Friday, October 26, 2018

kisah Umar bin khhatab ingin mengishos pemuda yang jujur dan amanah.

Hasil gambar untuk sahabat salman al farisi penyayang
Suatu hari, Umar sedang  duduk di bawah pohon kurma dekat Masjid Nabawi. Di sekelilingnya, para sahabat sedang asyik mendiskusikan sesuatu.
Tiba-tiba datanglah 3 orang pemuda. Dua pemuda memegangi seorang pemuda lusuh yang diapit oleh mereka.

Ketika sudah berhadapan dengan Umar, kedua pemuda yang ternyata kakak beradik itu berkata :
"Tegakkanlah keadilan untuk kami, wahai Amirul Mukminin!"

"Qishashlah pembunuh ayah kami sebagai had atas kejahatan pemuda ini !".

Umar segera bangkit dan berkata :
"Bertakwalah kepada Allah, benarkah engkau membunuh ayah mereka, wahai anak muda?"

Pemuda lusuh itu menunduk sesal dan berkata :
"Benar, wahai Amirul Mukminin."

"Ceritakanlah kepada kami kejadiannya.", tukas Umar.

Pemuda lusuh itu kemudian memulai ceritanya :

"Aku datang dari pedalaman yang jauh, kaumku memercayakan aku untuk suatu urusan muammalah untuk kuselesaikan di kota ini. Sesampainya aku di kota ini, ku ikat untaku pada sebuah pohon kurma lalu kutinggalkan dia (unta). Begitu kembali, aku sangat terkejut melihat seorang laki-laki tua sedang menyembelih untaku, rupanya untaku terlepas dan merusak kebun yang menjadi milik laki-laki tua itu. Sungguh, aku sangat marah, segera ku cabut pedangku dan kubunuh ia (lelaki tua tadi). Ternyata ia adalah ayah dari kedua pemuda ini."

"Wahai, Amirul Mukminin, kau telah mendengar ceritanya, kami bisa mendatangkan saksi untuk itu.", sambung pemuda yang ayahnya terbunuh.

"Tegakkanlah had Allah atasnya!" timpal yang lain.

Umar tertegun dan bimbang mendengar cerita si pemuda lusuh.

"Sesungguhnya yang kalian tuntut ini pemuda shalih lagi baik budinya. Dia membunuh ayah kalian karena khilaf kemarahan sesaat", ujarnya.

"Izinkan aku, meminta kalian berdua memaafkannya dan akulah yang akan membayarkan diyat (tebusan) atas kematian ayahmu", lanjut Umar.

"Maaf Amirul Mukminin," sergah kedua pemuda masih dengan mata marah menyala,

"Kami sangat menyayangi ayah kami, dan kami tidak akan ridha jika jiwa belum dibalas dengan jiwa".

Umar semakin bimbang, di hatinya telah tumbuh simpati kepada si pemuda lusuh yang dinilainya amanah, jujur, dan bertanggung jawab.

Tiba-tiba si pemuda lusuh berkata :
"Wahai Amirul Mukminin, tegakkanlah hukum Allah, laksanakanlah qishash atasku. Aku ridha dengan ketentuan Allah", ujarnya dengan tegas.

"Namun, izinkan aku menyelesaikan dulu urusan kaumku. Berilah aku tangguh 3 hari. Aku akan kembali untuk diqishash".

"Mana bisa begitu?", ujar kedua pemuda yang ayahnya terbunuh.

"Nak, tak punyakah kau kerabat atau kenalan untuk mengurus urusanmu?", tanya Umar.

"Sayangnya tidak ada, Amirul Mukminin".
"Bagaimana pendapatmu jika aku mati membawa hutang pertanggung jawaban kaumku bersamaku?", pemuda lusuh balik bertanya kepada Umar.

"Baik, aku akan memberimu waktu tiga hari. Tapi harus ada yang mau menjaminmu, agar kamu kembali untuk menepati janji." kata Umar.

"Aku tidak memiliki seorang kerabatpun di sini. Hanya Allah, hanya Allah-lah penjaminku wahai orang-orang beriman", rajuknya.

Tiba-tiba dari belakang kerumunan terdengar suara lantang :
"Jadikan aku penjaminnya, wahai Amirul Mukminin".

Ternyata Salman al-Farisi yang berkata.

"Salman?" hardik Umar marah.
"Kau belum mengenal pemuda ini, Demi Allah, jangan main-main dengan urusan ini".

"Perkenalanku dengannya sama dengan perkenalanmu dengannya, yaa, Umar. Dan aku mempercayainya sebagaimana engkau percaya padanya", jawab Salman tenang.

Akhirnya dengan berat hati, Umar mengizinkan Salman menjadi penjamin si pemuda lusuh. Pemuda itu pun pergi mengurus urusannya.

Hari pertama berakhir tanpa ada tanda-tanda kedatangan si pemuda lusuh. Begitupun hari kedua. Orang-orang mulai bertanya-tanya apakah si pemuda akan kembali. Karena mudah saja jika si pemuda itu menghilang ke negeri yang jauh.

Hari ketiga pun tiba. Orang-orang mulai meragukan kedatangan si pemuda, dan mereka mulai mengkhawatirkan nasib Salman, salah satu sahabat Rasulullah S.A.W. yang paling utama.

Matahari hampir tenggelam, hari mulai berakhir, orang-orang berkumpul untuk menunggu kedatan
gan si pemuda lusuh. Umar berjalan mondar-mandir menunjukkan kegelisahannya. Kedua pemuda yang menjadi penggugat kecewa karena keingkaran janji si pemuda lusuh.

Akhirnya tiba waktunya penqishashan. Salman dengan tenang dan penuh ketawakkalan berjalan menuju tempat eksekusi. Hadirin mulai terisak, karena menyaksikan orang hebat seperti Salman akan dikorbankan.

Tiba-tiba di kejauhan ada sesosok bayangan berlari terseok-seok, jatuh, bangkit, kembali jatuh, lalu bangkit kembali.

”Itu dia!” teriak Umar.
“Dia datang menepati janjinya!”.

Dengan tubuhnya bersimbah peluh dan nafas tersengal-sengal, si pemuda itu ambruk di pangkuan Umar.

”Hh..hh.. maafkan.. maafkan.. aku, wahai Amirul Mukminin..” ujarnya dengan susah payah,
“Tak kukira... urusan kaumku... menyita... banyak... waktu...”.
”Kupacu... tungganganku... tanpa henti, hingga... ia sekarat di gurun... Terpaksa... kutinggalkan... lalu aku berlari dari sana..”

”Demi Allah”, ujar Umar menenanginya dan memberinya minum,

“Mengapa kau susah payah kembali? Padahal kau bisa saja kabur dan menghilang?” tanya Umar.

”Aku kembali agar jangan sampai ada yang mengatakan... di kalangan Muslimin... tak ada lagi ksatria... menepati janji...” jawab si pemuda lusuh sambil tersenyum.

Mata Umar berkaca-kaca, sambil menahan haru, lalu ia bertanya :
“Lalu kau, Salman, mengapa mau- maunya kau menjamin orang yang baru saja kau kenal?"

Kemudian Salman menjawab : Agar jangan sampai dikatakan, dikalangan Muslimin, tidak ada lagi rasa saling percaya dan mau menanggung beban saudaranya”.

Hadirin mulai banyak yang menahan tangis haru dengan kejadian itu.

”Allahu Akbar!”, Tiba-tiba kedua pemuda penggugat berteriak.

“Saksikanlah wahai kaum Muslimin, bahwa kami telah memaafkan saudara kami itu”.

Semua orang tersentak kaget.

“Kalian...” ujar Umar.
“Apa maksudnya ini? Mengapa kalian..?” Umar semakin haru.

Kemudian dua pemuda menjawab dengan membahana :
”Agar jangan sampai dikatakan, di kalangan Muslimin tidak ada lagi orang yang mau memberi maaf dan sayang kepada saudaranya”.

”Allahu Akbar!” teriak hadirin.

Pecahlah tangis bahagia, haru dan sukacita oleh semua orang.
MasyaAllah..., saya bangga menjadi muslim bersama kita ksatria-ksatria muslim yang memuliakan al islam dengan berbagi pesan nasehatnya untuk berada dijalan-Nya..
Allahu Akbar ... 😭😭😭

Beginilah layaknya contoh umat islam yg sebenarnya, bukan malah saling menghujat satu sama lainnya...

Agar Umat Islam INDONESIA tidak mudah di pecah belah.

Wednesday, October 24, 2018

Makalah Hubungan Individu dan Masyarakat


Hasil gambar untuk pendidikan masyarakat
BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pendidikan
        Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya sebagai individu dan masyarakat. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Yang tentu dalam menjalankan kelanjutan pendidikan tersebut harus ada alat sebagai pegangan yang salah satunya adalah adanya kurikulum. Pendidikan merupakan usaha pengembangan kualitas diri manusia dalam segala aspeknya. Pendidikan sebagai aktivitas yang disengaja untuk mencapai tujuan tertentu dan melibatkan berbagai faktor yang saling berkaitan antara satu dan lainnya sehingga membentuk satu sistem yang saling mempengaruhi.[1]
    
B.       Hubungan individu dan masyarakat
1.         Individu
Individu merupakan bagian terkecil dari kelompok masyarakat yang tidak dapat dipisah lagi menjadi bagian yang lebih kecil. Umpama keluarga sebagai kelompok sosial yang terkecil terdiri dari ayah, ibu dan anak. Ayah merupakan individu yang sudah tidak dapat dibagi lagi, demikian pula Ibu. Anak masih dapat dibagi sebab dalam suatu keluarga jumlah anak dapat lebih dari satu.
2.         Masyarakat
Banyak para ahil telah memberikan pengertian tentang masyarakat. Smith, Stanley dan Shores mendefinisikan masyarakat sebagai suatu kelompok individu-individu yang terorganisasi serta berfikir tentatang diri mereka sendiri sebagai suatu kelompok yang berbeda.
Znaniecki menyatakan bahwa masyarakat merupakan suatu sistem yang meliputi unit biofisik para individu yang bertempat tinggal pada suatu daerah geografis tertentu selama periiode waktu tertentu dari suatu generasi. Dalam sosiology suatu masyarakat dibentuk hanya dalam kesejajaran kedudukan yang diterapkan dalam suatu organisasi.
Dari berbagai pendapat tersebut di atas maka W F Connel menyimpulkan bahwa masyarakat adalah:
Suatu kelompok orang yang berpikir tentang diri mereka sendiri sebagai kelompok yang berbeda, diorganisasi, sebagai kelompok yang diorganisasi secara tetap untuk waktu yang lama dalam rintang kehidupan seseorang secara terbuka dan bekerja pada daerah geografls tertentu,Kelompok orang yang mencari penghidupan secara berkelompok, sampai turun temurun dan mensosialkan anggota anggotanya melalui pendidikan.
Suatu ke porang yang mempunyai sistem kekerabatan yang terorganisasi yang mengikat anggota-anggotanya secara bersama dalam keselurühan yang terorganisasi.
Pengertian masyarakat tersebut di atas merupakan pengertian yang sangat luas. Penduduk Indonesia sebagai masyarakat dapat dijelaskan sebagai berikut:
Penduduk yang berpikir tentang dirinya sendiri sebagai suatu kelompok yang berbeda dengan kelompok penduduk pada suatu masyarakat lain yang secara relatif mencukupi kebutuhan diri sendiri masyarakatnya.
Masyarakat adalah satuan kelompok terkecil yang terikat melalaui sistem yang terorganisasikan dan kekerabatan yang didasarkan pada prinsip-prinsip demokrasi, dalam kehidupan sosial politik, kehidupan ekonomi dan lapangan kehidupan yang lain. Ikatan yang paling kuat adalah adanya satu pandangan hidup bangsa Indonesia yaitu Pancasila dan dasar hukum nasional yang satu yaitu UUD 1945.
3.         Hubungan individu dan masyarakat secara umum :
Hubungan antara individu dan masyarakat telah.banyak disoroti oleh para ahli baik para filsuf maupun para ilmuan sosial. Berbagai pandangan itu pada dasarnya dapat dikelompokkan kedalam tiga pendapat yaitu pendapat yang menyatakan bahwa (1) masyarakat yang menentukan individu, (2) individu yang menentuk masyarakat, dan (3) idividu dan masyarakat saling menentukan.

C.      FUNGSI DAN PERANAN PENDIDIKAN DALAM MASYARAKAT
1.         Pengembangan Pendidikan Melalui Pendidikan Secara Sistemik
Pendekatan sistemik terbadap pengembangan melalui pendidikan adalah pendekatan dimana masyarakat tradisional sebagai input dan pendidikan sebagai suatu lembaga pendidikan masyarakat sebagai pelaksana proses pengembangan dan masyarakat yang dicita-citakan sebagai outputnya yang dicita-citakan.
Menurut Ki Hajar Dewantoro ada tiga lingkungan pendidikan yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.
Dari ketetapan MPR No. 1!/MPR/1988 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara kita mengetahui bahwa pendidikan itu merupakan tanggung jawab bersama antara orang tua, pemerintah dan masyarakat.
Dari dua penjelasan tersebut di atas maka bentuk pendidikan dibagi menjadi tiga bentuk yaitu pendidikan formal, pendidikan informal dan pendidikan non formal (Undang-Undang nomor 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional).
Pelaksanaan bentuk pendidikan adalah lembaga pemerintah, lembaga keluarga, lembaga keagamaan dan lembaga pendidikan lain. Lembaga keluarga menyelenggarakan pendidikan informal, lembaga pemerintah, lembaga keagamaan, lembaga pendidikan yang lain menyelenggarakan pendidikan formal maupun pendidikan nonformal. Bentuk-bentuk pendidikan nonformal cukup banyak jenisnya, seperti berbagai macam kursus kcterampilan yang mempersiapkan tenaga terampil. Seperti kursus menjahit, kursus komputer, kursus montir, kursus bahasa-bahasa asing dan sebagainya. Bentuk pendidikan formal yang beçjalan ini terdiri dari empat jenjang yaitu SD, SLTP, SLTA dan Perguruan Tinggi. Menurut Undang Undang Nomor : 2/1989, tentang jenjang pendidikan dibagi menjadi tiga jenjang yaitu Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah dan Pendidikan Tinggi. Pendidikan Dasar terdiri dari Sekolah Dasar dan Sekolab Menengah Tingkat Pertama.
2.         Peranan Pendidikan Dalam Masyarakat
     Pada skala micro, pendidikan bagi individu dan kelompok Kecil berlangsung dalam skala relatif terbatas, seperti antara sesama sahabat, antara seorang guru dan satu atau sekelompok kecil siswanya, antara suami dan istri dalam keluarga, antara orangtua dan anak. Pendidikan dalam skala micro diperlukan agar manusia sebagai individu berkembang potensinya dan perangkat pembawaannya lebih baik dan lengkap. Manusia berkembang sebagai individu menjadi pribadi yang unik dan asli. Tidak ada manusia yang diharapkan mempunyai kepribadian yang sama sekalipun keterampilannya hampir serupa. Adanya individu dan kelompok yang berbeda-beda diharapkan akan mendorong terjadinya perubahan masyarakat dan kebudayaannya secara progresif. Pada tingkat dan skala micro, pendidikan merupakan gejala sosial yang mengandalkan interaksi manusia sebagai sesama (subjek) yang masing-masing bernilai setara. Tidak ada perbedaan hakiki dalam nilai orang per orang karena interaksi antarpribadi (interpersonal) merupakan perluasan dari interaksi internal dari seseorang dengan dirinya sebagai orang lain.[2]
Sebagian besar masyarakat modern memandang lembaga-lembaga pendidikan sebagai peranan kunci dalam mencapai tujuan sosial Pemerintah bersama orang tua telah menyediakan anggaran pendidikan yang diperlukan sceara besar-besaran untuk kemajuan sosial dan pembangunan bangsa, untuk mempertahankan nilai-nilai tradisional yang berupa nilai-nilai luhur yang harus dilestarikan seperti rasa hormat kepada orang tua, kepada pemimpin kewajiban untuk mematuhi hukum-hukum dan norma-norma yang berlaku, jiwa patriotisme dan sebagainya. Pendidikan juga diharapkan untuk memupuk rasa takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, meningkatkan kemajuan-kemajuan dan pembangunan politik, ekonomi, sosial dan pertahanan keamanan. Pendek kata pendidikan dapat diharapkan untuk mengembangkan wawasan anak terhadap ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan keamanan secara tepat dan benar, sehingga membawa kemajuan pada individu masyarakat dan negara untuk mencapai tujuan pembangunan nasional.
  Berbicara tentang fungsi dan peranan pendidikan dalam masyarakat adalah:
a.         Fungsi Sosialisasi.
Di dalam masyarakat pra industri, generasi baru belajar mengikuti pola perilaku generasi sebelumnya tidak melalui lembaga-lembaga sekolah seperti sekarang ini. Pada masyarakat pra industri tersebut anak belajar dengan jalan mengikuti atau melibatkan diri dalam aktivitas orang-orang yang telah lebih dewasa. Anak-anak mengamati apa yang mereka lakukan, kemudian menirunya dan anak-anak belajar dengan berbuat atau melakukan sesuatu sebagaimana dilakukan oleh orang-orang yang telah dewasa.
Dengan semakin majunya masyarakat, pola budaya menjadi lebih kompleks dan memiliki diferensiasi antara kelompok masyarakat yang satu dengan yang lain, antara yang dianut oleh individu yang satu dengan individu yang lain. Dengan perkataan lain masyarakat tersebut telah mengalami perubahan-perubahan sosial. Ketentuan-ketentuan untuk berubah ini sebagaimana telah disinggung di halaman-halaman situs web ini sebelumnya, mengakibatkan terjadinya setiap transmisi budaya dan satu generasi ke generasi berikutnya selalu menjumpai permasalahan-permasalahan. Di dalam suatu masyarakat sekolah telah melembaga demikian kuat, maka sekolah menjadi sangat diperlukan bagi upaya menciptakan/melahirkan nilai-nilai budaya baru (cultural reproduction).
Dengan berdasarkan pada proses reproduksi budaya tersebut, upaya mendidik anak-anak untuk mencintai dan menghormati tatanan lembaga sosial dan tradisi yang sudah mapan adalah menjadi tugas dari sekolah. Termasuk di dalam lembaga-lembaga sosial tersebut diantaranya adalah keluarga, lembaga keagamaan, lembaga pemerintahan dan lembaga-lembaga ekonomi. Di dalam permulaan masa-masa pendidikannya, merupakan masa yang sangat penting bagi pembentukan dan pengembangan pengadopsian nilai-nilai ini. Masa-rnasa pembentukan dan pembangunan upaya pengadopsian ini dilakukan sebelum anak-anak mampu memiliki kemampuan kritik dan evaluasi secara rasional
b.        Fungsi kontrol social
Sekolah sebagai lembaga yang berfungsi untuk mempertahankan dan mengembangkan tatanan-tatanan sosial serta kontrol sosial mempergunakan program-program asimilasi dan nilai-nilai subgrup beraneka ragam, ke dalam nilai-nilai yang dominan yang memiliki dan menjadi pola anutan bagi sebagiai masyarakat.
Sekolah berfungsi untuk mempersatukan nilai-nilai dan pandangan hidup etnik yang beraneka ragam menjadi satu pandangan yang dapat diterima seluruh etnik. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa sekolah berfungsi sebagai alat pemersatu dan segala aliran dan pandangan hidup yang dianut oleh para siswa. Sebagai contoh sekolah di Indonesia, sekolah harus menanamkan nilai-nilai Pancasila yang dianut oleh bangsa dan negara Indonesia kepada anak-anak di sekolah.


c.         Fungsi pelestarian budaya masyarakat.
Sekolah di samping mempunyai tugas untuk mempersatu budaya-budaya etnik yang beraneka ragam juga harus melestanikan nilai-nilai budaya daerah yang masih layak dipertahankan seperti bahasa daerah, kesenian daerah, budi pekerti dan suatu upaya mendayagunakan sumber daya lokal bagi kepentingan sekolah dan sebagainya.
Fungsi sekolah berkaitan dengan konservasi nilai-nilai budaya daerah ini ada dua fungsi sekolah yaitu pertama sekolah digunakan sebagai salah satu lembaga masyarakat untuk mempertahankan nilai-nilai tradisional masyarakat dari suatu masyarakat pada suatu daerah tertentu umpama sekolah di Jawa Tengah, digunakan untuk mempertahankan nilai-nilai budaya Jawa Tengah, sekolah di Jawa Barat untuk mempertahankan nilai-nilai budaya Sunda, sekolah di Sumatera Barat untuk mempertahankan nilai-nilai budaya Minangkabau dan sebagainya dan kedua sekolah mempunyai tugas untuk mempertahankan nilai-nilai budaya bangsa dengan mempersatukan nilai-nilai yang ada yang beragam demi kepentingan nasional.
d.        Fungsi seleksi, latihan dan pengembangan tenaga kerja.
Proses seleksi terjadi di segala bidang baik mau masuk sekolah maupun mau masuk pada jabatan tertentu. Untuk masuk sekolah tertentu harus mengikuti ujian tertentu, untuk masuk suatu jabatan tertentu harus mengikuti testing kecakapan tertentu. Sebagai contoh untuk dapat masuk pada suatu sekolah menengah tertentu harus menyerahkan nllai EBTA Murni (NEM).
Sekolah sebagai lembaga yang berfungsi untuk latihan dan pengembangan tenaga kerja mempunyai dua hal. Pertama sekolah digunakan untuk menyiapkan tenaga kera profesional dalam bidang spesialisasi tertentu. Untuk memenuhi ini berbagai bidang studi dibuka untuk menyiapkan tenaga ahli dan terampil dan berkemampuan yang tinggi dalam bidangnya. Kedua dapat digunakan untuk memotivasi para pekerja agar memiliki tanggung jawab terhadap kanier dan pekerjaan yang dipangkunya.Sekolah mengajarkan bagaimanan menjadi seorang yang akan memangku jabatan tertentu, patuh terhadap pimpinan, rasa tanggung jawab akan tugas, disiplin mengerjakan tugas sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Sekolah juga mendidik agar seseorang dapat menghargai harkat dan martabat manusia, memperlakukan manusia sebagai manusia, dengan memperhatikan segala bakat yang dimilikinya demi keberhasilan dalam tugasnya.
Sekolah mempunyai fungsi pengajaran, latihan dan pendidikan. Fungsi pengajaran untuk menyiapkan tenaga yang cakap dalam bidang keahlian yang ditekuninya. Fungsi latihan untuk mendapatkan tenaga yang terampil sesuai dengan bidangnya, sedang fungsi pendidikan untuk menyiapkan seorang pribadi yang baik untuk menjadi seorang pekerja sesuai dengan bidangnya. Jadi fungsi pendidikan ini merupakan pengembangan pribadi sosial.
e.         Fungsi pendidikan dan perubahan sosial.
Pendidikan mempunyai fungsi untuk mengadakan perubahan sosial mempunyai fungsi, sebagai berikut:
1)        Reproduksi budaya,
Sekolah berfungsi sebagai reproduksi budaya menempatkan sekolah sebagai pusat penelitian dan pengembangan. Fungsi semacam ini merupakan fungsi pada perguruan tinggi. Pada sekolah-sekolah yang lebih rendah, fungsi ini tidak setinggi pada tingkat pendidikan tinggi.
2)        Difusi budaya,
Lembaga-lembaga pendidikan disamping berfungsi sebagai penghasil nilai-nilai budaya baru juga berfungsi penghasil nilai-nilai budaya baru juga berfungsi sebagai difusi budaya (cultural diffission). Kebijaksanaan-kebijaksanaan sosial yang kemudian diambil tentu berdasarkan pada hasil budaya dan difusi budaya. Sekolah-sekolah tersebut bukan hanya menyebarkan penemuan-penemuan dan informasi-informasi baru tetapi juga menanamkan sikap-sikap, nilai-nilai dan pandangan hidup baru yang semuanya itu dapat memberikan kemudahan-kemudahan serta memberikan dorongan bagi terjadinya perubahan sosial yang berkelanjutan
3)        Mengembangkan analisis kultural terhadap kelembagaan-kelembagaan tradisional,
4)        Melakukan perubahan-perubahan atau modifikasi tingkat ekonomi sosial tradisional,
5)        Melakukan perubahan-perubahan yang lebih mendasar terhadap institusi-institusi tradisional yang telah ketinggalan.
6)        Fungsi Sekolah dalam Masyarakat
Di muka telah dibicarakan tentang adanya tiga bentuk pendidikan yaitu pendidikan formal, pendidikan informal dan pendidikan nonformal. Pendidikan formal disebut juga sekolah. Oleh karena itu sekolah bukan satu-satunya lembaga yang menyelenggarakan pendidikan tetapi masih ada lembaga-lembaga lain yang juga menyelenggarakan pendidikan. Sekolah sebagai penyelenggara pendidikan mempunyai dua fungsi yaitu:
a)    Sebagai partner masyarakat
Sekolah sebagai partner masyarakat akan dipengaruhi oleh corak pengalaman seseorang di dalam lingkungan masyarakat. Pengalaman pada berbagai kelompok masyarakat, jenis bacaan, tontonan serta aktivitas-aktivitas lainnya dalam masyarakat dapat mempengaruhi fungsi pendidikan yang dimainkan oleh sekolah. Sekolah juga berkepentingan terhadap perubahan lingkungan seseorang di dalam masyarakat. Perubahan lingkungan itu antara lain dapat dilakukan melalui fungsi layanan bimbingan, penyediaan forum komunikasi antara sekolah dengan lembaga sosial lain dalam masyarakat. Sebaliknya partisipasi sadar seseorang untuk selalu belajar dari lingkungan masyarakat, sedikit banyak juga dipengaruhi oleh tugas-tugas belajar serta pengarahan belajar yang dilaksanakan di sekolah.
Fungsi sekolah sebagai partner masyarakat akan dipengaruhi pula oleh sedikit banyaknya serta fungsional tidaknya pendayagunaan sumber-sumber belajar di masyarakat. Kekayaan sumber belajar dalam masyarakat seperti adanya orang-orang sumber, perpustakaan, museum, surat kabar, majalah dan sebagainya dapat digunakan oleh sekolah dalam menunaikan fungsi pendidikan.
b)   Sebagai penghasil tenaga kerja.
Sebagai produser kebutuhan pendidikan masyarakat sekolah dan masyarakat memiliki ikatan hubungan rasional di antara keduanya. Pertama, adanya kesesuaian antara fungsi pendidikan yang dimainkan oleh sekolah dengan apa yang dibutuhkan masyarakat. Kedua, ketepatan sasaran atau target pendidikan yang ditangani oleh lembaga persekolahan akan ditentukan pula o!eh kejelasan perumusan kontrak antara sekolah selaku pelayan dengan masyarakat selaku pemesan. Ketiga, keberhasilan penunaian fungsi sekolah sebagai layanan pesanan masyarakat sebagian akan dipengaruhi oleh ikatan objektif di antara keduanya. Ikatan objektif ini dapat berupa perhatian, penghargaan dan tunjangan tertentu seperti dana, fasilitas dan jaminan objektif lainnya yang memberikan makna penting eksistensi dan produk.




BAB III
PENUTUP

A.      KESIMPULAN
Bagi masyarakat hakikat pendidikan sangat bermanfaat bagi kelangsungan dan proses kemajuan hidupnya. Agar masyarakat itu dapat melanjutkan eksistensinya, maka kepada anggota mudanya harus diteruskan nilai-nilai, pengetahuan, keterampilan dan bentuk tata perilaku lainnya yang diharapkan akan dimiliki oleh setiap anggota. Setiap masyarakat berupaya meneruskan kebudayaannya dengan proses adaptasi tertentu sesuaicorak masing-masing periode jaman kepada generasi muda melaluipendidikan, secara khusus melalui interaksi sosial. Dengan demikian pendidikan dapat diartikan sebagai proses sosialisasi.Dalam pengertian tersebut, pendidikan sudah dimulai semenjak seorang individu pertama kali berinteraksi dengan lingkungan eksternal di luar dirinya,Dengan semakin majunya masyarakat, pola budaya menjadi lebih kompleks dan memiliki diferensiasi antara kelompok masyarakat yang satu dengan yang lain, antara yang dianut oleh individu yang satu dengan individu yang lain. Dengan perkataan lain masyarakat tersebut telah mengalami perubahan-perubahan sosial. Ketentuan-ketentuan untuk berubah ini sebagaimana telah disinggung di halaman-halaman situs web ini sebelumnya, mengakibatkan terjadinya setiap transmisi budaya dan satu generasi ke generasi berikutnya selalu menjumpai permasalahan-permasalahan. Di dalam suatu masyarakat sekolah telah melembaga demikian kuat, maka sekolah menjadi sangat diperlukan bagi upaya menciptakan/melahirkan nilai-nilai budaya baru (cultural reproduction).
Dalam proses belajar untuk mengikuti pola acuan bagi tatanan masyarakat yang telah mapan dan melembaga, anak-anak belajar untuk menyesuaikan dengan nilai-nilai tradisional di mana institusi tradisional tersebut dibangun. Keseluruhan proses di mana anak-anak belajar mengikuti pola-pola dan nilai-nilai budaya yang berlaku tersebut dinamakan proses sosialisasi. Proses sosialisasi tersebut harus beijalan dengan wajar dan mulus oleh karena kita semua mengetahui betapa pentingnya masa-masa permulaan proses sosialisasi.
Dalam proses pendidikan pula perubahan peranan guru mempunyai arti yang sangat penting sekali. Berbicara tentang perubahan peranan guru berarti berbicara tentang perubahan batasan fungsi sekolah. Dalam dunia yang sedang berubah menuntut perubahan-perubahan pendidikan. Anak-anak yang dipersiapkan untuk memasuki tanggung jawab dan orang dewasa membutuhkan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang jauh berbeda dengan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dimiliki orang tuanya. Oleh karena itu maka orang tua sendiri dituntut untuk memperluas dan mempebaharui pengetahuan, sikap dan ketrampilannya agar supaya dapat menyesuaikan dengan masyarakat yang sedang berubah ini.

















DAFTAR PUSTAKA


Sumaatmadja, Nursid. 2005. Konsep Dasar IPS. Jakarta: Universitas Terbuka.
Anassalahudin, pustaka setia 2011. Filsafat Pendidikan. Bandung.
http://junsatu.blogspot.com/2017/12/makalah-pendidikan-individu-dan.html?m=1


[1] Tedi priyatna, Reaktualisasi paradigma pendidikan islam, Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004. Hlm. 27.
[2] Hasan Basri, kapita selekta pendidikan, Bandung: Personal Press, 2009, hlm. 456.

Makalah Strategi dan Teknik Pembelajaran Bahasa Arab


Hasil gambar untuk pembelajaran sd istima'
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas KelompokMata Kuliah
Pembelajaran Bahasa Arab
“Strategi dan Teknik Pembelajaran Bahasa Arab Dalam Mencapai Kompetensi Didengar”
Dosen Pengampu : Muhammad Syauqi, MA.Pd.
MAKALAH
logo
Kelompok 9:
Anisi
Faozah
Sri Amalia

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM BUNGA BANGSA CIREBON

KATA PENGANTAR


Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Strategi dan Teknik Pembelajaran Bahasa Arab Dalam Mencapai Kompetensi Didengar” yang telah kami susun semaksimal mungkin berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber agar dapat mempermudah pembaca untuk memahami isi makalah ini.
Dalam menyelesaikan Makalah ini tentunya kami mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu kami juga ingin menyampaikan rasa terima kasih kami yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Semoga makalah yang telah kami susun ini dapat menambah pengetahuan, pengalaman dan bermanfaat bagi kami sendiri maupun pembacanya, untuk kedepannya dapat memperbaiki maupun menambah isi makalah menjadi lebih baik. Karena Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan baik segi susunan kalimat, tata bahasa maupun pengetahuan kami dalam makalah ini.





Cirebon, Agustus 2018

Penyusun




DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR…………………………...………………………………...……….....2
DAFTAR ISI………………………………….....………………………………………….….3
BAB I .........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN………...........………….....…………………………………………...…...4
A.   Latar Belakang…....……………... …………………………………………………..…...4
B.   Rumusan Masalah….………....………………………………………………………..….4
C.   Tujuan Penulisan…….........................……………………………………………….........4










PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Bahasa arab adalah mata pelajaran yang sangat kompleks, karena terdiri dari berbagai terapan ilmu pengetahuan yang mencakup empat keterampilan bahasa, sehingga  membutuhkan guru yang kompeten dalam penguasaan materi dan pengelolaan kelas, terutama dalam hal pemanfaatan media pembelajaran atau penciptaan suasana yang nyaman guna menarik minat belajar para peserta didik.
Dalam proses pembelajaran bahasa, diperlukan kreativitas guru dalam memilih dan memadukan beberapa metode dan teknik pembelajaran. Oleh karena itu para guru bahasa dan mahasiswa jurusan pendidikan bahasa perlu memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai pendekatan, metode, teknik, dan termasuk strategi pembelajaran bahasa, agar dalam kegiatan pembelajaran dapat terlaksana dengan maksimal.
Pendidikan formal di Indonesia dimulai sejak pendidikan anak usia dini hingga perguruan tinggi. Jumlah anak-anak di Indonesia setiap tahun selalu bertambah, anak-anak adalah seseorang yang harus mendapat pendidikan, untuk itu pendidikan dan pengajaran untuk anak-anak haruslah kreatif dan inovatif agar dapat menarik minat anak-anak untuk giat belajar.
Untuk itu dalam makalah kami ini, kami akan mencoba menguraikan hal- hal yang berkaitan dengan beberapa strategi pembelajaran dalam bahasa khususnnya dalam pembelajaran bahasa Arab untuk anak-anak.

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa pengertian istima’ ?
2.      Sebutkan tahapan-tahapan dalam pembelajaran istima’!
3.      Apa saja strategi dalam pembelajaran istima’ untuk MI?
4.      Bagaimana teknik dalam pembelaran istima’ untuk MI ?

C.    Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui strategi dan teknik dalam pembelajaran bahasa arab untuk MI.

BAB II

PEMBAHASAN


A.    Pengertian Istima’

Istima’ secara bahasa berasal dari bahasa arab yang berarti mendengarkan atau menyimak. Istima’ secara istilah adalah sarana yang pertama yang digunakan manusia untuk berhubungan dengan sesama manusia dalam tahapan-tahapan tertentu, melalui menyimak kita mengenal mufrodat, bentuk-bentuk jumlah dan tarkib-tarkibnya.[1]
Menyimak menggunakan indra pendengaran, namun bukan berarti saat mendengar seseorang sudah dikatakan sedang menyimak. Sesungguhnya proses menyimak tidak sekadar mendengar, tetapi lebih dari itu, yaitu mendengar dengan memusatkan perhatian kepada objek yang disimak. Proses menyimak merupakan kegiatan mendengarkan yang disengaja dalam rangka mencapai maksud-maksud tertentu. Maksud-maksud tersebut misalnya, untuk tujuan belajar, mengapresiasi sebuah karya, mendapatkan informasi khusus, memecahkan masalah, atau untuk memahami aspek-aspek sebuah bahasa.
B.     Tahapan-tahapan Dalam Pembelajaran Istima’:
1.      Fase pengenalan (Identifikasi)
Pengenalan pada tahap pertama ini difokuskan pada fonologi,[2] atau latihan-latihan yang bertujuan agar siswa dapat mengidentifikasi bunyi-bunyi bahasa arab secara tepat. Latihan ini penting karena sistem tata bunyi bahasa arab dan bahasa indonesia mempunyai perbedaan yang sangat banyak.[3] Selain perbedaan fonem, diantara aspek-aspek yang menjadi masalah dalam mempelajari bahasa arab sebagai bahasa asing adalah sebagai berikut:[4]
1)      Bunyi harakat pendek dan panjang:
علِÙ…َ-عَالِÙ…ٌ
2)      Bunyi huruf-huruf yang sepintas mirip:
س-ص, ح-ه, أع
3)      Bunyi alif lam syamsiyah dan qomariyah:
النَّبِÙ‰ُّ, القَÙ„َÙ…ُ
4)      Bunyi huruf-huruf bertasydid:
عَÙ„َّÙ…َ–ÙŠُعَÙ„ِّÙ…ُ
5)      Bunyi huruf bertanwin:
Ù‚َÙ„َÙ…ٌ
Latihan pengenalan ini bisa berupa mendengar untuk membedakan dengan teknik mengontraskan pasangan-pasangan ucapan yang hampir sama. Contoh: Guru mengucapkan atau memperdengarkan kata, dan siswa diminta menebak yang didengarnya, misalnya :[5]

ص
س
Ø·
ت
ع
ا
صبح
سبح
طاب
تاب
عليم
اليم
صور
سور
طلاق
تلاق
عتت
أتت
صالح
سالح
طل
تل
عرضها
أرضها
صديد
سديد
طاء
تاء
عسير
أسير
صدا
سدا
طامة
تامة
عتوا
أتوا

2.      Fase Identifikasi Lanjutan
Tahapan yang kedua merupakan lanjutan dari tahapan sebelumnya. Jadi, setelah siswa mengenal bunyi bahasa Arab melalui ujaran-ujaran yang didengarnya, kemudian mereka harus dilatih untuk mengucapkan dan memahami. Maka tahapan ini terdiri atas dua faktor. Pertama, latihan mendengar dan mengikuti. Kedua, latihan membaca dan mendengar.
Pada permulaan, kegiatan ini dilakukan oleh guru, kemudian diikuti oleh siswanya. Latihan ini difokuskan pada bunyi-bunyi bahasa yang asing bagi siswa, misalnya bunyi-bunyi huruf ini .(ش , ص , ض , ع , غ , ق , ث , ح) .Selain itu, juga pada pengucapan vokal panjang atau pendek, huruf ber-syiddah, dan hal-hal lain yang tidak terdapat pada bahasa indonesia.
Setelah latihan mendengar dan mengikuti bacaan, langkah selanjutnya adalah latihan membaca dan mendengar. Latihan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat atau besarnya kemampuan siswa dalam mengidentifikasi sesuatu yang didengar, sesuai atau tidaknya dengan kata yang dibacanya.
Untuk latihan membaca dan mendengar yang harus dilakukan dalah guru memperdengarkan bacaan yang direkam, dan siswa diminta membaca teks (dalam hati) mengikuti materi yang diperdengarkan.[6]

3.      Fase Pemahaman
Pada fase ini, siswa diajak untuk memahami pembicaraan sederhana yang dilontarkan oleh guru. Dalam fase ini tidak ada respon lisan, tetapi dengan perbuatan. Bentuk respon dapat berupa melakukan perintah dengan tulisan atau gambar. Misalnya:
اِرْسَÙ…ِ الْÙ…ُرَبَّعَ!
Gambarlah segi empat!

C.      Strategi PembelajaranIstima’DalamBahasaArab[7]
       Beberapa strategi yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran istima’  dalam pembelajaran bahasa Arab, antara lain:[8]
1.        Strategi 1 (True or False)
Strategi ini bertujuan untuk melatih kemampuan mendengarkan bacaan dan memahami isi bacaannya secara global. Dalam strategi ini yang dibutuhkan adalah rekaman bacaan dan potongan-potongan teks yang terkait dengan isi bacaan tersebut untuk dibagikan kepadasiswa.

Langkah-langkahnya adalah:
1.         Bagikan potongan-potongan teks yang dilengkapi dengan alternatif jawaban benar atau salah (B/S).
2.         Perdengarkan bacaan atau nash lewat kaset atau CD dan para siswa ditugaskan untuk menangkap isi bacaan secara umum.
3.         Setelah bacaan selesai, para siswa diminta membaca pernyataan-pernyataan yang telah dibagikan, kemudian memberikan jawaban benar atau salah terhadap pernyataan tersebut. Jika pernyataan tersebut sesuai dengan isi bacaan yang didengar, berarti benar, dan jika tidak sesuai maka jawabannya salah.
4.         Mintalah masing-masing siswa untuk menyampaikan jawabannya.
5.         Perdengarkan sekali lagi kaset tersebut agar masing-masing siswa dapat mencocokkan kembali jawaban yang telah ditulisnya.
6.         Berikanlah klarifikasi terhadap semua jawaban tersebut agar semua siswa mengetahui kebenaran dari jawaban mereka masing-masing.
2.     Strategi 2
Strategi ini lebih menekankan pada aspek kemampuan memahami isi bacaan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mengiringi dalam setiap bacaan tersebut.
Langkah-langkahnya adalah:
1.         Perdengarkan nash yang sudah direkam dalam kaset maupun CD.
2.         Mintalah semua siswa untuk mendengarkan dan mencatat hal-hal yang penting.
3.         Mintalah semua siswa untuk menjawab soal-soal yang disampaikan pada akhir bacaan tersebut. Jawaban dapat disampaikan secara lisan maupun tertulis.
4.         Mintalah masing-masing siswa untuk menyampaikan jawabannya (presentasi).
5.         Berikan klarifikasi di akhir sessi terhadap jawaban siswa.
3.        Strategi 3
Strategi ini tidak hanya menitik beratkan pada aspek kemampuan memahami isi bacaan, tetapi juga kemampuan untuk mengungkapkan kembali apa yang sudah didengarnya dengan bahasasendiri.
Langkah-langkahnya adalah:
1.         Perdengarkan nash yang sudah direkam dalam kaset atau CD.
2.         Tugaskan kepada setiap siswa untuk mencatat kata-kata kuncinya (keyword) sambil mendengarkan.
3.         Setelah selesai, para siswa diminta untuk mengungkapkan kembali isi bacaan tersebut dalam bentuk lisan atau tulisan.
4.         Mintalah setiap siswa untuk menyampaikan (mempresentasikan) hasilnya secara bergantian.
5.         Berikan klarifikasi terhadap hasil kerja siswa untuk memberikan penguatan terhadap pemahaman siswa.

D.    Tenik Pembelajaran Istima’ Dalam Bahasa Arab[9]
1.    Dengar Ucap
Teknik ini adalah langkah awal pembelajaran istima’, hal ini berguna bagi siswa yang belum pernah belajar bahasa Arab. Model ucapan dipersiapkan secara optimal oleh guru. Isi model ucapan berupa fonem, kosakata, kalimat. Model tersebut dibacakan sementara siswa mendengarkan, kemudian menirukan (Tarigan 1986: 52) teknik ini melatih kelancaran lidah dalam menyebutkan huruf Arab, kosa kata dan kalimat, sekaligus melatih membunyikan perbedaan bunyi huruf satu sama lain.
Hal yang perlu diperhatikan oleh seorang guru ketika menerapkan teknik dengar ulang ucap, guru harus benar-benar mengucapkannya dengan fasih, jika guru merasa kurang baik dalam menyebutkan huruf Arab, maka guru dapat menggunakan tape recorder dengan mengikuti langkah berikut:
1) Guru menyiapkan abjad Arab ditulis di papan tulis atau ditayangkan melalui layar, kemudian guru menyebutkan suara huruf tersebut satu persatu dengan benar atau sesuai dengan makhrajnya.
2) Kemudian siswa mengikuti menyebutkan huruf Arab dengan fasih secara berulang-ulang.
3) Setelah dirasa cukup guru melanjutkan untuk menyebutkan kata yang sesuai dengan madnya atau panjang pendeknya bunyi sebuah kata.
4) Kemudian diikuti oleh siswa sampai mereka dapat menyebutkan perbedaan huruf-huruf Arab dan memahamai panjang pendeknya bacaan tersebut.
2.    Dengar Tulis
Teknik dengar tulis berfungsi untuk melatih pendengaran siswa serta ketrampilan menuliskan apa yang didengar berupa kata atau kalimat dalam bahasa Arab. Teknik dengar tulis ini sama seperti teknik dengar ucap. Teknik dengar tulis yaitu siswa mendengar apa yang dibacakan oleh guru kemudian ditulis oleh siswa dibuku catatan (tarigan 1986: 55). Teknik dengar tulis mirip dengan teknik imla’ masmu’ yang ditemukan oleh Ahmad Qadir, yaitu guru membacakan sepotong kalimat pendek dalam bahasa Arab kemudian ditulis oleh siswa.
·         Langkah-langkahnya sebagai berikut:
1) Guru menyiapkan kalimat pendek atau kata yang sesuai dengan tingkat kemampuan    siswa, kemudian guru membacakan kata atau kalimat pendek tersebut dengan pelan dan  jelas.
2)   Siswa menuliskan kata atau kalimat dalam buku catatan.
3   Guru dapat melanjutkan membacakan kata yang memiliki tingkat kesulitan atau kalimat yang sedikit panjang.
3.      Dengar dan Lakukan
a.      Instruksi
Guru melatih siswa dengan memberikan input berupa instruksi yang selama pelajaran berlangsung. Pertama-tama guru mengucapkan suatu instruksi dan melengkapi pernyataan tersebut dengan gerakan kepada siswa apa uang harus dilakukan siswa. Biasanya model kalimat yang diucapkan berupa kalimat perintah. Dengan begitu, semakin banyak dan bervariasi intruksi yang digunakan oleh guru, semakin banyak pula perbendaharaan tata dan ungkapan yang dimiliki siswa.
b.     Dengar dan Bergerak
Dengar dan bergerak merupakan salah satu kegiatan menyimak yang melibatkan gerakan fisik. Para siswa akan antusias untuk berpartisipasi dalam kegiatan tersebut dan guru memiliki banyak peluang untuk berkereasi kerena begitu banyak variasi gerakan fisik yang dapat dilakukan bersama-sama dengan para siswa.
c.     Menirukan Cerita
Dalam kegiatan ini, guru menciptakan situasi bercerita dan mengajak para siswa ikut dalam situasi cerita dengan melakukan atau menirukan gerakan yang ada dalam cerita tersebut, seperti mendayung sampan dan menarik tali. Dengan demikian, siswa akan senang dan selalu menunggu gurunya mengajak melakukannya lagi.
d.     Menggambar atau Mewarnai Gambar
Kegiatan ini merupakan kegiatan yang paling disenangi siswa. Namun, menggambar atau mewarnai gambar itu memerlukan waktu yang cukup lama. Jadi ketika guru memberikan input secara lisan, guru juga harus memberi waktu yang cukup untuk menyelesaikan perbagian dari suatu gambar.
4.    Menemukan Benda
Teknik menemukan benda ini bermanfaat bagi siswa untuk melatih daya ingat siswa terhadap kosa kata yang telah dihafal, serta melatih kecepatan merespon dan merealisasikan bunyi kosakata dengan bentuk konkrit. Teknik menemukan benda bermanfaat bagi guru untuk melatih siswa dalam menghafal kosakata. Jadi kosakata tidak dihafal secara teori tapi siswa mengetahui benda tersebut. Benda yang ditempatkan tersebut mampu mengingatkan siswa terhadap namanya dalam bahasa Arab. Langkah-langkah teknik ini berupa:
1) Guru menyiapkan benda-benda yang familiar dan mudah ditemukan, kemudian dimasukkan dalam satu box atau kotak dan letakkan kotak tersebut di depan kemudian guru menyebutkan nama benda tersebut satu persatu dengan jelas (Tarigan 1986: 59).
2) Setelah itu siswa disuruh mencari benda yang telah disebutkan namanya dalam kotak tersebut.

                                              









BAB III

PENUTUP

Istima’ secara bahasa berasal dari bahasa arab yang berarti mendengarkan atau menyimak. Istima’ secara istilah adalah Sarana yang pertama yang digunakan manusia untuk berhubungan dengan sesama manusia dalam tahapan-tahapan tertentu, melalui menyimak kita mengenal mufrodat, bentuk-bentuk jumlah dan tarkib-tarkibnya.
·         Tahapan-tahapan Dalam Pembelajaran Istima’:
1.      Fase pengenalan (Identifikasi)
2.      Fase Identifikasi Lanjutan
3.      Fase Pemahaman
·                  Ada 3 strategi yang bisa digunakan, strategi pertama yaitu Strategi yang bertujuan untuk melatih kemampuan mendengarkan bacaan dan memahami isi bacaannya secara global. Strategi yang kedua yaitu Strategi yang lebih menekankan pada aspek kemampuan memahami isi bacaan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan. Strategi yang ketiga yaitu strategi yang menitik beratkan kepada kemampuan untuk mengungkapkan kembali apa yang sudah didengarnya dengan bahasa sendiri.
·                  Ada 4 teknik yang bisa digunakan:
1.      Dengar ucap
2.      Dengar tulis
3.      Dengar dan Lakukan
4.      Menemukan benda

B.Saran
Seorang guru  hendaknya dapat memilih strategi dan teknik mana yang cocok digunakan dalam pengajaran istima’ pada tingkat pemula, sehingga membuat para siswa tertarik dan tidak mudah bosan terhadap proses pembelajaran.


DAFTAR PUSTAKA


Arsyad, Azhar. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Efendy, A.Fuad. 2005. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Malang: Misykat
Gulo, W. 2002. Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta: Grasindo
Hermawan, Acep. 2011. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab.Bandung: Remaja Rosdakarya.
Subyakto-Nababan, Sri Utari. Metodologi Pengajaran Bahasa (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993).
Tarigan, Henri Guntur. 1994.Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.Bandung: Angkasa.
www.slideshare.net. Prosedur dan Tekhnik Pengajaran Aswat Dan Maharah Al-Istima/’.













[1]Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 130.
[2] Sri Utari Subyakto-Nababan, Metedologi Pengajaran Bahasa (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993), hlm. 157.
[3] Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab (Malang: Misykat, 2009), hlm. 129.
[4] Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011). Hlm. 131.
[5]Efendy, A.Fuad. 2005. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Malang: Misykat,hlm. 130.

[6]  Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011). Hlm. 133.
                                      [9]http://eenkayunie.blogspot.com/2013/06/pembelajaran-bahasa-arab_24.html