Wednesday, February 12, 2020

Pendidikan Sebagai Ilmu dan Pengetahuan

MAKALAH
PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU DAN PENGETAHUAN
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Ilmu Pendidikan Islam
Dosen Pengampu : Jajat Darojat, M.S.I



Disusun Oleh :
Sithi Nurani
Jamila
Livya Fara Dina
Fitri Permatasari

INSTITUT AGAMA ISLAM BUNGA BANGSA CIREBON
Tahun 2020

 


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya manusia adalah mahluk yang cerdas karena dari semua mahluk ciptaanNya manusia lah yang memiliki akal guna berpikir. Terbukti dengan adanya pembuktian sejarah pada zaman dahulu manusia mencari makanan dengan berburu., menulis di batu ataupun tembok adalah bukti bahwa Manusia adalah mahkluk yang memiliki potensi yang terus berkembang.. Potensi yang dimiliki ini terus di asah dan di kembangkan hingga akhirnya manusia mampu mengubah perkembangan zaman dari tradisional hingga zaman yang modern.
Manusia terus berpikir dan mennghasilkan segala Sesuatu dari apa yang telah ia pikirkan sebelumnya. Pada zaman dahulu orang menulis hanya di batu ataupun dedaunan namun sekarang manusia telah menulis di kertas dengan tinta pulpen. Ini membuktikan bahwa manusia yang berpikir menghasilan pengetahuan yang terus berkembang sepanjang hidup manusia itu sendiri.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa Pengertian Pendidikan Sebagai Ilmu Pengetahuan?
2.      Apa saja Sifat-Sifat Ilmu Pendidikan?
3.      Apa saja Objek-objek Ilmu Pendidikan?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian pendidikan sebagai ilmu pengetahuan.
2.      Untuk mengetahui sifat-sifat ilmu pendidikan.
3.      Untuk mengetahui objek-objek ilmu pendidikan.








BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Pendidikan Sebagai Ilmu Pengetahuan
1.      Pengertian Ilmu
[1]Istilah ilmu merupakan terjemahan dari bahasa Inggris Science dan berasal dari bahasa Latin Scientia yang diturunkan dari kata Scire yang berarti mengetahui dan belajar, maka ilmu dapat berarti usaha untuk mengetahui atau mempelajari sesuatu yang bersifat empiris dan melalui suatu cara tertentu. Maka ilmu dapat didefinisikan sebagai suatu eksplorasi kealam materi berdasarkan observasi dan mencari hubungan-hubungan alamiah yang teratur mengenai gejala-gejala yang diamati serta bersifat mampu mengujin diri sendiri.
Menurut James Conant, ilmu adalah suatu deretan konsep dan skema konseptual yang berhubungan satu sama lain, yang tumbuh sebagai hasil eksperimen serta observasi dan berguna untuk diamati serta dieksperimenkan secara lanjut. Sedangkan menurut The Liang Gie, ilmu mengandung tiga hal yaitu pengetahuan, aktivitas dan metode. Ilmu menurut Henry W. Hophnstone Jr. dalam bukunya yang berjudul “What is Philosophy?” adalah suatu kumpulan yang sistematis dari pengetahuan yang dihimpun dengan perantara metode ilmiah.
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI), ilmu adalah suatu pengetahuan atau kepandaian baik tentang segala yang masuk dalam jenis kebatinan maupun yang berkenaan dengan keadaan alam, sosial, dan sebagainya. Sedangkan ilmu yang berarti proses, dimaksudkan bahwa ilmu bersifat relatif.
2.      Pengertian Pengetahuan
[2]Dalam kamus besar bahasa Indonesia Pengetahuan atau sains didefinisikan sebagai studi sistematis yang diperoleh melalui suatu observasi, penelitian, serta telah diuji coba yang mengarah pada sebuah penentuan dengan sifat dasar atau berupa prinsip sesuatu yang sedang dipelajari, diselidiki, dan sebagainya.


Pengertian Pengetahuan Menurut Para Ahli
a.      Notoatmodjo (2007)
[3]Pengetahuan yaitu hasil dari pemahaman setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap sebuah obyek tertentu. Penginderaan tersebut terjadi melalui panca indera yang dimiliki oleh manusia, yakni indera pendengaran, penglihatan, penciuman bau, rasa serta raba. Diketahui sebagaian besar pengetahuan yang diperoleh manusia yaitu melalui indra penglihatan dan pendengaran.
3.      Pengertian Ilmu Pendidikan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pendidikan yang berarti “education” adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan. Sedangkan pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal (mata pelajaran).
Pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya. Sedangkan pengetahuan adalah objek dari pada manusia melakukan proses pendidikan itu sendiri
Pendidikan merupakan suatu kegiatan mentransfer ilmu pengetahuan dari pendidik kepada peserta didik. Ilmu pendidikan sebagai ilmu pengetahuan dengan meletakkan ilmu pengetahuan sebagai obyeknya.
Mengapa manusia perlu dididik karena pada dasarnya manusia terlahir dalam keadaaan tidak mengetaui apa-apa. Menurut Dasar Biologis Bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan tidak berdaya serta tidak dilengkapi dengan insting yang sempurna untuk menyesuaikan diri dalam menghadapi lingkungan, perlu masa belajar yang panjang dan awal pendidikan terjadi setelah anak manusia mencapai penyesuaian jasmani.
Ilmu pendidikan atau Paedagogiek adalah teori pendidikan perenungan tentang pendidikan dalam arti yang luas. Ilmu pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari soal-soal yang timbul dalam praktik pendidikan (Hamalik, 2010: 56). Ilmu pendidikan telah berkembang dan memenuhi persyaratan sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri. Ilmu pengetahuan dapat berdiri sendiri apabila telah memenuhi persyaratan yaitu 1) memiliki objek sendiri, 2) metode penyelidikan, 3) sistematika, dan 4) tujuan sendiri. 
Kegiatan pendidikan terjadi dalam hubungan orang tua dengan anak. Orang tua mengajak anak laki-laki pergi kebudayaan ladang, berburu agar anak memiliki ketrampilan berladang dan berburu. Seorang ibu membimbing anak untuk bekerja di lingkungan keluarga, agar anaknya memiliki kemampuan dalam mengurus kehidupan rumah tangga. Masih banyak lagi kegiatan-kegiatan yang lain yang merupakan aktifitas pendidikan berlangsung dalam kehidupan sehari-hari. Dari tinjauan sejarah pendidikan kelahiran ilmu pendidikan diawali dengan lahirnya tokoh-tokoh pemikir dalam bidang pendidikan. Pada abad 18 lahirlah tokoh-tokoh seperti J. A Comeniu, John Locke, Jean Jaques Rousseau, Immanuelkant dan J. J Pestalozzi. Sedangkan tokoh-tokoh pendidikan abad 19 hingga awal abad 20 diantaranya adalah Herbart, Frobel, Montessori, John Dewey dan lain-lain. Bermula dari pemikir-pemikir tersebut maka ilmu pendidikan terus berkembang hingga saat ini.
Dengan demikian, dapat disimpulkan pendidkan sebagai ilmu pengetahuan  adalah Usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya melalui objek (pengetahuan) dan belajar.

B.     Sifat-Sifat Ilmu Pendidikan
1.      Ilmu Pendidikan Bersifat Empiris
[4]Ilmu pendidikan bersifat empiris artinya ilmu pengetahuan tersebut didasarkan pada observasi kenyataan akal sehat serta hasilnya tidak bersifat spekulatif. Atau dengan kata lain berdasarkan sumber yang dapat dilihat langsung secara materi atau wujud fisik. Empiris dalam sejarah yaitu sejarah yang memiliki sumber sejarah yang merupakan kenyataan dalam ilmu sejarah.
Misalnya kalau kita bercerita tentang terjadinya perang, apakah perang itu benar-benar terjadi atau tidak, kita bisa mencari tahu berdasarkan bukti-bukti atau peninggalan yang ditemukannya, masih adanya saksi yang masih hidup, adanya laporan tertulis, adanya tempat yang dijadikan pertempuran dan bukti-bukti lainnya. Dengan demikian cerita sejarah merupakan cerita yang memang empiris, artinya benar-benar tejadi karena berdasarkan bukti yang ditemukan. Kalau cerita tidak berdasarkan bukti, bukan sejarah namanya, tetapi dongeng yang bersifat fiktif.

2.      Ilmu Pendidikan Bersifat Normatif
Ilmu pendidikan itu selalu berhubungan dengan soal siapakah “manusia” itu. Pembahasan mengenai siapakah manusia  biasanya termasuk bidang filsafat yaitu filsafat antropologi. Pandangan filsafat tentang manusia sangat besar pengaruhnya terhadap konsep serta praktek-raktek pendidikan. Karena pandangan filsafat itu menentukan nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi oeh seorang pendidik yang melaksanakan pendidikan. Nilai yang dijunjung tinggi ini dijadikan norma untuk menentukan ciri-ciri manusia yang ingin dicapai melalui praktek dan pengalaman mendidik, tetapi secara normatif bersumber dari norma masyarakat, juga dari keyakinan keagamaan yang dianut oleh seseorang.
Nilai-nilai yang dijunjung tinggi dalam pandangan manusia seseorang atau sesuatu bangsa itulah yang dijadikan norma atau kriteria untuk mendidik. Dan norma ini biasanya tergambar dalam rumusan tujuan pendidikannya. Dengan demikian, ilmu pendidikan diarahkan kepada perbuatan mendidik yang bertujuan. Dan tujuan itu di tentukan oleh nilai yang dijunjung tinggi oleh seseorang. Sedangkan nilai itu sendiri merupakan ukuran yang bersifat normatif, maka dapat kita tegaskan bahwa ilmu pendidikan adalah ilmu yang bersifat normatif.[5]
3.      Ilmu Pendidikan Bersifat Historisitas
Ilmu pendidikan bersifat historis karena menguraikan teori sistem sepanjang zaman dan kebudayaan serta makna filosofis yang berpengaruh pada zaman tertentu.
Berikut merupakan sedikit contoh historis sebagai ilmu pendidikan yakni pada masa Rasulullah SAW:
Ø  Pendidikan islam di Makkah
Pendidikan Islam terjadi sejak Nabi Muhammad di angkat menjadi Rasul Allah di Makkah dan beliau sendiri sebagai gurunya. Nabi Muhammad menerima wahyu yan petama di Gua Hiro di Makkah pada tahun 610 M, dalam wahyu itu termaktub ayat al-Qur’an yang artinya: “Bacalah (ya Muhammad) dengan nama Tuhanmu yang telah menjadikan (semesta alam). Dia menjadikan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu Maha Pemurah. Yang mengajarkan dengan pena. Mengajarkan kepada manusia apa yang belum di ketahuinya.
Dalam masa pembinaan pendidikan agama islam di Makkah, Nabi Muhammad juga mengajarkan al-Qur’an karena al-Qur’an merupakan inti sari dan sumber pokok ajaran Islam. Disamping itu, Nabi Muhammad SAW mengajarkan tauhid kepada umatnya.
Intinya pendidikan dan pengajaran yang diberikan Nabi Muhammad selama di Makkah ialah pendidikan keagamaan dan akhlak serta menganjurkan kpada manusia, supaya mempergunakan akal pikirannya memperhatikan kejadian manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan alam semesta sesuai anjuran pendidikan ‘aqliyah dan ilmiyah.
4.      Ilmu Pendidikan Bersifat Teoritis-Praktis
Karena pada umumnya ilmu mendidik tidak hanya mencari pengetahuan deskriptif tentang objek pendidikan, melainkan ingin juga mengetahui bagaimana sebaiknya untuk berfaedah terhadap objek didiknya. Jadi dilihat dari maksud dan tujuannya, ilmu mendidik boleh disebut “ilmu yang praktis”, sebab ditujukan kepada praktik dan perbuatan-perbuatan yang mempengaruhi anak didiknya. Jadi, dari praktik-praktik pendidikan disusun pemikiran-pemikiran secara teoritis. Pemikiran teoritis ini disusun dalam satu sistem pendidikan yang biasanya disebut ilmu mendidik teoritis. Ilmu mendidik teoritis ini disebut juga ilmu mendidik sistematis. Jadi sebenarnya kedua istilah itu mempunyai arti yang sama, yaitu teoritis sama saja dengan sistematis.
Dalam rangka membicarakan ilmu mendidik teoritis, perlu di  perhatikan sejarah pendidikan. Dengan mempelajari sejarah pendidikan ituterlihat telah tersusun pandangan-pandangan teoritis yag dapat dipakai sebagai peringatan untuk menyusun teori pendidikan selanjutnya. Dapat di simpulkan bahwa mendidik sistematis mendahului ilmu mendidik historis. Akan tetapi ilmu mendidik historis memberikan bantuan dan memperkaya ilmu mendidik sistematis. Kedua-duanya membantu para pendidik agar berhati-hati dalam praktik-praktik pendidikan.[6]

5.      Ilmu Pendidikan yang Berdimensi Rohani/Lahiriyah dan Batiniyah
Ilmu pendidikan bersifat rohaniyah karena selalu memandang peserta didik sebagai makhluk yang bersusila dan ingin menjadikannya sebagai makhluk yang beradab. Selain itu juga situasi pendidikan yang berdasar atas tujuan manusia tidak membiarkan peserta didik kepada keadaan alamnya.
Sedangkan ilmu pendidikan yang bersifat batiniyah yakni ilmu pendidikan yang dalam hal ini lebih tertuju pada pemahaman batin atau kondisi jiwa seseorang.

C.    Objek-objek Ilmu Pendidikan
Secara umum yang menjadi objek atau sasaran ilmu pendidikan adalah seluruh yang menjadi sasaran dalam aktivitas pendidikan atau praktek pendidikan yang meliputi kegiatan mendidik, mengajar, melatih peserta didik agar berkembang potensinya serta menjadi manusia dewasa yang bertanggung jawab.
Peserta didik sebagai manusia menjadi obyek ilmu pendidikan yang bersifat material sedangkan usaha untuk membawa peserta didik dalam mencapai tujuan pendidikan atau kedewasaan disebut obyek pendidikan yang bersifat formal. Upaya mendidik, membimbing dan melatih siswa menuju perbaikan dan tanggungjawab sebagaimana dalam praktek pendidikan adalah menyangkut persoalan-persoalan pendidikan.
Setiap ilmu pengetahuan pasti mempunyai objek. Objek ilmu pengetahuan dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu: Objek material dan Objek formal.[7]
a.      Objek Material
Objek material adalah bahan atau masalah yang menjadi sasaran pembicaraan, penelitian atau penelaahan dari ilmu pengetahuan. Sedangkan menurut Surajiyo dkk. objek material dimaknai dengan suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan pengetahuan. Objek material juga berarti hal yang diselidiki, dipandang atau disorot oleh suatu disiplin ilmu. Objek material mencakup apa saja, baik yang konkret maupun yang abstrak, yang materil maupun yang non-materil. Bisa pula berupa hal-hal, masalah-masalah, ide-ide, konsep-konsep dan sebagainya.
Istilah objek material sering juga disebut pokok persoalan (subject matter). Pokok persoalan ini dibedakan atas dua arti, yaitu:
1)      Dimaksudkan sebagai bidang khusus dari penyelidikan faktual.
Misalnya: Penyelidikan tentang atom termasuk bidang fisika, penyelidikan tentang chlorophyl termasuk penelitian bidang botani atau bio-kimia dan sebagainya.
2)      Dimaksudkan sebagai suatu kumpulan pertanyaan pokok yang saling berhubungan. Misalnya: Anatomi dan fisiologi keduanya berkaitan dengan struktur tubuh. Anatomi mempelajari strukturnya sedangkan fisiologi mempelajari fungsinya. Kedua ilmu tersebut dapat dikatakan memiliki pokok persoalan yang sama, namun juga dikatakan berbeda. Perbedaaan ini dapat diketahui apabila dikaitkan dengan corak-corak pertanyaan yang diajukan dan aspek-aspek yang diselidiki dari tubuh tersebut. Anatomi mempelajari tubuh dalam aspeknya yang statis, sedangkan fisiologi dalam aspeknya yang dinamis.
Sasaran dari objek material ini adalah peserta didik, yang memiliki ciri khas yang perlu di pahami oleh pendidik:
1)      Individu yang mempunyai potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga merupakan insan yang unik.
2)      Individu yang sedang berkembang, karena itu individu tersebut membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi.
3)      Individu yang mempunyai kemampuan mandiri.[8]
b.      Objek Formal
Objek formal adalah bidang yan menjadi keseluruhan ruang lingkup garapan riset pendidikan. Seperti upaya untuk mendidik, membimbing, dan melatih siswa menuju perbaikan dan berkaitan dengan persoalan pendidikan. Objek formal juga berarti sudut tinjauan dari penelitian atau pembicaraan yang dilakukan oleh seseorang terhadap suatu ilmu pengetahuan atau bisa dikatakan sudut pandang darimana objek material itu disorot. Jika sudut pandang itu logis, konsisten dan efisien maka dihasilkanlah sistem filsafat yang lebih kepada pembahasan secara mendalam.
Objek formal suatu ilmu tidak hanya memberikan keutuhan ilmu, tetapi pada saat yang sama membedakannya dari bidang-bidang lain. Suatu objek material dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang sehingga menghasilkan ilmu yang berbeda-beda. Oleh karena itu, akan tergambar lingkup suatu pengetahuan mengenai sesuatu hal menurut segi tertentu. Dengan kata lain, tujuan pengetahuan sudah ditentukan. Misalnya, Objek materialnya adalah “manusia”, kemudian, manusia ini ditinjau dari sudut pandang yang berbeda-beda sehingga ada beberapa ilmu yang mempelajari manusia, diantaranya: psikologi, antropologi, sosiologi dan sebagainya.




















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Ilmu pendidikan termasuk ilmu pengetahuan empiris yang diangkat dari pengalaman pendidikan, kemudian disusun secara teoritis untuk digunakan secara praktis.
Sebagai ilmu, Ilmu pendidikan mempunyai sifat diantaranya:
1.      Ilmu Pendidikan Bersifat Empiris
2.      Ilmu Pendidikan Bersifat Normatif
3.      Ilmu Pendidikan Bersifat Historisitas
4.      Ilmu Pendidikan Bersifat Teoritis-Praktis
5.      Ilmu Pendidikan yang Berdimensi Rohani/Lahiriyah dan Batiniyah.
Sasaran dari objek material ini adalah peserta didik, yang memiliki ciri khas yang perlu di pahami oleh pendidik:
Ø  Individu yang mempunyai potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga merupakan insan yang unik.
Ø  Individu yang sedang berkembang, karena itu individu tersebut membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi.
Ø  Individu yang mempunyai kemampuan mandiri.
Secara umum yang menjadi objek atau sasaran ilmu pendidikan adalah seluruh yang menjadi objek dalam aktivitas pendidikan atau praktek pendidikan yang meliputi kegiatan mendidik, mengajar, melatih peserta didik agar berkembang potensinya serta menjadi manusia dewasa yang bertanggung jawab.
Objek formal suatu ilmu tidak hanya memberikan keutuhan ilmu, tetapi pada saat yang sama membedakannya dari bidang-bidang lain.










 DAFTAR PUSTAKA

Salam, Burhanuddin. PENGANTAR PEDAGOGIK (Dasar-dasar Ilmu Mendidik).
 PT. Rineka Cipta: Jakarta. 1997.
Ahmdi, Abu dan Nur Uhbiyanti. Ilmu Pendidikan. PT Rineka Cipta: Semarang. 1991.
Munib, Achmad dkk. Pengantar Ilm Pendidikan. UNNES Press: Semarang. 2006.
Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo. Pengantar Pendidikan. Asdi Mahasatya: Jakarta. 2005.
http://fredyboy50.blogspot.com/2017/05/makalah-pendidikan-sebagai-ilmu.html. (Diakses pada hari ahad, tanggal 9 FEbruari 2020).
https://jagad.id/pengertian-pengetahuan/. (Diakses pada hari ahad, tanggal 9 FEbruari 2020).
https://jagad.id/pengertian-pengetahuan/.(Diakses pada hari ahad, tanggal 9 FEbruari 2020).







[1] http://fredyboy50.blogspot.com/2017/05/makalah-pendidikan-sebagai-ilmu.html. (Diakses pada hari ahad, tanggal 9 FEbruari 2020).
[2] https://jagad.id/pengertian-pengetahuan/. (Diakses pada hari ahad, tanggal 9 FEbruari 2020).

[3] https://jagad.id/pengertian-pengetahuan/.(Diakses pada hari ahad, tanggal 9 FEbruari 2020).
[5] Burhanuddin Salam, PENGANTAR PEDAGOGIK (Dasar-dasar Ilmu Mendidik), PT. Rineka Cipta: Jakarta, 1997, hlm. 18-20.

[6] Achmad Munib, dkk., Pengantar Ilm Pendidikan, UNNES Press: Semarang, 2006, hlm. 34.
[7] Abu Ahmdi dan Nur Uhbiyanti, Ilmu Pendidikan, PT Rineka Cipta: Semarang, 1991, Hlm. 81.
[8] Umar Tirtarahardja dan S.L. La Sulo, Pengantar Pendidikan, Asdi Mahasatya: Jakarta, 2005, hlm. 52

1 comment:

  1. As claimed by Stanford Medical, It's indeed the one and ONLY reason women in this country get to live 10 years longer and weigh on average 19 KG lighter than us.

    (Just so you know, it has absolutely NOTHING to do with genetics or some secret exercise and EVERYTHING around "HOW" they are eating.)

    P.S, I said "HOW", not "what"...

    Tap this link to find out if this quick questionnaire can help you discover your real weight loss potential

    ReplyDelete

Monggo Komentarnya. . .