    
·         Pada bidang Ekonomi
Tercatat beberapa kota yang maju dalam bidang industri pada waktu itu di antaranya: Mesir sebagai pusat produksi kain sutra dan katun  Anatoli selain sebagai pusat produksi bahan tekstil dan kawasan pertanian yang subur, juga menjadi pusat perdagangan dunia pada saat itu.
·         Bidang Pendidikan
Dalam bidang pendidikan, dinasti ini mendirikan sejumlah madrasah. Mdrasah yang pertama didirikan adalah di Inzik (1331 M) dengan medatangkan pengajaran dari Iran dan Mesir. Madrasah berikutnya didirikan di Bursa, Edirne dan Istanbul. Madrasah di Turki Usmani dibentuk dengan memperlihatkan jenjang dan materi ilmu yang diajarkan adalah bahasa Arab, Nahwu,  Sharaf, mantik, teologi, hukum, astronomi, geometrid an retorika. [7]
·         Bidang Militer dan Perluasan Wilayah
Dengan adanya kondisi objektif yang dihadapi Turki Usmani, para pemimpin mewujudkan negara yang berdasarkan sistem dan prinsip kemiliteran. Kebijakan kemiliteran ini lebih dikembangkan oleh pengganti Orkhan, yaitu Murad dengan membentuk sejumlah Korps atau cabang-cabang Yenisari kekuatan militer Yenisari ini berhasil mengubah negara Usmani yang baru lahir menjadi mesin perang yang paling kuat, dan memberikan dorongan sangat besar bagi penaklukan negeri-negeri non muslim.[8]
·         Bidang Intelektual
Kemajuan bidang intelektual di abad ke-19 pada masa pemerintahan Turki Utsmani tampaknya tidak lebih menonjol dibandingkan bidang polik dan kemiliteran. Dari aspek-aspek intelektual yang dicapai pada periode ini adalah sebagai berikut.
a)      Terdapat dua buah surat kabar yang muncul pada masa ini, yaitu berita harian Takvini Veka (1831), jurnal Tasviri Efkyar  (1862) dan Terjumani Ahval (1860)
b)      Pendidikan,  terjadi transformasi pendidikan dengan mendirikan sekolah-sekolah dasar, menengah, dan perguruan tinggi, fakultas kedokteran, fakultas hokum dan mengirinkan pelajar yang berprestasi ke Prancis. [9]
c)       Sejarawan Istana, Arifi karyanya sha-name-I-Al-I Osman, cerita tentang keluarga raja-raja Utsmani Kemajuan-kemajuan yang diperoleh kerajaan Turki Utsmani tersebut tidak terlepas daripada kelebihan-kelebihan yang mereka miliki, antara lain :
1.     Mereka adalah bangsa yang penuh semangat, berjiwa besar dan giat. Diliputi semangat perang salib.
2.     Mereka memiliki kekuatan militer yang besar. Kekuasaan mereka meliputi tiga benua: Eropa, Asia dan Afrika.
3.     Bangsa Utsmaniyah menghuni tempat yang sangat strategis, yaitu Constantinopel yang sangat penting pada peta dunia. ibukota istanbul ditinjau dari keadaan tanahnya sangat strategis. Tidak ada bandingannya. Ia berada pada titik-temua antara asia dan Eropa.
4.     Semangat Jihad dan ingin mengembangkan Islam.
5.     Suka Menolong muslim lainnya. Mereka telah mendatangi Eropa Timur untuk meringankan tekanan kaum nasrani terhadap Andalusia. Mereka juga mengusir Portugis di negeri-negeri muslim. Mereka juga menggagalkan usaha Portugis menguasai Tanah Haram. Disamping itu keberanian, ketangguhan dan kepandaian taktik yang dilakukan olah para penguasa Turki Utsmani sangatlah baik, serta terjalinnya hubungan yang baik dengan rakyat kecil, sehingga hal ini pun juga mendukung dalam memajukan dan mempertahankan kerajaan Turki Utsmani.










BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kerajaan Turki usmani di dirikan oleh bangsa pengembara Turki dari kabilah Orguz yang mendiami daerah Asia tengah atau daerah utara Cina. Kemenangan  dalam setiap pertempuran banyak di raih Usman sehingga Sultan pun semakin  bersimpati dan banyak  memberi  hak istimewa pada Usman. Hingga pada tahun 1300 M,  bangsa Mongol menyerang  dan  mengakibatkan Sultan Alauddin II terbunuh  dengan tampa meninggalkan putra sebagai pewaris   tahta, Sebab itu  Usman pun memproklamirkan kemerdekaan sebagai  Padisyah Al Usman dalam   kesultanan Usmani.
 Melalui pujangga-pujangga turki Utsmani ini maka perluasan wilayahpun sangat pesat dari semenanjung Balkan daulah Usmaniyah melebarkan sayapnya kesebelah Timur sehingga dalam waktu singkat seluruh Persia dan Irak yang dikuasai daulah Safawiyah yang beraliran Syi’ah dapat direbut dan juga kedaerah-daerah lain.
Kemunduran kerajaan Turki Utsmani ini berawal Sultan Salim II (1566-1573 M) yang mana sejarah mencatat sebagai titik awal masa kemunduran Kerajaan Turki Usmani setelah Berkuasa lebih dari  2 setengah  abad. Pada masa pemerintahan Salim II,  Terjadi pertempuran dengan Armada Laut Kristen yang di Pimpin oleh Don Juan dari Spanyol di Selat Liponto Yunani. Turki Usmani Kalah yang mengakibatkan Tunisia dapat di rebut Musuh.
Pada tahun 1342 H / 1923 M khalifah Islamiyah dihapus, lalu turki berganti menjadi republic sekuler. Musthafa kemal menjadi presiden dengna model kepemimpinan dictator. Pemilihannya sebagai peresiden telah dikukan beberapa kali. Namun, ini tidak menyelamatkan rakyat hingga kematianya pada tahun 1357 H / 1938 M.


     

DAFTAR PUSTAKA




[1] http://edisaffan.blogspot.com/2012/04/peradaban-islam-pada-masa-kerajaan.html
[2] http://sejarahcoy.blogspot.com/2013/05/kerajaan-islam-pada-masa-kerajaan-turki.html
[3] https://peradabandansejarah.blogspot.com/2015/11/Turki-Utsmani.html
[4] Di buku
[5] http://edisaffan.blogspot.com/2012/04/peradaban-islam-pada-masa-kerajaan.html
[6] Di buku mbuh pia hal berapa
[7] http://edisaffan.blogspot.com/2012/04/peradaban-islam-pada-masa-kerajaan.html
[8] Di buku juga
[9] Di buku juga

0 comments:

Post a Comment

Monggo Komentarnya. . .