Wednesday, September 18, 2019

Makalah Pendidikan dan Mobilitas Sosial


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Pendidikan pada hakekatnya merupakan tali untuk mengantarkan peserta didik menuju pada kesadaran sosial yang lebih tinggi dari sebelum ia mengenyam pendidikan. Namun, kadang dalam perjalanannya pendidikan kerap malah memisahkan peserta didik dari kehidupan sosialnya. Hal ini terjadi karena pendidikan yang diberikan bukan lagi berbasis akan realitas masyarakat. Akan tetapi lebih berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pasar.  Sehingga peserta didik setelah selesai mendapatkan pendidikan bukan peka akan realitas sosial, justru malah hilang dari realitas sosial. Melihat realitas tersebut perlu kiranya merubah akan orientasi dari pendidikan tersebut agar pendidikan dapat memainkan peranannya sebagai motor penggerak mobilitas sosial. Sebab, pendidikan sebagai pembentuk intelektual peserta didiknya merupakan faktor yang sangat penting dalam perubahan yang terjadi di masyarakat. Bahkan boleh dikatakan, perubahan dalam masyarakat tergantung akan pendidikan apa yang diterima oleh peserta didiknya. Sebagai contoh, apabila pendidikan mengajar bahwa komunis, kapitalisme, dan anakirisme tidak baik. Maka peserta didik tidak akan melakukan hal tersebut. Misalnya juga, bahwa untuk dapat mendekatkan diri kepada Tuhan harus dengan peka terhadap realitas sosial maka peserta didik yang dihasilkan akan selalu melakukan analisa sosial.
Mobilitas sebagai salah satu indikator bahwa masyarakat kita mengalami kemajuan atau tidak cukup pantas kiranya dijadikan sebuah orientasi dari pendidikan. Sebab, tanpa adanya mobilitas sosial masyarakat tidak mungkin untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan. Dari gambaran diatas maka dalam makalah ini kami akan mencoba membahas sedikit perubahan orientasi pendidikan, mobilitas sosial dan peranan pendidikan dalam upaya melakukan mobilitas.


B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan Pendidikan?
2.      Apa yang dimaksud dengan Mobilitas Sosial?
3.      Apa saja Bentuk-bentuk Mobilitas Sosial?
4.      Bagaimana Hubungan Pendidikan dengan Mobilitas?
5.      Bagaimana Mobilitas Sosial melalui Pendidikan?
6.      Bagaimana Strategi Pembaharuan Pendidikan demi tercapainya Mobilitas Sosial?

C.    Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui pengertian Pendidikan dan Mobilitas Sosial, Bentuk-bentuk Mobilitas Sosial, Hubungan Pendidikan dengan Mobilitas, Mobilitas Sosial melalui Pendidikan dan Strategi Pembaharuan Pendidikan demi tercapainya Mobilitas Sosial.

















BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian Pendidikan
Istilah pendidikan berasal dari bahasa Yunani, yaitu “paedagogie” yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak, istilah ini kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Inggris dengan “education” yang berarti pengembangan dan bimbingan. Istilah pendidikan dalam Islam adalah “tarbiyah yang jika diterjemahkan menjadi pendidikan[1]. Secara istilah pendidikan dapat diartikan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat[2]. Pendidikan juga dapat diartikan sebagai kegiatan seseorang dalam membimbing dan memimpin anak menuju ke pertumbuhan dan perkembangan secara optimal agar dapat berdiri sendiri dan bertanggung jawab[3].

B.       Pengertian Mobilitas Sosial
Mobilitas berasal dari bahasa latin mobilis yang berarti mudah dipindahkan atau banyak bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain. Kata sosial yang ada pada istilah mobilitas sosial untuk menekankan bahwa istilah tersebut mengandung makna gerak yang melibatkan seseorang atau sekelompok warga dalam kelompok sosial. Jadi, mobilitas sosial adalah sesuatu yang menggerakkan masyarakat dalam kegiatan dan mengalami perubahan yang lebih baik[4].
Ada beberapa pendapat para ahli tentang pengertian mobilitas sosial, diantaranya:
1.         Menurut Kimball Young dan Raymond W. Mack, mobilitas sosial adalah suatu gerak dalam struktur sosial yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial. Struktur sosial mencakup sifat hubungan antara individu dalam kelompok dan hubungan antara individu dengan kelompoknya.
2.         William Kornblum (1918:172), mobilitas sosial adalah perpindahan individu-individu, keluarga-keluarga, dan kelompok sosialnya dari satu lapisan ke lapisan sosial lainnya.
3.         Michael S. Bassis (1988:276), mobilitas sosial adalah perpindahan ke atas atau ke bawah lingkungan sosial ekonomi yang mengubah status sosial seseorang dalam masyarakat.
4.         H. Edward Ransfrod (Sunarto, 2001:108), mobilitas sosial adalah perpindahan ke atas atau ke bawah dalam lingkungan sosial secara hirarki.
5.         Paul B. Horton, mobilitas sosial adalah suatu gerak perpindahan dari satu kelas sosial ke kelas sosial lainnya atau gerak pindah dari strata yang satu ke strata yang lainnya.
Jadi, mobilitas sosial adalah perpindahan posisi seseorang atau sekelompok orang dari lapisan yang satu ke lapisan yang lain. Misalnya, seorang guru yang tidak puas dengan pendapatannya  beralih pekerjaan menjadi seorang pengusaha properti dan berhasil dengan gemilang.[5]

C.      Bentuk-bentuk Mobilitas Sosial
Dilihat dari arah pergerakannya terdapat dua bentuk mobilitas sosial, yaitu mobilitas gerak sosial horizontal dan mobilitas sosial vertikal.
1.         Gerak sosial horizontal merupakan peralihan individu atau objek-objek sosial lainnya dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang sederajat. Misalnya: seseorang yang beralih kewarganegaraan, beralih pekerjaan yang sederajat atau mungkin juga peralihan lainnya. Dengan adanya gerak sosial yang horizontal, tidak terjadi perubahan dalam derajat kedudukan seseorang ataupun suatu objek sosial.
2.         Gerak sosial vertikal adalah perpindahan individu dari kedudukan sosial ke kedudukan sosial lainnya yang tidak sederajat. Sesuai dengan arahnya, karena itu dikenal dua jenis mobilitas vertikal, yakni:
a)        Gerak sosial meningkat (social climbing), yaitu gerak perpindahan anggota masyarakat dari kelas sosial rendah ke kelas sosial yang lebih tinggi. Misalnya, seorang staf yang dipromosikan naik pangkat menjadi kepala bagian disebuah perusahaan swasta.
b)        Gerak sosial yang menurun (social singking), yakni perpindahan anggota masyarakat dari kelas sosial tertentu ke kelas sosial yang lebih rendah posisinya. Misalnya, seorang petani cengkeh yang jatuh miskin karena komodotas yang ditanamnya tidak laku-laku di pasaran[6].
Menurut Pitirim A. Sorokin mobilitas sosial dapat dilakukan melalui beberapa saluran berikut:
1.      Angkatan Senjata
Dalam keadaan perang dimana setiap negara menghendaki kemenangan maka jasa seorang prajurit tanpa melihat statusnya akan dihargai dalam masyarakat. Karna jasanya maka dimungkinkan dapat menanjak kedudukannya dan bahkan dapat memperoleh kekuasaan dan wewenang.
2.      Lembaga Pendidikan
Pada umumnya lembaga pendidikan dinilai merupakan saluran yang kongkrit dari mobilitas sosial, bahkan lembaga pendidikan formal dianggap sebagai lembaga sosial elevator yang bergerak dari kedudukan yang paling rendah ke kedudukan yang paling tinggi.
3.      Organisasi Politik
Saluran ini dalam banyak kasus terbukti memberi kesempatan yang cukup besar bagi setiap anggotanya untuk naik tangga kedudukan dalam masyarakat. Bagi mereka yang pandai berorganisasi dalam organisasi politik mendapat kesempatan untuk dipilih sebagai anggota DPR sebagai wakil dari organisasi politik yang mengorbitkannya.
4.      Lembaga Keagamaan
Lembaga keagamaan ini juga merupakan salah satu saluran mobilitas social walaupun setiap agama menganggap bahwa setiap orang mempunyai kedudukan yang sederajat, akan tetapi pemuka-pemuka agama selalu berusaha keras untuk menaikkan mereka yang berkedudukan rendah ke kedudukan yang lebih tinggi.
5.      Organisasi Ekonomi
Organisasi ekonomi ini, baik yang bergerak dalam bidang perusahaan maupun jasa umumnya memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi seorang untuk mencapai mobilitas sosial, karena dalam hal ini sifatnya relatif terbuka.
6.      Perkawinan
Melalui perkawinan seorang rakyat jelata dapat masuk menjadi anggota kelas bangsawan. Status sosial seorang yang bersuami/beristeri orang ternama atau menempati posisi tinggi dalam struktur sosial ikut pula memperoleh penghargaan yang tinggi dari masyarakat[7].

Faktor yang paling menghambat dalam mobilitas sosial adalah kebodohan atau kurangnya pendidikan. Seperti faktor penghambat, faktor yang mempengaruhi mobilitas sosial pun cukup banyak. Diantaranya: keinginan untuk berubah, bosan dengan keadaan yang sudah ada, dan pendidikan.
Disinilah pendidikan memainkan peranannya untuk membentuk intelektual manusia, sehingga kemampuan intelektual ini menjadi lokomotif mobilitas sosial dan ekonomis. Sebab, dalam kehidupan nyata, kekuatan intelektual ini tentu saja tidak dapat dipisahkan dari kekuatan sosial. Akibat dari faktor keterpelajaran, keterdidikan atau intelektualitas ini, citra pendidikan dalam masyarakat kita selalu berada pada lingkaran persoalan konseptual berupa:
a.         Perbenturan modern dan tradisional
b.         Masalah Barat dan Timur
c.         Ketegangan antara kaya dan miskin
d.        Ketegangan dan upaya memperoleh ruang publik dan otonomi[8].
D.      Hubungan Pendidikan dengan Mobilitas Sosial
Pendidikan dipandang sebagai jalan untuk mencapai kedudukan yang lebih baik di dalam masyarakat. Makin tinggi pendidikan yang diperoleh makin besar harapan untuk mencapai tujuan itu. Dengan demikian, terbukalah kesempatan untuk ke golongan sosial yang lebih tinggi. Pendidikan dilihat sebagai kesempatan untuk beralih dari golongan yang satu ke golongan yang lebih tinggi. Dikatakan bahwa pendidikan merupakan jalan bagi mobilitas sosial. Pada zaman dahulu keturunanlah yang menentukan status sosial seseorang yang sukar ditembus karna sistem golongan yang ketat. Para tokoh-tokoh pendidikan banyak yang menaruh kepercayaan akan keampuhan pendidikan untuk mengubah dan memperbaiki nasib seseorang. Dengan memperluas dan meratakan pendidikan diharapkan dicairkannya batas-batas golongan-golongan sosial. Diharapkan kesempatan belajar yang sama membuka jalan bagi setiap peserta didik untuk memperoleh pekerjaan yang diinginkannya. Kewajiban belajar atau pendidikan universal memberikan pengetahuan dan keterampilan yang sama bagi semua peserta didik dari semua golongan sosial. Dengan demikian perbedaan golongan sosial akan dikurangi sekalipun tidak dapat dihapuskan sepenuhnya. Dalam kenyataannya cita-cita itu tidak mudah diwujudkan.
Pendidikan membuka kemungkinan adanya mobilitas sosial. Berkat pendidikan seseorang dapat meningkat dalam status sosialnya. Pendidikan secara merata memberi kesamaan dasar pendidikan dan mengurangi perbedaan antar golongan tinggi dan rendah. Melalui pendidikan tiap warga negara dapat membaca surat kabar dan majalah yang sama, dapat memikirkan masalah-masalah politik, sosial, dan ekonomi yang sama.
Walaupun terdapat mobilitas sosial secara sektoral, banyak pula golongan rendah yang tetap dianggap rendah. Namun kedudukan golongan rendah tidak statis akan tetapi dapat terus bergerak maju bila diberi pendidikan yang lebih banyak[9].

E.       Mobilitas Sosial melalui Pendidikan
Banyak contoh-contoh yang dapat kita lihat disekitar kita tentang orang yang meningkat dalam status sosialnya berkat pendidikan yang diperolehnya. Pada zaman dahulu orang yang menyelesaikan pelajarannya pada HIS, yaitu SD pada zaman Belanda mempunyai harapan menjadi pegawai dan mendapat kedudukan sosial yang terhormat.
Kini pendidikan tinggi dianggap suatu syarat bagi mobilitas sosial. Pendidikan SD bahkan SMA hampir tidak ada pengaruhnya dalam mobilitas sosial, bahkan bagi lulusan perguruan tinggi pun kini sudah bertambah sukar untuk memperoleh kedudukan yang empuk.
Di samping ijazah perguruan tinggi ada lagi faktor-faktor lain yang membawa seseorang kepada kedudukan tinggi dalam pemerintahan atau dalam dunia usaha. Dapat kita pahami bahwa anak-anak golongan rendah lebih sukar mendapat kedudukan sebagai pemimpin perusahaan dibandingkan dengan anak pemimpin perusahaan itu sendiri. Hubungan pribadi, rekomendasi dari orang yang berkuasa disamping ijazah dan prestasi turut berperan untuk mendapat posisi yang tinggi. Mobilitas sosial bagi individu agak kompleks karena adanya macam-macam faktor yang membantu seorang meningkat dalam jenjang sosial.
Juga guru-guru dapat mempengaruhi individu untuk mencapai kemajuan, bila mereka mendorong anak agar mencapai prestasi yang tinggi. Guru itu sendiri dapat menjadi model mobilitas social berkat usahanya belajar dan bekerja dengan sungguh-sungguh sehingga kedudukannya meningkat.
Sekolah dapat membuka kesempatan untuk meningkatkan status anak-anak dari golongan rendah. Di sekolah mereka mempunyai hak yang sama atas pelajaran, mempelajari buku yang sama, mempunyai guru yang sama, bahkan berpakaian seragam yang sama dengan anak-anak dari golongan tinggi. Dengan prestasi yang tinggi dalam bidang akademis, olahraga, kegiatan ekstrakulikuler, organisasi sekolah dan lain-lain, mereka akan diterima dan dihargai oleh semua murid. Dalam hubungan kelas mereka dapat mengikat tali persahabatan dengan anak-anak dari golongan sosial yang lebih tinggi yang mungkin dapat dilanjutkan dikemudian hari. Ia juga diharapkan meneruskan pelajarannya di perguruan tinggi. Akan tetapi bila ia hanya memiliki ijazah sekolah menengah, mungkin tingkat pendidikan itu kurang memadai sebagai orang dewasa dan justru akan mengalami frustasi, kecuali bila ia bekerja keras didorong oleh tekad yang bulat untuk naik dalam jenjang sosial[10].



F.       Strategi Pembaharuan Pendidikan Demi Tercapainya Mobilitas Sosial
Pada dasarnya, pendidikan itu hanya salah satu standar saja. Dari tiga “jenis pendidikan” yang tersedia yakni pendidikan informal, pendidikan formal dan pendidikan nonformal, tampaknya dua dari jenis yang terakhir lebih bisa diandalkan. Pada pendidikan formal dunia pekerjaan dan dunia status lebih mempercayai kepemilikan ijazah tanda lulus seseorang untuk naik jabatan dan naik status. Akan tetapi seiring dengan perkembangan kemudian mereka lebih mempercayai kemampuan atau skill individu yang bersifat praktis dari pada harus menghormati kepemilikan ijazah yang kadang tidak sesuai dengan kompetensi sang pemegang syarat tanda lulus itu. Inilah yang akhirnya memberikan peluang bagi tumbuhnya pendidikan-pendidikan non formal, yang lebih bisa memberikan keterampilan praktis pragramatis bagi kebutuhan dunia kerja yang tentunya berpengaruh pada pencapaian status seseorang. Dalam perspektif lain, dari sisi intelektualitas, memang orang-orang berpendidikan lebih tinggi derajat sosialnya dalam masyarakat dan biasanya ini lebih terfokus pada jenjang-jenjang hasil keluaran pendidikan formal. Makin tinggi sekolahnya makin tinggi tingkat penguasaan ilmunya sehingga dipandang memiliki status yang tinggi dalam masyarakat.
Strategi pembaharuan pendidikan merupakan perspektif baru dalam dunia pendidikan yang mulai dirintis sebaga alternatif untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang belum diatasi secara tuntas. Jadi pembaharuan pendidikan dilakukan untuk memecahkan masalah-masalah yang ada dalam dunia pendidikan dan menyongsong arah perkembangan dunia pendidikan yang lebih memberikan harapan kemajuan kedepan.
Dalam proses perubahan pendidikan paling tidak memiliki dua peran yang harus diperhatikan, yaitu:
·           Pendidikan akan berpengaruh terhadap perubahan masyarakat
·           Pendidikan harus memberikan sumbangan optimal terhadap proses transformasi menuju terwujudnya masyakat madani

Proses perubahan sistem pendidikan harus dilakukan secara terencana dengan langkah-langkah yang strategis, yaitu mengidentifikasi berbagai problem yang menghambat terlaksananya pendidikan dan merumuskan langkah-langkah pembaharuan yang lebih bersifat strategis dan praktis sehingga dapat diimplementasikan dilapangan. Langkah-langkah tersebut harus dilakukan secara terencana, sistematis, dan menyentuh semua aspek, mengantisipasi perubahan yang terjadi, mampu merekayasa terbentuknya sumber daya manusia yang cerdas, yang memiliki kemampuan inovatif dan mampu meningkatkan kualitas manusia. Oleh karena itu, pendidikan berpengaruh terhadap perubahan kehidupan masyarakat dan dapat memberikan sumbangan optimal terhadap proses transformasi ilmu pengetahuan dan pelatihan dan dapat diimplementasikan dalam kehidupan manusia[11].














BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya.
Mobilitas sosial adalah gerak dalam suatu struktur sosial atau perpindahan seseorang atau kelompok dari kedudukannya yang satu ke kedudukan lainnya. Mobilitas sosial ada dua macam :
1. Mobilitas horizontal
2. Mobilitas vertikal meliputi Sosial Climbing dan Sosial Sinking
Ada beberapa saluran mobilitas sosial yaitu Angkatan Senjata, Lembaga Pendidikan, Organisasi Politik, Lembaga Keagamaan, Organisasi Ekonomi, dan Perkawinan.
Hubungan pendidikan dan mobilitas sosial adalah pendidikan merupakan jalan bagi mobilitas sosial. Dengan memperluas dan meratakan pendidikan diharapkan dicairkannya batas-batas golongan-golongan sosial. Diharapkan kesempatan belajar yang sama membuka jalan bagi setiap peserta didik untuk memperoleh pekerjaan yang diinginkannya.
Dalam dunia pendidikan, guru dapat mempengaruhi individu untuk mencapai kemajuan, bila mereka mendorong anak agar mencapai prestasi yang tinggi. Guru itu sendiri dapat menjadi model mobilitas sosial  berkat usahanya belajar dan bekerja dengan sungguh-sungguh sehingga kedudukannya meningkat.
Pembaharuan pendidikan dilakukan untuk memecahkan masalah-masalah yang ada dalam dunia pendidikan dan menyongsong arah perkembangan dunia pendidikan yang lebih memberikan harapan kemajuan kedepan.


DAFTAR PUSTAKA
Ramayulis, Dkk. 2009. Dasar-Dasar Pendidikan. Padang: The Zakky Press.
Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Narwoko, Dwi dan Bagong Suyanto. 2010. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana.
Nasution. 2011. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.




[1] Ramayulis, Dkk, Dasar-dasar pendidikan, (Padang: The Zaky Press, 2009), hlm.15.
[2] Umiutami, “Pendidikan dan Mobilitas Sosial”, diakses dari https://umiutami420.wordpress.com/2013/06/07/pendidikan-dan-mobilitas-sosial/, pada tanggal 03 Agustus 2019 pukul 11.20
[3] Muhammadiflih, “Makalah Sosiologi Pendidikan (Pendidikan dan Mobilitas Sosial)”, diakses dari https://muhammadiflih.wordpress.com/2013/01/02/makalah-sosiologi-pendidikan-pendidikan-dan-mobilitas-sosial/, pada tanggal 03 Agustus 2019 pukul 11.34
[4] Muhammadiflih, “Makalah Sosiologi Pendidikan (Pendidikan dan Mobilitas Sosial)”, diakses dari https://muhammadiflih.wordpress.com/2013/01/02/makalah-sosiologi-pendidikan-pendidikan-dan-mobilitas-sosial/, pada tanggal 03 Agustus 2019 pukul 12.48
[5] Duniaku, “Makalah Mobilitas Sosial”, diakses dari www.ilmuduniaku.blogspot.com/2016/11/makalah-mobilitas-sosial.html?m=1 pada tanggal 03 Agustus 2019 pukul 12.29
[6] Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1982). hlm.220.
[7] Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm.210.
[8] Muhammadiflih, “Makalah Sosiologi Pendidikan (Pendidikan dan Mobilitas Sosial)”, diakses dari https://muhammadiflih.wordpress.com/2013/01/02/makalah-sosiologi-pendidikan-pendidikan-dan-mobilitas-sosial/, pada tanggal 03 Agustus 2019 pukul 12.53
[9] Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), Hlm.38-39
[10] Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), Hlm.39-40
[11] Imrarizalrasyid, “Pendidikan dan Mobilitas Sosial”, diakses dari https://imrarizalrasyid.wordpress.com/2012/11/25/pendidikan-dan-mobilitas-sosial/amp pada tanggal 05 Agustus 2019 pukul 17.16

0 comments:

Post a Comment

Monggo Komentarnya. . .