BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pembahasan kehidupan,
khususnya kehidupan manusia, senantiasa menjadi hal yang menarik bagi kita
semua. Karena selain kita sendiri termasuk ke dalamnya, juga kehidupan manusia
sebagai suatu proses selalu menampakn keunikan yang membuat kita penasaran.
Kita
masing-masing lahir sebagai manusia yang hidup di tengah-tengah pergaulan
manusia. Namun demikian, kita juga tidak mengenal secara rinci karakter manusia
itu. Ungkapan “tidak ada dua manusia yang sama” meskipun mereka lahir
kembar. Hal tersebut mencitrakan bahwa
betapa beragamnya sosok tubuh dan latar
kejiwaan manusia. Makna yang sangat bermanfaat dari perbedaan-perbedaan
tersebut menjadi hal yang menarik untuk kita telaah dan pelajari.
Perbedaan-perbedaan yang dimiliki umat manusia inilah yang mendorong dinamika
dan stabilitas kehidupan manusia itu sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa manusia
memiliki banyak peran yang mana salah satunya adalah manusia sebagai makhluk
individu.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa hakikat dari manusia sebagai individu?
2.
Apa yang dimaksud manusia sebagai makhluk individu?
3.
Apa saja perbedaan individu?
4.
Apa penyebab dari perbedaan individu?
C.
Tujuan Rumusan Masalah
1.
Mengetahui apa hakikat dari manusia sebagai individu.
2.
Mengetahui makna manusia sebagai makhluk individu.
3.
Mengetahui perbedaan dari individu.
4. Mengetahui
penyebab adanya perbedaan individu.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Hakikat Manusia Sebagai Individu
Manusia sebagai suatu fenomena, sama seperti dengan makhluk hidup
yang lain. Manusia tunduk kepada hukum alam (sunnatullah), mengalami kelahiran,
pertumbuhan, perkembangan, mati, dan seterusnya. Namun demikin, manusia disebut
manusia karena memiliki kelainan hakiki yang berbeda dengan makhluk lain,
khususnya makhluk hidup. Dalam diri manusia selaku makhluk, melekat fenomena
alam dan juga fenomena budaya. Hal inilah yang menjadi keunikan manusia. Adapun,
manusia adalah makhluk yang diciptakan Tuhan dengan dilengkapi akal untuk
berdaya upaya atau orang atau insan.[1]
Sedangkan, Individu adalah pribadi orang secara terpisah dengan
lainnya; kepentingan atau urusan diri sendiri.[2]
Individu berasal dari bahasa latin
individuum yang berarti tak terbagi. Kata individu merupakan sebutan yang
dipakai untuk menyatakan satu kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Kata
individu bukan berarti manusia secara keseluruhan yang tidak bisa dibagi,
melainkan sebagai kesatuan terbatas, yaitu perseorangan manusia, demikian
pendapat Dr. A. Lysen.[3]
Sebagai individu, manusia merupakan kesatuan jasmani dan rohani
yang mencirikan otonomi dirinya. Dalam proses pertumbuhan jasmani dan
perkembangan rohani, manfaat kemampuannya secara alamiah bagi kepentingan
individu sendiri. Namun dalam konteks sosial selaku makhluk sosial, pertumbuhan
dan perkembangan individu tersebut pemanfaatannya tidak hanya untuk kepentingan
pribadi, melainkan juga untuk kepentingan bersama, kepentingan masyarakat.
B.
Manusia Sebagai Makhluk Individu
1.
Manusia dengan Dirinya Sendiri
Seseorang lahir sebagai suatu sistem
yang terdiri atas subsistem jasmani dan subsistem rohani. Secara biologis, ia
lahir dengan kelengkapan fisik yang tidak ada bedanya dengan mahluk hewani,
dalam hal ini mahluk hewani tingkat tinggi. Namun secara psikologis, ia sangat
berbeda dengan mahluk hewani mana pun. Manusia dilengkapi dengan
potensi-potennsi psikologis yang berkembang dan dapat dikembangkan.
Subsistem fisik-biologis dengan
subsistem mental-psikologis yang menjadi kesatuan individu, ada dalam kondisi
yang saling mempengaruhi, diantara keduanya terdapat hubungan fungsional yang
sangat erat. Kelengkapan dan “kesempurnaan” perangkat fisik-biologis seseorang
sangat berpengaruh terhadap kondisi mental-psikologisnya. Dan sebaliknya,
kesehatan dan “kesempurnaan” mental-psikologisnya, sangat berpengaruh terhadap
kondisi fisik-biologis individu bersangkutan.
Kesehatan dan “kesempurnaan”
fisik-biologis individu yang terbawa sejak lahir serta yang terpelihara pada
pertumbuhan selanjutnya yang menjadikan seseorang peka, cekatan, reaktif,
cantik, tampan, atraktif, dan seterusnya, sangat berpengaruh terhadap
perkembangan mental-psikologis yang meliputi perasaan, kesadaran, ingatan,
kecerdasan, kecekatan, dan seterusnya. Kesehatan dan “kesempurnaan” kerja hayat
jantung, peredaran darah, urat syaraf, pencernaan, pernapasan, kelengkapan
organ tubuh lainya, sangat berpengaruh kepada proses mental-psikologis individu
yang bersangkutan.
Secara biologis, keturunan itu berkaitan
dengan gen, sifat kebapakan, seperti dalam Hukum Mendel (Dunn, L. C.,
Dobzansky, T., 1959:44-49). Yang dikatakan keturunan baik itu adalah keturunan
dari gen normal yang diwariskan oleh suatu generasi ke generasi selanjutnya.
Untuk melahirkan individu normal yang
padu antara perangkat fisik-biologis dengan potensi mental-psikologis, selain
dari pasangan yang memiliki dan menghasilkan gen yang normal, juga dipengaruhi
oleh suasana yang sehat di tempat calon individu itu akan lahir. Suasana yang
sehat tersebut tidak lain adalah kondisi pranatalis didalam rahim ibu. Suasana
ini dapat dikatakan juga sebagai lingkungan pranatalis.
Untuk menjadikan anak sebagai individu
berhasil sebagai pribadi yang sehat, juga diperlukan lingkungan yang sehat
dalam arti seluas-luasnya. Yang termasuk kedalam lingkungan yang sehat itu,
salah satunya adalah lingkungan pendidikan. Pengulangan “arti yang
seluas-luasnya” sangat ditekankan, agar tidak lupa bahwa pengertian kualitas
itu meliputi segala aspek fisik-biologis dan mental-psikologisnya.
2. Perkembangan
Individu Menjadi Pribadi
Tiap orang lahir sebagai satu kesatuan
individu. Pada perjalanan hidup sampai umur kematangan tertentu, ia akan
menjadi pribadi, yaitu individu yang di lengapi kepribadian. Kepribadian
merupakan suatu konsep yang melekat pada individu sebagai hasil perpaduan
potensi internal individu yang bersangkutan dengan faktor eksternal lingkungan.
Kepribadian adalah keseluruhan perilaku
individu yang merupakan hasil interaksi antara potensi-potensi bio-psiko-psikal
yang terbawa sejak lahir dengan rangkaian situasi lingkungan, yang terungkap
pada tindakan dan perbuata serta reaksi
mental psikologisnya, jika mendapat rangsangan dari lingkungn. Dengan demikian
, individu (bayi) pada waktu lahir, belum memiliki kepribadian. Ia akan menjadi
pribadi, jika telah menjalani hidup sampai usia kematangan tertentu, setelah
memperlihatkan sifat dan perilaku serta reaksi mental-psikologisnya yang
“relatif mantap”. Dengan kata lain,
setelah individu itu mendapatkan muatan-muatan berbagai aspek dari lingkungan (sosial,
budaya, alam), sehingga ia memperlihatkan sifat dan reaksi mental psikologisnya
yang relatif tadi. Potensi fisik-biologis dan mental-psikologis tidak akan
mengalami pertumbuhan serta perkembangan yang wajar tanpa ada masukan
lingkungan.
Lingkungan, dalam hal ini lingkungan
hidup manusia, yaitu segala sesuatu yang ada disekitar manusia yang berpengaruh
terhadap sifat-sifat dan pertumbuhan manusia yang bersangkutan. Oleh karena
itu, manusia lain, benda-benda hasil budaya, peraturan, udara, air, panas
matahari, dan lain-lainnya yang ada disekitar manusia, termasuk lingkungan
hidup manusia.
Manusia, baik perorangan maupun kelompok
seperti keluarga, teman sepermainan, para tetanngga, warga kampung, warga kota,
dan seeterusnya, termasuk lingkungan sosial. Baju yang melekat di badan, rumah,
kendaraan, peralatan, tata tertib, peraturan, dan seterusnya, disebut
lingkungan budaya. Sedangkan tanah, udara, panas matahari, laut, gunung, dan
sebagainya, termasuk lingkungan alam. Semuanya sangat berpengaruh terhadap
kehidupan manusia.
Bayi selaku individu, lahir dalam keadaa
tak berdaya. Meskipun memiliki fisik-biologis dan mental-psikologis, tanpa
bantuan orang lain, ia tidak bisa apa-apa. Bagi bayi, keluarga merupakan
lingkunngan sosial pertama dan paling utama yang di kenal baik terutama ibunya.
Pengenalan kebiasaan, norma, nilai, dan interaksi sosial yang pertama oleh
individu itu terjadi dalam keluarga. Dasar pendidikan dan kepribadian secara
langsung terjadi dalam diri individu juga pada keluarga.
Individu pada usia BALITA, ia terjuan ke
dalam kelompok teman bermain (peer group). Individu, dalam hal ini si
anak akan lebih mengenal dirinya sendiri atas penilaian teman sepermainannya.
Suasana bermain denga teman sepermainannya memiliki fungsi pendidikan dalam
pembentukan kepribadian untuk mengenal diri sendiri sedini mungkin atas
penilaian orang lain.
Selanjutnya, dengan semakin bertambahnya
umur individu, penjelajahan keruangannya (penjelajahan spasial) dan interaksi
sosialnya maka meluas ke para tetangga,
teman sekolah, teman kerja, teman seorganisasian, serta masyarakat umum. Sampai
pada masa kematangan tertentu, maka ia mampu melakukan “internalisasi” dalam
dirinya, sehingga membentuk kemantapan diri sebagai seorang pribadi. Pada saat
ini, individu tadi telah dilengkapi oleh “kepribadian”.
Lingkungan budaya baik secara material
maupun nonmaterial juga sangat berpengaruh pada proses pembentukan kepribadian
individu menjadi “pribadi”. Apakah individu itu akan menjadi taat, pemberontak,
dermawan, pelit, setia kawan, cepat tanggap, dan seterusnya, tidak hanya
dipengaruhi oleh lingkungan sosial saja, melainkan juga dipengaruhi oleh
lingkungan budaya dalam proses “inkulturisasi”. Inkulturisasi adalah penanaman
norma dan nilai budaya ke dalam diri individu.
Hal yang tidak boleh diabaikan dalam pembentukan
kepribadian seseorang adalah pengaruh lingkungan alam. Kondisi alam yang
kering, lembab, panas, dingin, di daerah pegunungan, pantai, dekat sungai,
ataupun di tengah-tengah danau, dan seterusnya, sangat berpengaruh terhadap
perilaku, perangai, cara berpikir, cara beritindak, dan seterusnya. Betapa
bedanya orang-orang yang hidup di daerah iklim sedang ataupun dingin dengan
kita yang hidup di daerah tropik yang panas. Hal ini menunjukkan pengaruh
lingkungan alam terhadap kepribadian seseorang dan karakter kelompok, baik itu
suku bangsa maupun bangsa.
3. Keunikan
Kepribadian Manusia
Telah kita bahas bersama bahwa “tidak
ada dua manusia yang sama” meskipun mereka lahir kembar. Apalagi jika kita
bandingkan antara orang-orang dalam keluarga, dan lebih jauh lagi jika menelaah
manusia yang tidak ada hubungan keluarga sama sekali. Orang-orang yang lahir
kembar, atau orang-orang yang terlahir dari keluarga yang sama, baik
fisik-biologis maupun mental psikologisnya ada “kecendurangan sama”, namun
tidak identik. Oleh karena itu, kepribadiannya juga demikian, dalam arti
memperlihatkan kecenderungan sama, namun “tidak sama”. Persamaan tadi dapat
menyangkut “fenotipe”-nya (pheonotype).
Genotipe tidak lain adalah sifat atau
bawaan atau kualitas yang diwariskan leluhur kepada generasi selanjutnya.
Genotipe ini pada diri individu berkenaan dengan potensi fisik-biologis dan
mental-psikologis yang diturunkan melalui gen serta suasana pranatalis yang
dialami sebelum lahir. Orang-orang yang kembar dari sekeluarga kecenderungan
memperlihatkan genotipe yang sama. Genotipe merupakan salah satu unsur
pembentuk kepribadian.
Fenotipe adalah sifat atau karakter atau
kualiatas yang diperoleh karena pengaruh lingkungan, baik pengaruh sosial dan
budaya maupun lingkungan alam. Seseorang jadi alim, jahat, dermawan, tekun dan
sebangsanya, salah satu dasaranya karena karena ia bergaul dengan orang-orang
yang sifatnya demikian serta ada dalam suasana budaya yang mendorong dan
membimbinnya kearah itu. Dalam ungkapan sehari-hari sianak menjadi nakal karena
“pengaruh lingkunagn”. Pada kejadian demikian, biasanya yang dipersalahkan itu
keluarga, teman sepermaianan atau kelompok tempat ia berinteraksi sosial.
Padahal peluang menjadi nakal tadi, tidak terlepas dari norma, nilai, atau
peraturanyang tidak memungkinkan si anak
menjadi nakal. Dengan demikian, sifat nakal itu juga dipengaruhi lingkungan
budaya berupa norma, nilai, atau peratauran. Disinilah letak peranan lingkungan
sosial dan budaya terhadap pembentukan kepribadian.
Struktur dasar kepribadian yaitu dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu “struktur dasar kepribadian” (basic
personality structure) dan ‘kepribadian
modal” (modal personality). Struktur kepribadian terbenrtuk pada usia dini
individu dalam lingkungan keluarga dan teman sepermainan. Sifat-sifat dan
kebiasaan yang terbina pada usia dini dilingkungan sosial atau kelompok pertama
(primary group), seperti kemanjaan, sopan-santun, berbahasa halus, atau kasar,
kebiasaan membersihkan badan, membersihkan dan membereskan tempat tidur, dan
sebangsanya, yang melekat pada diri individu, menjadi struktur dasar
kepribadian yang sifatnya relatif stabil sampai dewasa.
Kepribadian modal, yaitu unsur
kepribadian yang sifatnya luwes (flexible) dan berkembang sesuai situasi yang
dihadapi inidividu. Banyak sifat seseorang yang senantiasa berkembang karena
sitiuasi lingkungan yang dihadapinya pun selalu berkembang. Hanya tinggal
situasi atau lingkungan yang bagaimanakah yanh garus dipilih oleh individu,
khususnya individu anak didik yang masi mencari “jati diri”, agar tidak
terjerumus dalam kepribadian yang negatif. Disinilah letak, fungsi, dan peranan
pendidikan. Selanjutnya dapat disampaikan di sini, antara struktur kepribadian
dan kepribadian modal, tidak merupakan unsur yang letaknya ekstrem menyebalkan
, melainkan bersifat sianambung.
Pembentukan kepribadian sangat
dipengaruhi oleh lingkungan. Namun, seorang pribadi juga dapat mempengaruhi
lingkungan. Seseorang yang berkepribadian kuat, dapat mempengaruhi
masyarakatnya (lingkungan sosial), dapat meningkatkan kualiatas budaya (
lingkungan budaya), dan juga dapat memperkaya alam sekitar ( lingkungan alam)
bagi kesejahteraan umat manusia. Dengan demikian antara individu dan
lingkungannnya terdapat interaksi satu sama lain, lingkungan membina kepribadian
seseoran, dan pribadi seseorang pun mampu mempengharuhi perkembangan
lingkungannya.
Keunikan kepribadian lainnya yaitu bahwa
manusia itu bersifat mendua (homo duplek) yang diungkapkan oleh A.G.Zijderveld
(1974: 13). Keunikan manusia dalam perjalanan hidupnya mulai dari keberadaan,
berpikir, pengungkapan perasaan, kecintaan, kesadaran, di satu pihak sebagai
pribadi sedangkan di pihak lain sebagai anggota masyarakat (makhluk sosial).
Disatu sisi ia bisa berperangai buas seperti serigala, namun disisi lainnya ia
dituntun berperilaku baik dan lemah lembut sebagai tuntutan lingkungan. Disatu
sisi, manusia ini juga dapat bertindak sebagai
perusak, dan di sisi lainnya ia dituntun sebagai penjaga, pemelihara,
dan pengelola. Dalam diri individu tersebut terdapat pengalaman-pengalaman
pribadi dan tidak akan mungkin dirasakan dan dihayati orang lain. Namun, banyak
pula pengalaman yang dijalalni bersama-sama dengan anggota masyarakat diluar
dirinya, sehingga pengalaman serta penghayatannya menjadi milik bersama.
Kepribadian merupakan sifat yang melekat
pada diri orang perseorangan. Kepribadian itu menjadi “paten” orang yang
memilikinya. Pada kelompok manusia yang melakukan iteraksi sosial dalam jangka
yang lama dan berksesinambungan, terjadi “kecenderungan” kesamaan kepribadian
antar seseorang dengan orang lain-lainnya sebagai anggota kelompok, apakah itu
sebagai keluraga, auku bangsa, atau bahkan bangsa. Kecenderungan persamaan kepribadian sebagai
sifat kelompok dikonsepkan menjadi “karakter”. Contohnya karakter Sunda,
karakter Batak, karakter Jawa, dan seterusnya.
Pada ungkapan sehari-hari, kita biasa
bertemu dengan hal-hal yang salah kaprah berkenaan dengan panggilan terhadap
seseorang tentang kepribadiannya. Orang yang tidak punya pendirian, yang
sifatnya selalu mengekor, orang yang lamban dalam bertindak, dan berpikir,
orang yang selalu ingin menang sendiri, dikatakan orang yang tidak punya
kepribadian. Padahal, justri itulah kepribadiannya. Dalam hal ini barangkali,
bukan tidak memiliki kepribadian, melainkan kepribadiannya tidak sesuai dengan
yang kita “harapkan”, kepribadian yang “baik, terpuji”.
C. Perbedaan Individu
Perbedaan individu merupakan subyek di dalam psikologi modern. Dalam banyak
hal, kajian ini merupakan psikologi klasik yang ditujukan pada psikologis
seseorang mengenai perbedaan dan kesamaan antara orang – orang. Macam – macam
perbedaan individu yaitu:
1. Perbedaan Kognitif
Kemampuan kognitif adalah kemampuan yang berhubungan dengan penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Berdasarkan pengamatan dan penyerapan seseorang atas
suatu obyek, setiap orang dapat memiliki persepsi tersendiri mengenai hal – hal
tersebut. Berkat pengetahuan yang diperolehnya tersebut, seseorang dapat
membentuk suatu persepsi akan hal yang dialaminya dan pengetahuan yang didapat
akan menjadi milik orang tersebut.
2. Perbedaan Kecakapan Berbahasa
Salah satu kemampuan individu yang sangat penting dalam kehidupan adalah
kecakapan berbahasa yang berbeda – beda antara setiap individu. Kemampuan
berbahasa ini adalah macam -macam perbedaan individu yang berguna untuk
menyatakan hasil pemikiran seseorang dalam bentuk ungkapan kata – kata yang
bermakna, logis dan sistematis serta dalam kalimat yang terstruktur baik.
Faktor lingkungan serta faktor fisik atau organ tubuh yang digunakan untuk
bicara adalah faktor – faktor yang mempengaruhi kemampuan berbahasa.
3. Perbedaan Kecakapan Motorik
Kecakapan motorik atau kemampuan psiko motorik yang dimiliki individu
merupakan macam – macam perbedaan individu yang lainnya. Kemampuan motorik
memungkinkan seseorang melakukan koordinasi tubuh yang baik yang berasal dari
gerakan saraf motorik untuk melakukan suatu gerakan. Semakin kompleks gerakan
yang harus dilakukan, maka akan membutuhkan keterampilan motorik yang lebih
kompleks juga. Faktor yang mempengaruhi kemampuan motorik adalah kematangan
pertumbuhan fisik dan tingkat kemampuan berpikir yang akan membuat perbedaan
pada kemampuan motorik masing – masing orang.
4. Perbedaan Latar Belakang
Prestasi seseorang dapat dihambat atau diperlancar berkat perbedaan latar
belakang dan pengalaman seseorang. Hal ini terlepas dari potensi yang dimiliki
oleh masing – masing orang untuk belajar dan menyerap serta menguasai berbagai
informasi. Macam – macam perbedaan individu yang menjadi faktor pembeda antara
orang – orang antara lain minat, kebiasaan, kecakapan dan kemampuan
berkonsentrasi.
5. Perbedaan Bakat
Kemampuan khusus mengenai suatu bidang tertentu yang dibawa sejak lahir
disebut bakat. Bakat dapat berkembang dengan baik apabila seseorang mendapatkan
stimulasi yang tepat. Sedangkan apabila lingkungan tidak memberikan kesempatan
pada bakat seseorang untuk berkembang, maka bakat tersebut tidak akan terasah
dan berkembang dengan baik. Kemampuan mengembangkan bakat dimiliki oleh masing
– masing orang, namun hasil tes inteligensi yang dilakukan lebih menampilkan
keberhasilan di bidang akademik daripada bakat seseorang.
6. Perbedaan Kesiapan Belajar
Perkembangan anak banyak dipengaruhi oleh latar belakangnya sendiri,
seperti latar belakang sosial, ekonomi, budaya, yang peranannya sangat
signifikan bagi perkembangan anak itu sendiri. Karena itulah pada dasarnya
kesiapan belajar anak – anak tidak akan sama antara satu anak dengan yang
lainnya walaupun mereka berada dalam rentang usia yang sama. Belajar disini
tidak melulu diartikan sebagai hal yang berkaitan dengan bidang akademis, akan
tetapi juga berhubungan dengan kesiapan anak menerima berbagai hal atau
informasi yang diperolehnya dan memperoleh keuntungan dari pengetahuan
tersebut. Faktor – faktor yang mempengaruhi antara lain kondisi fisik, rasa ingin
tahu, sikap, dan pengalaman.
7. Perbedaan Jenis Kelamin dan Gender
Istilah jenis kelamin dan gender tidak sama. Jenis kelamin lebih merujuk
pada istilah yang berhubungan dengan perbedaan laki – laki dan perempuan secara
biologis, sementara gender lebih menunjuk kepada aspek psikososial dari seorang
laki – laki atau perempuan. Gender adalah perbedaan yang terbangun antara laki
– laki dan perempuan secara sosial dan budaya. Termasuk dalam gender adalah
peran, tingkah laku, sifat, dan kecenderungan lain yang mendefinisikan artinya
menjadi seorang lelaki atzu arti menjadi seorang perempuan dalam masyarakat.
8. Perbedaan Minat
Minat bisa diartikan sebagai kekuatan yang memotivasi dan membuat kita
ingin melakukan sesuatu mengenai suatu hal, orang, atau suatu aktivitas. Dalam
berbagai bidang, itu berarti ketertarikan seseorang akan suatu bidang tertentu
yang melebihi bidang lainnya. Minat juga akan bervariasi pada setiap individu,
dan merupakan salah satu dari macam – macam perbedaan individu.
9. Perbedaan Tingkah Laku
Mecam – macam perbedaan individu lainnya adalah perbedaan pada tingkah
laku. Beberapa orang memiliki tingkah laku yang positif terhadap suatu topik
yang khusus, subjek, dan profesi daripada yang lainnya. Tingkah laku yang
positif ini bisa dihasilkan melalui pendidikan yang diberikan, tentunya sejak
masa kecil.
10. Perbedaan Nilai
Nilai adalah hal – hal yang dianggap penting oleh individu. Beberapa orang
menilai bahwa materi lebih penting daripada nilai moral, ada juga yang
menganggap sebaliknya dan masih banyak lagi nilai yang dipentingkan oleh tiap
orang yang berbeda. Untuk menyeimbangkan nilai – nilai tersebut dalam diri
seseorang antara nilai spiritual dan materialisme agar tercapai juga
keseimbangan dalam hidup seseorang, maka pendidikan yang tepat perlu dilakukan
sejak dini.
11. Perbedaan Konsep Diri
Perbedaan dalam konsep diri mencakup tingkah laku, penilaian dan nilai
mengenai seorang individu yang berhubungan dengan perilaku, kemampuan dan
kualitasnya. Beberapa orang yang memiliki konsep diri positif akan menampilkan
dirinya lebih baik daripada orang yang memiliki konsep diri negatif. Konsep
diri yang negatif tentunya juga akan mengarahkan seseorang kepada kecenderungan
hal – hal yang negatif dan tidak berguna bagi perkembangan dirinya sendiri.
12. Perbedaan Kebiasaan Belajar
Terkadang tampak jelas bahwa sebagian orang memiliki kebiasaan belajar yang
berbeda dengan orang lainnya. Misalnya, seseorang baru dapat menerima informasi
jika ia mencernanya sambil melakukan kegiatan fisik atau bekerja di luar
ruangan. Sebagian orang mungkin akan memahami berbagai hal dengan membaca,
sementara lainnya perlu melakukan praktek untuk memahami informasi tertentu,
dan sebagainya. Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara yang paling sesuai
untuk individu agar mampu menerima dan mencerna informasi yang ada.[4]
D. Penyebab Perbedaan Individu
Adanya perbedaan individu tersebut tentunya merupakan hasil dari faktor –
faktor tertentu yang mempengaruhinya. Beberapa penyebab utama yang memberi
pengaruh kepada timbulnya macam – macam perbedaan individu diantaranya:
1. Keturunan (Nature)
Setiap orang memiliki berbagai kemampuan dan kapasitas yang diturunkan
kepadanya dan menentukan kemajuan perkembangan diri orang tersebut. Hal ini
juga membatasi perkembangan dan pertumbuhan individu dalam banyak cara, dan
berkaitan dengan jenis kelamin, kecerdasan, dan kemampuan khusus lainnya.
2. Lingkungan (Nurture)
Lingkungan juga berperan besar bahkan memegang kunci untuk macam – macam
perbedaan individu. Tidak ada orang yang mengalami lingkungan yang sama sejak
lahir hingga meninggal. Perbedaan individu timbul pada rangsangan dasar yang
diterima seseorang dari lingkungan internal dan eksternalnya, termasuk
keluarga, teman, tingkat ekonomi, pendidikan dan lain sebagainya.
Masih dapat diperdebatkan apakah alam atau lingkungan yang memegang peranan
penting dalam arah perkembangan yang spesifik, namun keduanya merupakan faktor
kuat yang dapat mempengaruhi kepada macam – macam perbedaan individu.
Faktor lainnya adalah kasta, ras, kebangsaan, kondisi emosional, kondisi
ekonomi, tingkat pendidikan dan lain sebagainya.[5]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagai makhluk
individu, manusia memiliki harkat dan martabat yang mulia. Setiap manusia dilahirkan sama dengan harkat
dan martabat yang sama pula dengan manusia yang lainnya, tidak ada yang
membedakan. Manusia sebagai
makhluk individu berupaya merealisasikan segenap potensi dirinya, baik potensi
jasmani maupun rohani. Sebagai makhluk individu, manusia berusaha memenuhi
kepentingan atau mengejar kebahagiaan sendiri.
Individualisme
perpangkal dari konsep bahwa manusia pada hakikatnya adalah makhluk individu
yang bebas. Paham ini memandang manusia sebagai makhluk pribadi yang utuh dan
lengkap terlepas dari manusia yang lain. Namun, manusia
tidak dapat hidup sendirian tanpa bantuan orang lain. Kebutuhan fisik (sandang,
pangan, papan), kebutuhan sosial (pergaulan, pengakuan, sekolah, pekerjaan) dan
kebutuhan psikis termasuk rasa ingin tahu, rasa aman, persaan religiositas,
tidak mungkin terpenuhi tanpa bantuan orang lain. Apalagi jika tersebut
mengalami masalah, baik ringan maupun berat. Pada seperti itu seseorang orang
akan mencari dukungan social dari orang-orang disekitarnya. Maka diperlukan dukungan sosial yang merupakan bantuan atau
dukungan yang diterima individu dari orang-orang tertentu dalam kehidupannya
dan berada dalam lingkungan sosial tertentu yang membuat si penerima merasa
diperhatikan, dihargai, dan
dicintai.
Manusia
lahir sebagai makhluk individual yang bermakna tidak terbagi atau tidak
terpisahkan antara jiwa dan raga. Secara biologis, manusia lahir dengan
kelengkapan fisik, tidak berbeda dengan makhluk hewani. Namun, secara rohani ia
sangat berbeda dengan makhluk hewani apa pun. Jiwa manusia merupakan satu
kesatuan dengan raganya untuk selanjutnya melakukan aktivitas atau kegiatan.
Kegiatan manusia tidak semata-mata digerakkan oleh jasmaninya, tetapi juga
aspek rohaninya. Manusia mengerahkan seluruh jiwa raganya untuk berkegiatan
dalam hidupnya.[6]
B. Penutup
Demikian yang
dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah
ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan
makalah ini.
Penulis banyak
berharap para pembaca yang budiman bisa memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah
dikesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya
juga para pembaca yang budiman pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Allport, Gordon
W. Personality and Sosial Encounter. Boston: Beacon Press, 1953. Alwisol.
Psikologi Kepribadian edisi revisi. Malan: UMM Press, 2009.
Herimanto.winamo, Ilmu Social dan Budaya Dasar. Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2011
Nursid Sumaatmadja. 1998. Manusia Dalam Konteks Sosial, Budaya,
dan Lingkungan Hidup. Cetakan II. Bandung: CV ALFABETA.
https://dosenpsikologi.com/macam-macam-perbedaan-individu/21-Juli-2018/10:11p.m
http://fauzta.blogspot.com/2015/03/makalah-manusia-sebagai-makhluk-individu.html
0 comments:
Post a Comment
Monggo Komentarnya. . .