Pringsewu, NU Online
Kitab Ihya Ulumiddin dibaca tidak berurutan dari jilid awal sebagaimana lazimnya membaca kitab. Kalau kitab Ihya ini dibaca berurutan, maka konsekuensinya pembacaan kitab tidak tamat atau pembacanya mengalami peristiwa-peristiwa ghaib.
Demikian
disampaikan Mustasyar MWCNU Ambarawa Kabupaten Pringsewu KH Muhammad
Dalhar di kediamannya, Pengaleman Kabupaten Pringsewu, Jum'at (30/6).
"Saya juga mengalami hal serupa saat saya mengajarkan kitab Ihya sampai pada Bab Sakaratul Maut, Istri saya dipanggil oleh Allah SWT," katanya dengan raut muka sedih menceritakan kisah hidupnya.
Selain
itu, seseorang yang hanya belajar beberapa bagian saja dari kitab ini
bisa-bisa mengalami kebingungan dan tidak bisa memahaminya.
"Dalam
kitab ini ada bab di mana kita kebingungan dalam memahami maksudnya.
Tetapi, kebingungan ini akan terobati pada bab selanjutnya," jelasnya.
Dalam
kesempatan ini, kiai yang berpenampilan sangat sederhana ini juga
menceritakan sebuah kisah tentang seseorang yang meragukan kandungan
Kitab Ihya Ulumuddin.
"Orang
ini kemudian bermimpi bertemu dengan Imam Ghazali yang menyampaikan
keraguannya kepada Nabi Muhammad SAW. Setelah itu Nabi memberikan kayu
kepada Imam Ghazali untuk memukul orang yang tidak percaya ini," kata
kiai yang juga rutin membaca Kitab Ihya Ulumuddin setiap Jumat di Masjid Jami Pengaleman ini.
Ia mengatakan bahwa setelah orang itu bangun terlihat sekujur tubuhnya membiru dan sakit seperti habis dipukul dengan kayu. (Muhammad Faizin/Alhafiz K)
Monday, September 11, 2017
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment
Monggo Komentarnya. . .