MAKALAH
KONSEP DASAR PEMBELAJARAN TEMATIK
Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah :
Pembelajaran Tematik
Dosen :
Muhammad Iqbal Gozali, M.Pd

Disusun OLeh :
Ø Dian
Ajeng Pratiwi
Ø Hanna
Retno Elita
Ø Livya
Farrah Dina
|
Ø Muhammad
Ahkyarul Mubin
Ø Riza Kusumawati
Ø Rofiqo
Tri Lestari
|
KELAS PGMI A
IAI BBC
Instituti Agama Islam
Bunga Bangsa Cirebon
Jl.Widarasari – III – Cirebon Telp. 0231-246215
2020
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi
wabarakatuh
Segala puji bagi
Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya
kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat
serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis
mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dengan judul “PEMBELAJARAN
TEMATIK”
Penulis tentu
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah
ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada bapak/ibu
Dosen yang telah membimbing kami dalam
menulis makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat
bermanfaat. Terima kasih.
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR ................................................................................................. i
DAFTAR
ISI ................................................................................................................ ii
BAB
I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................ 1
BAB
II PEMBAHASAN ............................................................................................. 3
A.
Makna
Strategi Pembelajaran ............................................................................. 3
B.
Jenis-Jenis Strategi Pembelajaran ....................................................................... 4
C.
Prosedur Dan Mekanisme Perancangan Pembelajaran Tematik.......................... 6
D.
Model, Fungsi Dan Peran Guru Dalam Pembelajaran Tematik .......................... 8
E.
Metode Dan Teknik Pembelajaran Tematik ....................................................... 9
F.
Pembelajaran Kontekstual ................................................................................ 26
G.
Konsep Dasar ................................................................................................... 28
BAB
III PENUTUP ................................................................................................... 33
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 33
B. Saran ................................................................................................................. 34
DAFTAR
PUSTAKA ................................................................................................ 35
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perekayasaan proses pembelajaran dapat didesain oleh guru
sedemikian rupa. Idealnya pendekatan pembelajaran untuk siswa pandai harus
berbeda dengan kegiatan siswa berkemampuan sedang atau kurang walaupun untuk
memahami konsep yang sama karena setiap siswa mempunyai keunikan masing-masing.
Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman guru terhadap pendekatan, model, strategi,
metode, dam teknik pembelajaran tidak bisa diabaikan.
Untuk itu pada makalah ini akan dibahas lebih jauh tentang
strategi dan metode pembelajaran tematik, mulai dari Makna Strategi
Pembelajaran, Jenis-jenis Strategi Pembelajaran, Prosedur dan Mekanisme
Perancangan Pembelajaran Tematik, Model Fungsi dan Peran Guru dalam
Pembelajaran Tematik, Metode dan Teknik Pembelajaran Tematik, serta Pembelajaran
Kontekstual.
B.
Rumusan Masalah
Adapun masalah yang dapat kami
rumuskan, yaitu:
1. Bagaimana Makna Strategi Pembelajaran?
2. Apa saja Jenis-jenis Strategi
Pembelajaran?
3. Bagaimana Prosedur dan Mekanisme
Perancangan Pembelajaran Tematik?
4. Bagaimana Model Fungsi dan Peran Guru
dalam Pembelajaran Tematik?
5. Bagaimana Metode dan Teknik
Pembelajaran Tematik?
6. Bagaimana Pembelajaran Kontekstual?
C.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini,
yaitu:
1. Untuk mengetahui bagaimana Makna
Strategi Pembelajaran.
2. Untuk mengetahui apa saja Jenis-jenis
Strategi Pembelajaran.
3. Untuk mengetahui bagaimana Prosedur dan
Mekanisme Perancangan Pembelajaran Tematik.
4. Untuk mengetahui bagaimana Model Fungsi
dan Peran Guru dalam Pembelajaran Tematik.
5. Untuk mengetahui bagaimana Metode dan
Teknik Pembelajaran Tematik.
6. Untuk mengetahui bagaimana Pembelajaran
Kontekstual
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Makna Stratergi Pembelajaran
Istilah strategi (strategy)
berasal dari kata benda dan kata kerja dalam bahasa Yunani. Sebagai kata benda, strategos, merupakan gabungan kata “stratos” (militer) dengan “ago” (memimpin). Sebagai kata kerja, stratego berarti merencanakan (to plan).
Mintzberg dan Waters (1983) mengemukakan bahwa strategi
adalah pola umum tentang keputusan atau tindakan (strategies are realized as patterns in stream of decisions or actions).
Hardy, Langley, dan Rose dalam Sudjana (1986) mengemukakan Strategy is perceived as a plan or a set of explisit intention
preceeding and controlling actions (strategi dipahami sebagai rencana atau
kehendak yang mendahului dan mengendalikan kegiatan).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat dikemukakan
bahwa strategi adalah suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan secara
sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan. Strategi mencakup tujuan
kegiatan, siapa yang terlibat dalam kegiatan, isi kegiatan, proses kegiatan,
dan sarana penunjang kegiatan.
Pembelajaran (instruction)
bermakna sebagai “upaya untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang
melalui berbagai upaya (effort) dan
berbagai strategi, metode dan pendekatan kearah pencapaian tujuan yang telah
direncanakan”. Pembelajaran dapat pula dipandang sebagai kegiatan guru secara
terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif
yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.
Strategi pembelajaran merupakan suatu rencana tindakan
(rangkaian kegiatan) yang termasuk juga pengguna metode dan pemanfaatan
berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti bahwa di dalam
penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja
belum sampai pada
tindakan.
Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya disini bahwa arah dari
semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan sehingga
penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan
sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan.
B.
Jenis-Jenis Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran dikembangkan atau diturunkan dari
model pembelajaran. Dari beberapa pengertian di atas, strategi belajar-mengajar
meliputi rencana, metode dan perangkat kegiatan yang direncanakan untuk
mencapai tujuan pengajaran tertentu. Untuk melaksanakan strategi tertentu,
diperlukan seperangkat metode pengajaran.
Menurut J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa
dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa
strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan
yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.
Adapun jenis-jenis/klasifikasi strategi pembelajaran yang
dikemukakan dalam artikel Saskatchewan Educatioanal (1991):
1.
Strategi Pembelajaran Langsung (direct instruction)
·
Strategi
pembelajaran langsung merupakan strategi yang kadar berpusat pada gurunya
paling tinggi, dan paling sering digunakan. Pada strategi ini termasuk di
dalamnya metode-metode ceramah, pertanyaan didaktik, pengajaran eksplisit,
praktik dan latihan, serta demonstrasi.
·
Strategi
pembelajaran langsung efektif digunakan untuk memperluas informasi atau
mengembangkan keterampilan langkah demi langkah.
2.
Strategi Pembelajaran Tidak Langsung (indirect instruction)
·
Pembelajaran
tidak langsung memperlihatkan bentuk keterlibatan tinggi siswa dalam melakukan
observasi penyelidikan, penggambaran inferensi berdasarkan data, atau
pembentukan hipotesis.
·
Dalam
pembelajaran tidak langsung, peran guru beralih dari penceramah menjadi
fasilitator, pendukung, dan sumber personal (resource person).
·
Guru merancang
lingkungan belajar, memberikan kesempatan siswa untuk terlibat, dan jika
memungkinkan memberikan umpan balik kepada siswa ketika mereka melakukan
inkuiri.
·
Strategi
pembelajaran tidak langsung mensyaratkan digunakannya bahan-bahan cetak,
non-cetak, dan sumber-sumber manusia.
3.
Strategi Pembelajaran Interaktif (interactive instruction)
·
Strategi
pembelajaran interaktif merujuk kepada bentuk diskusi dan saling berbagi di
antara peserta didik. Seaman dan Fellenz (1989) mengemukakan bahwa diskusi dan
saling berbagi akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan reaksi
terhadap gagasan, pengamalan, pandangan, dan pengetahuan guru atau kelompok,
serta mencoba mencari alternatif dalam berpikir.
·
Strategi
pembelajaran interaktif dikembangkan dalam rentang pengelompokkan dan
metode-metode interaktif. Di dalamnya terdapat bentuk-bentuk diskusi kelas,
diskusi kelompok kecil atau pengerjaan tugas berkelompok, dan kerja sama siswa
secara berpasangan.
4.
Strategi Belajar Melalui Pengalaman (experiential learning)
·
Strategi
belajar melalui pengalaman menggunakan bentuk sekuens induktif, berpusat pada
siswa, dan berorientasi pada aktivitas.
·
Penekanan dalam
strategi belajar melalui pengalaman adalah pada proses belajar, dan bukan hasil
belajar.
·
Guru dapat
menggunakan strategi ini, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Sebagai
contoh, di dalam kelas dapat digunakan metode simulasi, sedangkan di luar kelas
dapat dikembangkan metode observasi untuk memperoleh gambaran pendapat umum.
5.
Stategi Pembelajaran Mandiri
·
Belajar mandiri
merupakan strategi pembelajaran yang bertujuan untuk membangun inisiatif
individu, kemandirian, dan peningkatan diri. Fokusnya adalah pada perencanaan
belajar mandiri oleh peserta didik dengan bantuan guru. Belajar mandiri juga
bisa dilakukan dengan teman atau sebagai bagian dari kelompok kecil.
·
Kelebihan dari
pembelajaran ini adalah membentuk peserta didik yang mandiri dan bertanggung
jawab. Kekurangannya adalah peserta didik belum dewasa, sulit menggunakan
pembelajaran mandiri.
C.
Prosedur dan Mekanisme Perancangan Pembelajaran Tematik
Beberapa langkah yang dapat diikuti oleh guru dalam
merancang pembelajaran terpadu yaitu sebagai berikut.
Tahap 1 : Penjajakan
Pada
langkah ini dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut.
·
Menetapkan
tingkatan kelas.
·
Menetapkan
aspek perkembangan (sesuai tingkatan kelas yang dipilih).
·
Menetapkan
kompetensi dasar dan indikator yang potensial dan ada keterkaitan konsep.
·
Memasukkan
kompetensi dasar ke dalam:
-
Tema
-
Indikator dan tujuan
pembelajaran
-
Cakupan konsep
kunci
-
Cakupan aspek
hasil belajar (pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai)
-
Taksiran waktu
Tahap 2 : Penstrukturan
Tahap
penstrukturan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
·
Menyusun
kerangka struktur penyatukaitan konsep kunci dan cakupan aspek hasil belajar
yang dapat dimodelkan seperti jala-jala.
·
Mengidentifikasi:
-
Konsep-konsep
kunci/aspek perkembangan anak
-
Aspek
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai
-
Bentuk kegiatan
belajar peserta didik
-
Sumber dan media
pembelajaran
-
Lokasi
pembelajaran (ruang dan suasana)
-
Produk yang
diharapkan sebagai hasil belajar (fisik, perilaku, atau bentuk lainnya)
·
Menelaah
kerangka struktur dan hasil identifikasi untuk mendapatkan:
-
Konteks dan
judul konteks (tema, isu, dan masalah)
-
Cakupan tujuan,
kegiatan, materi, dan proses secara utuh dalam kurun waktu yang telah ditaksir
Tahap 3 : Perancangan Model
Pembelajaran Tematik
Pada
tahap ketiga ini dilakukan kegiatan sebagai berikut.
Perancangan
skenario, pengemasan skenario dalam suatu model yang dipilih yang memuat c.1)
dan c.2)
a. Perencanaan skenario
b. Pengemasan skenario
Tahap 4 : Uji Coba Model/Penggunaan
Model Dalam Pembelajaran



D.
Model, Fungsi, dan Peran Guru Dalam Pembelajaran Tematik
1.
Team Teaching
Pembelajaran terpadu dalam hal ini diajarkan dengan cara team, satu topik pembelajaran dilakukan
oleh lebih dari seorang guru. Setiap guru memiliki tugas masing-masing sesuai
dengan keahlian dan kesepakatan.
2.
Guru
Tunggal
Pembelajaran tematik integratif dengan seorang guru
merupakan hal yang ideal dilakukan. Hal ini disebabkan: guru dapat merancang
skenario pembelajaran sesuai dengan tema/topik yang ia kembangkan tanpa
konsolidasi terlebih dahulu dengan guru yang lain. Dan oleh karena tanggung
jawab dipikul oleh seorang diri, potensi untuk saling mengandalkan tidak akan
muncul.
E.
Metode dan Teknik Pembelajaran Tematik
Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan
rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun
tercapai secara optimal. Metode dalam sistem pembelajaran memegang peran yang
sangat penting. Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat
tergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran karena suatu strategi
pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan melalui penggunaan metode
pembelajaran.
1.
Metode Ceramah
Ceramah sebagai suatu metode pembelajaran merupakan cara
yang dilakukan dalam mengembangkan proses pembelajaran melalui cara penuturan (lecturer). Metode ini senantiasa bagus
jika penggunaannya betul-betul disiapkan dengan baik, didukung alat dan media
serta memperhatikan batas-batas kemungkinan penggunaannya. Hal yang perlu
diperhatikan, hendaknya ceramah mudah diterima, isinya mudah dipahami serta
mampu menstimulasi pendengar (murid) untuk mengikuti dan melakukan dari isi
ceramah yang disampaikan.
a.
Langkah-langkah
Menggunakan Metode Ceramah
Ada tiga
langkah pokok yang harus diperhatikan, yakni persiapan, pelaksanaan dan
kesimpulan. Langkah-langkah tersebut diantaranya adalah:
1)
Tahap
Persiapan
Hal-hal
penting yang harus diperhatikan dalam menyiapkan ceramah adalah:
a) Analisis sasaran (audience), baik dari sisi jumlah, usia, maupun kemampuan awal yang
dimilikinya.
b) Analisis sifat materi yang sesuai dan cukup
hanya dituturkan atau diinformasikan.
c) Rancang durasi waktu yang akan
digunakan untuk ceramah secara efektif dan efesien serta memperkirakan variasi
yang dapat dikembangkan.
d) Memilih dan menetapkan jenis media yang
akan digunakan.
e) Siapkan sejumlah pertanyaan sebagai
bentuk kontrol dan upaya memperoleh umpan balik.
f) Berikan contoh dan analogi yang sesuai
dengan pengalaman yang pernah diperoleh.
g) Siapkan ikhtisar yang sekiranya akan
membantu kelancaran ceramah.
2)
Tahap
Pelaksanaan
Pada tahap ini ada tiga langkah
yang harus dilakukan:
a) Langkah Pembukaan
b) Langkah Penyajian
c) Langkah Mengakhiri atau Menutup Ceramah
b.
Kelebihan dan Kelemahan Metode Ceramah
Ada beberapa kelebihan
sebagai alasan mengapa ceramah sering digunakan.
1) Ceramah merupakan metode yang ‘murah’
dan ‘mudah’ untuk dilakukan.
2) Murah dalam arti proses ceramah tidak
memerlukan peralatan-peralatan yang lengkap, berbeda dengan metode yang lain
seperti demonstrasi atau peragaan. Mudah artinya ceramah hanya mengandalkan
suara guru, sehingga tidak terlalu memerlukan persiapan yan rumit.
3) Ceramah dapat menyajikan materi
pelajaran yang luas.
4) Ceramah dapat memberikan pokok-pokok
materi yang perlu ditonjolkan.
5) Artinya, guru dapat mengatur
pokok-pokok materi yang mana perlu ditekankan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan
yang ingin dicapai.
6) Melalui ceramah, guru dapat mengontrol
keadaan kelas karena sepenuhnya kelas merupakan tanggung jawab guru yang
memberikan ceramah.
7) Organisasi kelas dengan menggunakan
ceramah dapat diatur menjadi lebih sederhana. Ceramah tidak memerlukan setting kelas yang beragam, atau tidak
memerlukan persiapan-persiapan yang rumit.
Di samping beberapa kelebihan di
atas, ceramah juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya:
1) Materi yang dapat dikuasai siswa
sebagai hasil dari ceramah akan terbatas pada apa yang dikuasai guru.
2) Ceramah tidak disertai dengan peragaan
dapat mengakibatkan terjadinya verbalisme.
3) Guru yang kurang memiliki kemampuan
bertutur yang baik, ceramah sering dianggap sebagai metode yang membosankan.
4) Melalui ceramah, sangat sulit untuk
mengetahui apakah seluruh siswa sudah mengerti apa yang dijelaskan atau belum.
2.
Metode
Demonstrasi
Metode demonstrasi merupakan metode penyajian pelajaran
dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses,
situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan.
a.
Langkah-langkah Menggunakan Metode Demonstrasi
1)
Tahap Persiapan
Pada
tahap persiapan ada beberapa hal yang harus dilakukan:
a)
Rumuskan tujuan
yang harus dicapai oleh siswa setelah proses demonstrasi berakhir.
b)
Persiapkan
garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan.
c)
Lakukan uji
coba demonstrasi.
2)
Tahap Pelaksanaan
a)
Langkah
Pembukaan
Sebelum demonstrasi
dilakukan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya:
·
Aturlah tempat
duduk yang memungkinkan semua siswa dapat memperhatikan dengan jelas apa yang
didemonstrasikan.
·
Kemukakan
tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa.
·
Kemukakan
tugas-tugas apa yang harus dilakukan oleh siswa.
3)
Langkah Pelaksanaan Demonstrasi
a)
Mulailah
demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang siswa untuk berpikir.
b)
Ciptakan
suasana yang menyejukkan dengan menghindari suasana yang menegangkan.
c)
Yakinkan bahwa
semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan memperhatikan reaksi seluruh siswa.
d)
Berikan
kesempatan kepada siswa untuk secara aktif memikirkan lebih lanjut sesuai
dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi itu.
4)
Langkah Mengakhiri Demonstrasi
Apabila demonstrasi
selesai dilakukan, proses pembelajaran perlu diakhiri dengan memberikan
tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan demonstrasi dan
proses pencapaian tujuan pembelajaran. Selain memberikan tugas yang relevan,
ada baiknya guru dan siswa melakukan evaluasi bersama tentang jalannya proses
demonstrasi itu untuk perbaikan selanjutnya.
b.
Kelebihan
dan Kelemahan Metode Demonstrasi
Sebagai
suatu metode pembelajaran demonstrasi memiliki kelebihan, diantaranya:
1) Melalui metode demonstrasi, terjadinya
verbalisme akan dapat dihindari sebab siswa disuruh langsung memperhatikan
bahan pelajaran yang dijelaskan.
2) Proses pembelajaran akan lebih menarik
sebab siswa tak hanya mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi.
3) Dengan cara mengamati secara langsung,
siswa akan memiliki kesempatan untuk membandingkan antara teori dan kenyataan.
Dengan demikian siswa akan lebih menyakini kebenaran materi pembelajaran.
Disamping beberapa kelebihan, metode demonstrasi juga
memiliki beberapa kelemahan, diantaranya:
1) Metode demonstrasi memerlukan persiapan
yang lebih matang sebab tanpa persiapan yang memadai demonstrasi bisa gagal
sehingga dapat menyababkan metode ini tidak efektif lagi bahkan sering terjadi
untuk menghasilkan pertunjukkan suatu proses tertentu, guru harus beberapa kali
mencobanya terlebih dahulu sehingga dapat memakan waktu yang banyak.
2) Demonstrasi memerlukan peralatan,
bahan-bahan, dan tempat yang memadai yang berarto penggunaan metode ini
memerlukan pembiayaan yang lebih mahal dibandingkan dengan ceramah.
3) Demonstrasi memerlukan kemampuan dan
keterampilan guru yang khusus sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih
professional. Di samping itu demonstrasi juga memerlukan kemauan dan motivasi
guru yang bagus untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa.
3.
Metode
Diskusi
Diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa
pada suatu permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu
permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pegetahuan siswa,
serta untuk membuat suatu keputusan (Killen, 1998). Oleh karena itu, diskusi
bukanlah debat yang bersifat mengadu argumentasi. Diskusi lebih bersifat
bertukar pengalaman untuk menentukan keputusan tertentu secara bersama-sama.
a.
Jenis-jenis Diskusi
Terdapat bermacam-macam jenis diskusi yang dapat digunakan
dalam proses pembelajaran, antara lain:
1) Diskusi Kelas
2) Diskusi Kelompok Kecil
3) Simposium
4) Diskusi Panel
5) Seminar
6) Lokakarya
b.
Langkah-langkah
Melaksanakan Diskusi
Agar penggunaan diskusi berhasil dengan efektif, maka perlu
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Langkah Persiapan
Hal-hal
yang harus diperhatikan dalam persiapan diskusi diantaranya:
a) Merumuskan tujuan yang ingin dicapai,
baik tujuan yang bersifat umum maupun tujuan khusus.
b) Menentukan jenis diskusi yang dapat
dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
c) Mentapkan masalah yang akan dibahas.
d) Mempersiapkan segala sesuatu yang
berhubungan dengan teknis pelaksanaan diskusi.
2) Pelaksanaan Diskusi
Beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan diskusi adalah:
a) Memeriksa segala persiapan yang
dianggap dapat memengaruhi kelancaran diskusi.
b) Memberikan pengarahan sebelum
dilaksanakan diskusi.
c) Melaksanakan diskusi sesuai dengan
aturan main yang telah ditetapkan.
d) Memberikan kesempatan yang sama kepada
setiap peserta diskusi untuk mengeluarkan gagasan dan ide-idenya.
e) Mengendalikan pembicaraan kepada pokok
persoalan yang sedang dibahas.
3) Menutup Diskusi
Akhir
dari proses pembelajaran dengan menggunakan diskusi hendaklah dilakukan hal-hal
sebagai berikut:
a) Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai
kesimpulan sesuai dengan hasil diskusi.
b) Me-review
jalannya diskusi dengan meminta pendapat dari seluruh peserta sebagai umpan
balik untuk perbaikan selanjutnya.
c.
Kelebihan
dan Kelemahan Metode Diskusi
Ada beberapa kelebihan metode diskusi, manakala diterapkan
dalam kegiatan belajar mengajar.
·
Metode diskusi
dapat merangsang siswa lebih kreatif, khususnya dalam memberikan gagasan dan
ide-ide.
·
Dapat melatih
untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam mengatasi setiap permasalahan.
·
Dapat melatih
siswa dapat mengemukakan pendapat atau gagasan secara verbal. Di samping itu,
diskusi juga bisa melatih siswa untuk menghargai pendapat orang lain.
Selain beberapa kelebihan, diskusi juga memiliki beberapa
kelemahan, diantaranya:
·
Sering terjadi
pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh 2 atau 3 orang siswa yang memiliki
keterampilan berbicara.
·
Kadang-kadang
pembahasan dalam diskusi meluas, sehingga kesimpulan menjadi kabur.
·
Memerlukan
waktu yang cukup panjang, yang kadang-kadang tidak sesuai dengan yang
direncanakan.
·
Dalam diskusi
sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat emosional yang tidak
terkontrol.
4.
Metode
Simulasi
Simulasi dapat digunakan sebagai metode mengajar dengan
asumsi tidak semua proses pembelajaran dapat dilakukan secara langsung pada
objek yang sebenarnya. Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan cara
penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami
tentang konsep, prinsip, atau keterampilan.
a.
Jenis-jenis
Simulasi
Metode
simulasi terdiri dari beberapa jenis, diantaranya:
1) Sosiodrama
2) Psikodrama
3) Role Playing
4) Peer Teaching
5) Simulasi Game
b.
Langkah-langkah Simulasi
1) Persiapan Simulasi
a) Menetapkan topik atau masalah serta
tujuan yang hendak dicapai oleh simulasi.
b) Guru memberikan gambaran masalah dalam
situasi yang akan disimulasikan.
c) Guru menetapakan pemain yang akan
terlibat dalam simulasi, peranan yang harus dimainkan oleh para pemeran, serta
waktu yang disediakan.
d) Guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bertanya khususnya kepada siswa yang terlibat dalam pemeranan simulasi.
2) Pelaksanaan Simulasi
a) Simulasi mulai dimainkan oleh kelompok
pemeran.
b) Para siswa lainnya mengikuti dengan
penuh perhatian.
c) Guru hendaknya memberikan bantuan
kepada pemeran yang mendapat kesulitan.
d) Simulasi hendaknya dihentikan pada saat
puncak. Hal ini dimaksudkan untuk mendorong siswa berpikir dalam menyelesaikan
masalah yang sedang disimulasikan.
3) Penutup
a) Melakukan diskusi baik tentang jalannya
simulasi maupun materi cerita yang disimulasikan. Guru harus mendorong agar
siswa dapat memberikan kritik dan tanggapan terhadap proses pelaksanaan
simulasi.
b) Merumuskan kesimpulan.
c.
Kelebihan
dan Kelemahan Metode Simulasi
Terdapat beberapa kelebihan dengan menggunakan simulasi
sebagai metode mengajar, diantaranya adalah:
1) Simulasi dapat dijadikan sebagai bekal
siswa dalam menghadapi situasi sebenarnya kelak, baik dalam kehidupan keluarga,
masyarakat, maupun mengahadapi dunia kerja.
2) Simulasi dapat mengembangkan
kreativitas siswa, karena melalui simulasi siswa diberi kesempatan untuk
memainkan peranan sesuai dengan topik yang disimulasikan.
3) Simulasi dapat memupuk keberanian dan
percaya diri siswa.
4) Memperkaya pengetahuan, sikap, dan
keterampilan yang diperlukan dalam menghadapi berbagai situasi sosial yang
problematis.
5) Simulasi dapat meningkatkan gairah
siswa dalam proses pembelajaran.
Di samping memiliki kelebihan, simulasi juga mempunyai
kelemahan, diantaranya:
1) Pengalaman yang diperoleh melalui
simulasi tidak selalu tepat dan sesuai dengan kenyataan di lapangan.
2) Pengelolaan yang kurang baik, sering
simulasi dijadikan sebagai alat hiburan sehingga tujuan pembelajaran menjadi
terabaikan.
3) Faktor psikologis seperti rasa malu dan
takut sering memengaruhi siswa dalam melakukan simulasi.
5.
Metode
Tugas dan Resitasi
Metode tugas dan resitasi merupakan upaya membelajarkan
siswa dengan cara memberikan tugas penghafalan, pembacaa, pengulangan,
pengujian, dan pemeriksaan atas diri sendiri, atau menampilkan diri dalam
menyampaikan suatu (puisi, syair, drama) atau melakukan kajian maupun uji coba
sesuai dengan tuntutan kualifikasi atau kompetensi yang ingin dicapai.
a.
Menyiapkan
Metode Pemberian Tugas (Resitasi)
Menyiapkan pemberian tugas (resitasi) diawali dengan membuat
rancangan tugas sesuai dengan kompetensi dan indikator hasil belajar, materi
pokok, uraian tugas yang harus dikerjakan, waktu yang dibutuhkan, dimana tugas
harus dikerjakan, serta membuat format laporan secara jelas.
b.
Jenis
dan Langkah-langkah Metode Resitasi
Jenis-jenis tugas sangat banyak tergantung pada tujuan yang
akan dicapai, seperti tugas meneliti, menyusun laporan, dan tugas di
laboraturium. Langkah-langkah menggunakan metode tugas/resitasi:
1) Fase Pemberian Tugas
Tugas
diberikan kepada siswa hendaknya mempertimbangkan: tujuan yang akan dicapai,
jenis tugas dan tepat sesuai dengan kemampuan siswa, ada petunjuk yang dapat
membantu dan sediakan waktu yang cukup.
2) Langkah Pelaksanaan Tugas
a) Diberikan bimbingan/pengawasan oleh
guru.
b) Diberikan dorongan sehingga anak mau
melaksanakannya.
c) Diusahakan atau dikerjakan oleh anak
sendiri.
d) Mencatat semua hasil yang diperoleh
dengan baik dan sisermatik.
3) Fase Pertanggungjawaban Tugas
Hal
yang perlu diperhatikan adalah:
a) Laporan siswa baik lisan/tertulis dari
apa yang telah dikerjakan.
b) Ada Tanya jawab dan diskusi.
c) Penilaian hasil pekerjaan siswa baik
dengan tes atau nontes atau cara lainnya.
Fase mempertanggungjawabkan tugas inilah yang disebut dengan
resitasi.
6.
Metode
Tanggung Jawab
Tanya jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan
terjadinya komunikasi langsung yang bersifat two way traffic sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara
guru dan siswa. Guru bertanya siswa menjawab atau siswa bertanya guru menjawab.
Metode tanya jawab dimaksudkan untuk merangsang berpikir siswa dan
membimbingnya dalam mencapai atau mendapatkan pengetahuan. Dalam komunikasi ini
terlihat adanya hubungan timbal balik secara langsung antara guru dan siswa.
Beberapa hal yang penting diperhatikan dalam metode tanya
jawab ini antara lain adalah:
a.
Tujuan Yang Akan Dicapai Dari Metode Tanya Jawab
1) Untuk mengecek dan mengetahui sampai
sejauh mana materi pelajaran yang telah dikuasai oleh siswa.
2) Untuk merangsang siswa berpikir.
3) Memberikan kesempatan pada siswa untuk
mengajukan masalah yang belum dipahami.
4) Memotivasi siswa untuk menimbulkan
sikap kompetensi dalam belajar.
5) Melatih murid untuk berpikir dan
berbicara secara sistematis berdasarkan pemikiran orisinal.
b.
Jenis
Pertanyaan
Pada dasarnya ada dua pertanyaan yang perlu diajukan, yakni
pertanyaan ingatan dan pertanyaan pikiran.
1) Pertanyaan ingatan dimaksudkan untuk
mengetahui sampai sejauh mana pengetahuan sudah tertanam pada siswa.
2) Pertanyaan pikiran dimaksudkan untuk
mengetahui sampai sejauh mana cara berpikir anak dalam menanggapi suatu
persoalan.
c.
Teknik
Mengajukan Pertanyaan
Berhasil tidaknya tanya jawab, sangat bergantung kepada
teknik guru dalam mengajukan pertanyaan. Metode tanya jawab biasanya
dipergunakan apabila:
1) Bermaksud mengulang bahan pelajaran.
2) Ingin membangkitkan siswa belajar.
3) Tidak terlalu banyak siswa.
4) Sebagai selingan metode ceramah.
7.
Metode
Kerja Kelompok
Metode kerja kelompok atau bekerja dalam situasi kelompok
mengandung pengertian bahwa siswa dalam satu kelas dipandang sebagai satu
kesatuan (kelompok) tersendiri ataupun dibagi atas kelompok-kelompok kecil
(sub-sub kelompok). Kelompok bisa dibuat berdasrkan:
·
Perbedaan
individual dalam kemampuan belajar, terutama jika kelas itu sifatnya heterogen
dalam belajar.
·
Perbedaan minat
belajar, dibuat kelompok yang terdiri atas siswa yang punya minat yang sama.
·
Pengelompokkan
berdasarkan jenis pekerjaan yang akan kita berikan.
·
Pengelompokkan
atas dasar wilayah tempat tinggal siswa yang tinggal dalam satu wilayah yang
dikelompokkan dalam satu kelompok sehingga memudahkan koordinasi kerja.
·
Pengelompokan
secara random atau dilotre, tidak melihat faktor-faktor lain.
·
Pengelompokkan
atas dasar jenis kelamin, ada kelompok pria dan kelompok wanita.
Jika dilihat dari segi proses kerjanya, kerja kelompok ada
dua macam, yaitu:
·
Kelompok jangka
pendek
·
Kelompok jangka
panjang
Untuk mencapai hasil yang baik, faktor yang harus
diperhatikan dalam kerja kelompok adalah:
·
Perlu adanya
motif (dorongan) yang kuat untuk bekerja pada setiap anggota.
·
Pemecahan masalah
dapat dipandang sebagai satu unit dipecahkan bersama, atau masalah dibagi-bagi
untuk dikerjakan masing-masing secara individual. Hal ini bergantung kepada
kompleks tidaknya masalah yang akan dipecahkan.
·
Persaingan yang
sehat antarkelompok biasanya mendorong anak untuk belajar.
·
Situasi yang
menyenangkan antar-anggota banyak menentukan berhasil tidaknya kerja kelompok.
8.
Metode
Problem Solving
Problem solving
(metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode
mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berpikir sebab dalam problem solving dapat menggunakan
metode-metode lainnya dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik
kesimpulan.
Langkah-langkah
metode problem solving, yaitu sebagai
berikut:
·
Menyiapkan
isu/masalah yang jelas untuk dipecahkan.
·
Menuliskan
tujuan/kompetensi yang hendak dicapai.
·
Mencari data
atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut.
·
Menetapkan
jawaban sementara dari masalah tersebut.
·
Menguji
kebenaran jawaban sementara tersebut.
·
Menarik
kesimpulan.
9.
Metode
Latihan (Drill)
Sebagai sebuah metode, drill
adalah cara memberlajarkan siswa untuk mengembangkan kemahiran dan keterampilan
serta dapat pula mengembangkan sikap dan kebiasaan. Latihan atau berlatih
merupakan proses belajar dan membiasakan diri agar mampu melakukan sesuatu.
Mengingat latihan ini kurang mengembangkan bakat/inisiatif siswa untuk
berpikir, hendaknya guru/pengajar memperlihatkan tingkat kewajaran dari metode Drill.
·
Latihan
·
Untuk melatih
kecakapan mental
·
Untuk melatih
hubungan dan tanggapan, seperti penggunaan bahasa, grafik, sibol peta, dll.
Prinsip
dan petunjuk menggunakan metode Drill,
yaitu sebagai berikut:
·
Siswa harus
diberi pengertian yang mendalam sebelum diadakan latihan tertentu.
·
Latihan untuk
pertama kalinya hendaknya bersifat diagnosis, mula-mula kurang berhasil, lalu
diadakan perbaikan untuk kemudian bisa lebih sempurna.
·
Latihan tidak
perlu lama asal sering dilaksanakan.
·
Harus disesuaikan
dengan taraf kemampuan siswa.
·
Proses latihan
hendaknya mendahulukan hal-hal yang esensial dan berguna.
10. Metode Karyawisata (Field-Trip)
Karyawisata dalam arti metode mengajar mempunyai arti
tersendiri, berbeda dengan karyawisata dalam arti umum. Karyawisata disini
berarti kunjungan ke luar kelas dalam rangka belajar.
Langkah-langkah
pokok dalam pelaksanaan metode karyawisata, yaitu:
a. Perencanaan Karyawisata
1) Merumuskan tujuan karyawisata.
2) Menetapkan objek karyawisata sesuai
dengan tujuan yang hendak dicapai.
3) Menetapkan lamanya karyawisata.
4) Menyusun rencana belajar bagi siswa
selama karyawisata.
5) Merencanakan perlengkapan belajar yang
harus disediakan.
b. Pelaksanaan Karyawisata
Fase ini adalah
pelaksanaan kegiatan belajar di tempat karyawisata dengan bimbingan guru.
Kegiatan belajar ini harus diarahkan kepada tujuan yang telah ditetapkan pada
fase perencanaan di atas.
c. Tindak Lanjut
Pada akhir
karyawisata, siswa diminta laporannya baik lisan maupun tertulis, mengenai inti
masalah yang telah dipelajari pada waktu karyawisata.
11. Inkuiri
Strategi pembelajaran inkuiri menekankan kepada proses
mencari dan menemukan. Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung. Peran
siswa dalam strategi ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran,
sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar.
a.
Ciri-ciri Strategi Inkuiri
1) Strategi inkuiri menekankan kepada
aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan.
2) Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa
diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang
dipertanyakan sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief).
3) Tujuan dari penggunaan strategi
pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis,
logis, dan kritis atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari
proses mental.
b.
Prinsip Penggunaan Strategi Inkuiri
1) Berorientasi pada Pengembangan
Intelektual
2) Prinsip Interaksi
3) Prinsip Bertanya
4) Prinsip Belajar untuk Berpikir
5) Prinsip Keterbukaan.
c.
Langkah-langkah
Pelaksanaan Strategi Inkuiri
Secara umum
proses pembelajaran dengan menggunakan strategi dapat megikuti langkah-langkah
sebagai berikut:
1)
Orientasi
2) Merumuskan Masalah
3) Merumuskan Hipotesis
4) Mengumpulkan Data
5) Menguji Hipotesis
6) Merumuskan Kesimpulan.
d.
Strategi
Pembelajaran Inkuiri Sosial
Strategi pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan
berpikir itu adalah strategi inkuiri sosial. Inkuiri sosial dapat dipandang
sebagai suatu strategi pembelajaran yang berorientasi kepada pengalaman siswa.
Ada tiga karakteristik pemgembangan strategi inkuiri sosial.
Pertama, adanya aspek (masalah) sosial dalam kelas yang dianggap penting dan
dapat mendorong terciptanya diskusi kelas. Kedua, adanya rumusan hipotesis
sebagai fokus untuk inkuiri. Ketiga, penggunaan fakta sebagai pengujian
hipotesis.
e.
Keunggulan
dan Kelemahan Strategi Inkuiri
Strategi pembelajaran inkuiri merupakan strategi
pembelajaran yang banyak dianjurkan karena strategi ini memiliki beberapa
keunggulan, diantaranya:
·
Strategi ini
merupakan strategi pembelajaran yang menekankan pada pengembangan aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang sehingga pembelajaran melalui
strategi ini dianggap lebih bermakna.
·
Strategi ini
dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar
mereka.
·
Strategi ini
merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar
modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat
adanya pengalaman.
·
Keuntungan lain
adalah strategi pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki
kemampuan di atas rata-rata.
Di samping memiliki keunggulan, strategi ini juga mempunyai
kelemahan, diantaranya:
·
Jika strategi
ini digunakan sebagai strategi pembelajaran, maka akan sulit mengontrol
kegiatan dan keberhasilan siswa.
·
Strategi ini
sulit dalam merencanakan pembelajaran karena terbentur dengan kebiasaan siswa
dalam belajar.
·
Kadang-kadang
dalam mengimplementasikannya memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru
kesulitan menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
·
Selama kriteria
keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi
pelajaran, strategi ini akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.
F.
Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)
1.
Pengertian
Pembelajaran kontektual (Contextual Teaching and Learning) adalah
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sehari-hari dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni:
konstruktivisme (constructivism),
bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment).
2.
Lima
Elemen Belajar yang Konstruktif
Menurut Zahorik (1995), terdapat lima elemen yang harus
diperhatikan dalam praktik pembelajaran kontekstual.
a) Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada
(activating knowledge).
b) Pemerolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge) dengan cara
mempelajari secara keseluruhan dulu, kemudian memperhatikan detailnya.
c) Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge).
d) Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman
tersebut (applying knowledge).
e) Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi
pengembangan pengetahuan tersebut.
3.
Langkah-langkah
CTL
CTL dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi
apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan CTL dalam kelas
cukup mudah. Secara garis besar, langkah-langkah yang harus ditempuh dalam CTL
adalah sebagai berikut.
a. Kembangkan pemikiran anak akan belajar
bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengonstruksi sendiri pengetahuan dan
keterampilan barunya.
b. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan
inkuiri untuk semua topik.
c. Kembangkan sifat ingin tahu siswa
dengan bertanya.
d. Ciptakan masyarakat belajar.
e. Hadirkan model sebagai contoh
pembelajaran.
f. Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
g. Lakukan penilaian yang sebenarnya
dengan berbagai cara.
4.
Karakteristik Pembelajaran CTL
a. Kerjasama.
b. Saling menunjang.
c. Menyenagkan, tidak membosankan.
d. Belajar dengan bergairah.
e. Pembelajaran terintegrasi.
f. Menggunakan berbagai sumber .
g. Siswa aktif.
h. Sharing dalam
teman.
i.
Siswa kritis
guru kreatif.
j.
Dinding dan
lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel,
humor, dll.
k. Laporan kepada orang tua bukan hanya
raport tetapi hasil karya siswa, laporan hasil praktikum, karangan siswa, dll.
G.
Konsep Dasar
Pembelajaran
tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema tertentu untuk
mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapagt memberikan pengalaman
bermakna kepada siswa atau murid. Tema adalah pokok pemikiran atau gagasan
pokok yang menjadi pokok pembicaraan (Poerwadarminta, 1983).
Pembelajaran
tematik merupakan salah satu model pembelajaran terpadu (integrated
instruction) yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa,
baik secara individu maupun kelompok untuk aktif menggali dan menemukan konsep
serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistyik, bermakna, dan otentik.
Penetapan
pendekatan tematik dalam pembelajaran kelas rendah oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP) tidak lepas dari perkembangan akan konsep dari pendekatan
terpadu di Indonesia, pada saat ini model pembelajaran yang dipelajari dan
berkembang adalh model pembelajaran terpadu yang dikemukakan oleh Fogarty
(1990). Model pembelajaran terpadu yang dikemukakan oleh Fogarty ini berawal
dari konsep pendekatan interdisipliner yang dikembangkan oleh Jacob (1989).
Dalam bukunya, interdisciplinary Curriculum : Design and
Implementation, Jacob (1989) menjelaskan bahwa tumbuh kembangnya minat dan
kebutuhan atas kurikulum terpadu (integrative curriculum) dipicu oleh sejumlah
hal berikut ini.
1.
Perkembangan
pengetahuan
Kurikulum sekolah selalu ketinggalan dengan pertumbuhkembangan
pengetahuan yang sangat pesat dalam berbagai bidang. Kemajuan pengetahuan itu
tidak serta merta dapat diadopsi dalam kurikulum. Akibatnya, apa yang sedang
dan telah dipelajari siswa kerap basi dan using karena telah tertinggal jauh
oleh perkembangan yang terjadi.
2.
Fragmentasi
jadwal pembelajaran (fragmented schedule)
Merancang dan melaksanakan pembelajaran disekolah dibentengi
oleh satuan waktu yang disebut menit. Karena waktunya sudah habis, kegiatan
belajar yang sedang berlangsung terpaksa harus diputus karena harus segera
berpindah ke pelajaran yang baru. Para siswa belajar dengan terpenggal-penggal
dan perputus-putus tanpa mempedulikan ketuntasan dan keutuhan.
3.
Relevansi
kurikulum
Kegiatan pembelajaran yang dialami anak menjadi membosankan
dan tidak berguna, ketika mereka tidak mengerti untuk apa mempelajari
Matematika, Sejarah, IPA, IPS dan sebagainya. Pembelajaran hanya dilakukan demi
pelajaran itu sendiri, atau sekedar menghadapi tes dan ujian. Padahal, ketika
bangun di pagi hari atau begitu menamatkan sekolah, anak akan dihadapkan pada
segudang kehidupan nyata yang memerlukan pemecahan secara baik dan dari
berbagai sudut pandang. Persoalan ini pulalah yang kerap memicu perdebatan
tentang apa tujuan pendidikan sekolah, apa yang harus dialami dan dipelajari
anak, dan bagaimana semestinya pendidikan itu dilaksanak. Kurikulum menjadi
relevan dan bermakna ketika pelajaran-pelajaran yang harus dikuasai siswa
terkait satu sama lain.
4.
Respons
masyarakat terhadap fragmentasi pembelajaran
Ketika seolah calon dokter dididik menjadi dokter, ia tidak
hanya diajar tentang hal-hal yang bersifat fisik, biologis, dan media, ia pun
diajari tentang filosofi manusia, psikologi, etika, dan komunikasi yang dapat
membekalinya dengan penyikapan terhadap manusia secara utuh. Spesialisasi
memang penting, tetapi pendulum akan tetap bergerak dan mengarah pada
keseimbangan. Karena itu pula, interdisiplin akan membantu siswa untuk dapat
lebih baik dalam mengintegraasikan pengetahuan dan strategi belajarnya guna
menghadapi kompleksitas dunia.
Menurut Jacob (1989), keempat hal itu merupakan pemicu
merebaknya wacana dan penerapa pendekatan interdisipliner disekolah-sekolah.
Berdasarkan pengalamannya selama lima belas tahun berkutat dengan pendekatan
tersebut, Jacob menemukan berbagai corak atau model penerapan pendekatan
interdisipliner. Perbedaan ini disebabkan oleh pemahaman, kepercayaan diri, dan
kreativitas dalam menerapkan pendekatan interdisipliner. Untuk itu pula, Jacob
memandang perlu mendefenisikan berbagai istilah yang digunakan dan dikaitkan
dengan pendekatan interdisipliner.
a. Discipline field : A Specific body of
teacheable knowledge with its own background of education, training,
procedures, methods and content areas.
b. Interdisciplinary : A knowledge view
and curriculum opproach that consciously applies methodology and language from
more than one discipline to examine a central theme, issues problem, topic or
experience.
Jadi, pendekatan interdisipliner menekankan pada keterkaitan
(linkages) dan keterhubungan (relationship) antar-disiplin. Sifat keterhubungan
antardisiplin ittu pada kenyataannya melahirkan sejumlah variasi yang memiliki
makna yang tidak persis sama (Jacob, Ed.,1989 dan Pitts, dkk., 1991),
diantaranya adalah sebagai berikut.
a. Paralel disiplin : pembelajaran yang
mengurutkan suatu pelajaran dengan pelajaran lain berkenaan dengan suatu isu
atau konsep yang sama.
b. Lintas disiplin atau crossdisciplinasry
: pembelajaran yang memandang satu
bidang studi dari perspektif bidang studi lain.
c. Pluridisiplin : pembelajaran yang
menghubungkan antar dua bidang studi yang berbeda dengan menggunakan sebuah
tema.
d. Multidisiplin : pembelajaran yang
bertolak dari suatu tema dengan mengususng satu bidang studi inti, dan
menyertakan pula bidang studi lain. tak ada upaya untuk menghubungkan
antarbidang studi.
e. Interdisiplin : pembelajaran yang
secara sadar menghubungka tujuan, isi, dan kegiatan belajar dari berbagai
bidang studi yang berbeda untuk menggali sebuah tema.
f. Keterpaduan hari atau integrated-day :
program pembelajaran sehari (full-day program) yang didasarkan atas tema utama
dan masalah yang muncul dari dunia anak. Penekanannya pada suatu pendekatan
organic terhadap kehidupan kelas yang berfokus pada kurikulum yang digali dari
pertanyaan dan minat anak.
g. Program lengkap dan complete program :
pembelajaran yang bertolak dari kurikulum yang bersumber dari kehidupan
sehari-hari siswa. Ini adalah bentuk terekstrem dari interdisiplin dan program
integrative yang total karena kehidupan siswa sama dengan sekolah.
Dari berbagai istilah tersebut, Jacob lebih menyukai istilah
interdisiplin sebagai payung karena memandang pengetahuan dan pendekatan
kurikulum yang menerapkan secara sadar metodologi dan bahasa lebih dari satu
disiplin untuk menguji relevansi dan kebermaknaan tema sentral, isu, masalah,
topic, atau pengalaman.
Pembelajaran terpadu berawal dari pengembangan skema
pengetahuan yang ada di dalam diri siswa. Hal tersebut merupakan salah satu
pengembangan filsafat konstruktivisme. Salah satu pandangan tentang proses
konstruktivisme dalam pembelajaran adalah bahwa dalam proses belajar (perolehan
pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik kognitif ini hanya dapat diatasi
melalui pengetahuan diri (self-regulation). Pada akhir proses belajar,
pengetahuan akan dibangun sendiri oleh anak melalui pengalamannya dari hasil
interaksi dengan lingkungannya (Bell, 1993 : 24)
Pada dasarnya, pembelajaran terpadu dikembangkan untuk
menciptakan pembelajaran yang didalamnya siswa sendiri aktif secara mental
membangun pengetahuannya yang dilandasi oleh struktur kognitif yang telah
dimilikinya. Pendidik lebih berperan sebagai fasilitator dan mediator
pembelajaran. Penekanan tentang belajar dan mengajar lebih berfokus pada
suksesnya siswa mengorganisasi pengalaman mereka, bukan ketepatan siswa dalam
melakukan replikasi atas apa yang dilakukan pendidik.
Pendukung gaya belajar dengan pendekatan terintegrasi
berakar dari tradisi pendidikan progresif, inspirasi dari tokoh filsafat yaitu
Friedrich Froebel, Yohanes Dewey, Piaget Jean, dan Rudolf Steiner (Compton,
2000). Menurut aliran progresif, anak merupakan suatu kesatuan yang utuh,
perkembangan emosi dan sosial sama pentingnya dengan perkembangan intelektual.
Dewey mengungkapkan bahwa education is growth, development, and life. Hal ini
berarti bahwa proses pendidikan itu tidak mempunyai tujuan di luar dirinya,
tetapi terdapat dalam pendidikan itu sendiri. Proses pendidikan juga bersifat
kontinu dan merupakan reorganisasi, rekonstruksi, dan pengubahan pengalaman
hidup dan juga perubahan pengalamn hidup. (Sukmadinata, 2002).
Pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep dapat dikatakan
sebagai pendekata belajar-mengajar yang melibatkan beberapa bidnag studi untuk
memberikan pengalaman yang bermakna kepada anak. Dikatakan bermakna karena
dalam pembelajaran terpadu, anak akan memahami konsep-konsep yang mereka
pelajari itu melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep
lain yang sudha mereka pahami. Kegiatan pembelajaran terpadu memadukan materi
beberapa mata pelajaran dalam satu tema. Dengan demikian, paling tidak
pelaksanaan belajar mengajar dengan cara ini dapat dilakukan dengan dua cara.
Pertama, materi beberapa mata pelajaran disajikan dalam tiap pertemuan
sedangkan cara yang kedua, tiap kali pertemuan hanya menyajikan satu jenis mata
pelajaran. Pada cara kedua ini, keterpaduannya diikat dengan tema satu persatu.
Pengembangan pembelajaran terpadu disekolah dasar didasari
beberapa hal, yaitu:
·
Sesuai dengan
penghayatan dunia kehidupan anak yang bersifat holistic.
·
Sesuai dengan
potensi pengaitan mata pelajaran disekolah dasar sehingga mampu membuahkan
penguasaan isi pembelajaran secara utuh.
·
Idealisasi
pelaksanaan kurikulum yang selayaknya dikembangkan secara integrative (Depdikbud,
1995 : 3).
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
·
Strategi
pembelajaran merupakan suatu rencana tindakan (rangkaian kegiatan) yang
termasuk juga pengguna metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan
dalam pembelajaran.
·
Adapun jenis-jenis/klasifikasi
strategi pembelajaran yaitu:
1. Strategi Pembelajaran Langsung (direct instruction)
2. Strategi Pembelajaran Tidak Langsung (indirect instruction)
3. Strategi Pembelajaran Interaktif (interactive instruction)
4. Strategi Belajar Melalui Pengalaman (experiential learning)
5. Stategi Pembelajaran Mandiri
·
Beberapa
langkah yang dapat diikuti oleh guru dalam merancang pembelajaran terpadu yaitu
sebagai berikut.
-
Tahap 1 :
Penjajakan
-
Tahap 2 :
Penstrukturan
-
Tahap 3 :
Perancangan Model Pembelajaran Tematik
-
Tahap 4 : Uji
Coba Model/Penggunaan Model Dalam Pembelajaran
·
Dalam model
fungsi dan peran guru dalam pembelajaran tematik terdapat Team Teaching dan Guru Tunggal.
·
Adapun metode
dan teknik pembelajaran tematik, yaitu:
1. Metode Ceramah
2. Metode Demonstrasi
3. Metode Diskusi
4. Metode Simulasi
5. Metode Tugas dan Resitasi
6. Metode Tanya Jawab
7. Metode Kerja Kelompok
8. Metode Problem Solving
9. Metode Latihan (Drill)
10. Metode Karyawisata (Field-Trip)
11. Inkuiri
·
Pembelajaran kontektual
(Contextual Teaching and Learning)
adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari.
B.
Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai Strategi dan
Metode Pembelajaran Tematik, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan
karena terbatasnya pengetahuan dan semua yang ada hubungannya dengan makalah ini.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Majid, Abdul. 2014. Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung:
PT Remaja
Rosdakarya.
Strange "water hack" burns 2 lbs in your sleep
ReplyDeleteWell over 160,000 men and women are trying a simple and SECRET "liquid hack" to lose 1-2 lbs each night as they sleep.
It's very simple and it works on everybody.
Here's how to do it yourself:
1) Go get a drinking glass and fill it up with water half glass
2) And then use this weight loss hack
and become 1-2 lbs lighter in the morning!