PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Mengajar bukan semata menceritakan bahan
pembelajaran kepada siswa. Dan juga bukan merupakan konsekuensi otomatis
penuangan ke dalam benak siswa. Namun belajar memerlukan keterlibatan mental
dan perbuatan siswa sendiri. Penjelasan dan pemeragaan dari guru semata tidak
akan membuahkan hasil belajar yang optimal. Hasil belajar yang optimal hanya
akan diperoleh jika proses pembelajaran yang dilakukan banyak melibatkan siswa
untuk beraktifitas serta mengembangkan kreativitas yang dimiliki siswa secara
optimal.
Dalam proses pembelajaran sering ditemui siswa
cenderung pasif serta tidak mau ikut berpartisipasi. Bila ditemui hal yang
demikian maka sebagai motivator guru harus memotivasi siswa untuk selalu
bersemangat dalam mengikuti pembelajaran hingga pada akhir kegiatan siswa mampu
mencapai kompetensi yang dipelajari pada hari tersebut. Sedangkan sebagai
inspirator dalam proses pembelajaran guru harus mampu menggali dan mengembangkan
inspirasi yang dimiliki siswa. Sehingga siswa dapat secara optimal menunjukkan
kemampuannya.
Secara sederhana, semua konsep diatas dapat
diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar mulai dari membuka, proses dan
menutup pelajaran. Seorang guru yang ideal haruslah mengetahui
tindakan-tindakan apa yang harus dilakukan ketika membuka, proses dan menutup
pelajaran.
Kegiatan membuka dan menutup pelajaran adalah salah
satu komponen penting dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga praktisi
pendidikan memberikan perhatian yang serius dalam masalah ini. Hal ini
dikarenakan membuka dan menutup pelajaran merupakan kegiatan dari proses
pembelajaran. Kesalahan dalam membuka dan menutup pelajaran maka akan berakibat
langsung kepada hasil belajar.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan keterampilan membuka
pelajaran?
2. Apa saja tujuan keterampilan membuka pelajaran?
3. Apa saja komponen keterampilan membuka pelajaran?
4. Apa yang dimaksud dengan keterampilan menutup
pelajaran?
5. Apa saja tujuan keterampilan menutup
pelajaran?
6. Apa saja komponen keterampilan menutup
pelajaran?
7. Apa saja prinsip keterampilan membuka dan
menutup pelajaran?
8. Bagaimana pelaksanaan keterampilan membuka dan
menutup pelajaran?
C. Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui pengertian keterampilan membuka
pelajaran.
2.
Untuk mengetahui tujuan keterampilan membuka pelajaran.
3.
Untuk mengetahui komponen keterampilan membuka pelajaran.
4.
Untuk mengetahui pengertian keterampilan menutup
pelajaran.
5.
Untuk mengetahui tujuan keterampilan menutup pelajaran.
6.
Untuk mengetahui komponen keterampilan menutup pelajaran.
7.
Untuk mengetahui prinsip keterampilan membuka dan
menutup pelajaran.
8.
Untuk mengetahui pelaksanaan keterampilan membuka dan
menutup pelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Keterampilan Membuka Pelajaran
Beberapa definisi
membuka pelajaran menurut para ahli yaitu sebagai berikut:
1.
Menurut Wina
Sanjaya, membuka pelajaran adalah usaha yang dilakukan oleh
guru dalam kegiatan pembelajaran untuk menciptakan pra kondisi bagi siswa agar
mental maupun perhatian terpusat pada pengalaman belajar yang disajikan
sehingga akan mudah mencapai kompetensi yang
diharapkan. Dengan kata lain, membuka pelajaran adalah mempersiapkan mental dan
perhatian siswa agar siswa terpusat pada hal-hal yang akan dipelajari.[1]
2.
Menurut Didi
Supriadi dan Deni Darmawan, membuka pelajaran adalah usaha yang dilakukan oleh
guru pada saat mengawali pembelajaran dalam rangka menciptakan kondisi bagi
peserta didik agar fisik, mental, perhatian, motivasi terpusat dan bangkit
untuk melakukan aktivitas pembelajaran dengan tujuan untuk menciptakan kondisi
siap belajar bagi sasaran didik.[2]
3.
Menurut Rusman,
kegiatan membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan untuk memulai
pelajaran. Membuka pelajaran adalah usaha atau kegiatan dilakukan oleh guru
dalam kegiatan pembelajaran untuk menciptakan pra kondisi bagi siswa agar
mental maupun perhatiannya terpusat pada apa yang dipelajarinya, sehingga usaha
tersebut akan memberikan efek yang positif terhadap kegiatan belajar.[3]
Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa
keterampilan membuka pelajaran (set
induction) adalah kemampuan
seorang guru dalam mempersiapkan
mental dan menarik perhatian peserta didik sebelum memasuki pelajaran agar
siswa terpusat dengan apa yang akan dipelajari serta peserta didik memiliki
motivasi yang tinggi untuk terus mengikuti pembelajaran sampai selesai dengan
semangat dan kosentrasi yang tinggi pula hingga kompetensi yang diinginkan
tercapai secara maksimal.
B. Tujuan Keterampilan Membuka Pelajaran
Tujuan umum membuka pelajaran adalah agar proses dan hasil belajar
dapat tercapai secara efektif dan efisien. Efektivitas
proses dapat dikenali dari ketepatan langkah-langkah belajar
siswa, sehingga didapatkan efisiensi belajar yang maksimal. Sedangkan
efektivitas hasil dapat dilihat dari taraf penguasaan siswa terhadap kompetensi
dasar yang dapat dicapai.
Menurut Hasibuan dalam Marno dan Idris, tujuan khusus membuka
pelajaran adalah sebagai berikut:
1.
Timbulnya
perhatian dan motivasi siswa untuk menghadapi tugas-tugas pembelajaran yang
akan dikerjakan.
2.
Peserta didik
mengetahui batas-batas tugas yang akan dikerjakan.
3.
Peserta didik
mempunyai gambaran yang jelas tentang pendekatan-pendekatan
yang mungkin diambil dalam mempelajari bagian-bagian
dari mata pelajaran.
4.
Peserta didik
mengetahui hubungan antara pengalaman yang telah dikuasai dengan hal-hal baru
yang akan dipelajari atau yang belum dikenalnya.
5.
Peserta didik
dapat menghubungkan fakta-fakta, keterampilan-keterampilan atau konsep-konsep
yang tercantum dalam suatu peristiwa.[4]
C.
Komponen-komponen Keterampilan Membuka Pelajaran
Ada beberapa komponen
dalam membuka pelajaran adalah sebagai berikut:
1.
Menarik
perhatian siswa
Banyak cara yang dapat digunakan
guru untuk menarik perhatian siswa, antara lain seperti berikut:
a.
Gaya mengajar
guru
Guru hendaknya memvariasikan gaya
mengajarnya agar dapat menimbulkan perhatian siswa. Misalnya guru memilih
posisi di kelas dan memilih kegiatan yang berbeda dari yang biasanya dia
kerjakan dalam membuka pelajaran. Kali ini ia berdiri di tengah-tengah kelas
sambil bertanya pada siswa tentang kegiatan siswa di rumah yang mungkin ada
hubungannya dengan materi yang akan diajarkan. Pada kesempatan lain mungkin
guru berdiri di belakang atau di muka kelas lalu bercerita dengan ekspresi
wajah yang meyakinkan dan nada suara yang menunjukkan rasa bangga.
b.
Penggunaan alat
bantu mengajar
Guru dapat menggunakan alat-alat
bantu mengajar seperti gambar, model, skema, dan sebagainya untuk menarik
perhatian siswa. Alat-alat bantu mengajar selain dapat menarik perhatian siswa,
dapat pula menimbulkan motivasi dan memungkinkan terjadi kaitan antara hal-hal
yang telah diketahui dengan hal-hal baru yang akan dipelajari.
c.
Pola interaksi
yang bervariasi
Agar siswa dapat tertarik perhatiannya, guru hendaknya mengadakan pola
interaksi yang bervariasi dalam menyelenggarakan pembelajaran. Seperti misalnya
guru memberi perintah siswa mengerjakan perintah itu, guru memberi kesempatan
kepada siswa untuk bertanya, guru atau siswa yang lainya menjawab pertanyaan
itu, siswa berinteraksi dengan siswa lainnya dalam diskusi kelompok kecil (buzz-groups)
atau dalam suatu eksperimen, guru mengemukakan masalah yang menarik ke seluruh
kelas lalu siswa diminta mengemukakan pendapat mereka, dan lainnya.
2. Menimbulkan motivasi
Salah satu tujuan dari prosedur
membuka pelajaran adalah memilih secara hati-hati hal-hal yang menjadi
perhatian siswa. Hal-hal yang menjadi perhatian siswa itu hendaknya dapat
digunakan untuk menimbulkan motivasi. Dengan adanya motivasi itu, pembelajaran menjadi
dipermudah. Oleh karena itu, guru hendaknya melakukan berbagai cara untuk
menimbulkan motivasi itu. Sedikitnya ada 4 (empat) cara untuk menimbulkan
motivasi, yaitu:
a.
Dengan
kehangatan dan keantusiasan.
Guru hendaknya bersikap ramah,
antusias, bersahabat, dan hangat. Sebab sikap yang demikian itu dapat
menimbulkan faktor-faktor dari dalam yang mendorong tingkah laku dan timbulnya motivasi
untuk belajar.
b.
Dengan
menimbulkan rasa ingin tahu
Guru dapat membangkitkan motivasi
siswa dengan cara menimbulkan rasa ingin tahu dan keheranan pada siswa.
Misalnya dengan bercerita, yang menimbulkan rasa penasaran dan pertanyaan, atau
mendemonstrasikan suatu peristiwa.
c.
Mengemukakan
ide yang bertentangan
Untuk menimbulkan motivasi siswa,
guru dapat melontarkan ide-ide yang bertentangan dengan mengajukan masalah atau
kondisi-kondisi dari kenyataan sehari-hari. Misalnya, guru mengajukan masalah
sebagai berikut: “Balok merupakan bangun dimensi tiga yang mempunyai panjang,
lebar dan tinggi, jadi balok termasuk bangun ruang. Kerucut tidak mempunyai
panjang dan lebar tetapi masih termasuk bangun ruang. Mengapa?”
d.
Dengan
memperhatikan minat siswa
Guru dapat menimbulkan motivasi
siswa dengan cara menyesuaikan topik-topik pelajaran yang diminati siswa.
3.
Memberi acuan (structuring)
Memberi acuan diartikan sebagai usaha mengemukakan secara spesifik
dan singkat serangkaian alternatif yang memungkinkan siswa memperoleh gambaran
yang jelas mengenai hal-hal yang akan dipelajari dan cara yang hendak ditempuh
dalam mempelajari materi pelajaran. Untuk itu usaha dan cara yang dapat
dilakukan oleh guru adalah:
a.
Mengemukakan
tujuan dan batas-batas tugas.
Guru hendaknya terlebih dahulu
mengemukakan tujuan pelajaran dan batas-batas tugas yang harus dikerjakan oleh
siswa, agar mereka memperoleh gambaran yang jelas tentang ruang lingkup materi
pelajaran yang akan dipelajari serta tugas-tugas yang harus dikerjakan.
Misalnya, guru pertama-tama berkata, hari ini kita akan belajar tentang
pengumpulan data. Perhatikan alat peraga yang ibu bawa (timbangan dan meteran).
Kumpulkanlah data berat dan tinggi badan teman-temanmu menggunakan alat peraga
tesebut.
b.
Menyarankan
langkah-langkah yang akan dilakukan
Siswa akan terarah usahanya dalam mempelajari materi pelajaran jika guru
dapat memberi saran-saran tentang langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan.
Misalnya, tugas kalian sekarang adalah membuktikan rumus volume
kerucut dengan pendekatan volume tabung.
Langkah yang harus kalian kerjakan adalah pertama memasukkan beras atau pasir
ke dalam kerucut, lalu tuangkan beras tersebut ke dalam tabung, lakukan hal
tersebut sampai tabung penuh. Kemudian buatlah kesimpulan dari kegiatan yang
kalian lakukan.
c.
Mengingatkan
masalah pokok yang akan dibahas
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan
guru untuk mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas. Misalnya dengan
mengingatkan siswa untuk menemukan hal-hal positif dan negatif dari
sifat-sifat tentang sesuatu konsep, manusia, benda, gambar-gambar, dan
sebagainya.
d.
Mengajukan
pertanyaan-pertanyaan
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
guru sebelum mulai menjelaskan materi pelajaran akan mengarahkan siswa dalam
mengantisipasi isi pelajaran yang akan dipelajari. Misalnya, sebelum
menjelaskan bahwa hujan berasal dari uap, guru dapat mengajukan pertanyaan untuk
membantu siswa memahami terjadinya penguapan.
4.
Membuat kaitan
Untuk membuat kaitan dalam membuka pelajaran, guru perlu menghubungkannya dengan hal-hal yang telah dikenal
siswa atau dengan pengalaman-pengalaman, minat, dan kebutuhan-kebutuhan siswa.
Hal itulah yang disebut bahan pengait. Contoh usaha-usaha guru untuk membuat
kaitan:
a.
Membuat kaitan
antar aspek-aspek yang relevan dari bidang studi yang telah dikenal siswa.
Dalam permulaan pelajaran guru meninjau kembali sampai seberapa jauh pelajaran
yang diberikan sebelumnya telah dipahami. Caranya, guru dapat mengajukan
pertanyaan-pertanyaan pada siswa, tetapi dapat pula merangkum isi materi
pelajaran terdahulu secara singkat. Misalnya, sebelum mengajarkan pembagian dua
pecahan, guru mengulang kembali bagaimana mengalikan bilangan pecahan.
b.
Guru
membandingkan atau mempertentangkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang
telah diketahui. Hal ini dilakukan jika bahan baru itu erat kaitannya dengan
bahan pelajaran yang telah dikuasai. Misalnya, guru lebih dahulu mengajukan
pertanyaan-pertanyaan untuk mengetahui pemahaman siswa tentang pengurangan dan
perkalian bilangan cacah sebelum mengajarkan pembagian bilangan cacah.
c.
Guru
menjelaskan konsep atau pengertiannya lebih dahulu sebelum menyajikan bahan
secara terperinci. Hal ini dilakukan karena bahan pelajaran yang akan
dijelaskan sama sekali baru. Misalnya, untuk menjelaskan perkalian dua, guru
terlebih dahulu menjelaskan jumlah kaki unggas, seperti ayam, itik, burung,
sepeda, sepeda motor, dan sebagainya.[5]
D. Pengertian Keterampilan Menutup Pelajaran
Beberapa definisi menutup pelajaran menurut
para ahli yaitu sebagai berikut:
1. Menurut Mulyasa, menutup pelajaran adalah
suatu kegiatan yang dilakukan guru untuk mengetahui pencapaian tujuan dan pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah dipelajari, serta
mengakhiri kegiatan pembelajaran.[6]
2. Zainal Asril mengemukakan bahwa menutup
pelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan guru dalam mengakhiri kegiatan
pembelajaran dengan mengemukakan kembali pokok-pokok pelajaran.[7]
3. Moch Uzer Usman mengemukakan, menutup pelajaran (clouser) adalah kegiatan
yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan belajar
mengajar.[8]
Berdasarkan beberapa
definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan menutup pelajaran (closure) adalah kegiatan guru untuk mengakhiri pelajaran dengan
mengemukakan kembali pokok-pokok pelajaran. Menutup pelajaran merupakan usaha
guru untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari
dengan mengetahui tingkat pencapaian siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam
proses belajar mengajar.
E. Tujuan Keterampilan Menutup Pelajaran
Tujuan yang ingin dicapai dengan menerapkan keterampilan menutup pelajaran adalah
sebagai berikut:
1.
Memantapkan pemahaman siswa terhadap kegiatan belajar
yang telah berlangsung.
2.
Mengetahui keberhasilan siswa dan guru dalam kegiatan
pembelajaran yang telah dijalani.
F. Komponen-komponen
Keterampilan Menutup Pelajaran
Menjelang akhir dari suatu pelajaran atau pada akhir setiap penggal
kegiatan, guru harus melakukan kegiatan menutup pelajaran. Hal ini harus
dilakukan agar siswa memperoleh gambaran yang utuh tentang pokok-pokok materi
pelajaran yang telah dipelajari. cara-cara yang dapat
dilakukan guru dalam menutup pelajaran ini adalah sebagai berikut:
1.
Meninjau Kembali
Menjelang akhir
suatu jam pelajaran atau pada akhir setiap penggal kegiatan, guru meninjau
kembali apakah inti pelajaran yang diajarkan telah dikuasai siswa. Ada dua cara meninjau
kembali penguasaan inti pelajaran itu, yaitu merangkum inti pelajaran dan membuat
ringkasan.
a.
Merangkum inti pelajaran.
Pada dasarnya kegiatan merangkum inti pelajaran ini
terdapat sepanjang proses pembelajaran. Misalnya, pada saat guru selesai
menjelaskan ciri-ciri bangun ruang kubus, atau jika guru membuat kesimpulan secara lisan hasil
diskusi yang ditugaskan pada siswa, setelah selesai sejumlah pertanyaan dijawab
oleh siswa, pada saat menjelang pergantian topik bahasan, dan tentu saja pada
saat pembelajaran akan diakhiri. Selain guru, siswa dapat juga diminta untuk
membuat rangkuman secara lisan. Tetapi jika rangkuman yang dibuat oleh siswa
itu salah atau kurang sempurna, guru harus membetulkan atau menyempurnakan
rangkuman itu.
b.
Membuat ringkasan
Cara lain yang dapat ditempuh untuk memantapkan
pokok-pokok materi yang diajarkan adalah membuat ringkasan. Selain manfaat
tersebut, dengan ringkasan itu siswa yang tidak memiliki buku sumber atau siswa
yang lambat belajar dapat mempelajarinya kembali. Pembuatan ringkasan itu dapat
dilakukan oleh guru, dapat pula dilakukan oleh siswa secara perorangan atau
kelompok, dan dapat pula dilakukan oleh guru dan siswa bersama-sama.
2. Mengevaluasi
Salah satu upaya untuk mengetahui apakah siswa
sudah memperoleh wawasan yang utuh tentang suatu konsep yang diajarkan selama
satu jam pelajaran atau sepenggal kegiatan tertentu adalah dengan penilaian.
Untuk maksud tersebut guru dapat meminta siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan
secara lisan atau mengerjakan tugas-tugas.
Bentuk-bentuk evaluasi itu secara terperinci adalah sebagai berikut:
a.
Mendemonstrasikan
keterampilan
Pada akhir satu penggal kegiatan siswa dapat
diminta untuk mendemonstrasikan keterampilannya. Misalnya, setelah guru selesai
menerangkan konsep matematika, guru meminta siswa untuk mengerjakan soal di
papan tulis.
b.
Mengaplikasikan ide baru pada situasi lain
Misalnya, setelah guru menerangkan penjumlahan dua
pecahan lalu siswa disuruh menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan
penjumlahan pecahan.
c.
Mengekspresikan
pendapat siswa sendiri
Guru dapat meminta siswa untuk memberi komentar
tentang keefektifan sesuatu demonstrasi yang dilakukan guru atau siswa-siswa
lain. Misalnya, setelah permainan peran (role-playing) tentang
aritmatika sosial dalam bahasan pengenalan mata uang selesai, lalu siswa
diminta untuk mengemukakan pendapat dan perasaan mereka tentang peran yang
dimainkan.
d.
Soal-soal tertulis
Guru dapat memberikan soal-soal tertulis untuk
dikerjakan siswa. Soal-soal tertulis itu dapat berbentuk uraian, tes objektif,
atau melengkapi lembaran kerja.[10]
3. Tindak lanjut
Tindak lanjut merupakan kegiatan yang harus
dilakukan peserta didik setelah pembelajaran dilakukan. Kegiatan tindak lanjut
perlu diberikan oleh guru agar terjadi pemantapan pada diri peserta didik
terhadap pencapaian tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
4.
Memberi dorongan psikologi atau sosial
Unsur manusiawi dalam interaksi guru-siswa adalah
saling menghargai dengan memberikan dorongan psikologis atau sosial yang dapat menunjang
tercapainya tujuan pengajaran. Hal ini dapat dilakukan guru dalam setiap akhir pelajaran dengan
kata-kata pujian. Memberikan dorongan psikologis atau sosial dapat dilakukan
dengan cara antara lain:
a.
Memuji hasil yang dicapai oleh peserta didik
dengan memberikan pujian maupun hadiah.
b.
Mendorong untuk
lebih semangat belajar mencapai kompetensi yang lebih tinggi dengan menunjukkan
pentingnya materi yang dipelajari.
c.
Memberikan
harapan-harapan positif terhadap kegiatan belajar yang baru saja dilaksanakan.
d.
Meyakinkan akan
potensi dan kemampuan peserta didik terhadap keberhasilan pencapaian kompetensi
belajar dalam menumbuhkan rasa percaya diri.[11]
G.
Prinsip Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
Menurut Hasibuan, dkk prinsip-prinsip
yang harus diperhatikan oleh guru dalam membuka dan menutup pelajaran adalah sebagai
berikut:
1.
Kebermaknaan
Kegiatan yang dilakukan dalam membuka dan menutup pelajaran haruslah
bermakna, artinya relevan dengan materi yang akan dibahas dan
sesuai dengan karakteristik siswa sehingga mampu mencapai tujuan yang
diinginkan.
2.
Berkesinambungan
Membuka dan menutup pelajaran
merupakan bagian yang utuh dari kegiatan pembelajaran, bukan merupakan kegiatan yang lepas dan
berdiri sendiri. Aktivitas yang ditempuh guru dalam mengenalkan dan merangkum
kembali pokok-pokok penting pelajaran hendaknya merupakan bagian yang utuh
(merupakan suatu kebulatan). Kaitan antara bagian satu dengan yang lain atau
dengan pengalaman siswa harus jelas.[12]
H. Pelaksanaan Keterampilan
Membuka dan Menutup Pelajaran
Kegiatan membuka dan menutup pelajaran
dilaksanakan pada setiap awal dan akhir pelajaran. Artinya sebelum guru menjelaskan sebuah materi
terlebih dahulu guru harus dapat mengkondisikan mental dan menarik perhatian
siswa pada materi yang akan dipelajari. Contohnya dengan menimbulkan motivasi
dan memberi acuan atau struktur pelajaran dengan menunjukkan tujuan atau
kompetensi dasar secara indikator hasil belajar, pokok persoalan yang akan
dibahas, rencana kerja, dan pembagian waktu belajar kepada siswa. Demikian
pula sebelum mengakhiri pelajaran, terlebih dahulu guru harus menutup
pelajaran, misalnya dengan memberikan rangkuman atau mengadakan evalusi.
Pelaksanaan membuka dan menutup pelajaran
dilaksanakan juga pada setiap awal dan akhir penggal kegiatan inti pelajaran.
Artinya, seorang guru dalam mengawali
dan mengakhiri satu penggal inti pokok-pokok materi pelajaran juga harus
melakukan kegiatan membuka dan menutup pelajaran. Contohnya, membuka pelajaran
dengan mengaitkan antara inti pokok materi yang sudah dikuasai siswa misalnya
materi definisi dan kegunaan transformasi dalam kehidupan sehari-hari dengan
inti pokok materi yaitu pemecahan masalah dalam bentuk soal. Dan
setiap inti pokok materi yang sudah dipelajari siswa juga harus ditutup
dengan sebuah pemantapan atau evaluasi materi dengan cara mengajukkan sebuah
pertanyaan dan memberikan kesimpulan materi tersebut.[13]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Keterampilan membuka
pelajaran (set
induction) adalah kemampuan
seorang guru dalam mempersiapkan
mental dan menarik perhatian peserta didik sebelum memasuki pelajaran agar siswa terpusat dengan apa yang
akan dipelajari.
Tujuan keterampilan membuka pelajaran yaitu: timbulnya perhatian dan motivasi siswa; peserta didik
mengetahui batas-batas tugas, peserta didik
mempunyai gambaran yang jelas tentang pendekatan-pendekatan, peserta
didik mengetahui hubungan antara pengalaman yang telah dikuasai dengan yang
belum dikenalnya; dan peserta didik dapat menghubungkan
fakta-fakta, dan konsep-konsep yang tercantum dalam suatu peristiwa.
Komponen keterampilan membuka pelajaran,
yaitu: menarik perhatian siswa, menimbulkan
motivasi, memberi acuan (structuring), dan membuat kaitan.
Keterampilan menutup pelajaran (closure) adalah kegiatan
guru untuk mengakhiri pelajaran dengan mengemukakan kembali pokok-pokok
pelajaran.
Tujuan keterampilan menutup pelajaran, yaitu: memantapkan pemahaman siswa terhadap kegiatan belajar
yang telah berlangsung; mengetahui keberhasilan siswa dan guru dalam kegiatan
pembelajaran yang telah dijalani, memberikan tindak lanjut untuk mengembangkan
kemampuan yang baru dikuasai.
Komponen keterampilan menutup pelajaran,
yaitu: meninjau kembali, mengevaluasi,
tindak lanjut
dan memberi dorongan psikologi atau sosial.
Prinsip keterampilan membuka dan menutup pelajaran,
yaitu kebermaknaan dan berkesinambungan.
Kegiatan membuka dan menutup pelajaran dilaksanakan
pada setiap awal dan akhir pelajaran. Pelaksanaan
membuka dan menutup pelajaran dilaksanakan juga pada setiap awal dan akhir
penggal kegiatan inti pelajaran
DAFTAR
PUSTAKA
Asri, Zainal. 2012. Micro
Teaching: Disertai dengan Pedoman Pengalaman Lapangan. Jakarta: Rajawali
Pers.
Hasibuan. 2009. Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Karya Ku, “Keterampilan Membuka Dan Menutup
Pelajaran”, diakses dari http://nurmilamila.blogspot.com/2014/04/keterampilan-membuka-dan-menutup.html pada tanggal 11 September 2019
Marno
dan
Idris. 2010. Strategi & Metode Pengajaran. Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media.
Mulyasa. 2010. Menjadi
Guru Profesional. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali
Pers.
Sanjaya, Wina. 2008. Pembelajaran
Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta:
Kencana.
Supriadie, Didi dan Deni Darmawan. 2012. Komunikasi Pembelajaran. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Toha Thea, “Keterampilan Membuka dan Menutup
Pelajaran”, diakses dari https://sites.google.com/site/tohathea/rpp pada tanggal 11 September 2019
Usman,
Moch Uzer. 2010. Menjadi Guru
Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Winataputra, Udin. S. 2002. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Universitas Terbuka
[1]
Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi, (Jakarta: Kencana, 2008), Hlm. 171.
[2]
Didi Supriadie & Deni Darmawan, Komunikasi Pembelajaran,
(Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2012), Hlm. 154.
[3]
Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme
Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), Hlm.
80.
[5] Toha Thea, “Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran”, diakses
dari https://sites.google.com/site/tohathea/rpp pada tanggal 11 September 2019 pukul 13.47
[7] Zainal Asri, Micro Teaching: Disertai dengan Pedoman Pengalaman
Lapangan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), Hlm.
71
[10]
Toha Thea, “Keterampilan Membuka dan Menutup
Pelajaran”, diakses dari https://sites.google.com/site/tohathea/rpp pada tanggal 11 September 2019 pukul 16.58
[11]
Karya Ku, “Keterampilan Membuka Dan Menutup
Pelajaran”, diakses dari http://nurmilamila.blogspot.com/2014/04/keterampilan-membuka-dan-menutup.html pada tanggal 11 September 2019 pukul 17.32
0 comments:
Post a Comment
Monggo Komentarnya. . .