BAB II
PEMBAHASAN
A.
Asal Mula
Kerajaan Turki Usmani
Kerajaan Turki usmani di dirikan oleh bangsa
pengembara Turki dari kabilah Orguz yang mendiami daerah Asia tengah atau
daerah utara Cina. Habitat bangsa turki ini sangat luas yang terhampar dari
Mongolia sampai dengna Ukraina, sayang sekali kekuasaan turki yang disebut
dengan “Tujueh” ini terbelah menjadi beberapa kawasan kecil, disebelah timur
misalnya, telah jatuh kedalam kekuasaan Dinasti Thangdari Cina, sementara
kawasan barat jatuh ketangan Binzamtium. Mereka masuk islam sekitar abad
ke-9 atau ke-10. Pada abad ke-13, di karenakan adanya tekanan Bangsa
Mongol, atas perintah kepala kabilah Sulaiman Syah, sejumlah kira-kira
400 kepala keluarga yang di pimpin oleh putranya Ertoghul mengungsi ke
saudara mereka Turki Saljuk yang berpusat di Konya Anatolia daerah
dataran tinggi Asia Kecil, dan merekapun mengabdikan diri kepada Sultan
Turki Saljuk Alauddin II yang kebetulan sedang berperang melawan
kemaharajaan Romawi Timur Bizantim.
Berkat bantuan mereka,
Sultan Alauddin II dapat meraih kemenangan dan Sultan menghadiahkan untuk
mereka sebidang tanah di Asia kecil, yang berbatasan dengan Bizantium.
Sejak saat itu merekapun membangun daerahnya dan menjadikan Syukud
sebagai ibu kota. Pada tahun 1289 M Erthoghul meninggal, di gantikan oleh
putranya Usman sebagai penerus kepemimpinan yang Sebagaimana
ayahnya Usman juga banyak berjasa kepada sultan Alauddin II dengan
keberhasilanya menduduki benteng-benteng Bizamtium yang berdekatan dengan kota
Broessa.
Kemenangan dalam setiap
pertempuran banyak di raih Usman sehingga Sultan pun semakin bersimpati
dan banyak memberi hak istimewa pada Usman. Hingga pada tahun 1300
M, bangsa Mongol menyerang dan mengakibatkan Sultan Alauddin
II terbunuh dengan tampa meninggalkan putra sebagai pewaris
tahta, Sebab itu Usman pun memproklamirkan kemerdekaan sebagai
Padisyah Al Usman dalam kesultanan Usmani. Dalam kepemimpinannya,
Kerajaan semakin luas dan kuat sehingga dapat menduduki
benteng-benteng Bizantium dan menaklukan kota Broessa yang pada tahun 1326
M menjadi ibu kota kerajaan. [1]
B.
Fase
Perkembangan Kerajaan Turki Usmani
1.
Fase Kemajuan Kerajaan
Turki Utsmani
Sepeninggal Sultan Usman pada
Tahun 1326 M, Kerajaan di pimpin oleh anaknya Sultan Orkhan I (1326-1359
M). Pada masanya berdiri Akademi militer sebagai pusat pelatihan
dan pendidikan, sehingga mampu menciptakan kekuatan militer yang
besar dan dengan mudahnya dapat menaklukan Sebagian daerah
benua Eropa yaitu, Azmir (Shirma) tahun 1327 M, Tawasyanli
1330 M, Uskandar 1338 M, Ankara 1354 M dan Galliopoli 1356 M.
Setelah memantapkan
kedudukannya di Eropa rezim usman mendatangkan tentara turki slam jumlah yang
sangat besar kenegeri Bulkan dan menduduki yunani. Kekuasaan dinasti usmani ini
terhadap wilayah bagian barat Balkan telah dikuasai secara sempurna sejak
kemenangannya. Di atas landasan imperium Eropa mereka segera melancarkan upaya
pencaplokan beberapa wialyah kesultanan turki yang menjadi saingannya di
Anotolia barat dan mempersiapkan bagi penyerbuan ke Constatinopel.
Ketika Sultan Murad I
(1359-1389 M) pengganti orkhan naik. Ia memantapkan keamanan dalam negri dan
melakukan perluasan ke benua Eropa dengan menaklukan Adrianopel (yang
kemudian menjadi ibu kota kerajaan baru) , Macedonia, Sopia, Salonia, dan
seluruh bagian utara Yunani. Merasa cemas dengan kesuksesan Kerajaan
Usmani, negara Kristen Eropa pun bersatu yang di pimpin oleh Sijisman
memerangi kerajaan, hingga terjadilah pertempuran di Kosovo tahun 1389 M,
namun musuh dapat di pukul mundur dan di hancurkan.
Pada tahun 1389 M, Sultan
Bayazid naik tahta (1389-1403 M), Perluasan berlanjut dan dapat menguasai
Salocia, morea , Serbia, Bulgaria, dan Rumania juga pada tahun 1394 M,
memperoleh kemenangan dalam perang Salib di Nicapolas.Selain menghadapi
musuh-musuh Eropa, Kerajaan juga di paksa menghadapi pemberontak
yang bersekutu dengan Raja islam yang bernama Timur Lenk di
samarkand. Pada tahun 1402 M pertempuran hebat pun terjadi di Ankara ,
yang pada akhirnya Sultan Bayazid dengan kedua putranya Musa dan Erthogrol,
tertangkap dan meninggal di tahanan pada tahun 1403 M. Sebab kekalahan ini
Bulgaria dan Serbia memproklamirkan kemerdekaannya.
Setelah Sultan Bayazid
meninggal, terjadi perebutan kekuasaan di antara putra -putranya (Muhammad,
isa dan sulaiman) namun di antara mereka Sultan Muhammad I lah yang naik
tahta (1403-1421 M), di masa pemerintahannya ia berhasil menyatukan
kembali kekuatan dan daerahnya dari bangsa
mongol, terlebih setelah Timur lenk meninggal pada tahun 1405 M.
Pada tahun 1421 M, Sultan Muhammad meninggal dan di teruskan oleh anaknya,
Sultan Murrad II (1421-1484 M) hingga mencapai banyak kemajuan pada masa Sultan
Muhammad II/ Muhammad Al Fatih (1451-1484 M) putra Murrad II. Pada masa
Muhammad II, Tahun 1453 M ia dapat mengalahkan Bizantium dan menaklukan
Konstantinopel . Setelah Beliau meninggal di gantikan oleh putranya Sultan
Bayazid II.
Dari semenanjung Balkan daulah
Usmaniyah melebarkan sayapnya kesebelah Timur sehingga dalam waktu singkat
seluruh Persia dan Irak yang dikuasai daulah Safawiyah yang beraliran Syi’ah
dapat direbut.
Cara orang Yahudi menetap di tanah
Ottoman selama masa sultan Bayazid II, setelah mengalami pembantaian dan
pengasingan di kerajaan Katolik Spanyol dan Portugal, adalah contoh yang baik
dari toleransi moralitas Islam yang menyertainya. Raja-raja katolik yang
memerintah banyak Spanyol pada saat itu membawa tekanan berat untuk menanggung
pada orang-orang Yahudi yang sebelumnya hidup dalam damai di bawah kekuasaan
muslim di andalusia. Sementara muslim, Kristen dan Yahudi mampu hidup
berdampingan dengan damai di Andalusia, Para raja Katolik berusaha memaksa
seluruh negeri untuk menjadi Kristen, dan menyatakan perang terhadap kaum
muslim sambil menindas kaum Yahudi. Akibatnya, penguasa muslim terakhir di
wilayah Granada Spanyol selatan digulingkan pada 1492. Muslim menjadi sasaran
pembantaian yang mengerikan, dan orang-orang Yahudi yang menolak untuk mengubah
agama mereka dikirim ke pengasingan.
Selanjutnya menguasai Syam dan
Mesir sehingga pada tahun 1516 M/923H dinasti Usmaniyah memegang kendali Dunia
Islam dengan pusat pemerintahanya di Istambul.
Berbeda dengan Ayahnya, Sultan
Bayazid II (1481-1512 M) lebih mementingkan kehidupan Tasawuf dari
pada penaklukan wilayah, sebab itu muncul controversial akhirnya ia
mengundurkan diri dan di gantikan putranya Sultan Salim I Pada masa Sultan
Salim I (1521-1520 M) terjadi perubahan peta arah perluasan, memfokuskan
pergerakan ke arah timur dengan menaklukan Persia, Syiria hingga
menembus Mesir di Afrika Utara yang sebelumnya di kuasai mamluk. Setelah
Sultan Salim I Meninggal, Muncul Putranya Sultan Sulaiman I(1520-1566 M) sebagai Sultan yang
mengantarkan Kerajaan Turki Usmani pada masa keemasannya, karena telah berhasil
menguasai daratan Eropa hingga Austria , Bulgaria, Yunani, Yugoslavia, Albania,
Hongaria dan Rumania, Afrika Utara hingga Mesir, Aljazair, Libia, Dan Tunis.
Asia hingga Persia, Amenia, Siria . meliputi lautan Hindia, Laut Arabia, Laut
Tengah, Laut Hitam. juga daerah-daerah di sekitar kerajaan seperti Irak,
Belgrado, Pulau Rodes, Tunis, Budapest dan Yaman.
2.
Fase Kemunduran Kerajaan Turki Usmani
Setelah Beliau meninggal di
gantikan putranya Sultan Salim II (1566-1573 M) yang mana sejarah mencatat
sebagai titik awal masa kemunduran Kerajaan Turki Usmani setelah Berkuasa lebih
dari 2 setengah abad. Pada masa pemerintahan Salim II,
Terjadi pertempuran dengan Armada Laut Kristen yang di Pimpin oleh Don Juan
dari Spanyol di Selat Liponto Yunani. Turki Usmani Kalah yang mengakibatkan
Tunisia dapat di rebut Musuh. Pengganti Salim II adalah Sultan Murad III
((1574-1595 M) ia dapat menyerbu Kaukasus, dan menguasai Tiflis di laut Hitam
pada tahun 1577 M, merebut kembali Tabriz,dan menundukan Georgia. Namun karena
Berkepribadian Jelek dan suka memperturutkan Hawa nafsunya, muncul kekacauan
dalam negri. Kekacauanpun menjadi-jadi setelah Sultan Muhammad III (1595-1603
M) naik tahta, Austria berhasil memukul Kerajaan yang menjadikan Wibawa
Kerajaan Turki Usmani hilang di mata bangsa-bangsa Eropa.
Selanjutnya Sultan Ahmad
I (1603-1617 M) Naik tahta, Ia bangkit kembali berusaha memperbaiki
situasi dalam negri , Namun hasilnya kurang maksimal. Sesudah Sultan
Ahmad I, Keadaan semakin memburuk setelah naiknya Sultan Mustafa (1617-1618 M dan
1622-1623 M) pada awalnya dia hanya setahun menjabat karena tidak bisa
mengatasi gejolak Politik dalam negri sehingga di paksa turun melalui
Fatwa Syaikh Al Islam Setelah Mustafa turun di gantikan oleh Sultan Usman II
(1618-1622 M), Namun Ia juga tidak mampu memperbaiki keadaan, hingga Persia
lepas dari kekuasaan. Dan di lanjutkan kembali oleh Sultan Mustafa namun hanya
setahun, Ia pun di gantikan oleh Sultan Murrad IV (1623-1640 M) yang kemudian
mampu memperbaiki, menyusun dan menertibkan pemerintahan kembali.
Namun situasi kembali berubah
setelah Sultan Ibrahim Naik tahta (1640-1648 M) pada masanya orang-orang
Venesia berhasil mengusir Turki Usmani dari Cyprus dan Creta tahun 1645 M,
Sebab kekalahan itu kekuasaan di pegang oleh Muhammad Koprulu sebagai perdana
mentri yang di beri kekuasaan absolut, berhasil mengupayakan stabilitas negara.
Sepeninggal Koprulu, kerajaan di pegang oleh anaknya, Ibrahim. Sejak di pimpin
ibrahim, kerajaan selalu kalah dalam peperangan sehingga banyak wilayah yang
melepaskan diri dari Kerajaan dan terebut oleh Bangsa Eropa.
Pada tahun 1699 M, terjadi
perjanjian Korlowith yang memaksa Kesultanan Turki usmani melepaskan Hongaria,
Slovenia, Kroasia kepada Hapsburg dan Hemenietz. Podolia, Ukraina, Morea, dan
Dalmatia kepada bangsa Venetia. Pada tahun 1770 M, Bangsa Rusia pun dapat
mengalahkan Turki Usmani di sepanjang pantai Asia kecil. Walaupun kelak dapat
di kuasai kembali pada masa Sultan Mustafa III (1757-1774 M) Setelah sultan
Mustafa III, di gantikan oleh Sultan yang lemah yaitu, Abdul Hamid (1774-1789
M). Di kutcuk kinarja ia mengadakan perjanjian kinarja dengan Catherine II dari
Rusia. Yang mana Kerajaan di haruskan menyerahkan benteng-benteng yang ada di
laut hitam, mengizinkan Armada Rusia melewati Selat antara laut hitam dan
putih, dan mengakui kemerdekaan Crimea. [2]
Adapun diantaranya faktor-faktor
eksternal dan internalnya antara lain sebagai berikut:
·
Faktor Eksternal
1.
Wilayah
kekuasaan yang terlalu luas
Perluasan wilayah yang begitu cepat yang terjadi pada
kerajaan Usmani, menyebabkan pemerintahan merasa kesulitan dalam melakukan
administrasi pemerintahan, terutama pasca pemerintahan Sultan Sulaiman.
Sehingga administrasi pemerintahan kerajaan Usmani tidak beres. Tampaknya
penguasa Turki Usmani hanya mengadakan ekspansi, tanpa mengabaikan penataan
sistem pemerintahan. Hal ini menyebabkan wilayah-wilayah yang jauh dari pusat
mudah direbut oleh musuh dan sebagian berusaha melepaskan diri.
2.
Heterogenitas
penduduk
Sebagai kerajaan besar, yang
merupakan hasil ekspansi dari berbagai kerajaan, mencakup Asia kecil, Armenia,
Irak, Siria dan negara lain, maka di kerajaan Turki terjadi heterogenitas
penduduk. Dari banyaknya dan beragamnya penduduk, maka jelaslah administrasi
yang dibutuhkan juga harus memadai dan bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Akan tetapi kerajaan Usmani pasca Sulaiman tidak memiliki administrasi
pemerintahan yang bagus di tambah lagi dengan pemimpinpemimpin yang berkuasa
sangat lemah dan mempunyai perangai yang jelek.
3.
Kelemahan para
Penguasa
Setelah sultan Sulaiman wafat,
maka terjadilah pergantian penguasa. Penguasa-penguasa tersebut memiliki
kepribadian dan kepemimpinan yang lemah akibatnya pemerintahan menjadi kacau
dan susah teratasi.
4.
Budaya Pungli
Budaya ini telah meraja lela yang mengakibatkan
dekadensi moral terutama dikalangan pejabat yang sedang memperebutkan kekuasaan
(jabatan).
5.
Pemberontakan-Pemberotakan
Tentara Jenissari
Pemberontakan Jenissari terjadi
sebanyak empat kali yaitu pada tahun 1525 M, 1632 M, 1727 M dan 1826 M. Pada
masa belakangan pihak Jenissari tidak lagi menerapkan prinsip
seleksi dan prestasi, keberadaannya didominasi oleh keturunan dan golongan
tertentu yang mengakibatkan adanya pemberontakan-pemberontakan.
6.
Merosotnya Ekonomi
Akibat peperangan yang terjadi
secara terus menerus maka biaya pun semakin membengkak, sementara belanja
negara pun sangat besar, sehingga perekonomian kerajaan Turki pun merosot.
7.
Kurang
berkembangnya ilmu pengetahuan
Ilmu dan Teknologi selalu berjalan
beriringan sehingga keduanya sangat dibutuhkan dalam kehidupan. Keraajan usmani
kurang berhasil dalam pengembagan Ilmu dan Teknologi ini karena hanya
mengutamakan pengembangan militernya. Kemajuan militer yang tidak diimbangi
dengan kemajuan ilmu dan teknologi menyebabkan kerajaan Usmani tidak sanggup
menghadapi persenjataan musuh dari Eropa yang lebih maju.
·
Faktor Eksternal
1. Timbulnya gerakan
nasionalisme. Bangsa-bangsa yang tunduk pada kerajaan Turki selama berkuasa,
mulai menyadari kelemahan dinasti tersebut. Kekuasaan Turki atas mereka bermula
dari penaklukan dan penyerbuan. Meskipun Turki telah berbuat sebaik mungkin
kepada pihak yang dikuasai, mereka beranggapan bahwa Turki melemah, mereka
bangkit untuk melepaskan diri dari cengkraman kerajaan tersebut.
2. Terjadinya kemajuan
teknologi di Barat, khususnya dalam bidang persenjataan. Sementara itu, di
Turki terjadi stagnasi ilmu pengetahuan sehingga ketika terjadi kontak senjata
antara kekuasaan Turki dengan kekuatan Eropa, Turki selalu menderita kekalahan
karena masih menggunakan senjata tradisional sedangkan Eropa telah menggunakan
senjata modern.
3. ittihadiyah dan
Kamaliyah mereka semua mengikuti upacara ritual freemosanry. Konspirasi Yahudi menjatuhkan Khilafah
Menurut Syaikul Islam Musthafa Sabri Mustapa Kamal memiliki hubungan yang kuat
dengan kelompok Yahudi, bahkan ia salah seorang dari mereka, sebagaimana
dikuatkan oleh anggota lembaga. [3]
C.
Perkembangan Peradaban Kerajan Turki Utsmani
Kerajaan Turki usmani
merupakan salah satu kerajaan Islam yang bertahan lama yang mampu mengembangkan
peradaban dalam berbagai hal. Selain pembangunan dalam bentuk fisik,
perkembangan pesat juga terjadi dalam hal pemikiran.
·
Pada bidang
militer dan pemerintahan
Bentuk kerajaan Turki Usmani didasarkan
pada sistim Feodal yang di tuju lanagsung pada kerajaan Bizantium. Dalam sistem
pemerintahan, Sultan adalah penguasa tertinggi. Orkhan adalah salah seorang
dari Amir-amir itu yang kemudian memproklamasikan dirinya sebagai seorang
Sultan. Di setiap daerah seorang Qadi yang merupakan pimpinan agama di daerah
tersebut iya mempunyai kekuasaan untuk menjalankan hukum pidana dan perdata
menurut syariat islam berdasarkan Al Qur’an dan Al hadist.[4]
Dan adanya Kitab Muqtadha Al-Abhur, sebagai UU
Pemerintahan.Adapun dalam bidang militer yaitu:
1.
Adanya Akademi
militer sebagai pusat pendidikan dan pelatihan.
2.
Terbentuknya
tentara tangguh Jenissari dan Taujiah.
·
Kemajuan dibidang ilmu pengetahuan
Pada Bidang Ilmu Pengetahuan
dan seni budaya Sebab Turki Usmani Kurang Fokus terhadap ilmu pengetahuan, maka
Bidang ilmu pengetahuan pun kurang menonjol tidak seperti Dinasti islam
sebelumnya. Adapun beberapa tokoh termasyhur dari beberaa disiplin
ilmu yang muncul kala itu, di antaranya :
1.
Abdulrauf Al
Manawy dan Abdul Wahab Syarany , sebagai ahli hadis dan tasawuf.
2.
As Shadar bin
Abdurrahman Al Akhdhary, sebagai ahli Filsafat dan mantiq.
3.
Daud Inthaqy dan
Sahabudin bin salamah Qaliyuby, ahli dalam bidang kedokteran.
4.
Ibnu Hasan
Samarkandy, sebagai ahli ilmu politik.
5.
Qari Al Harawy,
sebagai ahli music.
6.
Ibnu Diba Az
zabidy dan Abdul ghani An nablusy, sebagai ahli sejarah.
7.
Aisyah Bauniyah
dan Ali khan, sebagai ahli sastra.
8.
Abdulqadir
Baghdady dan Az zabidy, sebagai ahli bahasa.
9.
Muammar Sinan,
sebagai ahli di bidang arsitektur.
10.
Musa Azam,
Sebagai ahli seni.
Adapun mengenai budaya sosial,
Budaya Turki Usmani sangat di pengaruhi oleh tiga budaya. Dari kebudayaan
persia mereka mengambil ajaran tentang etika dan tata krama dalam istana.
Ajaran tentang prinsip-prinsip ekonomi , sosial,kemasyarakatan, dan keilmuan
mereka mengambil dari Bangsa Arab. Sedangkan pemerintahan dan organisasi
kemiliteran mereka banyak dapat dari Bizantium.
Dalam menjalankan ilmu
pemerintahan, pemimpin turki Usmani menggunakan dua gelar sekaligus: khalifah
dan sultan. Khalifah sebagai simbol penguasa dunia dan khalifah juga symbol
sebagai penguasa spritual (agama). Secara praktis, pemimpin turki Usmani
memiliki dua pembantu utama.
a.
Mufti atau
Syaykh al-Islam yang berwenang mewakili pemimpin turki Usmani dalam
melaksanakan wewenang spiritual.
b.
Shadhr al-a’zham
(perdana mentri) yang berwenang mewakili pemimpin Turki Usmani dalam
melaksanakan duniawi.
Ulama dan sejumlah karyanya yang
dihasilkan pada masa Turki Usmani adalah:
a.
Mustafa Ali
(1541-1599), ahli sejarah. Diantara karyanya adalah Kunh al-Akhbar, yang berisi
sejarah dunia dari Adam As sampai Yesus, sejarah Islam awal hingga Turki
Usmani.
b.
Evliya Chelebi
(1614-1682), ahli ilmu sosial. Diantara karyanya adalah Seyabat Name (buku
pedoman perjalan) yang berisi tentang masyarakat dan Turki Usmani.
c.
Arifi (1561),
sejatawan istana. Diantara karyanya adalah Shah-name –I al-Osman yang berisi
cerita tentang keluarga raja-raja Usmani.
Selain meninggalkan buku-buku
sebagai kekayaan sejarah, Turki Usmani juga meninggalkan sejumlah bangunan yang
memperlihatkan keunggulan penguasaan teknologi pada zamannya. Masjid Aya
Sophia, Masjid Agung Sultan Muhammad Al-Fatih, masjid Abu Ayub Al-Anshari,
masjid Byazid dan masjid Sulaiman al-Qanuni, merupakan masjid yang berasitektur
tinggi dengan menggunakan “kubah batu” yang menggambarkan persaingan antara
Islam dengan Kristen.[5]
·
Pada bidang
Keagamaan dan Budaya
Kebudayaan Turki merupakan perpaduan
antara kebudayaan Persia, Bizantium dan Arab. Dari kebudayaan Persia mereka
banyak menerima ajaran-ajaran tentang etika dan tata krama dala kehidupan
istana. Selama pemerintahan Turki Utsmani, kemajuan di bidang militer lebih
menonjol dibandingkan dengan bidang-bidang lainnya. Hal ini karena koondisi
objektif dan potensi dasar etnik Turki serta sesuatu dihadapi kerajaan Turki
Utsmani sejak proses awal berdirinya samapi kepada perkembangannya, yang selalu
membutuhkan kekuatan militer yang sangat untuk menhadapi musuh-musuh yang
selalu mengintai kelemahannya.
Kehidupan keagamaan merupakan bagian dari
sistem sosial dan politik Turki Utsmani. Ulama mempunyai kedudukan tinggi dalam
kehidupan ngara dan masyarakat. Mufti sebagai pejabat tinggi agama, tanpa
legitimasi Mufti keputusan hukum kerajaan tidak dapat berjalan.[6]
Agama dalam tradisi masyarakat
Turki mempunyai peranan besar dalam lapangan sosial dan politik. Masyarakat di
golongkan berdasarkan agama, dan kerajaan sendiri sangat terikat dengan syariat
sehingga fatwa ulama menjadi hukum yang berlaku. Oleh karena itru, ajaran
ajaran thorikot berkembang dan juga mengalami kemajuan di Turki Usmani.
1.
Adanya jabatan
Mufti sebagai Pejabat urusan agama tertinggi, yang memiliki kuasa legitimasi
dalam hukum kerajaan.
2.
Dalam bidang
Tasauf berkembang tiga tarekat besar yang memberikan dukungan kuat bagi
kerajaan:
a)
Tarekat
Baktasyi, Tarekat ini dibawa oleh Ahmad Yasawi (1169 M) dan pengikutnya pernah
menjadi tentara yang sangat tangguh dalam berbagai penaklukan yang dilakukan
oleh kerajaan Turki Usmani.
b)
Tarekat Maulawiyah,
tarekat ini dibawa oleh Jalaluddin Rumi (1273 M), ia memperkenalkan sama’,
sebuah tarian untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan zikir tertentu.
c)
Tarekat
Naqsabandiyah, tarekat ini memperkenalkan zikir khafi (diam/tidak bersuara) dan
masih berkembang sampai saat ini.
·
Pada bidang
Ekonomi
Tercatat beberapa kota yang
maju dalam bidang industri pada waktu itu di antaranya: Mesir sebagai pusat
produksi kain sutra dan katun Anatoli selain sebagai pusat produksi bahan
tekstil dan kawasan pertanian yang subur, juga menjadi pusat perdagangan dunia
pada saat itu.
·
Bidang
Pendidikan
Dalam bidang pendidikan,
dinasti ini mendirikan sejumlah madrasah. Mdrasah yang pertama didirikan adalah
di Inzik (1331 M) dengan medatangkan pengajaran dari Iran dan Mesir. Madrasah
berikutnya didirikan di Bursa, Edirne dan Istanbul. Madrasah di Turki Usmani
dibentuk dengan memperlihatkan jenjang dan materi ilmu yang diajarkan adalah
bahasa Arab, Nahwu, Sharaf, mantik, teologi, hukum, astronomi, geometrid
an retorika. [7]
·
Bidang Militer dan Perluasan
Wilayah
Dengan adanya kondisi objektif yang dihadapi
Turki Usmani, para pemimpin mewujudkan negara yang berdasarkan sistem dan
prinsip kemiliteran. Kebijakan kemiliteran ini lebih dikembangkan oleh
pengganti Orkhan, yaitu Murad dengan membentuk sejumlah Korps atau
cabang-cabang Yenisari kekuatan militer Yenisari ini berhasil mengubah negara
Usmani yang baru lahir menjadi mesin perang yang paling kuat, dan memberikan
dorongan sangat besar bagi penaklukan negeri-negeri non muslim.[8]
·
Bidang Intelektual
Kemajuan
bidang intelektual di abad ke-19 pada masa pemerintahan Turki Utsmani tampaknya
tidak lebih menonjol dibandingkan bidang polik dan kemiliteran. Dari
aspek-aspek intelektual yang dicapai pada periode ini adalah sebagai berikut.
a)
Terdapat dua buah surat kabar yang
muncul pada masa ini, yaitu berita harian Takvini Veka (1831), jurnal Tasviri
Efkyar (1862) dan Terjumani Ahval (1860)
b)
Pendidikan, terjadi transformasi pendidikan dengan
mendirikan sekolah-sekolah dasar, menengah, dan perguruan tinggi, fakultas
kedokteran, fakultas hokum dan mengirinkan pelajar yang berprestasi ke Prancis. [9]
c)
Sejarawan
Istana, Arifi karyanya sha-name-I-Al-I Osman, cerita tentang keluarga raja-raja
Utsmani Kemajuan-kemajuan yang diperoleh kerajaan Turki Utsmani tersebut tidak
terlepas daripada kelebihan-kelebihan yang mereka miliki, antara lain :
1. Mereka adalah bangsa yang penuh semangat,
berjiwa besar dan giat. Diliputi semangat perang salib.
2. Mereka memiliki kekuatan militer yang besar. Kekuasaan mereka
meliputi tiga benua: Eropa, Asia dan Afrika.
3. Bangsa Utsmaniyah menghuni tempat yang
sangat strategis, yaitu Constantinopel yang sangat penting pada peta dunia.
ibukota istanbul ditinjau dari keadaan tanahnya sangat strategis. Tidak ada
bandingannya. Ia berada pada titik-temua antara asia dan Eropa.
4. Semangat Jihad dan ingin mengembangkan
Islam.
5. Suka Menolong muslim lainnya. Mereka telah
mendatangi Eropa Timur untuk meringankan tekanan kaum nasrani terhadap
Andalusia. Mereka juga mengusir Portugis di negeri-negeri muslim. Mereka juga
menggagalkan usaha Portugis menguasai Tanah Haram. Disamping itu keberanian,
ketangguhan dan kepandaian taktik yang dilakukan olah para penguasa Turki
Utsmani sangatlah baik, serta terjalinnya hubungan yang baik dengan rakyat kecil,
sehingga hal ini pun juga mendukung dalam memajukan dan mempertahankan kerajaan
Turki Utsmani.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kerajaan Turki
usmani di dirikan oleh bangsa pengembara Turki dari kabilah Orguz yang mendiami
daerah Asia tengah atau daerah utara Cina. Kemenangan dalam setiap
pertempuran banyak di raih Usman sehingga Sultan pun semakin bersimpati
dan banyak memberi hak istimewa pada Usman. Hingga pada tahun 1300
M, bangsa Mongol menyerang dan mengakibatkan Sultan Alauddin
II terbunuh dengan tampa meninggalkan putra sebagai pewaris
tahta, Sebab itu Usman pun memproklamirkan kemerdekaan sebagai
Padisyah Al Usman dalam kesultanan Usmani.
Melalui
pujangga-pujangga turki Utsmani ini maka perluasan wilayahpun sangat pesat dari
semenanjung Balkan daulah Usmaniyah melebarkan sayapnya kesebelah Timur
sehingga dalam waktu singkat seluruh Persia dan Irak yang dikuasai daulah
Safawiyah yang beraliran Syi’ah dapat direbut dan juga kedaerah-daerah lain.
Kemunduran
kerajaan Turki Utsmani ini berawal Sultan Salim II (1566-1573 M) yang mana
sejarah mencatat sebagai titik awal masa kemunduran Kerajaan Turki Usmani
setelah Berkuasa lebih dari 2 setengah abad. Pada masa pemerintahan
Salim II, Terjadi pertempuran dengan Armada Laut Kristen yang di Pimpin
oleh Don Juan dari Spanyol di Selat Liponto Yunani. Turki Usmani Kalah yang
mengakibatkan Tunisia dapat di rebut Musuh.
Pada tahun 1342
H / 1923 M khalifah Islamiyah dihapus, lalu turki berganti menjadi republic
sekuler. Musthafa kemal menjadi presiden dengna model kepemimpinan dictator.
Pemilihannya sebagai peresiden telah dikukan beberapa kali. Namun, ini tidak
menyelamatkan rakyat hingga kematianya pada tahun 1357 H / 1938 M.
DAFTAR PUSTAKA
[1] http://edisaffan.blogspot.com/2012/04/peradaban-islam-pada-masa-kerajaan.html
[2] http://sejarahcoy.blogspot.com/2013/05/kerajaan-islam-pada-masa-kerajaan-turki.html
[3] https://peradabandansejarah.blogspot.com/2015/11/Turki-Utsmani.html
[4] Di buku
[5] http://edisaffan.blogspot.com/2012/04/peradaban-islam-pada-masa-kerajaan.html
[6] Di buku mbuh pia hal berapa
[7] http://edisaffan.blogspot.com/2012/04/peradaban-islam-pada-masa-kerajaan.html
[8] Di buku juga
[9] Di buku juga
0 comments:
Post a Comment
Monggo Komentarnya. . .