Monday, September 30, 2019

Makalah Barisan dan Deret Matematika

A.   Barisan danDeret
1.   Pengantar
Masalah barisan sebenarnya sudah sejak zaman Yunani kuno muncul sebagai salah satu masalah yang menarik perhatian. Sejak 2400 tahun yang lalu konsep barisan yang kita kenal dalam matematika mulai banyak dibicarakan orang, yaitu sejak seorang ahli filsafat Yunani yang bernama Zeno mengemukakan suatu krisis dalam matematika. Krisis matematika itu dikenal sebagai paradoks Zeno, yaitu sebagai berikut:
”Seorang pelari yang harus menempuh suatu jarak tertentu dengan cara melampaui setengah dari setiap jarak yang ditempuh, sebagai akibatnya pelari ini tidak akan sampai pada ujung dari jarak yang akan ditempuhnya”.


selain masalah barisan ada pula cerita yang berkaitan dengan konsep deret dalam matematika. Ada suatu cerita tentang seorang hamba yang meminta kepada rajanya untuk diberi beras dengan cara meletakkan 1 butir beras pada kotak pertama sebuah papan carur. Kemudian meletakkan 2 butir pada kotak kedua, 4 butir pada kotak ketiga, dan seterusnya, sehingga setiap kotak selanjutnya harus diisi dengan beras sebanyak kuadrat dari jumlah beras yang ada pada kotak sebelumnya. Ternyata beras seluruh negeri tidak cukup untuk memenuhi permintaan hambaini.
Uraian di atas, pada dasarnya merupakan salah satu ...... barisan dan deret yang kita kenal dalam matematika. Konsep barisan dan deret akan selaluterkait



dengan bilangan-bilangan dan aturan-aturan tertentu yang menghubungkan bilangan-bilangan tersebut.

1.   Barisan
Tentunya dalam kesempatan lain kita telah menjumpai sebarisan bilangan, dan biasanya kita diminta untuk dapat menentukan suku-suku berikutnya. Persoalan semacam ini kita jumpai ketika kita mengikuti tes psikologi, test intelegency quetion (IQ), tes kemampuan umum (TKU), tes potensi akademik (TPA), atau tes-tes psikologi untuk bidang-bidang keahlian tertentu, yaitu pada bagian tes seri (Tes Barisan dan Deret).
Sebagai contoh dalam TKU, yaitu tes untuk para siswa SMA yang ingin meneruskan ke perguruan tinggi diminta untuk menentukan dua suku berikutnya yang mungkin dari setiap barisan di bawah ini, dan memberikan suatu aturan yang dapat dipakai untuk menyusun barisan itu.
(a) 1, 3, 5, 7, ...
(b) 500, 400, 320, 256, ...
(c) 1, 2, 6, 24, 120, ...
(d) 2, 5, 10, 17, ...


(e) 1,1,       1,
2      3


1 , ...
4


Barisan-barisan semacam itu serimgkali muncul dalam kehidupan sehari- hari. Anda mungkin pernah menjumpai sebagian dari barisan seperti (a). Misalnya ketika mencari rumah yang bernomor 11 mungkin Anda menerka bahwa rumah yang dicari itu ada pada sisi lain dari jalan tersebut. Barisan yang (b) memberikan gambaranhanya suatu speda motor dalam puluhan ribu rupiah yang disusutkan 20% per tahun.
Barisan semacam ini sering pula muncul dalam permasalahan matematika. Pada hakekatnya unsur-unsur (u) atau suku-suku (s) barisan adalah nilai-nilai dari suatu fungsi u (fungsi s) yang daerah asalnya (domain f-nya) adalah himpunan bilangan asli A = { 1, 2, 3, ...}. Dalam hal ini kita mempunyai pemetaan (fungsi)  dari himpunan A = { 1, 2, 3, ...} ke himpunan unsur-unsur pada barisan.Aturan



yang menghubungkan daerah asal (domain f) ke daerah hasil (range f) merupakan suatu rumus untuk barisan tersebut.
Untuk fungsi u yang berkaitan dengan barisan (a) yaitu rumus yang  mungkin adalah u(n) = 2n – 1. Rumus atau aturan fungsi ini menghasilkan suku ke-n dari barisan tersebut. Rumus tersebut biasanya adalah un= 2n – 1 dengan nA =
{1, 2, 3, ...}.
Barisan bilangan (a) 1, 3, 5, 7, ... mempunyai suku (urutan) pertama u1= 1, suku kedua u2= 3, suku ketiga u3= 5, dan seterusnya sampai pada suku ke-n un= 2n
– 1. Dari contoh ini terlihat adanya korespondensi satu-satu antara bilangan asli n ke suku ke-n atau undari barisan tersebut.


1                 ,               2                  ,               3             , . . . n


u1= (2 x 1) – 1
u2= (2 x 2) – 1
u3= (2 x 3) – 1
un= 2n - 1
= 1
= 3
= 5



Dari penjelasan di atas, jelaslah bahwa barisan dapat disebut pula sebagai fungsi dari bilangan asli. Dalam hal ini ada bererapa cara untuk menyatakan suatu barisan, yaitu:
(1) {u1, u2, u3, ..., un} atau


{s1, s2, s3, ..., sn} dengan n bilangan asli. (2) {un} dengan n A = {1, 2, 3, ...}.
(3) f : n undengan n A = {1, 2, 3, ...}.

Contoh 34
Carilah rumus untuk suku ke-n dari barisan yang empat suku pertamanya adalah (a) 1, 4, 7, 10, ...
(b) 3, 9, 27, 81, ...
(c) -2, 2, -2, 2, ...


Penyelesaian:
(a)            Selisih dua suku yang berurutan ialah 3, maka un= 3n-3.



(b)            Perpangkatan dari 3, sehingga un= 3n.
(-1)1= -1, (-1)2= 1, dan seterusnya, sehingga un= 2 x(-1)n.


A.   Barisan Aritmetika dan DeretAritmetika
1.   BarisanAritmetika
Sekarang marilah kita perhatikan kembali beberapa contoh barisan bilangan berikutini.

Contoh35
(a) 1, 3, 5, 7, …
(b) 2, 6, 10, 14, …
(c) 100, 90, 80, 70, …
Jika kita perhatikan contoh (a), suku yang pertamanya u1= 1, suku yang kedua u2diperoleh dengan menambahkan 2 kepada u1, suku yang ketiga u3diperoleh dengan menambahkan 2 kepada u2, demikian seterusnya. Jadiselisih dari tiap suku yang berurutan dari barisan ini adalah tetap, yaitu sebesar 2. Barisan seperti ini dinamakan barisan aritmetika dan selisih yang tetap dari barisan itu disebut beda barisan.
Contoh-contoh (a), (b), dan (c) dari contoh 35 di atas adalah contoh-contoh dari barisan aritmatika.
u1, u2, u3, ..., un
ialah barisan aritmetika , jika berlaku
u2–u1,=u3,...,u2=...= un–un–1=konstanta.
Konstanta ini disebut beda, dan besarnya dinyatakan dengan b. (a) 1, 3, 5, 7, …                              bedanya ialah 3 – 1 = 5 – 3 = … =2
(b) 2, 6, 10,14, …     bedanya ialah 6 – 2 = 10 – 6 = 14 – 10 =4
(c) 100, 90, 80, 70, … bedanya ialah 90 – 100 = 80 – 90 = … = - 10
Jadi, dari sajian diskusi di atas jelaslah, bahwa suatu barisan dinamakan barisan aritmetika jika dan hanya jika selisih dua suku yang berurutan selalu tetap (definisi).



Sekarang kita akan mencari rumus umum suku ke-n dari barisan aritmetika, yaitu sbb:
Jika suku pertama barisan aritmetika u1dinamakan a, maka didapat u1= a


u2- u1= b u3– u2= b u4– u3= b


= u1+ b = a + b


= u2+ b = (a + b) + b = a + 2b

= u3+ b = (a + 2b) + b = a + 3b


dan seterusnya, sehingga didapat barisan aritmetika dalam bentuk: a , a + b , a + 2b , a + 3b , …, a (n – 1)b
Dari sini kita dapatkan bentuk umum rumus suku ke-n barisan aritmetika, yaitu: un= a + (n – 1)b

Contoh 36
Carilah suku ke-100 dari barisan aritmetika 2, 5, 8, 11, …


Penyelesaian:
Di sini: a = 2
b = u2– u1= 5 – 2 = 3 n = 100
un= a + (n – 1)b

= 2 + (100 – 1)3 = 2 + (99 x 3) = 299


Contoh 37
Diketahui barisan aritmetika 1, 3, 5, 7, …. un= 225. Tentukan banyaknya suku (n).
Penyelesaian:
a = 1, b = 2, un= 225
un= a (n – 1)b

225 = 1 + (n – 1)2 = 1 + 2n - 2

226 = 2n

= 113



Jadi banyaknya suku ada 113.


Contoh 38
Si Dadap berhasil lulus ujian saringan masuk PT (Perguruan Tinggi). Sebagai mahasiswa, mulai 1 Januari 2008 ia menerima uang saku sebesar Rp. 500.000,00 untuk satu triwulan. Uang saku ini diberikan setiap permulaan triwulan. Untuk setiap triwulan berikutnya uang saku yang diterimanya dinaikkan sebesarRp.
25.000. Berapa besar uang saku yang akan diterima si Dadap pada awal tahun2011?


Penyelesaian:
Triwulan ke-1: u1= a = Rp. 500.000,00 Triwulan ke-2: u2= a + b = Rp. 525.000,00, dst Jadi b = 25.000.
Pada awal tahun 2011 telah dipakai kuliah selama 3 tahun atau 12 triwulan, berarti: u12= a + (12 – 1)b
= 500.000 + (11 x 25.000)
= 775.000
Jadi besarnya uang yang akan diterima si Dadap pada awal tahun 2011 adalah Rp. 775.000,00.

DAFTAR ISI

Abdul Kodir, dkk. (1979). Matematika untuk SMA. Jakarta: Depdikbud.

Andi Hakim Nasution, dkk. (1994). Matematika 2 untuk Sekolah Menengah Umum.
Jakarta: Balai Pustaka.

Bunarso Tanuatmodjo, dkk. (1977). Matematika Jilid 1. Bandung: BPG Tertulis.
Depdikbud.


Depdiknas. (2002). Contextual Teaching and Learning (CTL). Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Menengah.

Irving M. Copi. (1973). Symbolik Logic. Fourth edition. New York: Macmilan Publishing Co. Inc.

Karso. (2003). Pengantar Dasar Matematika, cetakan keempat. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka Depdiknas

Lilik Hendrajaya dan Ismail (1975). Matematika untuk SLA & Sederajat. Bandung: Ganeca Science Book Leries.

Oesman Arif. (1978). Logika Simbol (Logika Modern). Jakarta, Surabaya: PT. Bina Ilmu.

Ruseffendi, E.T. (1979). Dasar-dasar Matematika Modern untuk Guru, Edisi ketiga.
Bandung : Tarsito

Robert Sharvy. (1970). Logic on Outline. Totowa, New Jersey : Little field, Adam & Co.

Stephen, W. J. dan Gallagher, S.A.(2003).Problem Based Learning. [online].
Tersedia http://www. Score rims h. 12 Ca.vs/ problem html.


Wahyudin. (1984). Pengantar Sistem Matematika. Bandung : Epsilon Grup. Tim (1979). Matematika Untuk SMA. Jakarta : Depdikbud.

0 comments:

Post a Comment

Monggo Komentarnya. . .