Tuesday, October 2, 2018

Makalah Sejarah Islam Nabi Muhammad SAW

Hasil gambar untuk Peradaban Islam dalam Periode Makkah dan madinah

MAKALAH SEJARAH PERADABAN ISLAM
PERADABAN ISLAM MASA NABI MUHAMMAD
Disusun untuk memenuhi tugas kelompok 2
Mata kuliah Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu: Lutfi Faishol, M.Pd
Disusun oleh:
Misbahusurur
Muhammad Akhyarul Mubin
Muhammad Fauzan
Ridwan Trisabila

PGMI A Semester 3
2018
INSITUT AGAMA ISLAM BUNGA BANGSA CIREBON

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah memberikan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penyusun, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Peradaban Islam Masa Nabi Muhammad.
Pembuatan makalah ini merupakan tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam yang di kerjakan secara kelompok.
Makalah ini berisi tentang Sejarah Peradaban Islam Pada Periode Makkah dan Periode Madinah; yang mana penyusun telah berusaha semaksimal mungkin dan pastinya bantuan dari berbagai pihak, sehingga penyusun mampu menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Dengan itu penyusun sangat berterima kasih banyak kepada semua belah pihak yang telah membantu terselesainya makalah ini.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa banyak kekurangan baik dari dalam susunan bahasa maupun penulisan. Oleh sebab itu terbuka bagi penyusun saran dan kritik dari pembaca kepada penyusun, sehingga penyusun dapat memperbaiki karya tulis ini.
Penyusun berharap semoga makalah ini memberikan manfaat dan inpirasi kepada pembaca.


Cirebon, Juli 2018

      Penyusun







 

DAFTAR ISI




BAB I

PENDAHULUAN

Pada awal mula Nabi Muhammad mendapatkan wahyu dari Allah SWT, yang isinya menyeru manusia untuk beribadah kepadanya, mendapat tantangan yang besar dari berbagai kalangan Quraisy. Hal ini terjadi karena pada masa itu kaum Quraisy mempunyai sesembahan lain yaitu berhala-berhala yang dibuat oleh mereka sendiri. Karena keadaan yang demikian itulah, dakwah pertama yang dilakukan di Makkah dilaksanakan secara sembunyi-sembunyi, terlebih karena jumlah orang yang masuk Islam sangat sedikit. Keadaan ini berubah ketika jumlah orang yang memeluk Islam semakin hari semakin banyak, Allah pun memerintah Nabi-Nya untuk melakukan dakwah secara terang-terangan.
Bertambahnya penganut agama baru yang dibawa oleh Nabi Muhammad, membuat kemapanan spiritual yang sudah lama mengakar di kaum Quraisy menjadi terancam. Karena hal inilah mereka berusaha dengan semaksimal mungkin mengganggu dan menghentikan dakwah tersebut. Dengan cara diplomasi dan kekerasa mereka lakukan. Merasa terancan, Allah pin memerintahkan Nabi Muhammad untuk berhijrah ke kota Madinah. Disinilah babak baru kemajuan Islam dimulai.
1.      Bagaimana Sejarah Singkat Nabi Muhammad?
2.      Bagaimana Peradaban Islam dalam Periode Makkah?
3.      Bagaimana Peradaban Islam dalam Periode Madinah?
1.      Untuk Mengetahui Sejarah Singkat Nabi Muhammad.
2.      Untuk Mengetahui Peradaban Islam dalam Periode Makkah.
3.      Untuk Mengetahui Peradaban Islam dalam Periode Madinah.


Nabi Muhammad adalah anggota BaniHasyim, suatu kabilah yang kurang berkuasa dalam suku Quraisy. Nabi Muhammad lahir dari keluarga terhormat yang relatif miskin. Nabi Muhammad lahir pada pagi hari senin 12 hari bulan Rabi’ul Awwal tahun pertama dari tahun gajah yang masyhur yaitu 40 tahun setelah Kisra Anu Syirwan duduk di ats singgahsana kerjaan Parsi, bertepatan dengan bulan April 571 Milady menurut perhutungan Mahmud Pasja ahli falas Mesir yang terkenal ketika itu.[1] Ayahnya bernama Abdullah anak dari Abdul Muthalib, seorang kepala suku Quraisy yang besar pengaruhnya. Ibunya adalah Aminah Binti Wahab dari Bani Zuhrah. Tahun kelahiran nabi dikenal dengan tahun gajah. 
Muhammad lahir dalam keadaan yatim karena ayahnya Abdullah, meninggal dunia tiga bulan setelah ia menikahi Aminah. Muhammad kemudian diserahkan kepada ibu pengasuh, Halimah Sa’diyah. Dalam asuhanyalah Muhammad dibesarkan sampai usia empat tahun. Setelah itu kurang lebih dua tahun dia berada dalam asuhan ibu kandungnya. Ketika berusia enam tahun dia menjadi yatim piatu. Seakan-akan Allah ingin melaksanakan sendiri pendidikan Muhammad, orang yang dipersiapkan untuk membawa risalahNya terakhir.
Setelah Aminah meninggal, Abdul Muthalib mengambil alih tanggung jawab merawat Muhammad. Namun dua tahun kemudian Abdul Muthalibpun meninggal. Selanjutnya Nabi Muhammad dirawat oleh pamannya Abu Thalib, seperti Abdul Muthalib, dia sangat disegani dan dihormati oleh orang Quraisy dan penduduk Mekah secara keseluruhan, tetapi Abu Thalib ini miskin.
Dalam usia muda Muhammad hidup sebagai pengembala kambing keluarganya dan kambing penduduk Mekah. Melalui kegiatan pengembalaan ini dia menemukan tempat untuk berfikir dan merenung. Pemikiran dan perenungan ini membuat dia jauh dari pemikiran nafsu duniawi, sehingga ia terhindar dari berbagai noda yang merusak namanya, karena itulah Nabi Muhammad diberi gelar al-amin, orang yang terpercaya.
Nabi Muhammad ikut untuk pertama kalinya berdagang ke Syria (Syam) dalam usia 12 tahun yang dipimpin oleh Abu Thalib. Dalam perjalanan ini, di Bushra, sebelah selatan Syria, ia bertemu dengan pendeta Kristen bernama Buhairah. Pendeta ini melihat tanda-tanda kenabian pada Muhammad sesuai petunjuk-petunjuk cerita Kristen. Sebagian sumber mengatakan bahwa pendeta itu menasihati Abu Thalib agar jangan terlalu jauh memasuki daerah Syria, sebab dikuatirkan orang-orang Yahudi melihat tanda-tanda itu dan berbuat jahat kepada Nabi Muhammad.[2] Pada usia yang kedua puluh lima, Muhammad berangkat ke Syria membawa barang dagangan saudagar wanita kaya raya yang telah lama menjanda, Khadijah. Khadijah adalah janda Mekah yang berkedudukan tinggi. Pada masa sebelum Islam dia telah memperoleh gelar Tahra artinya yang berbudi tinggi, karena kebajikan dan keadilanya.[3] Dalam perdangan ini Muhammad memperoleh laba yang besar. Khadijah kemudian melamar Muhammad. Lamaran itu diterima dan menikahlah mereka, Muhammad dalam usia 25 dan Khadijah pada usia 40 tahun. Dalam perkembangan selanjunya,Khadijah adlah wanita yang pertama masuk Islam. Perkawinan bahagia dan saling mencintai dikarunia enam orang anak dua putra dan empat putri:Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqayah, Ummu Kalsum, dan Fatimah. Kedua putra Nabi meninggal pada waktu kecil. Nabi muhammad tidak pernah kawin lagi sampai Khadijah Meninggal dunia ketika Muhammad berusia 50 tahun.
Peristiwa penting yang memperlihatkan kebijaksanaan Muhammad terjadi pada usianya 35 tahun. Waktu itu bangunan Ka’bah rusak berat. Perbaikan Ka’bah dilakukan secara gotong royong. Para penduduk Mekah membantu kegiatan tersebut secara sukarela. Tetapi pada saat terkahir,ketika pekerjaan tinggal mengangkat hajar aswad di tempatnya semula timbul perselisihan. Setiap suku merasa berhak melakukan tugas terakhir dan terhormat itu. Perselisihan semakin memuncak, namun akhinya para pemimpin Quraisy sepakat bahwa orang yang pertama masuk ke Ka’bah melalui pintu Shafa, akan dijadikan hakim untuk memutuskan perkara ini. Ternyata orang yang pertama masuk itu adlah Muhammad. Ia pun dipercaya menjadi hakim. Muhammad kemudian membentangkan kain dan meletakan hajar aswad di tengah-tengah, lalu meminta seluruh kepala suku untuk memegang tepi kain itu dan mengangkatnya bersama-sama. Setelah sampai pada ketinggian tertentu, Muhammad kemudian meletakan batu itu pada tempatnya semula. Dengan demikian perselisihan dapat diselesiakan dengan bijaksana dan semua kepala suku merasa puas dengan cara penyelesain seperti itu.[4]
Disaat negerinya dalam keadaan kemerosotan akhlak dan moral, kerusakan serta keruntuhan aqidah, merajalelanya kedhaliman dan keangkamurkaan. Kondisi masyarakatnya itulah yang menjadi kekhawatiran beliau. Lalu beliau mengasingkan diri di Gua Hira, dekat bukit Jabal Nur, sebuah tempat di luar kota Makkah dalam rangka menenangkan fikiran untuk mencari jalan keluar atau cara merubah masyarakatnya ke arah yang lebih baik. Di sana beliau mendapatkan  pemusatan jiwa yang lebih sempurna ( Ibrahim Rif’at, 1925: Jilid I, 56-60)
Pada malam tanggal 17 Ramadhan, tahun 13 sebelum Hijriah bertepatan dengan tanggal 6 Agustus 610 Masehi, pada waktu umurnya 40 tahun, datanglah Malaikat Jibril dengan membawa wahyu yang pertama, yaitu surat al-‘Alaq ayat 1-5. (Hashbi Ashshiddiqi, dkk. 1977:960)[5]
Beberapa lama setelah menerima wahyu yang pertama, Malaikat Jibril tidak datang lagi, yang dikenal masa jeda wahyu (fatrah al-wahyu). Nabi senantiasa menantikan kedatangannya. Sebagai kebiasaan, beliau menunggu di Gua Hira. Pada suatu hari terdengarlah suara dari langit, beliau menengadah dan tampaklah Jibril, sehingga beliau ketakutan dan pulang ke rumah. Sesampainya di rumah terus tidur dan diselimuti. Dalam berselimut itulah datang Jibril dengan membawa wahyu kedua untuk disampaikan kepada beliau, yaitu surat al-Mudatsir[74] ayat 1-7.
Dengan turunnya wahyu itu, Allah menentukan tahapan kerja yang harus ditempuhnya, yaitu tingkat demi tingkat, agar sukses dalam tugasnya. Tingkat-tingkat tersebut adalah sebagai berikut:[6]
Pertama: Berdiri (bekerja) menyampaikan Risalah wahyu, di saat diterimanya wahyu itu tidak boleh ditunda-tunda waktunya.
Kedua: Mengancam kepada Manusia dengan siksaan Allah bila tidak berhenti menyembah berhala-berhala itu.
Ketiga: Menyeru mereka mengenal Allah dan kebesaran-Nya. Ia Maha Besar, tidak ada Tuhan selain Ia, tidak ada yang disembah selain Ia.
Keempat: Bekerja membersihkan diri dari segala kekejian, sebab di dalam kebersihan badan dan baiknya tingkah laku terletak penghormatan dari manusia.
Kelima: Menjauhi segala dosa dan apa-apa yang tidak disukai Allah.
Keenam: Mempertabah diri untuk menanggungkan berbagai percobaan, sabar atas segala kesulitan dan kesukaran yang dihadapi, tidak boleh bosan dan mengeluh.
Rasulullah saw. lahir dan berkembang di Makkah yang masyarakatnya sedang mengalami masa transisi yang hebat dalam berbagai bidang, seperti sosial, agama dan politik. Ajaran Islam yang dibawa oleh Muhammad pada umumnya merupakan keinginan untuk memperbaiki dan menyelamatkan masyarakat Makkah dalam menjalani masa transisi ini.[7]
Dalam faktanya, Muhammad saw. tidak bisa menjalankan dakwahnya secara efektif yang membuahkan hasil yang memuaskan. Beberapa kondisi ikut melatari ketidak efektifan dakwah Muhammad di Makkah. Penganut yang berhasil dipengaruhi oleh Muhammadpun tidak seberapa jumlahnya karena memang beliau tidak bisa melaksanakan dakwahnya secara terang-terangan. Ahirnya Nabi pun dakwah secara sembunyi-sembunyi, hal ini telah di ketahui oleh quraisy, akan tetapi dalam fase seruan dengan cara sembunyi ini quraisy tidak memperdulikannya, karena mereka sungguh tiada mengira bahwa seruan itu akan hidup dan kuat, dan akan di anut oleh orang yang banyak.[8]
Ada beberapa fase yang dijalani oleh nabi Muhammad dalam memulai dan mengembangkan ajaran yang beliau bawa.
a.       Dakwah Secara Diam-Diam
Pada masa ini Rasul hanya mengajak kerabat-kerabatnya untuk ikut memelukm agama Islam yang beliau bawa. Mereka diseru untuk meyakini ajaran-ajaran pokok yang terkandung dalam wahyu yang ia terima.[9]
Seorang demi seorang diajak agar mau meninggalkan agama berhala dan hanya menyembah Allah Yang Maha Esa. Usaha yang dilakukan itu berhasil. Orang-orang yang mula-mula beriman adalah:
1)      Istri beliau sendiri, Khadijah
2)      Kalangan pemuda, Ali bin Abi Thalib, dan Zaid bin Harits
3)      Dari kalangan budak, Bilal bin Rabbah
4)      Orang tua/tokoh masyarakat, Abu Bakar al-Shiddiq. (A. Syalabi: 1983; 84)[10]
Disamping itu, juga banyak orang yang masuk Islam dengan perantaraan Abu Bakar yang terkenal dengan julukan Assabiqunal Awwalun yaitu orang-orang yang lebih dulu masuk Islam. Mereka adalah Usman bin Affan, Zubair bin Awwan, Sa’ad bin Waqqash, Abdur Rahman bin ‘Auf, Thalhah bin ‘Ubaidillah, Abu Ubaidah bin Jarrah, dan Al-Arqam bin Abil Arqam yang rumahnya dijadikan markas untuk berdakwah secara sembunyi-sembunyi yang sampai sekarang masih berdiri di Mekah. Rumah Ini terletak di bukit shafa yang banyak dikunjungi oleh para jemaah haji dan penziarah lainya.[11]
b.      Dakwah Secara Terang-Terangan
Setelah Nabi Muhammad melakukan dakwah yang bersifat rahasia, terhimpunlah pengikut Nabi sebanyak tiga puluh orang. Dakwah dikala itu dilakukan secara diam-diam. Setelah masa itu, Allah memerintahkan kepada Nabi untuk berdakwah secara terang-terangan, yaitu dengan turunnya surat al-Hijr [15] ayat 94. (Hashbi Ashshiddiqi, dkk. 1977:992)
Ayat inilah yang memerintahkan pada Rasulullah untuk berdakwan secara terus terang dan terbuka, pertama ditujukan kepada kerabat sendiri, kemudian seluruh lapisan masyarakat.
Pada masa dakwah secara terang-terangan inilah Nabi mendapatkan perlakuan yang buruk dari umatnya. Karena setelah dakwah terang-terangan itu, pemimpin Quraisy mulai berusaha menghalangi dakwah Rasul seperti Abu Lahab, Abu Jahal, Uqbah bin Abi Muith, Umayyah bin Khalaf dan tokoh-tokoh kafirlainya.[12] Karena mereka juga melihat semakin bertambahnya jumlah pengikut Nabi, maka mereka pun semakin keras melancarkan serangan-serangan, baik pada Nabi ataupun pada para pengikut Nabi.
Berbagai cara dilakukan oleh pemuka-pemuka kaum Quraisy agar Nabi menghentikan dakwahnya, saat itu mereka tidak berani melukai Nabi karena perlindungan dari pamanya Abi Thalib yang sangat disegani dikalangan masyarakat saat itu. Para pengikut Nabi yang juga termasuk kalangan bangsawan terselamatkan dari siksa kaum Quraisy saat itu, dan bagi mereka yang tidak memiliki perlindungan, harus menahan siksa yang pedih dari kaum Quraisy saat itu. Di antaranya bahkan ada yang meninggal dan buta karena dahsyatnya penyiksaan yang dilakukan kamu Quraisy. Akan tetapi semua itu tidak melemah[13]kan semangat keimanan mereka. Nabi juga mendapatkan jalan buntu dalam dakwahnya. Intinya Nabi dan para pengikutnya mendapat hambatan serta siksaan baik secara fisik dan mental dari kaum Quraisy saat itu. Sehingga kemudian Nabi memutuskan untuk menyebarkan dakwahnya di wilayah lain dengan harapan dakwahnya akan berkembang dengan pesat alasan lainnya adalah untuk menghindari serangan dari pemuka-pemuka Quraisy saat itu.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan dakwah beliau banyak mendapat tantangan dari kamu Quraisy yaitu sebagai berikut:
a. Mereka tidak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan. Mereka mengira bahwa tunduk kepada seruan Nabi Muhammad berarti tunduk kepada kepemimpinan Bani Abdul Muthalib.
b. Nabi Muhammad menyerukan persamaan hak antara bangsawan dan hamba sahaya.
c. Para pemimpin Quraisy tidak mau percaya ataupun mengakui serta tidak menerima ajaran tentang kebangkitan kembali dan pembalasan diakhirat.
d. Taklid kepada nenek moyang adalah kebiasaan yang berurat akar pada bangsa Arab, sehingga sangat berat bagi mereka untuk meninggalkan agama nenek moyang dan mengikuti agam Islam.[14]
e. Takut kehilangan mata pencarian karena pemahat dan penjual patung memandang Islam sebagai penghalang rezeki mereka.[15]
Ada beberapa langkah yang dilakukan kaum Quraisy dalam menantang dakwah Nabi Muhammad di Mekah di antaranya sebagai berikut:
1. Membujuk, karena kekautan Nabi terletak pada perlindungan Abu Thalib yang sangat disegani masyarakat Mekah maka kaum Quraisy meminta Abu Thalib meminta satu di antara dua yaitu memerintahkan Muhammad agar berhenti berdakwah atau menyerahkannya kapada mereka untuk dibunuh. Abu Thalib berharap agar Muhammad berhentikan dakwahnya. Namun Nabi menolak dengan mengatakan “ Demi Allah saya tidak akan berhenti memperjuangkan amanat Allah ini. Walaupun seluruh anggota keluarga dan sanak menggucilkan saya”. Abi Thalib sangat terharu mendengarkan jawaban keponakannyaitu, kemudian ia berkata” Teruskanlah, demi Allah aku akan terus membantu”. 
Gagal dengan semua caranya kemudian kaum Quraisy datang langsung untuk membujuk Nabi dengan menawarkan tahta, wanita, dan harta asala Nabi bersedia menghintkan dakwahnya. Semua tawaran itu ditolak Nabi dengan mengatakan “ Demi Allah, biarkan mereka meletakan matahari di tangan kananku, dan bulan di tangan kiriku, aku tidak akan berhenti melakukan ini sehingga agama ini menang atau aku binasa karenanya”. 
2. Mengintimidasi, karena gagal dengan cara membujuk, para pemimppin Quraisy melakukan tindakan-tindakan kekerasan yang lebih intensif dari sebelumnya. Budak-budak yang masuk Islam disiksa oleh tuanya dengan sangat kejam. Para pemimpin Quraisy menyuruh meniyiksa setiap keluarga yang anggota keluarganya yang masuk Islam untuk murtad kembali.Untuk menghindari kaum muslimin daari tindakan kekejaman ini, nabi memerintakan mereka hijrah ke Habasyah(Ethiopia). 
3. Memboikot seluruh kelaurga Bani Hasyim. Tidak seorangpun penduduk Mekah diperkenankan untuk melakukan hubungan jual beli dengan Bani Hasyim. Akibatnya banyak dari Bani Hasyim yang menderita kelaparan. Hanya karena kasihan beberapa pemimpin Quraisy menghntikan pemboikotan ini. Pembokoitan ini dimulai pada tahun ke-7 kenabian hingga tahun ke -10 kenabian menjelang Khadijah dan Abu Thalib, hal ini berlangsung selama tiga tahun.[16]
Menurut hemat penulis tentulah tindakan-tindakan yang dilakukan kaum Quraisy ini sudah berlebihan. Akan tetapi semangat dakwah Nabi Muhammad dan para sahabatnya lebih kuat sehingga kaum Quraisy tidak bisa mematahkan semangat ini. Hendaknya pengalaman ini bisa kita jadikan pelajaran dan motivasi sebagai calon penerus generasi muda Islam untuk lebih giat dan tekun menyebarkan sekaligus memajukan Islam dibidang apapun.
1)      Materi Pendidikan Islam
Materi pendidik pada fase Makkah dibagi kepaada dua bagian yaitu:
Pertama, materi pendidikan tauhid , materi ini lebih di fokuskan untuk memurnikan ajaran agama tauhid yang dibawa nabi Ibrahim, yang telah diselewengkan oleh masyarakat jahiliah. Secara teori inti sari ajaran tauhid terdapat dalam kandungan surat al- Fatihah Ayat 1-7 dan surat al-Ikhlas Ayat 1-5 secara praktis pendidikan tauhid diberikan melalui cara cara yang bijaksana, menuntun akan pikiran dengan mengajak umatnya membaca,memperhatikan dan memikirkan kekuasaan dan kebesaranAllahdan diri manusia sendiri. Kemudian beliaumengajarkan cara bagaimana mengaplikasikan pengertian tauhid tersebut dalam kehidupan sehari hari Rasulullah lansung yang menjadi contoh bagi umatnya. Hasilnya , kebiasaan masyarakat Arab yang memulai perbuatan atas nama berhala, diganti dengan ucapan Bismillahirrahmanirrahim. Kebiasaan menyembah berhala, diganti dengan mengagungkan dan menyembah Allah SWT
Kedua, materi pengajaran Al-quran. Materi ini dapat dirinci kepada: 
a. Materi baca tulis Al-qur’an, untuk sekarang ini disebut dengan materi imla’ dan iqra’. Dengan materi ini dirahrapkan agar kebiasaan orang arab yang sering membaca syair syair indah, diganti dengan membaca Al-qur’an sebagai bacaan yang lebih tinggi nilai sastranya.
b. Materi menghafal ayat ayat Al-qur’an , yang kemudian hari disebut dengan menghafalkan ayat ayat Al-qur’an.
c. Materi pemahaman Al-qur’an, saat ini disebut dengan materi fahmi Al-qur’an atau tafsir Al-qur’an : tujuan materi ini adalah meluruskan pola pikir umat islam yang di pengaruhi pola pikir jahiliah. Di sinilah letaknya fungsi hadis sebagai bacaan Al-qur’an.
2)      Metode Pendidikan Islam
Metode pendidikan yang dilakukan R asulullah dalam mendidik sahabatnya antara lain:
a. Metode ceramah, menyampaikan wahyu yang baru diterimanya dan memberikan penjelasan penjelasan serta keterangannya.
b. Dialog, misalnya dialog antara Rasulullah dengan Mu’az Ibn Jabal ketika Mu’az akan diutus sebagai kadi ke negeri Yaman, dialog antara Rasulullah dengan sahabat untuk mengatur strategi perang
c. Diskusi atau tanya jawab, sering sahabat bertanya kepada Rasulullah tentang suatu hukum kemudian Rasul menjawabnya
d. Metode perumpamaan, Misalnya orang mukmin itu laksana tubuh, bila sakit salah satu anggota tubuh maka tubuh lainnya akan merasakannya.
e. Metode kisah, misalnya kisah nabi Muhammad dalam perjalanan Isra’ Mi’raj dan kisah pertemuan nabi Musa dengan nabi Khaidir.
f. Metode Pembiasaan, membiasakan umat muslim shalat berjamaah.
g.Metode hafalan, misalnya para sahabat dianjurkan menjaga Al-qur’an dengan cara menghafalnya.
3. Lembaga Pendidikan Islam
Ada dua lembaga pendidikan Islam fase Makkah yaitu : 
a. Rumah Arqam Ibn Arqam, temapt ini merupakan tempat pertama berkumpulnya kaum muslimin beserta Rasulullah untuk belajar hukum hukum dan dasar dasar ajaran Islam. Rumah ini merupakan lembaaga pendidikan pertama di dalam dunia Islam dan Rasulullah sendiri sebagai pengajarnya.
b. Kuttab, pendidikan di kuttab tidak sama dengan di rumah Arqam materi yang diajarkan di Kuttab adalah materi baca tulis sastra,syair arab, dan pembelajaran berhitung namun seelah datang Islam materinya ditambah dengan materi baca tulis Al-quran dan memahami hukum hukum Islam.
Adapun kurikulum pendidikan Islam yang digunaknan adalah Al-quran yang Allah wahyukan sesuai kondisi dan situasi, kejadian dan peristiwa yang dialami umat Islam saat itu. [17]
Melihat situasi pendidikan zaman sekarang jika dibandingkan dengan zaman Rasulullah dahulu, kemajuan pendidikan Islam zaman sekarang sudah jauh tertinggal oleh bangsa barat. Walaupun belum dengan sarana dan prasarana yang lengkap seperti sekarang namun Nabi dan sahabatnya tetap semangat tampa takut mati dalam menyebarkan Islam. Memang inilah tugas kita bersama pada zaman sekarang, dengan sarana dan prasaran yang sudah lengkap hendaknya kita harus lebih semangat dan harus lebih maju dari panji-panji Islam dalam menegakan agama Allah, tidak hanya pada satu bidang saja akn tetapi kita harus bisa maju dan berkembang mencakup seluruh bidang yang ada.
Selama perjalanan hijrah ke Madinah Rasulullah membangun 4 masjid yang bersejarah.Beliau melakukan perjalanan menunggu tertidurnya pasukan Quraisj yang mengepung rumah beliau, namun dengan beraninya Ali Bin Abu Tholib menggantikan posisi tidurnya Rasulullah SAW.Akhirnya beliau bisa melaksanakan perjalanan hijrah atas perintah Allah SWT.Tahu Muhammad tidak ada ditempat pasukan Quraisj mengejar Rosulullah SAW.saat itu beliu berlindung bersama sahabatnya Abubakar Assidiq r.a. di Jabal Tsur disebelah selatan dari Majidil haram sejauh kurang lebih 6 km. Kaum kafir dalam mengejar Rosulullah Saw. tidak menemukan, maka mereka terus mencari dimana-mana, tetapi tidak dapat menemukannya pula.
Pembesar-pembesar kaum kafir Quraisj telah membuat maklumat dalam keadaan hidup ataupun mati, akan diberi hadiah 100 ekor unta, dengan demikian nafsu mengejar Muhammad semakin besar. Sebenarnya kaum kafir Quraisj sudah sampai di gua Jabal Tsur, mereka mendapatkan gua tersebut tertutup dengan sarang laba-laba, dan nampak disitu burung merpati yang sedang menelor disarangnya. Dengan melihat kadaaan tersebut Nabi Muhammad saw. tidak mungkin bersembunyi di gua tersebut. Hati sahabat Abubakar Assidiq r.a. cemas dan gelisah kemudian turunlah Wahyu Allah surat Attaubah ayat 40.
Setelah orang kafir Quraisj pergi beberapa hari kemudian Nabi Muhammad saw. dan sahabatnya meneruskan perjalanan ke Madinah
Ketika beliau sampai di Madinah, disambut dengan syair-syair dan penuh kegembiraan oleh penduduk Madinah. Hijrah dari Makkah ke Madinah bukan hanya sekedar berpindah dan menghindarkan diri dari ancaman dan tekanan orang kafir Quraisy dan penduduk Makkah yang tidak menghendaki pembaharuan terhadap ajaran nenek moyang mereka, tetapi juga mengandung maksud untuk mengatur potensi dan menyusun srategi dalam menghadapi tantangan lebih lanjut, sehingga nanti terbentuk masyarakat baru yang didalamnya bersinar kembali mutiara tauhid warisan Ibrahim yang akan disempurnakan oleh Nabi Muhammad SAW melalui wahyu Allah SWT[18]
Sejak hijrah ke Madinah,Nabi Muhammad saw dan Para sahabat selalu berdakwah kepada penduduk. tanpa mengenal lelah dan putus asa. Mereka terus berusaha menyebarkan ajaran Islam kepada seluruh penduduk termasuk orang-orang Yahudi,Nasrani dan Kaum Pagan. Mayoritas penduduk Madinah , terutama suku Aus dan suku Khazraj , menyambut baik ajakan  Nabi Muhammad saw, menyatakan kesetiannya kepada Nabi Muhammad saw dan bersedia membantu beliau menyebarkan ajaran Islam. Padahal  sebelum menerima ajaran Islam,kedua suku ini selalu berperang. Hal ini menambah semangat Nabi Muhammad saw dalam berdakwah.
Sementara , orang-orang Yahudi merasa tidak senang kepada Nabi Muhammad saw dan para sahabat mereka. Mereka merasa tersingkir sejak   kehadiran suku Aus dan Khazrajuntuk kembali ke Agama lama mereka.Bahkan mereka mulai menyusun kekuatan untuk melemahkan umat Islam.
Setiap musim haji tiba, banyak kabilah yang datang ke Mekah.Begitu juga nabi Muhammad SAW. Dengan giat menyampaikan dakwah islam. Diantara Kabilah yang menerima Islam adalah Khajraj dari Yatrib (Madinah).Setelah kembali ke negerinya, mereka mengabarkan adanya Nabi terakhir.
Pada tahun ke 12 kenabiannya, datanglah orang-orang Yastrib di musim haji ke Mekah dan menemui nabi di Bai’atul Akabah. Di tempat ini mereka mengadakan bai’at (perjanjian) yang isinya bahwa mereka setia pada nabi, tidak menyekutukan Allah, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak kecil, tidak memfitnah, dan ikut menyebarkan islam. Perjanjian ini dikenal dengan Bai’atul Akabah Ula (Perjanjian Akabah Pertama) karena dilaksanakan di bukit akabah atau disebut Bai’atun Nisa’ (perjanjian wanita) karena didalamnya terdapat seorang wanita ‘Afra binti ‘Abid bin Tsa’labah.
            Islam mendapat lingkungan baru di kota Madinah. Lingkungan yang memungkinkan bagi Nabi Muhammad SAW untuk meneruskan dakwahnya, menyampaikan ajaran Islam dan menjabarkan dalam kehidupan sehari-hari (Syalaby,1997:117-119). Setelah tiba dan diterima penduduk Yastrib, Nabi diangkat menjadi pemimpin penduduk Madinah.Sehingga disamping sebagai kepala/ pemimpin agama, Nabi SAW juga menjabat sebagai kepala pemerintahan / Negara Islam.Kemudian, tidak beberapa lama orang-orang Madinah non Muslim berbondongbondong masuk agama Islam. Untuk memperkokoh masyarakat baru tersebut mulailah Nabi meletakkan dasar-dasar untuk suatu masyarakat yang besar, mengingat penduduk yang tinggal di Madinah bukan hanya kaum muslimin, tapi juga golongan masyarakat Yahudi dan orang Arab yang masih menganut agama nenek moyang, maka agar stabilitas masyarakat dapat terwujudkan Nabi mengadakan perjanjian dengan mereka, yaitu suatu piagam yang menjamin kebebasan beragama bagi kaum Yahudi. Setiap golongan masyarakat memiliki hak tertentu dalam bidang politik dan keagamaan.Di samping itu setiap masyarakat berkewajiban mempertahankan keamanan negeri dari serangan musuh. Adapun dasar-dasar tersebut adalah:
a.       Mendirikan Masjid
Setelah agama Islam datang Rasulullah SAW mempersatukan seluruh suku-suku di Madinah dengan jalan mendirikan tempat peribadatan dan pertemuan yang berupa masjid dan diberi nama masjid “Baitullah”. Dengan adanya masjid itu, selain dijadikan sebagai tempat peribadatan juga dijadikan sebagai tempat pertemuan, peribadatan, mengadiliperkara dan lain sebagainya.
b.      Mempersaudarakan antara Anshor dan Muhajirin
 Orang-orang Muhajirin datang ke Madinah tidak membawa harta akan tetapi membawa keyakinan yang mereka anut. Dengan itu Nabi mempersatukan golongan Muhajirin dan Anshor tersebut dalam suatu persaudaraan dibawah satu keyakinan yaitu bendera Islam.
c.       Perjanjian bantu membantu antara sesama kaum Muslim dan non Muslim
Setelah Nabi resmi menjadi penduduk Madinah, Nabi langsung mengadakan perjanjian untuk saling bantu-membantu atau toleransi antara orang Islam dengan orang non Islam. Selain itu Nabi mengadakan perjanjian yang berbunyi “kebebasan beragama terjamin buat semua orang-orang di Madinah”.
d.      Melaksanakan dasar politik, ekonomi dan sosial untuk masyarakat baru
Pada tahun 9 H dan 10 H (630–632 M) banyak suku dari berbagai pelosok mengirim delegasi kepada Nabi bahwa mereka ingin tunduk kepada Nabi, serta menganut agama Islam, maka terwujudlah persatuan orang Arab pada saat itu. Dalam menunaikan haji yang terakhir atau disebut dengan Haji Wada tahun 10 H (631 M) Nabi menyampaikan khotbahnya yang sangat bersejarah antara lain larangan untuk riba, menganiaya, perintah untuk memperlakukan istri dengan baik, persamaan dan persaudaraan antar manusia harus ditegakkan dan masih banyak lagi yang lainnya. Setelah itu Nabi kembali ke Madinah, ia mengatur organisasi masyarakat, petugas keamanan dan para da’i dikirim ke berbagai daerah, mengatur keadilan, memungut zakat dan lain-lain.[19]
Di dalam  periode Makkah ciri pokok pembinaan pendidikan islam adalah pendidikan tauhid, maka pada periode madinah ini ciri pokok pembinaan pendidikan islam dapat dikatakan sebagai pendidikan sosial dan politik. Tetapi sebenarnya antara dua ciri tersebut bukanlah merupakan dua hal yang dipisahkan satu dengan yang lain. Kalau pembinaan pendidikan di Makkah titik pokoknya adalah menanamkan nilai-nilai tauhid kedalam jiwa tiap individu muslim, agar dari jiwa mereka terpancar sinar tauhid dan tercermin dalam perbuatan dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan pembinaan pendidikan di Madinah pada hakikatnya ialah merupakan lanjutan dari pendidikan tauhid di Makkah, yaitu pembinaan di bidang pendidikan sosial dan politik agar dijiwai oleh ajaran tauhid, sehingga akhirnya tingkah laku sosial politiknya merupakan cermin dan pantulan sinar tauhid tersebut
a.       Strategi
Dengan terbentuknya negara Madinah Islam bertambah kuat sehingga perkembangan yang pesat itu membuat orang Makkah risau, begitu juga dengan musuh–musuh Islam.
Untuk menghadapi kemungkinan gangguan–gangguan dari musuh, Nabi Muhammad SAW sebagai kepala pemerintahan mengatur siasat dan membentuk pasukan tentara.
             Banyak hal yang dilakukan Nabi dalam rangka mempertahankan dan memperkuat kedudukan kota Madinah diantaranya adalah mengadakan perjanjian damai dengan berbagai kabilah di sekitar Madinah, mengadakan ekspedisi keluar kota sebagai aksi siaga melatih kemampuan calon pasukan yang memang mutlak diperlukan untuk melindungi dan mempertahankan negara yang baru dibentuk tersebut. Akan tetapi, ketika pemeluk agama Islam di Madinah semakin bertambah maka persoalan demi persoalan semakin sering terjadi, diantaranya adalah rongrongan dari orang Yahudi, Munafik dan Quraisy.Namun berkat keteguhan dan kesatuan ummat Islam, mereka dapat mengatasinya.
[20]
b.      Metode Dakwah
Sejak tiba di Madinah, Rasulullah memerintahkan para sahabatnya membangun masjid sebagai tempat sholat, berkumpul, bermusyawarah serta mengatur berbagai urusan ummat.Sekaligus memutuskan perkara yang ada di antara mereka.Beliau menunjuk Abu Bakar dan Umar sebagai pembantunya.Beliau bersabda “dua (orang) pembantuku di bumi adalah Abu Bakar dan Umar.”Dengan demikian Beliau berkedudukan sebagai kepala negara, qodi dan panglima militer.Beliau menyelesaikan perselisihan yang terjadi di antara penduduk Madinah dengan hukum Islam, mengangkat komandan ekspedisi dan mengirimkannya ke luar Madinah.Negara Islam oleh Rasulullah ini dijadikan pusat pembangunan masyarakat yang berdiri di atas pondasi yang kokoh dan pusat persiapan kekuatan militer yang mampu melindungi negara dan menyebarkan dakwah.Setelah seluruh persoalan dalam negeri stabil dan terkontrol, Baliau mulai menyiapkan pasukan militer untuk memerangi orang-orang yang menghalangi penyebaran risalah Islam.
Skema Metode Dakwah Rasulullah dalam periode Madinah.
 Tahapan Penerapan Syarat Islam (tathbiq ahkam al Islam)
1.  Membangun Masjid
2.  Membina Ukhuwah Islamiyah
3.  Mengatur urusan masyarakat dengan syariat Islam
4.  Membuat Perjanjian dengan warga non muslim
5.  Menyusun strategi politik dan militer
6.  Jihad
Prinsip dakwah Rasulullah saw dapat diturunkan dari fase atau pembabakan kehidupan Muhammad saw. Banyak ahli  yang merumuskan kehidupan Rasulullah dalam beberapa fase, yakni fase pertamaMuhammad saw sebagai pedagang, fase kedua Muhammad saw sebagai nabi dan rasul. Kedua fase ini berlangsung dalam periode Mekah. Fase ketiga Muhammad saw sebagai politisi dan negarawan, dan fase keempat Muhammad saw sebagai pembebas. Fase ketiga dan keempat berlangsung dalam periode Madinah.
Dari keempat fase tersebut, terlihat bahwa perjuangan Rasululllah saw dalam menegakan amanat risalahnya, mengalami perkembangan dan peningkatan yang cukup penting, strategis, dan sistimatis, menuju keberhasilan dan kemenangan yang gemilang, terutama dengan terbentuknya masyarakat muslim di Madinah dan terjadinya fathul Mekah. Juga sebagai dasar bagi perkembangan dan perjuangan untuk menegakan dan menyebarkan ajaran Islam ke segala penjuru dunia.
Dilihat dari langkah-langkah dan sudut pandang pengembangan dan pembangunan masyarakat, terdapat tiga posisi penting fungsi Rasulullah saw sebagai figur pemimpin umat, yakni: Pertama, Rasulullah saw sebagai peneliti masyarakat, kedua, Rasulullah saw sebagai pendidik masyarakat,ketiga Rasulullah saw sebagai negarawan dan pembangun masyarakat.
Prinsip dakwah Rasulullah saw, yaitu sebagai berikut:
1.Mengetahui medan (mad’u) melalui penelitian dan perenungan.
2.Melalui perncanaan pembinaan, pendidikan, dan pengembangan serta pembangunan masyarakat.
3.Bertahap, diawali dengan cara diam-diam (marhalah sirriyah), kemudian cara terbuka (marhalah  alaniyyah). Diawali dari keluarga dan teman terdekat, kemudian masyarakat secara umum.
4.Melalui cara dan strategi hijrah, yakni menghindari siutasi yang negative untuk menguasai suasana yang lebih positif.
5.Melalui syiar dan pranata Islam, antara lain melalui khotbah, adzan, iqamah, dan shalat berjamaah, ta’awun, zakat, dan sebagainya.
6.Melalui musyawarah dan kerja sama, perjanjian dengan masyarakat sekitar, seperti dengan Bani Nadhir, Bani Quraidzah, dan Bani Qainuqa.
7.Melalui cara dan tindakan yang akomodatif, toleran, dan saling menghargai.
8.Melalui nilai-nilai kemanusiaan, kebebasan, dan demokratis.
9.Menggunakan bahasa kaumnya, melalui kadar kemampuan pemikiran masyarakat (ala qadri uqulihim).
10.Melalui surat. Sebagaimana yang telah dikirim ke raja-raja berpengaruh pada waktu itu, seperti pada Heraklius.
11.Melalui uswah hasanah dan syuhada ala an-nas, dan melalui peringatan, dorongan dan motivasi (tarhib wa targhib).
12.Melalui Kelembutan dan pengampunan. Seperti pada peristiwa Fathul Mekah disaksikan para pemimpin kafir Quraisy sambil memendam kemarahan dan kebencian.
Dari prinsip dan langkah-langkah perjuangan  Rasulullah saw di atas, dapat diturunkan kaidah-kaidah dakwah Rasulullah saw sebagai berikut:
1) Tauhidullah, yakni sikap mengesakan Allah dengan sepenuh hati, tidak menyekutukan-Nya, hanya mengabdi, memohon, dan meminta pertolongan kepada Allah SWT. Sebagai pencipta dan pemelihara alam semesta. Kaidah ini bertujuan untuk membersihkan akidah (tathir al-i’tiqad) masyrakat dari berbagai macam khurajat dan kepercayaan yang keliru, menuju satu landasan, motivasi, tujuan hidup dan kehidupan dari Allah dan dalam ajaran Allah menuju mardhatillah (min al-Lah, fi al-Allah, dan ila Allah).
2) Ukhuwah Islamiah, yakni sikap persaudaraan antarsesama muslim karena adanya kesatuan akidah, pegangan hidup, pandangan hidup, sistim sosial, dan peradaban sehingga terjalinlah kesatuan hati dan jiwa yang melahirkan persaudaraan yang erat dan mesra, dan terjalin pula kasih sayang, perasaan senasib sepenanggungan, serta memperhatikan kepentingan orang lain, seperti mementingkan kepentingan diri sendiri. Dengan demikian, terhindar dari sikap individualisme, fanatisme golongan, fir’aunisme, materialisme, dan dari segala penyakit jiwa lainnya.
3) Muswah, yakni sikap persamaan antar sesama manusia, tidak arogan, tidak saling merendahkan dan meremehkan orang lain, tidak saling mengaku paling tinggi. Ini karena perbedaan dan penghargaan di sisi Allah adalah dilihat prestasi pengabdian dan ketakwaannya.
4) Musyawarah, yakni sikap kompromis dan menghargai pendapat orang lain, tidak menonjolkan kepentingan kelompok, memperhatikan kepentingan bersama untuk meraih kemaslahatan dan kebaikan bersama. Hal ini dilakukan oleh Rasulullah saw, antara lain di Madinh, yaitu dengan munculnya Piagam Madinah. Ayat-ayat yang dapat dirujuk dalam kaitannya dengan kaidah ini, antara lain: Q.S. Ali-Imran: 159, Q.S. Asu’ara: 38.
5) Ta’awun, yakni sikap gotong-royong, saling membantu, kebersamaan dalam menghadapi persoalan dan tolong-menolong dalam hal-hal kebaikan. Ayat-ayat yang dapat dirujuk dalam kaitannya dengan kaidah ini, antara lain: Q.S. Al-Maidah: 2, Q.S. At-Taubah: 71, q.s. Al-Anfal: 46.
6) Takaful al-ijtima, yakni sikap pertanggungjawaban bersama senasib sepenanggungan, kebersamaan dan sikap solidaritas sosial. Ayat-ayat yang dapat dirujuk dalam kaitannya dengan kaidah ini, antara lain: Q.S. At-Tahrim: 6, Q.S. Al-Baqarah:195.
7) Jihad dan Ijtihad, yakni sikap dan semangat kesungguh-sungguhan, serius menunjukan etos kerja yang tinggi, kreatif, inovatif dalam penyelesaian yang dihadapi. Ayat-ayat yang dapat dirujuk dalam kaitannya dengan kaidah ini, antara lain: Q.S. Ash-Shaff: 4, 10-13.
8) Fastahiq al-khayrat, yakni sikap dan semangat berlomba-lomba dalam kebaikan, pada berbagai lapangan hidup dan kehidupan. Ayat-ayat yang dapat dirujuk dalam kaitannya dengan kaidah ini, antara lain: Q.S. Ali-Imran: 114, Q.S. Al-Mu’minun: 57,61, Q.S. Al-Hadid: 21.
9) Tasamuh, yakni silap toleransi, tenggang rasa, tidak memaksakan kehendak, mengikuti dan melaksanakan sesuatu dengan landasan ilmu, saling menghargai perbedaan pandangan. Ayat-ayat yang dapat dirujuk dalam kaitannya dengan kaidah ini, antara lain: Q.S. Az-Zumar: 18, Q.S. Al-Baqarah: 256, Q.S. Al-Ankabut: 46, Q.S. An-Nahl: 125, 109, 1-6.
10) Istiqamah, yakni sikap dan semangat berdisiplin, tidak goyah, berjalan terus di atas ajaran yang benar dengan penuh kesabaran. Ayat-ayat yang dapat dirujuk dalam kaitannya dengan kaidah ini, antara lain Q.S. Fushshilat: 6, 30, 32, Q.S. Al-Ahqaff: 13-14, Q.S. Asy-Syu’ara: 13-15.[21]
Dalam perjalanan dakwahnya , Nabi Muhammad saw banyak menemui rintangan. Rintangan itu muncul sebagai akibat adanya masyarakat Madinah yang tidak dapat menerima kepemimpinan Nabi Muhammad saw.
Dibawah pimpinan Abdullah bin Ubay bin Salul, mereka menjalin hubungan rahasia dengan kaum kafir Qurasiy di Mekkah. Mereka selalu melaporkan perkembangan umat Islam di Madinah dengan Maksud menekankan kekuasaan Nabi Muhammad saw. Hal ini merupakan awal terjadinya peperangan dengan kaum kafir quraisy.Peperangan yang kemudian terjadi adalah Perang Badar, Perang Uhud, dan Perang Khandak.
a)      perang badar
Terjadinya Perang Badar dipicu oleh  rasa iri  orang-orang kafir Quraisy terhadap keberhasilan Nabi Muhammad saw, menguasai dan mempersatukan masyarakat Madinah.Peperangan ini terjadi pada 17 Ramadhan tahun ke -2 H atau 8 Januari 623 M disalah satu sumber mata air  yaitu Badar.
Dalam Perang Badar kaum muslimin hanya berjumlah 313 orang yang dipimpin langsung oleh Nabi Muhammadsaw, sedangkan pasukan kafir Quraisy berjumlah 1.000orang yang dipimpin oleh Abu Sufyan. Sebelum perang dimulai , terjadi perang tanding antara kedua belah pihak. Pihak umat Islam diwakili Ubaidah bin Harits,Hamzah bin Abdul Muttalib dan Ali bin Abi Thalib.  Pasukan Quraisy diwakili Syaibah bin Rabi'ah dan Utbah bin Rabi'ah dan Walid bin Utbah. Dalam perang ini pasukan kaum muslimin mengalami kemenangan dengan gemilang.Abu Jahal terbunuh dan 14 muslimin gugur sebagai syahid.
b)      Perang uhud
Setelah mengalami kekalahan dalam perang Badar , Abu Sufyan menyiapkan pasukan dengan persenjataan lengkap. Bahkan mengundang pasukan Badui untuk bergabung. Terbentuklah pasukan kafir Quraisy dengan rincian  3.000 pasukan tempur yang didalamnya terdapat 700 pasukan bertameng dan 200pasukan berkuda. Pada tahun 3 H, dibawah komando Abu Sufyan,pasukan itu bergerak menuju Madinah. Pada hari  Kamis 21 Maret 625 M,mereka berada dihilir Lembah UhudPasukan Islam berjumlah 1.000 orang,akan tetapi ditengah perjalanan, 300 orang membelot dibawah pimpinan Abdullahbin Ubay bin Salul. Kedua pasukan bertemu di BukitUhud , pada awal peperangan, tentara muslim memperoleh kemenangan . Akan tetapi , ketika perang hampir selesai pasukan Pemanah umat islam meninggalkan posisinya untuk mengambil harta rampasan. Akibatnya pasukan Islam mendapat serangan dari pasukan kafir yang dipimpin oleh Khalid bin Waliddari belakang. Akhirnya , pasukan Islam tidak mampu bertahan dan mengundurkan diri dari medan perang. Akibat perang ini ,70 orang pasukan Islam gugur, sedangkan 23 pasukan kafir tewas. Seusai perang ,Hindun istri Abu Sufyan mengoyak-koyak isi perut Hamzah , paman Nabi Muhammad saw, yang gugur dalam pertempuran itu. Ia melampiaskan dendam atas terbunuhnya ayahnya, Utbah bin rabi'ah, oleh Hamzah bin Abdul Muttalib dalam perang Badar.
c)      perang khandak
Perang yang terjadi berikutnya adalah Perang Khandak. Setelah mengalami kekalahan dalam perang Uhud , pasukan Islam sekarang lebih kuat . Pada tahun 327 M, orang-orang kafir Quraisy, Yahudi dan Suku Badui mampu membentuk pasukan yang berkekuatan 10.000 personil.Diantaranya 600 pasukan berkuda yang dipimpin Abu Sufyan. Untuk menghadapi musuh, Nabi Muhammad saw mengerahkan 3.000 pasukan tempur. Berdasarkan saran dari SalmanAl Farisi, kaum muslimin membuat sistim pertahanan berupa parit yang mengitari perbatasan Kota Madinah.Penggalian dilakukan oleh pasukan Islam sendiri .Abu Sofyan sebagai pemimpin pasukan Quraisy memutuskan mundur karena tidak sanggup lagi menghadapi perang.Peperangan dimenangkan oleh Kaum muslimin. Kemenangan ini membuat nama umat Islam dan Kota Madinah makin harum. Hali in menyebabkan para pembesar negara tetangga tertarik untuk bekerja sama dengan pemerintah Kota Madinah.
Setelah 6 tahun menetap di Kota Madinah, timbul keinginan kaum Muhajirin untuk menunaikan ibadah haji sekaligus mengunjungi tanah kelahiran mereka. Nabi Muhammad saw mengunjungi Mekkah bersama para sahabat pada bulan Zulkaidah tahun ke-6 H atau 628 M untuk menunaikan ibadah haji. Para pemuka kafir quraisy berusha menghadang rombongan umat Islam ,ketika mengetahui keberangkatan tersebut.Dalam tradisi Arab,bulan Zulkaidah diharamkan untuk mengadakan peperangan,kebencian telah membuat mereka mengabaikan tradisi itu.[22]
            Ketika rombongan umat Islam sampai di sebuah tempat bernama Hudaibiyah yang berjarak sekitar mil dari kota Mekkah ,mereka berhenti . Nabi Muhammad saw mengutusUsman bin Affan untuk mengabarkan kepada kaum kafir Quraisy maksud dan tujuan mereka. Kaum kafir quraisy bersikeras tidak mengizinkan rombongan umat Islam memasuki Mekkah,Perundingan sangat alot . Walaupuun demikian ,mereka berhasil membuat kesepakatan yang dikenal dengan perjanjian Hudaibiyah . Diantaranya isinya sebagai berikut :
a)      Kedua belah pihak mengadakan gencatan senjata selama 10 tahun.
b)      Setiap orang diberi kebebasan untuk memilih menjadi pengikut Nabi Muhammad saw atau kaum kafir quraisy.
c)      Kaum muslimin wajib mengembalikan orang Mekkah yang menjadi pengikut Nabi Muhammad saw. di Madinah tanpa alasan yang benar kepada walinya,sedangkan kaum kafir qurasiy tidak wajib mengembalikan orang Madinah yang menjadi pengikut mereka.
d)     Kunjungan rombongan umat Islam untuk menunaikan ibadah haji ditangguhkan pada tahun berikutnya. Lama kunjungan paling lama adalah 3 hari dan tidak boleh membawa senjata.
Setelah perjanjian Hudaibiyah situasi menjadi aman dan tidak ada peperangan. Pengikut Nabi Muhammad saw yang semula hanya berjumlah sekitar 1.400 orangbertambah menjadi hampir 10.000 orang. Hal ini disebabkan orang-orang Qurasisy banyak bersimpati terhadap Nabi Muhammad saw. Sebelumnya,para sahabat tidak menyetujui isi perjanjian Hudaibiyah. Mereka menganggap perjanjian itu hanya merugikan umat Islam. Akan tetapi , Nabi Muhammad saw, menyikapi Perjanjian Hudaibiyah secara arif . Nabi Muhammad saw memanfaatkan situasi aman dan damai setelah Perjanjian Hudaibiyah.Beliau mengirimkan duta-dutanya ke negara tetangga untuk mengajak mereka memeluk agama Islam. Ajakan itu diterima oleh beberapa penguasa negeri tetangga dan ditolak oleh beberapa  negeri tetangga lainnya, Sebagian menolak ajaran itu adalah raja Persia. Penolakan itu menyebabkan munculnya permusuhan dan peperangan yang besar antar kedua belah pihak di kemudian hari.
Sesudah melaksanakan hajji wada’ (hajji perpisahan) Rosululloh kembali ke Madinah. Beliau mengatur kabilah-kabilah yang telah masuk islam sampai habis sisa masa hidupnya. Beliau mengirim pada Da’i ke berbagai daerah untuk mengajarkan agama Islam.Ia juga mengatur peradilan islam serta mengatur cara-cara pemungutan zakat.
            Salah satu mubaligh yang dikirim adalah Muaz bin Jabal ke negeri Yaman, beliau terkenal sebagai ulama yang pertama kali menggunakan ijtihad jika tidak ada dasar hukum di dalam al-Qur’an maupun al-Hadis.
            Nabi Muhammad Saw menyiapkan pasukan untuk memerangi orang Romawi di Balqa (Yordania), yang dipimpin oleh Usamah bin Zaid bin Harisah yang baru berusia 18 tahun. Akan tetapi tidak jadi berangkat karena Rosul mendadak sakit.
            Rosululloh Saw, pada waktu itu juga menerima wahyu yang terakhir, yaitu: surat al-Maidah ayat 3.
Artinya:....... pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu. ......
Dua bulan setelah hajji wada’ kesehatan Rosululloh berangsur-angsur memburuk, badannya panas. Walaupun demikian, ia tetap mengimami sholat. Dalam khotbahnya yang terakhir beliau bersabda:”Akuu berwasiat kepada kalian untuk berbuat baik terhadap orang Anshor. Sesungguhnya orang-orang Ansor adalah orang dekatku dimana aku berlindung kepada mereka. Mereka telah melalui apa yang menjadi beban mereka dan masih tersisa apa yang menjadi hak mereka. Oleh karena itu, berbuat baiklah kepada siapa saja diantara mereka yang berbuat baik dan maafkan siapa saja diantara mereka yang berbuat kesalahan”.
Tiga hari menjelang wafat, beliau tidak dapat mengimami sholat, dan menunjuk Abu Bakar As-Shidiq sebagai pengganti imam sholat.Sehari sebelum wafat beliau memerdekakan para budak lelakinya; beliau juga menyedekahkan uang sisa sebanyak 7 Dinar.Beliau memberikan senjata-senjatanya kepada kaum muslimin.
Pada waktu dluha beliau memanggil putrinya (Fatimah); dan membisikan kepadanya bahwa beliau akan segera dipanggil menghadap Alloh Swt. Menndengar hal itu Fatimah menangis. Kemudian, beliau berbisik lagi bahwa anggota keluarga yang pertama akan menyusulnya adalah Fatimah; kemudian Fatimah tersenyum.
Setelah itu Nabi memanggil cucunya (Hasan dan Husain); beliau juga memanggil istri-istrinya dan anggota keluarga yang lain. Beliau memberikan wasiat yang terakhir:”Ingatlah sholat dan Taubatlah”.Tidak berapa lama kemudian beliau menghembuskan nafasnya yang terakhir.Beliau wafat pada hari Senin tanggal 12 Rabi’ul awwal 11 H. Atau 8 Juni 632 M.
Rosululloh berdakwah mensyiarkan agama Islam selama 23 tahun.Ketika meninggal beliau hanya mewariskan 2 harta pusaka yang besar yaitu al-Quran dan al-Hadis.Beliau berjuang tak kenal lelah sehingga berhasil mendirikan negara Islam yang pertama di Madinah; serta mampu menyatukan suku-suku Arab di bawah naungan syariat Islam.[23]
Berita wafatnya Nabi Muhammad tersebar luas ke seluruh penjuru Madinah. Suasana sedih, haru menyelimuti kota itu. Ketika Umar bin Khotob mendengar berita kematian Rosul, beliau berdiri dan termenung seakan tidak bisa menerima atas kematian Sang Rosul. Ia berkata:”Sesungguhnya beberapa orang munafiq menganggap bahwa Nabi Muhammad Saw telah wafat. Sesungguhnya beliau tidak wafat, tetapi pergi ke hadapan Tuhannya, seperti yang dilakukan Musa bin Imron yang pergi dari kaumnya. Demi Alloh dia benar-benar akan kembali. Barang siapa yang beranggapan bahwa beliau wafat, kaki dan tangannya akan kupotong”.[24]
Setelah mendengar berita wafatnya Nabi, Abu Bakar As-Shidiq segera menemui Aisyah. Ia membuka kain kafan dan berkta:”Kalau kematian sudah menjadi ketetapan Engkau, berarti engkau benar-benar telah meninggal dunia”. Abu Bakar menerima atas kematian Sang Rosul; kemudian ia menemui Umar bin Khotob dan berkata:”Barang siapa menyembah Muhammad, sesungguhnya Muhammad sudah mati. Barang siapa menyembah Alloh, sesungguhnya Alloh Maha Hidup dan tidak mati”.









Dalam periode Makkah ketika Muhammad SAW berada di Gua Hira untuk mencari ketenangan dan mencari jalan keluar atas sikap masyarakatnya yang penuh dengan kedhaliman, saat itu juga Malaikat Jibril datang untuk memberikan wahyu yang pertama, yaitu surat al-‘Alaq ayat 1-5 yang bertepatan dengan tanggal 17 Ramadhan tahun 13 sebelum Hijriah atau tanggal 6 Agustus 610 M. Selang beberapa waktu, Nabi Muhammad tidak pernah menerima wahyu lagi karena masa itu dinamakan masa jeda wahyu (fatrah wahyu), sebagai kebiasaan beliau yaitu menyendiri di Gua Hira, terdengar suara dari langit dan nabi menengadah ke langit dan tampaklah Malaikat Jibril. Karena ketakutan, nabi pulang ke rumahnya lalu tidur berselimut, dan dengan ini maka turunlah wahyu yang kedua yaitu surat al-Mudatsir ayat 1-7 yang menerangkan bahwa Allah telah memerintahkan kepada Nabi agar mendakwahkan ajarannya. Sebelumnya nabi mengajak kepada kerabat-kerabatnya yang terdekat, seperti kepada istrinya, kepada bani Hasyim, dan juga kepada temannya yaitu Abu Bakar. Diantara orang yang pertama masuk islam atau dikenal sebagai Assabiqunal Awwalun yaitu, Khadijah dari kalangan perempuan, dari kalangan pemudanya yaitu Ali bin Abu Thalib juga Zaid bin Harits, dari kalangan budak yaitu Bilal bin Rabah, juga dari kalangan tokoh masyarakat yaitu Abu Bakar Ash-Shidiq.
Setelah berdakwah secara sembunyi-sembunyi, akhirnya Allah memerintahkan kepada Nabi untuk berdakwah secara terang-terangan dengan turunnya surat al-Hijr ayat 94. Namun, berdakwah secara terang-terangan ini membuat para tokoh-tokoh Makkah marah yang akhirnya mereka memboikot dakwah nabi selama 3 tahun.
Setelah terjadi pemboikotan, maka Allah menurunkan wahyu kepada Nabi agar hijrah ke kota Yastrib (Madinah saat itu).
Dalam periode madinah nabi melakukan dakwahnya dengan menekankan kepada aspek sosial dan politik, seperti contohnya dengan menjadikan keluarga dari kalangan Anshor bagi Muhajirin. Aspek politiknya yaitu dengan melakukan sebuah perjanjian-perjanjian atau yang biasa disebut dengan bai’at aqobah, juga melakukan perdamaian dengan suku-suku yang ada di kota madinah.
Penyusun mengetahui betul bahwa buah karya yang dipergunakan untuk memenuhi tugas ini yang jauh sempurna, maka penulis sangat mengharapkan kritik atau saran dari para pembaca. Kritik atau saran bagi penulis adalah sesuatu yang sangat berarti untuk menjadi yang lebih baik lagi.
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman bisa memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah dikesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.









HAMKA, 1975, Sejarah Umat Islam, Jakarta:Bulan Bintang.
Muhammad Husain Haekal, 1993, Sejarah Hidup Muhammad, Jakarta: Litera Antarnusa.
Mahmudunnasir, 2005, Islam Konsepsi dan Sejarahnya (Terj. Adang Afandi), Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Badri Yatim, 2006, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta:PT RajaGrafindo Persada
A.Syalabi. 1990. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Bandung: Pustaka Al Husna.
Munir Subarman, 2013, Sejarah Kelahiran Dan Perkembangan Peradaban Islam, Yogyakarta: CV Budi Utama
Hasan Ibrahim Hasan, 2009, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jakarta:Kalam Mulia
Raghib As-Sirjani, 2013, Ensiklopedi Sejarah Islam, (Terj. M. Taufik & Ali Nurdin), Jakarta: Pustaka Al-Katsar
Muhammad Sa’id Ramadhan al-Buthy, 2006, Sirah Nabawiyah:AnalisiS Ilmiah Manhajiah Sejarah Pergerakan Islam di Masa Rasulullah saw, (Terj. Aunur Rafiq Shaleh Tahmid), Jakarta:Robbani Press.
Listiawati Susanti, 2013, Sejarah Peradaban Islam, Pekanbaru: Suska Press
Syamruddin Nasution, 2013, Sejarah Peradaban Islam, Pekanbaru:Yayasan Pusaka Riau
Samsul Nizar, 2008, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta:Kencana
Nasution, Harun, 1982, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta.
Prof. Dr. H. Samsul Nizar, M. Ag. 1999, Sejarah Pendidikan Islam: Menelusuri Jejak Sejarah Era Rasulullah Sampai Indonesia, Jakarta: Prenada Media Group.
Al-Islam II “Muamalah dan Akhlaq”,1999, Bandung: CV. Pustaka Setia.
Buku Panduan Madrasah Aliyah Kelas XII
Dodikasuma.blogspot.com




[1] HAMKA, 1975, Sejarah Umat Islam, Jakarta:Bulan Bintang, h. 144
[2] Muhammad Husain Haekal, 1993, Sejarah Hidup Muhammad, Jakarta: Litera Antarnusa, Cet. 16, h.56
[3] Mahmudunnasir, 2005, Islam Konsepsi dan Sejarahnya (Terj. Adang Afandi), Bandung: PT Remaja Rosda Karya, Cet. V, h. 90
[4] Badri Yatim, 2006, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta:PT RajaGrafindo Persada, h. 18
[5] Munir Subarman, 2013, Sejarah Kelahiran Dan Perkembangan Peradaban Islam, Yogyakarta: CV Budi Utama, h. 44-46
[6] Ibid, hal. 46
[7] A.Syalabi. Sejarah dan Kebudayaan Islam. hlm. 85.
[8] Ibid.
[9] Ibid. hlm. 86.
[10] Munir Subarman, 2013, Sejarah Kelahiran Dan Perkembangan Peradaban Islam, Yogyakarta: CV Budi Utama, h. 47
[11] Hasan Ibrahim Hasan, 2009, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jakarta:Kalam Mulia, h. 148
[12] Raghib As-Sirjani, 2013, Ensiklopedi Sejarah Islam, (Terj. M. Taufik & Ali Nurdin), Jakarta: Pustaka Al-Katsar, h.12
[13] Muhammad Sa’id Ramadhan al-Buthy, 2006, Sirah Nabawiyah:AnalisiS Ilmiah Manhajiah Sejarah Pergerakan Islam di Masa Rasulullah saw, (Terj. Aunur Rafiq Shaleh Tahmid), Jakarta:Robbani Press, Cet. 17, h. 84
[14] Listiawati Susanti, 2013, Sejarah Peradaban Islam, Pekanbaru: Suska Press, h. 16
[15] Syamruddin Nasution, 2013, Sejarah Peradaban Islam, Pekanbaru:Yayasan Pusaka Riau, h. 36
[16] Syamruddin Nasution, 2013, Sejarah Peradaban Islam, Pekanbaru:Yayasan Pusaka Riau, h. 37-38
[17] Samsul Nizar, 2008, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta:Kencana, hh. 34-37
[19]  Nasution, Harun : Filsafat Pendidikan Islam 1982 Jakarta.
[20] Buku Panduan Madrasah Aliyah Kelas XII
[21] Prof. Dr. H. Samsul Nizar
[22] Dodikasuma.blogspot.com
[23] Al-Islam II “Muamalah dan Akhlaq
[24] Nasution, Harun

0 comments:

Post a Comment

Monggo Komentarnya. . .