Wednesday, September 25, 2019

Makalah Strategi Belajar Mengajar



BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah
Mengajar bukan semata menceritakan bahan pembelajaran kepada siswa. Dan juga bukan merupakan konsekuensi otomatis penuangan ke dalam benak siswa. Namun belajar memerlukan keterlibatan mental dan perbuatan siswa sendiri. Penjelasan dan pemeragaan dari guru semata tidak akan membuahkan hasil belajar yang optimal. Hasil belajar yang optimal hanya akan diperoleh jika proses pembelajaran yang dilakukan banyak melibatkan siswa untuk beraktifitas serta mengembangkan kreativitas yang dimiliki siswa secara optimal.
Dalam proses pembelajaran sering ditemui siswa cenderung pasif serta tidak mau ikut berpartisipasi. Bila ditemui hal yang demikian maka sebagai motivator guru harus memotivasi siswa untuk selalu bersemangat dalam mengikuti pembelajaran hingga pada akhir kegiatan siswa mampu mencapai kompetensi yang dipelajari pada hari tersebut. Sedangkan sebagai inspirator dalam proses pembelajaran guru harus mampu menggali dan mengembangkan inspirasi yang dimiliki siswa. Sehingga siswa dapat secara optimal menunjukkan kemampuannya.
Secara sederhana, semua konsep diatas dapat diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar mulai dari membuka, proses dan menutup pelajaran. Seorang guru yang ideal haruslah mengetahui tindakan-tindakan apa yang harus dilakukan ketika membuka, proses dan menutup pelajaran.
Kegiatan membuka dan menutup pelajaran adalah salah satu komponen penting dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga praktisi pendidikan memberikan perhatian yang serius dalam masalah ini. Hal ini dikarenakan membuka dan menutup pelajaran merupakan kegiatan dari proses pembelajaran. Kesalahan dalam membuka dan menutup pelajaran maka akan berakibat langsung kepada hasil belajar.


B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan keterampilan membuka pelajaran?
2.      Apa saja tujuan keterampilan membuka pelajaran?
3.      Apa saja komponen keterampilan membuka pelajaran?
4.      Apa yang dimaksud dengan keterampilan menutup pelajaran?
5.      Apa saja tujuan keterampilan menutup pelajaran?
6.      Apa saja komponen keterampilan menutup pelajaran?
7.      Apa saja prinsip keterampilan membuka dan menutup pelajaran?
8.      Bagaimana pelaksanaan keterampilan membuka dan menutup pelajaran?
C.    Tujuan Penulisan
1.         Untuk mengetahui pengertian keterampilan membuka pelajaran.
2.         Untuk mengetahui tujuan keterampilan membuka pelajaran.
3.         Untuk mengetahui komponen keterampilan membuka pelajaran.
4.         Untuk mengetahui pengertian keterampilan menutup pelajaran.
5.         Untuk mengetahui tujuan keterampilan menutup pelajaran.
6.         Untuk mengetahui komponen keterampilan menutup pelajaran.
7.         Untuk mengetahui prinsip keterampilan membuka dan menutup pelajaran.
8.         Untuk mengetahui pelaksanaan keterampilan membuka dan menutup pelajaran.







BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian Keterampilan Membuka Pelajaran
Beberapa definisi membuka pelajaran menurut para ahli yaitu sebagai berikut:
1.      Menurut Wina Sanjaya, membuka pelajaran adalah usaha yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran untuk menciptakan pra kondisi bagi siswa agar mental maupun perhatian terpusat pada pengalaman belajar yang disajikan sehingga akan mudah mencapai kompetensi yang diharapkan. Dengan kata lain, membuka pelajaran adalah mempersiapkan mental dan perhatian siswa agar siswa terpusat pada hal-hal yang akan dipelajari.[1]
2.      Menurut Didi Supriadi dan Deni Darmawan, membuka pelajaran adalah usaha yang dilakukan oleh guru pada saat mengawali pembelajaran dalam rangka menciptakan kondisi bagi peserta didik agar fisik, mental, perhatian, motivasi terpusat dan bangkit untuk melakukan aktivitas pembelajaran dengan tujuan untuk menciptakan kondisi siap belajar bagi sasaran didik.[2]
3.      Menurut Rusman, kegiatan membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan untuk memulai pelajaran. Membuka pelajaran adalah usaha atau kegiatan dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran untuk menciptakan pra kondisi bagi siswa agar mental maupun perhatiannya terpusat pada apa yang dipelajarinya, sehingga usaha tersebut akan memberikan efek yang positif terhadap kegiatan belajar.[3]
Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan membuka pelajaran (set induction) adalah kemampuan seorang guru dalam mempersiapkan mental dan menarik perhatian peserta didik sebelum memasuki pelajaran agar siswa terpusat dengan apa yang akan dipelajari serta peserta didik memiliki motivasi yang tinggi untuk terus mengikuti pembelajaran sampai selesai dengan semangat dan kosentrasi yang tinggi pula hingga kompetensi yang diinginkan tercapai secara maksimal.

B.       Tujuan Keterampilan Membuka Pelajaran
Tujuan umum membuka pelajaran adalah agar proses dan hasil belajar dapat tercapai secara efektif dan efisien. Efektivitas proses dapat dikenali dari ketepatan langkah-langkah belajar siswa, sehingga didapatkan efisiensi belajar yang maksimal. Sedangkan efektivitas hasil dapat dilihat dari taraf penguasaan siswa terhadap kompetensi dasar yang dapat dicapai.
Menurut Hasibuan dalam Marno dan Idris, tujuan khusus membuka pelajaran adalah sebagai berikut:
1.      Timbulnya perhatian dan motivasi siswa untuk menghadapi tugas-tugas pembelajaran yang akan dikerjakan.
2.      Peserta didik mengetahui batas-batas tugas yang akan dikerjakan.
3.      Peserta didik mempunyai gambaran yang jelas tentang pendekatan-pendekatan yang mungkin diambil dalam mempelajari bagian-bagian dari mata pelajaran.
4.      Peserta didik mengetahui hubungan antara pengalaman yang telah dikuasai dengan hal-hal baru yang akan dipelajari atau yang belum dikenalnya.
5.      Peserta didik dapat menghubungkan fakta-fakta, keterampilan-keterampilan atau konsep-konsep yang tercantum dalam suatu peristiwa.[4]



C.      Komponen-komponen Keterampilan Membuka Pelajaran
Ada beberapa komponen dalam membuka pelajaran adalah sebagai berikut:
1.      Menarik perhatian siswa
Banyak cara yang dapat digunakan guru untuk menarik perhatian siswa, antara lain seperti berikut:
a.         Gaya mengajar guru
Guru hendaknya memvariasikan gaya mengajarnya agar dapat menimbulkan perhatian siswa. Misalnya guru memilih posisi di kelas dan memilih kegiatan yang berbeda dari yang biasanya dia kerjakan dalam membuka pelajaran. Kali ini ia berdiri di tengah-tengah kelas sambil bertanya pada siswa tentang kegiatan siswa di rumah yang mungkin ada hubungannya dengan materi yang akan diajarkan. Pada kesempatan lain mungkin guru berdiri di belakang atau di muka kelas lalu bercerita dengan ekspresi wajah yang meyakinkan dan nada suara yang menunjukkan rasa bangga.
b.        Penggunaan alat bantu mengajar
Guru dapat menggunakan alat-alat bantu mengajar seperti gambar, model, skema, dan sebagainya untuk menarik perhatian siswa. Alat-alat bantu mengajar selain dapat menarik perhatian siswa, dapat pula menimbulkan motivasi dan memungkinkan terjadi kaitan antara hal-hal yang telah diketahui dengan hal-hal baru yang akan dipelajari.
c.         Pola interaksi yang bervariasi
Agar siswa dapat tertarik perhatiannya, guru hendaknya mengadakan pola interaksi yang bervariasi dalam menyelenggarakan pembelajaran. Seperti misalnya guru memberi perintah siswa mengerjakan perintah itu, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya, guru atau siswa yang lainya menjawab pertanyaan itu, siswa berinteraksi dengan siswa lainnya dalam diskusi kelompok kecil (buzz-groups) atau dalam suatu eksperimen, guru mengemukakan masalah yang menarik ke seluruh kelas lalu siswa diminta mengemukakan pendapat mereka, dan lainnya.
2.      Menimbulkan motivasi
Salah satu tujuan dari prosedur membuka pelajaran adalah memilih secara hati-hati hal-hal yang menjadi perhatian siswa. Hal-hal yang menjadi perhatian siswa itu hendaknya dapat digunakan untuk menimbulkan motivasi. Dengan adanya motivasi itu, pembelajaran menjadi dipermudah. Oleh karena itu, guru hendaknya melakukan berbagai cara untuk menimbulkan motivasi itu. Sedikitnya ada 4 (empat) cara untuk menimbulkan motivasi, yaitu:
a.         Dengan kehangatan dan keantusiasan.
Guru hendaknya bersikap ramah, antusias, bersahabat, dan hangat. Sebab sikap yang demikian itu dapat menimbulkan faktor-faktor dari dalam yang mendorong tingkah laku dan timbulnya motivasi untuk belajar.
b.        Dengan menimbulkan rasa ingin tahu
Guru dapat membangkitkan motivasi siswa dengan cara menimbulkan rasa ingin tahu dan keheranan pada siswa. Misalnya dengan bercerita, yang menimbulkan rasa penasaran dan pertanyaan, atau mendemonstrasikan suatu peristiwa.
c.         Mengemukakan ide yang bertentangan
Untuk menimbulkan motivasi siswa, guru dapat melontarkan ide-ide yang bertentangan dengan mengajukan masalah atau kondisi-kondisi dari kenyataan sehari-hari. Misalnya, guru mengajukan masalah sebagai berikut: “Balok merupakan bangun dimensi tiga yang mempunyai panjang, lebar dan tinggi, jadi balok termasuk bangun ruang. Kerucut tidak mempunyai panjang dan lebar tetapi masih termasuk bangun ruang. Mengapa?”
d.        Dengan memperhatikan minat siswa
Guru dapat menimbulkan motivasi siswa dengan cara menyesuaikan topik-topik pelajaran yang diminati siswa. 
3.      Memberi acuan (structuring)
Memberi acuan diartikan sebagai usaha mengemukakan secara spesifik dan singkat serangkaian alternatif yang memungkinkan siswa memperoleh gambaran yang jelas mengenai hal-hal yang akan dipelajari dan cara yang hendak ditempuh dalam mempelajari materi pelajaran. Untuk itu usaha dan cara yang dapat dilakukan oleh guru adalah:
a.         Mengemukakan tujuan dan batas-batas tugas.
Guru hendaknya terlebih dahulu mengemukakan tujuan pelajaran dan batas-batas tugas yang harus dikerjakan oleh siswa, agar mereka memperoleh gambaran yang jelas tentang ruang lingkup materi pelajaran yang akan dipelajari serta tugas-tugas yang harus dikerjakan. Misalnya, guru pertama-tama berkata, hari ini kita akan belajar tentang pengumpulan data. Perhatikan alat peraga yang ibu bawa (timbangan dan meteran). Kumpulkanlah data berat dan tinggi badan teman-temanmu menggunakan alat peraga tesebut.
b.        Menyarankan langkah-langkah yang akan dilakukan
Siswa akan terarah usahanya dalam mempelajari materi pelajaran jika guru dapat memberi saran-saran tentang langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan. Misalnya, tugas kalian sekarang adalah membuktikan rumus volume kerucut dengan pendekatan volume tabung. Langkah yang harus kalian kerjakan adalah pertama memasukkan beras atau pasir ke dalam kerucut, lalu tuangkan beras tersebut ke dalam tabung, lakukan hal tersebut sampai tabung penuh. Kemudian buatlah kesimpulan dari kegiatan yang kalian lakukan.
c.         Mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan guru untuk mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas. Misalnya dengan mengingatkan siswa untuk menemukan hal-hal positif dan negatif dari sifat-sifat tentang sesuatu konsep, manusia, benda, gambar-gambar, dan sebagainya.

d.        Mengajukan pertanyaan-pertanyaan
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru sebelum mulai menjelaskan materi pelajaran akan mengarahkan siswa dalam mengantisipasi isi pelajaran yang akan dipelajari. Misalnya, sebelum menjelaskan bahwa hujan berasal dari uap, guru dapat mengajukan pertanyaan untuk membantu siswa memahami terjadinya penguapan.
4.      Membuat kaitan
Untuk membuat kaitan dalam membuka pelajaran, guru perlu menghubungkannya dengan hal-hal yang telah dikenal siswa atau dengan pengalaman-pengalaman, minat, dan kebutuhan-kebutuhan siswa. Hal itulah yang disebut bahan pengait. Contoh usaha-usaha guru untuk membuat kaitan:
a.         Membuat kaitan antar aspek-aspek yang relevan dari bidang studi yang telah dikenal siswa. Dalam permulaan pelajaran guru meninjau kembali sampai seberapa jauh pelajaran yang diberikan sebelumnya telah dipahami. Caranya, guru dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada siswa, tetapi dapat pula merangkum isi materi pelajaran terdahulu secara singkat. Misalnya, sebelum mengajarkan pembagian dua pecahan, guru mengulang kembali bagaimana mengalikan bilangan pecahan.
b.        Guru membandingkan atau mempertentangkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah diketahui. Hal ini dilakukan jika bahan baru itu erat kaitannya dengan bahan pelajaran yang telah dikuasai. Misalnya, guru lebih dahulu mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk mengetahui pemahaman siswa tentang pengurangan dan perkalian bilangan cacah sebelum mengajarkan pembagian bilangan cacah.
c.         Guru menjelaskan konsep atau pengertiannya lebih dahulu sebelum menyajikan bahan secara terperinci. Hal ini dilakukan karena bahan pelajaran yang akan dijelaskan sama sekali baru. Misalnya, untuk menjelaskan perkalian dua, guru terlebih dahulu menjelaskan jumlah kaki unggas, seperti ayam, itik, burung, sepeda, sepeda motor, dan sebagainya.[5]
D.      Pengertian Keterampilan Menutup Pelajaran
Beberapa definisi menutup pelajaran menurut para ahli yaitu sebagai berikut:
1.      Menurut Mulyasa, menutup pelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan guru untuk mengetahui pencapaian tujuan dan pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah dipelajari, serta mengakhiri kegiatan pembelajaran.[6]
2.      Zainal Asril mengemukakan bahwa menutup pelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan guru dalam mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan mengemukakan kembali pokok-pokok pelajaran.[7]
3.      Moch Uzer Usman mengemukakan, menutup pelajaran (clouser) adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan belajar mengajar.[8]
Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan menutup pelajaran (closure) adalah kegiatan guru untuk mengakhiri pelajaran dengan mengemukakan kembali pokok-pokok pelajaran. Menutup pelajaran merupakan usaha guru untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari dengan mengetahui tingkat pencapaian siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar.



E.       Tujuan Keterampilan Menutup Pelajaran
Tujuan yang ingin dicapai dengan menerapkan keterampilan menutup pelajaran adalah sebagai berikut:
1.      Memantapkan pemahaman siswa terhadap kegiatan belajar yang telah berlangsung.
2.      Mengetahui keberhasilan siswa dan guru dalam kegiatan pembelajaran yang telah dijalani.
3.      Memberikan tindak lanjut untuk mengembangkan kemampuan yang baru dikuasai.[9]
F.       Komponen-komponen Keterampilan Menutup Pelajaran
Menjelang akhir dari suatu pelajaran atau pada akhir setiap penggal kegiatan, guru harus melakukan kegiatan menutup pelajaran. Hal ini harus dilakukan agar siswa memperoleh gambaran yang utuh tentang pokok-pokok materi pelajaran yang telah dipelajari. cara-cara yang dapat dilakukan guru dalam menutup pelajaran ini adalah sebagai berikut:
1.      Meninjau Kembali
Menjelang akhir suatu jam pelajaran atau pada akhir setiap penggal kegiatan, guru meninjau kembali apakah inti pelajaran yang diajarkan telah dikuasai siswa. Ada dua cara meninjau kembali penguasaan inti pelajaran itu, yaitu merangkum inti pelajaran dan membuat ringkasan.
a.         Merangkum inti pelajaran.
Pada dasarnya kegiatan merangkum inti pelajaran ini terdapat sepanjang proses pembelajaran. Misalnya, pada saat guru selesai menjelaskan ciri-ciri bangun ruang kubus, atau jika guru membuat kesimpulan secara lisan hasil diskusi yang ditugaskan pada siswa, setelah selesai sejumlah pertanyaan dijawab oleh siswa, pada saat menjelang pergantian topik bahasan, dan tentu saja pada saat pembelajaran akan diakhiri. Selain guru, siswa dapat juga diminta untuk membuat rangkuman secara lisan. Tetapi jika rangkuman yang dibuat oleh siswa itu salah atau kurang sempurna, guru harus membetulkan atau menyempurnakan rangkuman itu.
b.        Membuat ringkasan
Cara lain yang dapat ditempuh untuk memantapkan pokok-pokok materi yang diajarkan adalah membuat ringkasan. Selain manfaat tersebut, dengan ringkasan itu siswa yang tidak memiliki buku sumber atau siswa yang lambat belajar dapat mempelajarinya kembali. Pembuatan ringkasan itu dapat dilakukan oleh guru, dapat pula dilakukan oleh siswa secara perorangan atau kelompok, dan dapat pula dilakukan oleh guru dan siswa bersama-sama.
2.      Mengevaluasi
Salah satu upaya untuk mengetahui apakah siswa sudah memperoleh wawasan yang utuh tentang suatu konsep yang diajarkan selama satu jam pelajaran atau sepenggal kegiatan tertentu adalah dengan penilaian. Untuk maksud tersebut guru dapat meminta siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan secara lisan atau mengerjakan tugas-tugas. Bentuk-bentuk evaluasi itu secara terperinci adalah sebagai berikut:
a.         Mendemonstrasikan keterampilan
Pada akhir satu penggal kegiatan siswa dapat diminta untuk mendemonstrasikan keterampilannya. Misalnya, setelah guru selesai menerangkan konsep matematika, guru meminta siswa untuk mengerjakan soal di papan tulis.
b.        Mengaplikasikan ide baru pada situasi lain
Misalnya, setelah guru menerangkan penjumlahan dua pecahan lalu siswa disuruh menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan penjumlahan pecahan.
c.         Mengekspresikan pendapat siswa sendiri
Guru dapat meminta siswa untuk memberi komentar tentang keefektifan sesuatu demonstrasi yang dilakukan guru atau siswa-siswa lain. Misalnya, setelah permainan peran (role-playing) tentang aritmatika sosial dalam bahasan pengenalan mata uang selesai, lalu siswa diminta untuk mengemukakan pendapat dan perasaan mereka tentang peran yang dimainkan.
d.        Soal-soal tertulis
Guru dapat memberikan soal-soal tertulis untuk dikerjakan siswa. Soal-soal tertulis itu dapat berbentuk uraian, tes objektif, atau melengkapi lembaran kerja.[10]
3.      Tindak lanjut
Tindak lanjut merupakan kegiatan yang harus dilakukan peserta didik setelah pembelajaran dilakukan. Kegiatan tindak lanjut perlu diberikan oleh guru agar terjadi pemantapan pada diri peserta didik terhadap pencapaian tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
4.      Memberi dorongan psikologi atau sosial
Unsur manusiawi dalam interaksi guru-siswa adalah saling menghargai dengan memberikan dorongan psikologis atau sosial yang dapat menunjang tercapainya tujuan pengajaran. Hal ini dapat dilakukan guru dalam setiap akhir pelajaran dengan kata-kata pujian. Memberikan dorongan psikologis atau sosial dapat dilakukan dengan cara antara lain:
a.         Memuji hasil yang dicapai oleh peserta didik dengan memberikan pujian maupun hadiah.
b.        Mendorong untuk lebih semangat belajar mencapai kompetensi yang lebih tinggi dengan menunjukkan pentingnya materi yang dipelajari.
c.         Memberikan harapan-harapan positif terhadap kegiatan belajar yang baru saja dilaksanakan.
d.        Meyakinkan akan potensi dan kemampuan peserta didik terhadap keberhasilan pencapaian kompetensi belajar dalam menumbuhkan rasa percaya diri.[11]

G.      Prinsip Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
Menurut Hasibuan, dkk prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh guru dalam membuka dan menutup pelajaran adalah sebagai berikut:
1.      Kebermaknaan
Kegiatan yang dilakukan dalam membuka dan menutup pelajaran haruslah bermakna, artinya relevan dengan materi yang akan dibahas dan sesuai dengan karakteristik siswa sehingga mampu mencapai tujuan yang diinginkan.
2.      Berkesinambungan
Membuka dan menutup pelajaran merupakan bagian yang utuh dari kegiatan pembelajaran, bukan merupakan kegiatan yang lepas dan berdiri sendiri. Aktivitas yang ditempuh guru dalam mengenalkan dan merangkum kembali pokok-pokok penting pelajaran hendaknya merupakan bagian yang utuh (merupakan suatu kebulatan). Kaitan antara bagian satu dengan yang lain atau dengan pengalaman siswa harus jelas.[12]

H.      Pelaksanaan Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
Kegiatan membuka dan menutup pelajaran dilaksanakan pada setiap awal dan akhir pelajaran. Artinya sebelum guru menjelaskan sebuah materi terlebih dahulu guru harus dapat mengkondisikan mental dan menarik perhatian siswa pada materi yang akan dipelajari. Contohnya dengan menimbulkan motivasi dan memberi acuan atau struktur pelajaran dengan menunjukkan tujuan atau kompetensi dasar secara indikator hasil belajar, pokok persoalan yang akan dibahas, rencana kerja, dan pembagian waktu belajar kepada siswa. Demikian pula sebelum mengakhiri pelajaran, terlebih dahulu guru harus menutup pelajaran, misalnya dengan memberikan rangkuman atau mengadakan evalusi.
Pelaksanaan membuka dan menutup pelajaran dilaksanakan juga pada setiap awal dan akhir penggal kegiatan inti pelajaran. Artinya, seorang  guru dalam mengawali dan mengakhiri satu penggal inti pokok-pokok materi pelajaran juga harus melakukan kegiatan membuka dan menutup pelajaran. Contohnya, membuka pelajaran dengan mengaitkan antara inti pokok materi yang sudah dikuasai siswa misalnya materi definisi dan kegunaan transformasi dalam kehidupan sehari-hari dengan inti pokok materi yaitu pemecahan masalah dalam bentuk soal. Dan setiap inti pokok materi yang sudah dipelajari siswa juga harus ditutup dengan sebuah pemantapan atau evaluasi materi dengan cara mengajukkan sebuah pertanyaan dan memberikan kesimpulan materi tersebut.[13]



























BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Keterampilan membuka pelajaran (set induction) adalah kemampuan seorang guru dalam mempersiapkan mental dan menarik perhatian peserta didik sebelum memasuki pelajaran agar siswa terpusat dengan apa yang akan dipelajari.
Tujuan keterampilan membuka pelajaran yaitu: timbulnya perhatian dan motivasi siswa; peserta didik mengetahui batas-batas tugas, peserta didik mempunyai gambaran yang jelas tentang pendekatan-pendekatan, peserta didik mengetahui hubungan antara pengalaman yang telah dikuasai dengan yang belum dikenalnya; dan peserta didik dapat menghubungkan fakta-fakta, dan konsep-konsep yang tercantum dalam suatu peristiwa.
Komponen keterampilan membuka pelajaran, yaitu: menarik perhatian siswa, menimbulkan motivasi, memberi acuan (structuring), dan membuat kaitan.
Keterampilan menutup pelajaran (closure) adalah kegiatan guru untuk mengakhiri pelajaran dengan mengemukakan kembali pokok-pokok pelajaran.
Tujuan keterampilan menutup pelajaran, yaitu: memantapkan pemahaman siswa terhadap kegiatan belajar yang telah berlangsung; mengetahui keberhasilan siswa dan guru dalam kegiatan pembelajaran yang telah dijalani, memberikan tindak lanjut untuk mengembangkan kemampuan yang baru dikuasai.
Komponen keterampilan menutup pelajaran, yaitu: meninjau kembali, mengevaluasi, tindak lanjut dan memberi dorongan psikologi atau sosial.
Prinsip keterampilan membuka dan menutup pelajaran, yaitu kebermaknaan dan berkesinambungan.
Kegiatan membuka dan menutup pelajaran dilaksanakan pada setiap awal dan akhir pelajaran. Pelaksanaan membuka dan menutup pelajaran dilaksanakan juga pada setiap awal dan akhir penggal kegiatan inti pelajaran

DAFTAR PUSTAKA
Asri, Zainal. 2012. Micro Teaching: Disertai dengan Pedoman Pengalaman Lapangan. Jakarta: Rajawali Pers.
Hasibuan. 2009. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Karya Ku, “Keterampilan Membuka Dan Menutup Pelajaran”, diakses dari http://nurmilamila.blogspot.com/2014/04/keterampilan-membuka-dan-menutup.html pada tanggal 11 September 2019
Marno dan Idris. 2010. Strategi & Metode Pengajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Mulyasa. 2010. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
Sanjaya, Wina. 2008. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana.
Supriadie, Didi dan Deni Darmawan. 2012. Komunikasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Toha Thea, “Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran”, diakses dari https://sites.google.com/site/tohathea/rpp pada tanggal 11 September 2019
Usman, Moch Uzer. 2010. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Winataputra, Udin. S. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka




[1] Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Kencana, 2008), Hlm. 171.
[2] Didi Supriadie & Deni Darmawan, Komunikasi Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), Hlm. 154.
[3] Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), Hlm. 80.
[4] Marno & Idris, Strategi & Metode Pengajaran, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), Hlm. 78.
[5] Toha Thea, “Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran”, diakses dari https://sites.google.com/site/tohathea/rpp pada tanggal 11 September 2019 pukul 13.47
[6] Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), Hlm. 84
[7] Zainal Asri, Micro Teaching: Disertai dengan Pedoman Pengalaman Lapangan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), Hlm. 71
[8] Moch Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), Hlm. 92
[9] Udin. S. Winataputra, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2002), Hlm. 84.
[10] Toha Thea, “Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran”, diakses dari https://sites.google.com/site/tohathea/rpp pada tanggal 11 September 2019 pukul 16.58
[11] Karya Ku, “Keterampilan Membuka Dan Menutup Pelajaran”, diakses dari http://nurmilamila.blogspot.com/2014/04/keterampilan-membuka-dan-menutup.html pada tanggal 11 September 2019 pukul 17.32
[12] Hasibuan, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), Hlm. 74.
[13] Marno & Idris, Strategi & Metode Pengajaran, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), Hlm. 82

0 comments:

Post a Comment

Monggo Komentarnya. . .