Tuesday, October 2, 2018

Hakikat Manusia Sebagai Individu

Hasil gambar untuk Manusia Sebagai Individu

BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Pembahasan kehidupan, khususnya kehidupan manusia, senantiasa menjadi hal yang menarik bagi kita semua. Karena selain kita sendiri termasuk ke dalamnya, juga kehidupan manusia sebagai suatu proses selalu menampakn keunikan yang membuat kita penasaran.
Kita masing-masing lahir sebagai manusia yang hidup di tengah-tengah pergaulan manusia. Namun demikian, kita juga tidak mengenal secara rinci karakter manusia itu. Ungkapan “tidak ada dua manusia yang sama” meskipun mereka lahir kembar.  Hal tersebut mencitrakan bahwa betapa beragamnya  sosok tubuh dan latar kejiwaan manusia. Makna yang sangat bermanfaat dari perbedaan-perbedaan tersebut menjadi hal yang menarik untuk kita telaah dan pelajari. Perbedaan-perbedaan yang dimiliki umat manusia inilah yang mendorong dinamika dan stabilitas kehidupan manusia itu sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa manusia memiliki banyak peran yang mana salah satunya adalah manusia sebagai makhluk individu.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa hakikat dari manusia sebagai individu?
2.      Apa yang dimaksud manusia sebagai makhluk individu?
3.      Apa saja perbedaan individu?
4.      Apa penyebab dari perbedaan individu?

C.     Tujuan Rumusan Masalah
1.      Mengetahui apa hakikat dari manusia sebagai individu.
2.      Mengetahui makna manusia sebagai makhluk individu.
3.      Mengetahui perbedaan dari individu.
4.      Mengetahui penyebab adanya perbedaan individu.







BAB II
PEMBAHASAN
A.    Hakikat Manusia Sebagai Individu
Manusia sebagai suatu fenomena, sama seperti dengan makhluk hidup yang lain. Manusia tunduk kepada hukum alam (sunnatullah), mengalami kelahiran, pertumbuhan, perkembangan, mati, dan seterusnya. Namun demikin, manusia disebut manusia karena memiliki kelainan hakiki yang berbeda dengan makhluk lain, khususnya makhluk hidup. Dalam diri manusia selaku makhluk, melekat fenomena alam dan juga fenomena budaya. Hal inilah yang menjadi keunikan manusia. Adapun, manusia adalah makhluk yang diciptakan Tuhan dengan dilengkapi akal untuk berdaya upaya atau orang atau insan.[1]
Sedangkan, Individu adalah pribadi orang secara terpisah dengan lainnya; kepentingan atau urusan diri sendiri.[2] Individu berasal dari bahasa latin individuum yang berarti tak terbagi. Kata individu merupakan sebutan yang dipakai untuk menyatakan satu kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Kata individu bukan berarti manusia secara keseluruhan yang tidak bisa dibagi, melainkan sebagai kesatuan terbatas, yaitu perseorangan manusia, demikian pendapat Dr. A. Lysen.[3]
Sebagai individu, manusia merupakan kesatuan jasmani dan rohani yang mencirikan otonomi dirinya. Dalam proses pertumbuhan jasmani dan perkembangan rohani, manfaat kemampuannya secara alamiah bagi kepentingan individu sendiri. Namun dalam konteks sosial selaku makhluk sosial, pertumbuhan dan perkembangan individu tersebut pemanfaatannya tidak hanya untuk kepentingan pribadi, melainkan juga untuk kepentingan bersama, kepentingan masyarakat.
B.     Manusia Sebagai Makhluk Individu
1.              Manusia dengan Dirinya Sendiri
Seseorang lahir sebagai suatu sistem yang terdiri atas subsistem jasmani dan subsistem rohani. Secara biologis, ia lahir dengan kelengkapan fisik yang tidak ada bedanya dengan mahluk hewani, dalam hal ini mahluk hewani tingkat tinggi. Namun secara psikologis, ia sangat berbeda dengan mahluk hewani mana pun. Manusia dilengkapi dengan potensi-potennsi psikologis yang berkembang dan dapat dikembangkan.
Subsistem fisik-biologis dengan subsistem mental-psikologis yang menjadi kesatuan individu, ada dalam kondisi yang saling mempengaruhi, diantara keduanya terdapat hubungan fungsional yang sangat erat. Kelengkapan dan “kesempurnaan” perangkat fisik-biologis seseorang sangat berpengaruh terhadap kondisi mental-psikologisnya. Dan sebaliknya, kesehatan dan “kesempurnaan” mental-psikologisnya, sangat berpengaruh terhadap kondisi fisik-biologis individu bersangkutan.
Kesehatan dan “kesempurnaan” fisik-biologis individu yang terbawa sejak lahir serta yang terpelihara pada pertumbuhan selanjutnya yang menjadikan seseorang peka, cekatan, reaktif, cantik, tampan, atraktif, dan seterusnya, sangat berpengaruh terhadap perkembangan mental-psikologis yang meliputi perasaan, kesadaran, ingatan, kecerdasan, kecekatan, dan seterusnya. Kesehatan dan “kesempurnaan” kerja hayat jantung, peredaran darah, urat syaraf, pencernaan, pernapasan, kelengkapan organ tubuh lainya, sangat berpengaruh kepada proses mental-psikologis individu yang bersangkutan.
Secara biologis, keturunan itu berkaitan dengan gen, sifat kebapakan, seperti dalam Hukum Mendel (Dunn, L. C., Dobzansky, T., 1959:44-49). Yang dikatakan keturunan baik itu adalah keturunan dari gen normal yang diwariskan oleh suatu generasi ke generasi selanjutnya.
Untuk melahirkan individu normal yang padu antara perangkat fisik-biologis dengan potensi mental-psikologis, selain dari pasangan yang memiliki dan menghasilkan gen yang normal, juga dipengaruhi oleh suasana yang sehat di tempat calon individu itu akan lahir. Suasana yang sehat tersebut tidak lain adalah kondisi pranatalis didalam rahim ibu. Suasana ini dapat dikatakan juga sebagai lingkungan pranatalis.
Untuk menjadikan anak sebagai individu berhasil sebagai pribadi yang sehat, juga diperlukan lingkungan yang sehat dalam arti seluas-luasnya. Yang termasuk kedalam lingkungan yang sehat itu, salah satunya adalah lingkungan pendidikan. Pengulangan “arti yang seluas-luasnya” sangat ditekankan, agar tidak lupa bahwa pengertian kualitas itu meliputi segala aspek fisik-biologis dan mental-psikologisnya.
2.      Perkembangan Individu Menjadi Pribadi
Tiap orang lahir sebagai satu kesatuan individu. Pada perjalanan hidup sampai umur kematangan tertentu, ia akan menjadi pribadi, yaitu individu yang di lengapi kepribadian. Kepribadian merupakan suatu konsep yang melekat pada individu sebagai hasil perpaduan potensi internal individu yang bersangkutan dengan faktor eksternal lingkungan.
Kepribadian adalah keseluruhan perilaku individu yang merupakan hasil interaksi antara potensi-potensi bio-psiko-psikal yang terbawa sejak lahir dengan rangkaian situasi lingkungan, yang terungkap pada tindakan  dan perbuata serta reaksi mental psikologisnya, jika mendapat rangsangan dari lingkungn. Dengan demikian , individu (bayi) pada waktu lahir, belum memiliki kepribadian. Ia akan menjadi pribadi, jika telah menjalani hidup sampai usia kematangan tertentu, setelah memperlihatkan sifat dan perilaku serta reaksi mental-psikologisnya yang “relatif mantap”.  Dengan kata lain, setelah individu itu mendapatkan muatan-muatan berbagai aspek dari lingkungan (sosial, budaya, alam), sehingga ia memperlihatkan sifat dan reaksi mental psikologisnya yang relatif tadi. Potensi fisik-biologis dan mental-psikologis tidak akan mengalami pertumbuhan serta perkembangan yang wajar tanpa ada masukan lingkungan.
Lingkungan, dalam hal ini lingkungan hidup manusia, yaitu segala sesuatu yang ada disekitar manusia yang berpengaruh terhadap sifat-sifat dan pertumbuhan manusia yang bersangkutan. Oleh karena itu, manusia lain, benda-benda hasil budaya, peraturan, udara, air, panas matahari, dan lain-lainnya yang ada disekitar manusia, termasuk lingkungan hidup manusia.
Manusia, baik perorangan maupun kelompok seperti keluarga, teman sepermainan, para tetanngga, warga kampung, warga kota, dan seeterusnya, termasuk lingkungan sosial. Baju yang melekat di badan, rumah, kendaraan, peralatan, tata tertib, peraturan, dan seterusnya, disebut lingkungan budaya. Sedangkan tanah, udara, panas matahari, laut, gunung, dan sebagainya, termasuk lingkungan alam. Semuanya sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia.
Bayi selaku individu, lahir dalam keadaa tak berdaya. Meskipun memiliki fisik-biologis dan mental-psikologis, tanpa bantuan orang lain, ia tidak bisa apa-apa. Bagi bayi, keluarga merupakan lingkunngan sosial pertama dan paling utama yang di kenal baik terutama ibunya. Pengenalan kebiasaan, norma, nilai, dan interaksi sosial yang pertama oleh individu itu terjadi dalam keluarga. Dasar pendidikan dan kepribadian secara langsung terjadi dalam diri individu juga pada keluarga.
Individu pada usia BALITA, ia terjuan ke dalam kelompok teman bermain (peer group). Individu, dalam hal ini si anak akan lebih mengenal dirinya sendiri atas penilaian teman sepermainannya. Suasana bermain denga teman sepermainannya memiliki fungsi pendidikan dalam pembentukan kepribadian untuk mengenal diri sendiri sedini mungkin atas penilaian orang lain.
Selanjutnya, dengan semakin bertambahnya umur individu, penjelajahan keruangannya (penjelajahan spasial) dan interaksi sosialnya  maka meluas ke para tetangga, teman sekolah, teman kerja, teman seorganisasian, serta masyarakat umum. Sampai pada masa kematangan tertentu, maka ia mampu melakukan “internalisasi” dalam dirinya, sehingga membentuk kemantapan diri sebagai seorang pribadi. Pada saat ini, individu tadi telah dilengkapi oleh “kepribadian”.
Lingkungan budaya baik secara material maupun nonmaterial juga sangat berpengaruh pada proses pembentukan kepribadian individu menjadi “pribadi”. Apakah individu itu akan menjadi taat, pemberontak, dermawan, pelit, setia kawan, cepat tanggap, dan seterusnya, tidak hanya dipengaruhi oleh lingkungan sosial saja, melainkan juga dipengaruhi oleh lingkungan budaya dalam proses “inkulturisasi”. Inkulturisasi adalah penanaman norma dan nilai budaya ke dalam diri individu.
Hal yang tidak boleh diabaikan dalam pembentukan kepribadian seseorang adalah pengaruh lingkungan alam. Kondisi alam yang kering, lembab, panas, dingin, di daerah pegunungan, pantai, dekat sungai, ataupun di tengah-tengah danau, dan seterusnya, sangat berpengaruh terhadap perilaku, perangai, cara berpikir, cara beritindak, dan seterusnya. Betapa bedanya orang-orang yang hidup di daerah iklim sedang ataupun dingin dengan kita yang hidup di daerah tropik yang panas. Hal ini menunjukkan pengaruh lingkungan alam terhadap kepribadian seseorang dan karakter kelompok, baik itu suku bangsa maupun bangsa.
3.      Keunikan Kepribadian Manusia
Telah kita bahas bersama bahwa “tidak ada dua manusia yang sama” meskipun mereka lahir kembar. Apalagi jika kita bandingkan antara orang-orang dalam keluarga, dan lebih jauh lagi jika menelaah manusia yang tidak ada hubungan keluarga sama sekali. Orang-orang yang lahir kembar, atau orang-orang yang terlahir dari keluarga yang sama, baik fisik-biologis maupun mental psikologisnya ada “kecendurangan sama”, namun tidak identik. Oleh karena itu, kepribadiannya juga demikian, dalam arti memperlihatkan kecenderungan sama, namun “tidak sama”. Persamaan tadi dapat menyangkut “fenotipe”-nya (pheonotype).
Genotipe tidak lain adalah sifat atau bawaan atau kualitas yang diwariskan leluhur kepada generasi selanjutnya. Genotipe ini pada diri individu berkenaan dengan potensi fisik-biologis dan mental-psikologis yang diturunkan melalui gen serta suasana pranatalis yang dialami sebelum lahir. Orang-orang yang kembar dari sekeluarga kecenderungan memperlihatkan genotipe yang sama. Genotipe merupakan salah satu unsur pembentuk kepribadian.
Fenotipe adalah sifat atau karakter atau kualiatas yang diperoleh karena pengaruh lingkungan, baik pengaruh sosial dan budaya maupun lingkungan alam. Seseorang jadi alim, jahat, dermawan, tekun dan sebangsanya, salah satu dasaranya karena karena ia bergaul dengan orang-orang yang sifatnya demikian serta ada dalam suasana budaya yang mendorong dan membimbinnya kearah itu. Dalam ungkapan sehari-hari sianak menjadi nakal karena “pengaruh lingkunagn”. Pada kejadian demikian, biasanya yang dipersalahkan itu keluarga, teman sepermaianan atau kelompok tempat ia berinteraksi sosial. Padahal peluang menjadi nakal tadi, tidak terlepas dari norma, nilai, atau peraturanyang tidak memungkinkan si anak  menjadi nakal. Dengan demikian, sifat nakal itu juga dipengaruhi lingkungan budaya berupa norma, nilai, atau peratauran. Disinilah letak peranan lingkungan sosial dan budaya terhadap pembentukan kepribadian.
Struktur dasar kepribadian yaitu dapat dibedakan menjadi dua, yaitu “struktur dasar kepribadian” (basic personality  structure) dan ‘kepribadian modal” (modal personality). Struktur kepribadian terbenrtuk pada usia dini individu dalam lingkungan keluarga dan teman sepermainan. Sifat-sifat dan kebiasaan yang terbina pada usia dini dilingkungan sosial atau kelompok pertama (primary group), seperti kemanjaan, sopan-santun, berbahasa halus, atau kasar, kebiasaan membersihkan badan, membersihkan dan membereskan tempat tidur, dan sebangsanya, yang melekat pada diri individu, menjadi struktur dasar kepribadian yang sifatnya relatif stabil sampai dewasa.
Kepribadian modal, yaitu unsur kepribadian yang sifatnya luwes (flexible) dan berkembang sesuai situasi yang dihadapi inidividu. Banyak sifat seseorang yang senantiasa berkembang karena sitiuasi lingkungan yang dihadapinya pun selalu berkembang. Hanya tinggal situasi atau lingkungan yang bagaimanakah yanh garus dipilih oleh individu, khususnya individu anak didik yang masi mencari “jati diri”, agar tidak terjerumus dalam kepribadian yang negatif. Disinilah letak, fungsi, dan peranan pendidikan. Selanjutnya dapat disampaikan di sini, antara struktur kepribadian dan kepribadian modal, tidak merupakan unsur yang letaknya ekstrem menyebalkan , melainkan bersifat sianambung.
Pembentukan kepribadian sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Namun, seorang pribadi juga dapat mempengaruhi lingkungan. Seseorang yang berkepribadian kuat, dapat mempengaruhi masyarakatnya (lingkungan sosial), dapat meningkatkan kualiatas budaya ( lingkungan budaya), dan juga dapat memperkaya alam sekitar ( lingkungan alam) bagi kesejahteraan umat manusia. Dengan demikian antara individu dan lingkungannnya terdapat interaksi satu sama lain, lingkungan membina kepribadian seseoran, dan pribadi seseorang pun mampu mempengharuhi perkembangan lingkungannya.
Keunikan kepribadian lainnya yaitu bahwa manusia itu bersifat mendua (homo duplek) yang diungkapkan oleh A.G.Zijderveld (1974: 13). Keunikan manusia dalam perjalanan hidupnya mulai dari keberadaan, berpikir, pengungkapan perasaan, kecintaan, kesadaran, di satu pihak sebagai pribadi sedangkan di pihak lain sebagai anggota masyarakat (makhluk sosial). Disatu sisi ia bisa berperangai buas seperti serigala, namun disisi lainnya ia dituntun berperilaku baik dan lemah lembut sebagai tuntutan lingkungan. Disatu sisi, manusia ini juga dapat bertindak sebagai  perusak, dan di sisi lainnya ia dituntun sebagai penjaga, pemelihara, dan pengelola. Dalam diri individu tersebut terdapat pengalaman-pengalaman pribadi dan tidak akan mungkin dirasakan dan dihayati orang lain. Namun, banyak pula pengalaman yang dijalalni bersama-sama dengan anggota masyarakat diluar dirinya, sehingga pengalaman serta penghayatannya menjadi milik bersama.
Kepribadian merupakan sifat yang melekat pada diri orang perseorangan. Kepribadian itu menjadi “paten” orang yang memilikinya. Pada kelompok manusia yang melakukan iteraksi sosial dalam jangka yang lama dan berksesinambungan, terjadi “kecenderungan” kesamaan kepribadian antar seseorang dengan orang lain-lainnya sebagai anggota kelompok, apakah itu sebagai keluraga, auku bangsa, atau bahkan bangsa.  Kecenderungan persamaan kepribadian sebagai sifat kelompok dikonsepkan menjadi “karakter”. Contohnya karakter Sunda, karakter Batak, karakter Jawa, dan seterusnya.
Pada ungkapan sehari-hari, kita biasa bertemu dengan hal-hal yang salah kaprah berkenaan dengan panggilan terhadap seseorang tentang kepribadiannya. Orang yang tidak punya pendirian, yang sifatnya selalu mengekor, orang yang lamban dalam bertindak, dan berpikir, orang yang selalu ingin menang sendiri, dikatakan orang yang tidak punya kepribadian. Padahal, justri itulah kepribadiannya. Dalam hal ini barangkali, bukan tidak memiliki kepribadian, melainkan kepribadiannya tidak sesuai dengan yang kita “harapkan”, kepribadian yang “baik, terpuji”.
C.    Perbedaan Individu
Perbedaan individu merupakan subyek di dalam psikologi modern. Dalam banyak hal, kajian ini merupakan psikologi klasik yang ditujukan pada psikologis seseorang mengenai perbedaan dan kesamaan antara orang – orang. Macam – macam perbedaan individu yaitu:
1.      Perbedaan Kognitif
Kemampuan kognitif adalah kemampuan yang berhubungan dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Berdasarkan pengamatan dan penyerapan seseorang atas suatu obyek, setiap orang dapat memiliki persepsi tersendiri mengenai hal – hal tersebut. Berkat pengetahuan yang diperolehnya tersebut, seseorang dapat membentuk suatu persepsi akan hal yang dialaminya dan pengetahuan yang didapat akan menjadi milik orang tersebut.
2.      Perbedaan Kecakapan Berbahasa
Salah satu kemampuan individu yang sangat penting dalam kehidupan adalah kecakapan berbahasa yang berbeda – beda antara setiap individu. Kemampuan berbahasa ini adalah macam -macam perbedaan individu yang berguna untuk menyatakan hasil pemikiran seseorang dalam bentuk ungkapan kata – kata yang bermakna, logis dan sistematis serta dalam kalimat yang terstruktur baik. Faktor lingkungan serta faktor fisik atau organ tubuh yang digunakan untuk bicara adalah faktor – faktor yang mempengaruhi kemampuan berbahasa.
3.      Perbedaan Kecakapan Motorik
Kecakapan motorik atau kemampuan psiko motorik yang dimiliki individu merupakan macam – macam perbedaan individu yang lainnya. Kemampuan motorik memungkinkan seseorang melakukan koordinasi tubuh yang baik yang berasal dari gerakan saraf motorik untuk melakukan suatu gerakan. Semakin kompleks gerakan yang harus dilakukan, maka akan membutuhkan keterampilan motorik yang lebih kompleks juga. Faktor yang mempengaruhi kemampuan motorik adalah kematangan pertumbuhan fisik dan tingkat kemampuan berpikir yang akan membuat perbedaan pada kemampuan motorik masing – masing orang.
4.      Perbedaan Latar Belakang
Prestasi seseorang dapat dihambat atau diperlancar berkat perbedaan latar belakang dan pengalaman seseorang. Hal ini terlepas dari potensi yang dimiliki oleh masing – masing orang untuk belajar dan menyerap serta menguasai berbagai informasi. Macam – macam perbedaan individu yang menjadi faktor pembeda antara orang – orang antara lain minat, kebiasaan, kecakapan dan kemampuan berkonsentrasi.
5.      Perbedaan Bakat
Kemampuan khusus mengenai suatu bidang tertentu yang dibawa sejak lahir disebut bakat. Bakat dapat berkembang dengan baik apabila seseorang mendapatkan stimulasi yang tepat. Sedangkan apabila lingkungan tidak memberikan kesempatan pada bakat seseorang untuk berkembang, maka bakat tersebut tidak akan terasah dan berkembang dengan baik. Kemampuan mengembangkan bakat dimiliki oleh masing – masing orang, namun hasil tes inteligensi yang dilakukan lebih menampilkan keberhasilan di bidang akademik daripada bakat seseorang.
6.      Perbedaan Kesiapan Belajar
Perkembangan anak banyak dipengaruhi oleh latar belakangnya sendiri, seperti latar belakang sosial, ekonomi, budaya, yang peranannya sangat signifikan bagi perkembangan anak itu sendiri. Karena itulah pada dasarnya kesiapan belajar anak – anak tidak akan sama antara satu anak dengan yang lainnya walaupun mereka berada dalam rentang usia yang sama. Belajar disini tidak melulu diartikan sebagai hal yang berkaitan dengan bidang akademis, akan tetapi juga berhubungan dengan kesiapan anak menerima berbagai hal atau informasi yang diperolehnya dan memperoleh keuntungan dari pengetahuan tersebut. Faktor – faktor yang mempengaruhi antara lain kondisi fisik, rasa ingin tahu, sikap, dan pengalaman.
7.      Perbedaan Jenis Kelamin dan Gender
Istilah jenis kelamin dan gender tidak sama. Jenis kelamin lebih merujuk pada istilah yang berhubungan dengan perbedaan laki – laki dan perempuan secara biologis, sementara gender lebih menunjuk kepada aspek psikososial dari seorang laki – laki atau perempuan. Gender adalah perbedaan yang terbangun antara laki – laki dan perempuan secara sosial dan budaya. Termasuk dalam gender adalah peran, tingkah laku, sifat, dan kecenderungan lain yang mendefinisikan artinya menjadi seorang lelaki atzu arti menjadi seorang perempuan dalam masyarakat.
8.      Perbedaan Minat
Minat bisa diartikan sebagai kekuatan yang memotivasi dan membuat kita ingin melakukan sesuatu mengenai suatu hal, orang, atau suatu aktivitas. Dalam berbagai bidang, itu berarti ketertarikan seseorang akan suatu bidang tertentu yang melebihi bidang lainnya. Minat juga akan bervariasi pada setiap individu, dan merupakan salah satu dari macam – macam perbedaan individu.
9.      Perbedaan Tingkah Laku
Mecam – macam perbedaan individu lainnya adalah perbedaan pada tingkah laku. Beberapa orang memiliki tingkah laku yang positif terhadap suatu topik yang khusus, subjek, dan profesi daripada yang lainnya. Tingkah laku yang positif ini bisa dihasilkan melalui pendidikan yang diberikan, tentunya sejak masa kecil.
10.  Perbedaan Nilai
Nilai adalah hal – hal yang dianggap penting oleh individu. Beberapa orang menilai bahwa materi lebih penting daripada nilai moral, ada juga yang menganggap sebaliknya dan masih banyak lagi nilai yang dipentingkan oleh tiap orang yang berbeda. Untuk menyeimbangkan nilai – nilai tersebut dalam diri seseorang antara nilai spiritual dan materialisme agar tercapai juga keseimbangan dalam hidup seseorang, maka pendidikan yang tepat perlu dilakukan sejak dini.
11.  Perbedaan Konsep Diri 
Perbedaan dalam konsep diri mencakup tingkah laku, penilaian dan nilai mengenai seorang individu yang berhubungan dengan perilaku, kemampuan dan kualitasnya. Beberapa orang yang memiliki konsep diri positif akan menampilkan dirinya lebih baik daripada orang yang memiliki konsep diri negatif. Konsep diri yang negatif tentunya juga akan mengarahkan seseorang kepada kecenderungan hal – hal yang negatif dan tidak berguna bagi perkembangan dirinya sendiri.
12.  Perbedaan Kebiasaan Belajar
Terkadang tampak jelas bahwa sebagian orang memiliki kebiasaan belajar yang berbeda dengan orang lainnya. Misalnya, seseorang baru dapat menerima informasi jika ia mencernanya sambil melakukan kegiatan fisik atau bekerja di luar ruangan. Sebagian orang mungkin akan memahami berbagai hal dengan membaca, sementara lainnya perlu melakukan praktek untuk memahami informasi tertentu, dan sebagainya. Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara yang paling sesuai untuk individu agar mampu menerima dan mencerna informasi yang ada.[4]

D.    Penyebab Perbedaan Individu
Adanya perbedaan individu tersebut tentunya merupakan hasil dari faktor – faktor tertentu yang mempengaruhinya. Beberapa penyebab utama yang memberi pengaruh kepada timbulnya macam – macam perbedaan individu diantaranya:
1.      Keturunan (Nature)
Setiap orang memiliki berbagai kemampuan dan kapasitas yang diturunkan kepadanya dan menentukan kemajuan perkembangan diri orang tersebut. Hal ini juga membatasi perkembangan dan pertumbuhan individu dalam banyak cara, dan berkaitan dengan jenis kelamin, kecerdasan, dan kemampuan khusus lainnya.
2.      Lingkungan (Nurture)
Lingkungan juga berperan besar bahkan memegang kunci untuk macam – macam perbedaan individu. Tidak ada orang yang mengalami lingkungan yang sama sejak lahir hingga meninggal. Perbedaan individu timbul pada rangsangan dasar yang diterima seseorang dari lingkungan internal dan eksternalnya, termasuk keluarga, teman, tingkat ekonomi, pendidikan dan lain sebagainya.
Masih dapat diperdebatkan apakah alam atau lingkungan yang memegang peranan penting dalam arah perkembangan yang spesifik, namun keduanya merupakan faktor kuat yang dapat mempengaruhi kepada  macam – macam perbedaan individu. Faktor lainnya adalah kasta, ras, kebangsaan, kondisi emosional, kondisi ekonomi, tingkat pendidikan dan lain sebagainya.[5]


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Sebagai makhluk individu, manusia memiliki harkat dan martabat yang mulia.  Setiap manusia dilahirkan sama dengan harkat dan martabat yang sama pula dengan manusia yang lainnya, tidak ada yang membedakan. Manusia sebagai makhluk individu berupaya merealisasikan segenap potensi dirinya, baik potensi jasmani maupun rohani. Sebagai makhluk individu, manusia berusaha memenuhi kepentingan atau mengejar kebahagiaan sendiri.
Individualisme perpangkal dari konsep bahwa manusia pada hakikatnya adalah makhluk individu yang bebas. Paham ini memandang manusia sebagai makhluk pribadi yang utuh dan lengkap terlepas dari manusia yang lain. Namun, manusia tidak dapat hidup sendirian tanpa bantuan orang lain. Kebutuhan fisik (sandang, pangan, papan), kebutuhan sosial (pergaulan, pengakuan, sekolah, pekerjaan) dan kebutuhan psikis termasuk rasa ingin tahu, rasa aman, persaan religiositas, tidak mungkin terpenuhi tanpa bantuan orang lain. Apalagi jika tersebut mengalami masalah, baik ringan maupun berat. Pada seperti itu seseorang orang akan mencari dukungan social dari orang-orang disekitarnya. Maka diperlukan dukungan sosial yang merupakan bantuan atau dukungan yang diterima individu dari orang-orang tertentu dalam kehidupannya dan berada dalam lingkungan sosial tertentu yang membuat si penerima merasa diperhatikan, dihargai, dan dicintai.
Manusia lahir sebagai makhluk individual yang bermakna tidak terbagi atau tidak terpisahkan antara jiwa dan raga. Secara biologis, manusia lahir dengan kelengkapan fisik, tidak berbeda dengan makhluk hewani. Namun, secara rohani ia sangat berbeda dengan makhluk hewani apa pun. Jiwa manusia merupakan satu kesatuan dengan raganya untuk selanjutnya melakukan aktivitas atau kegiatan. Kegiatan manusia tidak semata-mata digerakkan oleh jasmaninya, tetapi juga aspek rohaninya. Manusia mengerahkan seluruh jiwa raganya untuk berkegiatan dalam hidupnya.[6]


B.     Penutup
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman bisa memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah dikesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

















DAFTAR PUSTAKA
Allport, Gordon W. Personality and Sosial Encounter. Boston: Beacon Press, 1953. Alwisol. Psikologi Kepribadian edisi revisi. Malan: UMM Press, 2009.
Herimanto.winamo, Ilmu Social dan Budaya Dasar. Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2011
Nursid Sumaatmadja. 1998. Manusia Dalam Konteks Sosial, Budaya, dan Lingkungan Hidup. Cetakan II. Bandung: CV ALFABETA.
https://dosenpsikologi.com/macam-macam-perbedaan-individu/21-Juli-2018/10:11p.m
http://fauzta.blogspot.com/2015/03/makalah-manusia-sebagai-makhluk-individu.html


[1]      Chaniago, Y.S. Amran. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Setia
[2]      Chaniago, Y.S. Amran. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Setia
[3]      Herimanto.winamo, Ilmu Social dan Budaya Dasar. Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2011
[4]      https://dosenpsikologi.com/macam-macam-perbedaan-individu/21-Juli-2018/10:11p.m
[5]      https://dosenpsikologi.com/macam-macam-perbedaan-individu/21-Juli-2018/10:11p.m
[6]      http://fauzta.blogspot.com/2015/03/makalah-manusia-sebagai-makhluk-individu.html

0 comments:

Post a Comment

Monggo Komentarnya. . .