BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan pada
hakekatnya merupakan tali untuk mengantarkan peserta didik menuju pada
kesadaran sosial yang lebih tinggi dari sebelum ia mengenyam pendidikan. Namun,
kadang dalam perjalanannya pendidikan kerap malah memisahkan peserta didik dari
kehidupan sosialnya. Hal ini terjadi karena pendidikan yang diberikan bukan
lagi berbasis akan realitas masyarakat. Akan tetapi lebih berorientasi pada
pemenuhan kebutuhan pasar. Sehingga peserta didik setelah selesai
mendapatkan pendidikan bukan peka akan realitas sosial, justru malah
hilang dari realitas sosial. Melihat realitas tersebut perlu kiranya merubah
akan orientasi dari pendidikan tersebut agar pendidikan
dapat memainkan peranannya sebagai motor penggerak mobilitas sosial. Sebab, pendidikan
sebagai pembentuk intelektual peserta didiknya merupakan faktor yang sangat
penting dalam perubahan yang terjadi di masyarakat. Bahkan boleh dikatakan,
perubahan dalam masyarakat tergantung akan pendidikan apa yang diterima oleh
peserta didiknya. Sebagai contoh, apabila pendidikan
mengajar bahwa komunis, kapitalisme, dan anakirisme tidak baik. Maka peserta
didik tidak akan melakukan hal tersebut. Misalnya juga, bahwa untuk dapat
mendekatkan diri kepada Tuhan harus dengan peka terhadap realitas sosial maka
peserta didik yang dihasilkan akan selalu melakukan analisa sosial.
Mobilitas
sebagai salah satu indikator bahwa masyarakat kita mengalami kemajuan atau
tidak cukup pantas kiranya dijadikan sebuah orientasi dari pendidikan. Sebab,
tanpa adanya mobilitas sosial masyarakat tidak mungkin untuk mencapai kemajuan
dan kesejahteraan. Dari gambaran diatas maka dalam makalah ini kami
akan mencoba membahas sedikit perubahan orientasi pendidikan, mobilitas
sosial dan peranan pendidikan dalam upaya melakukan mobilitas.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Pendidikan?
2. Apa yang dimaksud dengan Mobilitas Sosial?
3. Apa saja Bentuk-bentuk Mobilitas Sosial?
4. Bagaimana Hubungan Pendidikan dengan
Mobilitas?
5. Bagaimana Mobilitas Sosial melalui Pendidikan?
6.
Bagaimana Strategi Pembaharuan Pendidikan demi
tercapainya Mobilitas Sosial?
C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui pengertian Pendidikan dan Mobilitas Sosial, Bentuk-bentuk
Mobilitas Sosial, Hubungan Pendidikan dengan Mobilitas, Mobilitas Sosial
melalui Pendidikan dan Strategi Pembaharuan Pendidikan demi
tercapainya Mobilitas Sosial.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan
Istilah pendidikan berasal dari bahasa Yunani,
yaitu “paedagogie” yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak,
istilah ini kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Inggris dengan “education”
yang berarti pengembangan dan bimbingan. Istilah
pendidikan dalam Islam adalah “tarbiyah” yang jika diterjemahkan menjadi pendidikan[1]. Secara
istilah pendidikan dapat diartikan usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak
dapat dilihat[2]. Pendidikan juga
dapat diartikan sebagai kegiatan seseorang dalam membimbing dan memimpin
anak menuju ke pertumbuhan dan perkembangan secara optimal agar dapat berdiri
sendiri dan bertanggung jawab[3].
B. Pengertian Mobilitas Sosial
Mobilitas berasal dari bahasa latin mobilis yang berarti
mudah dipindahkan atau banyak bergerak dari satu tempat ke tempat
yang lain. Kata sosial yang ada pada istilah mobilitas sosial untuk
menekankan bahwa istilah tersebut mengandung makna gerak yang melibatkan
seseorang atau sekelompok warga dalam kelompok sosial. Jadi, mobilitas
sosial adalah sesuatu yang menggerakkan masyarakat dalam
kegiatan dan mengalami perubahan yang lebih baik[4].
Ada beberapa pendapat para ahli tentang pengertian mobilitas sosial, diantaranya:
1.
Menurut Kimball Young dan Raymond W. Mack, mobilitas
sosial adalah suatu gerak dalam struktur sosial
yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial.
Struktur sosial mencakup sifat hubungan antara individu dalam kelompok dan
hubungan antara individu dengan kelompoknya.
2.
William Kornblum (1918:172),
mobilitas
sosial adalah perpindahan individu-individu, keluarga-keluarga, dan kelompok
sosialnya dari satu lapisan ke lapisan sosial lainnya.
3.
Michael S. Bassis (1988:276),
mobilitas
sosial adalah perpindahan ke atas atau ke bawah lingkungan sosial ekonomi yang
mengubah status sosial seseorang dalam masyarakat.
4.
H. Edward Ransfrod (Sunarto, 2001:108), mobilitas
sosial adalah perpindahan ke atas atau ke bawah dalam
lingkungan sosial secara hirarki.
5.
Paul B. Horton, mobilitas sosial adalah suatu gerak
perpindahan dari satu kelas sosial ke kelas sosial lainnya
atau gerak pindah dari strata yang satu ke strata yang lainnya.
Jadi, mobilitas sosial adalah perpindahan posisi seseorang atau
sekelompok orang dari lapisan yang satu ke lapisan yang lain. Misalnya, seorang
guru yang tidak puas dengan
pendapatannya beralih pekerjaan menjadi seorang pengusaha properti
dan berhasil dengan gemilang.[5]
C.
Bentuk-bentuk Mobilitas Sosial
Dilihat dari arah pergerakannya
terdapat dua bentuk mobilitas sosial, yaitu mobilitas gerak sosial horizontal dan
mobilitas sosial vertikal.
1.
Gerak sosial
horizontal merupakan peralihan individu atau objek-objek sosial
lainnya dari suatu kelompok sosial ke kelompok
sosial lainnya yang sederajat. Misalnya: seseorang
yang beralih kewarganegaraan, beralih pekerjaan yang sederajat atau mungkin
juga peralihan lainnya. Dengan adanya gerak sosial yang
horizontal, tidak terjadi perubahan dalam derajat kedudukan
seseorang ataupun suatu objek sosial.
2.
Gerak sosial
vertikal adalah perpindahan individu dari kedudukan
sosial ke kedudukan sosial lainnya yang tidak sederajat. Sesuai
dengan arahnya, karena itu dikenal dua jenis mobilitas vertikal, yakni:
a)
Gerak sosial meningkat
(social climbing), yaitu gerak perpindahan
anggota masyarakat dari kelas sosial rendah ke
kelas sosial yang lebih tinggi. Misalnya, seorang staf yang dipromosikan naik
pangkat menjadi kepala bagian disebuah perusahaan swasta.
b)
Gerak sosial
yang menurun (social singking), yakni perpindahan anggota masyarakat
dari kelas sosial tertentu ke kelas sosial yang lebih rendah posisinya.
Misalnya, seorang petani cengkeh yang jatuh miskin karena komodotas yang
ditanamnya tidak laku-laku di pasaran[6].
Menurut Pitirim A. Sorokin mobilitas sosial dapat dilakukan melalui beberapa saluran berikut:
1. Angkatan Senjata
Dalam keadaan perang dimana setiap
negara menghendaki kemenangan maka jasa seorang prajurit tanpa melihat statusnya akan dihargai dalam masyarakat.
Karna jasanya maka dimungkinkan dapat menanjak kedudukannya dan bahkan dapat
memperoleh kekuasaan dan wewenang.
2. Lembaga Pendidikan
Pada umumnya lembaga pendidikan
dinilai merupakan saluran yang kongkrit dari mobilitas sosial, bahkan
lembaga pendidikan formal dianggap sebagai lembaga sosial elevator yang
bergerak dari kedudukan yang paling rendah ke kedudukan yang
paling tinggi.
3.
Organisasi Politik
Saluran ini dalam banyak kasus
terbukti memberi kesempatan yang cukup besar bagi setiap anggotanya untuk naik
tangga kedudukan dalam masyarakat. Bagi mereka yang pandai berorganisasi dalam
organisasi politik mendapat kesempatan untuk dipilih sebagai anggota DPR
sebagai wakil dari organisasi politik yang mengorbitkannya.
4.
Lembaga Keagamaan
Lembaga keagamaan ini juga merupakan
salah satu saluran mobilitas social walaupun setiap
agama menganggap bahwa setiap orang mempunyai kedudukan yang sederajat, akan
tetapi pemuka-pemuka agama selalu berusaha keras untuk menaikkan mereka yang
berkedudukan rendah ke kedudukan yang lebih tinggi.
5.
Organisasi Ekonomi
Organisasi ekonomi ini, baik yang
bergerak dalam bidang perusahaan maupun
jasa umumnya memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi seorang untuk mencapai
mobilitas sosial, karena dalam hal ini sifatnya relatif terbuka.
6.
Perkawinan
Melalui perkawinan seorang rakyat jelata dapat masuk menjadi anggota kelas
bangsawan. Status sosial seorang yang bersuami/beristeri orang ternama atau
menempati posisi tinggi dalam struktur sosial ikut pula memperoleh penghargaan
yang tinggi dari masyarakat[7].
Faktor yang paling menghambat dalam
mobilitas sosial adalah kebodohan atau kurangnya pendidikan.
Seperti faktor penghambat, faktor yang mempengaruhi mobilitas sosial
pun cukup banyak. Diantaranya: keinginan untuk berubah,
bosan dengan keadaan yang sudah ada, dan pendidikan.
Disinilah pendidikan memainkan
peranannya untuk membentuk intelektual manusia, sehingga kemampuan intelektual ini
menjadi lokomotif mobilitas sosial dan ekonomis. Sebab,
dalam kehidupan nyata, kekuatan intelektual ini tentu saja tidak dapat
dipisahkan dari kekuatan sosial. Akibat dari faktor keterpelajaran,
keterdidikan atau intelektualitas ini, citra pendidikan dalam masyarakat kita
selalu berada pada lingkaran persoalan konseptual berupa:
a.
Perbenturan
modern dan tradisional
b.
Masalah Barat
dan Timur
c.
Ketegangan
antara kaya dan miskin
D. Hubungan Pendidikan dengan Mobilitas Sosial
Pendidikan dipandang sebagai jalan untuk mencapai kedudukan
yang lebih baik di dalam masyarakat. Makin tinggi pendidikan yang diperoleh
makin besar harapan untuk mencapai tujuan itu. Dengan demikian, terbukalah kesempatan untuk ke golongan sosial yang lebih tinggi.
Pendidikan dilihat sebagai kesempatan untuk beralih dari golongan yang satu ke golongan yang lebih tinggi. Dikatakan bahwa pendidikan merupakan jalan
bagi mobilitas sosial. Pada zaman dahulu keturunanlah yang menentukan status
sosial seseorang yang sukar ditembus karna sistem golongan yang ketat. Para
tokoh-tokoh pendidikan banyak yang menaruh kepercayaan akan keampuhan
pendidikan untuk mengubah dan memperbaiki nasib seseorang. Dengan memperluas
dan meratakan pendidikan diharapkan dicairkannya batas-batas golongan-golongan
sosial. Diharapkan kesempatan belajar yang sama membuka jalan bagi setiap peserta didik untuk memperoleh pekerjaan yang diinginkannya.
Kewajiban belajar atau pendidikan universal memberikan pengetahuan dan keterampilan yang sama bagi semua peserta didik dari semua
golongan sosial. Dengan demikian perbedaan golongan sosial akan dikurangi
sekalipun tidak dapat dihapuskan sepenuhnya. Dalam kenyataannya cita-cita itu tidak mudah diwujudkan.
Pendidikan membuka kemungkinan adanya mobilitas sosial. Berkat pendidikan
seseorang dapat meningkat dalam status sosialnya. Pendidikan secara merata
memberi kesamaan dasar pendidikan dan mengurangi perbedaan antar golongan
tinggi dan rendah. Melalui pendidikan tiap warga negara dapat membaca surat kabar
dan majalah yang sama, dapat memikirkan masalah-masalah politik, sosial, dan ekonomi yang
sama.
Walaupun terdapat mobilitas sosial secara sektoral, banyak pula
golongan rendah yang tetap dianggap rendah. Namun kedudukan golongan rendah
tidak statis akan tetapi dapat terus bergerak maju bila diberi pendidikan yang
lebih banyak[9].
E.
Mobilitas Sosial melalui
Pendidikan
Banyak contoh-contoh yang dapat kita lihat disekitar kita
tentang orang yang meningkat dalam status sosialnya berkat
pendidikan yang diperolehnya. Pada zaman dahulu orang yang menyelesaikan
pelajarannya pada HIS, yaitu SD pada zaman Belanda mempunyai harapan menjadi
pegawai dan mendapat kedudukan sosial yang terhormat.
Kini pendidikan tinggi dianggap suatu
syarat bagi mobilitas sosial. Pendidikan SD bahkan SMA hampir tidak ada
pengaruhnya dalam mobilitas sosial, bahkan bagi lulusan perguruan tinggi pun
kini sudah bertambah sukar untuk memperoleh kedudukan yang empuk.
Di samping ijazah perguruan tinggi
ada lagi faktor-faktor lain yang membawa seseorang kepada kedudukan tinggi dalam pemerintahan atau dalam dunia
usaha. Dapat kita pahami bahwa anak-anak golongan rendah lebih sukar mendapat
kedudukan sebagai pemimpin perusahaan dibandingkan dengan anak pemimpin
perusahaan itu sendiri. Hubungan pribadi, rekomendasi dari orang yang berkuasa
disamping ijazah dan prestasi turut berperan untuk mendapat posisi yang tinggi.
Mobilitas sosial bagi individu agak kompleks karena adanya macam-macam faktor
yang membantu seorang meningkat dalam jenjang sosial.
Juga guru-guru dapat mempengaruhi individu untuk mencapai kemajuan, bila
mereka mendorong anak agar mencapai prestasi yang tinggi. Guru itu sendiri
dapat menjadi model mobilitas social berkat usahanya
belajar dan bekerja dengan sungguh-sungguh sehingga kedudukannya meningkat.
Sekolah dapat membuka kesempatan untuk
meningkatkan status anak-anak dari golongan rendah. Di sekolah mereka mempunyai hak yang sama atas
pelajaran, mempelajari buku yang sama, mempunyai guru yang sama, bahkan
berpakaian seragam yang sama dengan anak-anak dari golongan tinggi. Dengan
prestasi yang tinggi dalam bidang akademis, olahraga, kegiatan ekstrakulikuler,
organisasi sekolah dan lain-lain, mereka akan diterima dan dihargai oleh semua murid. Dalam hubungan kelas mereka dapat mengikat
tali persahabatan dengan anak-anak dari golongan sosial yang lebih tinggi yang
mungkin dapat dilanjutkan dikemudian hari. Ia juga diharapkan meneruskan
pelajarannya di perguruan tinggi. Akan tetapi bila ia hanya memiliki ijazah
sekolah menengah, mungkin tingkat pendidikan itu kurang memadai sebagai orang
dewasa dan justru akan mengalami frustasi, kecuali bila ia bekerja keras
didorong oleh tekad yang bulat untuk naik dalam jenjang sosial[10].
F. Strategi
Pembaharuan Pendidikan Demi Tercapainya Mobilitas Sosial
Pada dasarnya, pendidikan itu hanya salah satu standar saja. Dari tiga
“jenis pendidikan” yang tersedia yakni pendidikan informal, pendidikan formal
dan pendidikan nonformal, tampaknya dua dari jenis yang terakhir lebih bisa
diandalkan. Pada pendidikan formal dunia pekerjaan dan dunia status lebih
mempercayai kepemilikan ijazah tanda lulus seseorang untuk naik jabatan dan
naik status. Akan tetapi seiring dengan perkembangan kemudian mereka lebih
mempercayai kemampuan atau skill individu yang bersifat
praktis dari pada harus menghormati kepemilikan ijazah yang kadang tidak sesuai
dengan kompetensi sang pemegang syarat tanda lulus itu. Inilah yang akhirnya
memberikan peluang bagi tumbuhnya pendidikan-pendidikan non formal, yang lebih
bisa memberikan keterampilan praktis pragramatis bagi kebutuhan dunia kerja
yang tentunya berpengaruh pada pencapaian status seseorang. Dalam perspektif
lain, dari sisi intelektualitas, memang orang-orang berpendidikan lebih tinggi
derajat sosialnya dalam masyarakat dan biasanya ini lebih terfokus pada
jenjang-jenjang hasil keluaran pendidikan formal. Makin tinggi sekolahnya makin
tinggi tingkat penguasaan ilmunya sehingga dipandang memiliki status yang
tinggi dalam masyarakat.
Strategi pembaharuan pendidikan merupakan perspektif baru dalam dunia
pendidikan yang mulai dirintis sebaga alternatif untuk memecahkan
masalah-masalah pendidikan yang belum diatasi secara tuntas. Jadi pembaharuan pendidikan dilakukan
untuk memecahkan masalah-masalah yang ada dalam dunia pendidikan dan
menyongsong arah perkembangan dunia pendidikan yang lebih memberikan harapan
kemajuan kedepan.
Dalam proses perubahan pendidikan paling tidak memiliki dua peran yang harus diperhatikan, yaitu:
·
Pendidikan
akan berpengaruh terhadap perubahan masyarakat
·
Pendidikan
harus memberikan sumbangan optimal terhadap proses transformasi menuju
terwujudnya masyakat madani
Proses perubahan sistem pendidikan harus dilakukan secara terencana dengan
langkah-langkah
yang strategis, yaitu mengidentifikasi berbagai problem yang menghambat
terlaksananya pendidikan dan merumuskan langkah-langkah pembaharuan yang lebih
bersifat strategis dan praktis sehingga dapat diimplementasikan dilapangan. Langkah-langkah
tersebut harus dilakukan secara terencana, sistematis, dan menyentuh semua
aspek, mengantisipasi perubahan yang terjadi, mampu merekayasa terbentuknya
sumber daya manusia yang cerdas, yang memiliki kemampuan inovatif dan mampu
meningkatkan kualitas manusia. Oleh karena itu, pendidikan berpengaruh terhadap
perubahan kehidupan masyarakat dan dapat memberikan sumbangan optimal terhadap
proses transformasi ilmu pengetahuan dan pelatihan dan dapat diimplementasikan
dalam kehidupan manusia[11].
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan
adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya.
Mobilitas sosial adalah gerak dalam
suatu struktur sosial atau perpindahan seseorang atau kelompok dari kedudukannya yang satu ke kedudukan
lainnya. Mobilitas sosial ada dua macam :
1. Mobilitas horizontal
2. Mobilitas vertikal meliputi Sosial Climbing dan
Sosial Sinking
Ada beberapa saluran mobilitas sosial yaitu Angkatan Senjata,
Lembaga Pendidikan, Organisasi Politik, Lembaga Keagamaan, Organisasi Ekonomi,
dan Perkawinan.
Hubungan pendidikan dan mobilitas sosial adalah
pendidikan merupakan jalan bagi
mobilitas sosial. Dengan memperluas dan meratakan pendidikan diharapkan
dicairkannya batas-batas golongan-golongan sosial. Diharapkan kesempatan belajar yang sama membuka
jalan bagi setiap peserta didik untuk memperoleh pekerjaan yang
diinginkannya.
Dalam dunia pendidikan, guru dapat mempengaruhi individu untuk mencapai kemajuan, bila
mereka mendorong anak agar mencapai prestasi yang tinggi. Guru itu sendiri dapat menjadi model mobilitas sosial berkat usahanya belajar dan bekerja dengan sungguh-sungguh sehingga kedudukannya
meningkat.
Pembaharuan pendidikan dilakukan untuk memecahkan masalah-masalah yang ada
dalam dunia pendidikan dan menyongsong arah perkembangan dunia pendidikan
yang lebih memberikan harapan kemajuan kedepan.
DAFTAR
PUSTAKA
Ramayulis, Dkk. 2009. Dasar-Dasar
Pendidikan. Padang: The Zakky Press.
Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi
Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Narwoko, Dwi dan Bagong Suyanto. 2010. Sosiologi
Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana.
Nasution. 2011. Sosiologi Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara.
[2] Umiutami, “Pendidikan dan Mobilitas Sosial”, diakses dari
https://umiutami420.wordpress.com/2013/06/07/pendidikan-dan-mobilitas-sosial/, pada tanggal 03 Agustus
2019 pukul 11.20
[3] Muhammadiflih, “Makalah Sosiologi Pendidikan (Pendidikan
dan Mobilitas Sosial)”, diakses dari https://muhammadiflih.wordpress.com/2013/01/02/makalah-sosiologi-pendidikan-pendidikan-dan-mobilitas-sosial/, pada tanggal 03 Agustus 2019 pukul 11.34
[4]
Muhammadiflih, “Makalah Sosiologi Pendidikan (Pendidikan
dan Mobilitas Sosial)”, diakses dari https://muhammadiflih.wordpress.com/2013/01/02/makalah-sosiologi-pendidikan-pendidikan-dan-mobilitas-sosial/, pada tanggal 03 Agustus 2019
pukul 12.48
[5] Duniaku, “Makalah Mobilitas Sosial”, diakses
dari www.ilmuduniaku.blogspot.com/2016/11/makalah-mobilitas-sosial.html?m=1 pada tanggal 03 Agustus 2019 pukul 12.29
[6] Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1982). hlm.220.
[7] Dwi Narwoko dan Bagong
Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, (Jakarta: Kencana, 2010),
hlm.210.
[8] Muhammadiflih, “Makalah Sosiologi Pendidikan (Pendidikan
dan Mobilitas Sosial)”, diakses dari https://muhammadiflih.wordpress.com/2013/01/02/makalah-sosiologi-pendidikan-pendidikan-dan-mobilitas-sosial/, pada tanggal 03 Agustus
2019 pukul 12.53
[11] Imrarizalrasyid, “Pendidikan dan Mobilitas Sosial”,
diakses dari https://imrarizalrasyid.wordpress.com/2012/11/25/pendidikan-dan-mobilitas-sosial/amp pada tanggal 05 Agustus 2019 pukul 17.16
0 comments:
Post a Comment
Monggo Komentarnya. . .