Wednesday, October 2, 2019

Pendidikan dan Stratifikasi Sosial


BAB 1
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Stratifikasi sosial merupakan pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (hierarkis) dimana anggota masyarakat berada di dalamnya.  Ahli sosial berpendapat bahwa dalam semua masyarkat memiliki ketidaksamaan di berbagai bidang. Misalnya, di bidang ekonomi, sebagian anggta masyarakat memiliki kekayaan yang berlimpah dan kesejahteraan hidup yang terjamin, seedangkan sebagian lainnya dalam keadaan miskin dan tidak sejahtera.
Peristiwa yang sedemikian itu akan memengaruhi pendidikan seorang anak dari masing-masing kelas sosial. Dalam makalah ini, penulis akan menguraikan masalah mengenai stratifikasi sosial hingga terjadinya moblitas sosial.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa arti pendidikan menurut para ahli?
2.      Apa itu stratifikasi social?
3.      Ada apa sajakah didalam hakikat stratifikasi social?
4.      Bagaimanakah stratifikasi social itu muncul?
5.      Bagaimana hubungan pendidikan dengan stratifikasi social?

C.     Tujuan Masalah
1.      Untuk mengetahui arti pendidikan
2.      Untuk mengetahui arti dari hakikat stratifikasi social
3.      Untuk mengetahui macam-macam dari dtratifikasi social
4.      Untuk mengetahui factor dan tipe stratifikasi social
5.      Untuk mengetahui hubungan pendidikan dalam stratifikasi social dan hubungan lapisan social dan jenis pendidikan







BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian Pendidikan
              Dalam ensiklopedi umum dijelaskan Pendidikan adalah proses mengubah sikap dan tata kelakuan seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pembiasaan, pembelajaran, pelatihan dan peneladanan, serta proses penanaman ilmu pengetahuan, akhlak, dan nilai sosial budaya, ini dimaksudkan agar seseorang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan kreatif, cakap, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.[1]
              Sedangkan dalam kamus ilmiah dijelaskan bahwa pendidikan adalah segala usaha untuk membina kepribadian, mengembangkan pengetahuan, dan kemampuan jasmaniah dan rohaniah agar mampu melaksanakan tugas.
              Makna pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai sebuah usaha sadar yang terencana yang dilakukan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan juga keterampilan yang diperlukan untuk dirinya sendiri beserta masyarakat.[2]          
              Untuk mengetahui Definisi dan Pengertian Pendidikan secara ilmiah, maka baiknya kita menyimak beberapa pendapat para ahli tentang pengertian dari Pendidikan ini.
1)      Menurut John Dewey;
Pendidikan adalah suatu proses pembaharuan makna pengalaman, hal inimungkin akan terjadi di dalam pergaulan biasa atau pergaulan orang dewasa dengan orang muda,mungkin pula terjadi secara sengaja dan dilembagakan untuk untuk menghasilkan kesinambungan sosial. Proses ini melibatkan pengawasan dan perkembangan dari orang yang belum dewasa dan kelompok dimana dia hidup.
2)      Menurut H. Horne;
Pendidikan adalah proses yang terus menerus (abadi) dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan sadar kepada Tuhan, seperti termanifestasi dalam alam sekitar intelektual, emosional dan kemanusiaan dari manusia.
3)      Menurut Frederick J. Mc Donald;
bPendidkan adalah suatu proses atau kegiatan yang diarahkan untuk merubah tabiat (behavior) manusia. Yang dimaksud dengan behavior adalah setiap tanggapan atau perbuatan seseorang, sesuatu yang dilakukan oleh sesorang.

B.       Hakikat Stratifikasi Sosial
            Istilah stratifikasi ( stratification ) berasal dari kata strata dan stratum yang artinya lapisan. Sedangkan dalam kamus sosiologi dijelaskan stratifikasi sosial adalah pelapisan sosial atau sistem hierarki kelompok didalam masyarakat.
Secara terimonologi stratifikasi sosial adalah strata atau pelapisan orang-orang yang berkedudukan sama dalam rangkaian kesatuan status sosial. Para anggota strata sosial tertentu sering kali memilki jumlah penghasilan yang relatif sama. Namun lebih penting dari itu, mereka memiliki sikap, nilai-nilai, dan gaya hidup yang sama. Semakin rendah kedudukan seseorang di dalam pelapisan sosial, biasanya semakin sedikit pula perkumpulan dan hubungan sosialnya, Orang-orang yang berasal dari lapisan sosial rendah misalnya, biasanya lebih sedikit berpartisipasi dalam jenis organisasi apa pun. Ada kecenderungan yang kuat, kelompok yang berasal dari lapisan rendah atau masyarakat miskin biasansya lebih menarik diri dari tata karma umum, mereka mengambangkan subkultur tersebut yang seringkali berlawanan dengan subkultur  kelas sosial di atasnya.
Sebab asasi mengapa ada pelapisan sosial dalam masyarakat bukan saja karena ada perbedaan, tetapi karena kemampuan manusia menilai perbedaan itu dengan menerapkan berbagai kriteria. Artinya, menganggap ada sesuatu yang dihargai, maka sesuatu itu (dihargai) menjadi bibit yang menumbuhkan adanya system berlapis-lapis dalam masyarakat. Sesuatu yang dihargai dapat berupa uang atau benda-benda bernilai ekonomis, kekuasaan, ilmu pengetahuan, kesolehan dalam agama, atau keturunan keluarga yang terhormat. Tingkat kemampuan memiliki sesuatu yang dihargai tersebut, akan melahirkan lapisan sosial yang mempunyai kedudukan aatas dan rendah.
Didalam masyarakat terdapat suatu ruang yang disebut lapisan sosial. Dalam ruang itu tinggal orang-orang yang mempunyai kedudukan setingkat. Jadi lapisan sosial (social stratum) adalah keseluruhan orang yang berkedudukan sosial setingkat. Jikalau anggota-anggota lapisan sosial itu merasa bersatu dan menyadari kedudukannya yang setingkat maka timbullah sebuah kelas sosial (social class).



C.      Macam-macam stratifikasi Sosial
1.      Stratifikasi Sosial pada masyarakat pertanian
Masyarakat pertanian secara sosiologis dapat dikelompokkan kedalam tipe masyarakat gemeninschaftGemeninschaft adalah suatu kelompok atau masyarakat yang diantara para warganya diwarnai dengan hubungan-hubungan sosial yang penuh rasa kekeluargaan, bersifat batiniah, dan kekal serta jauh dari pamrih-pamrih ekonomi. Pada masyarakat pertanian, sebagian besar warganya bermatapencaharian sebagai seorang petani, baik bercocok tanam disawah, ladang maupun tegalan. Masyarakat pertanian juga bisa disebut sebagai masyarakat pedesaan, karena umumnya secara geografis para petani itu tinggal dipedesaan. Ciri-ciri masyarakat pertanian antara lain tidak terdapat pembagian kerja yang kompleks dan interaksi sosial antar warga berlangsung secara langsung. Akibat dari homogenitas dalam pembagian kerja. Maka hal itu dapat berpengaruh pada aspek pelapisan sosialnya
2.      Stratifikasi Sosial pada masyarakat feodal
Feodalisme adalah sistem sosial politik yang memberikan kekuasaan yang besar kepada golongan bangsawan dan mengagung-agungkan jabatan, pangkat, bahkan prestasi kerja. Kaum bangsawan pada sistem feodal memang mempunyai kekuasaan yang besar dan menguasai sumber-sumber kehidupan yang utama (tanah), serta mereka mempunyai pengikut yang banyak. Kaum bangsawan pun terbagi-bagi menjadi beberapa golongan yaitu :
3.      Stratifikasi sosial pada masyarakat industri
Pada masyarakat industri sistem pelapisan sosialnya bersifat terbuka, artinya setiap anggota masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk mobilitas vertikal maupun sebaliknya malah jatuh kebawah. Mobilitas pada masyarakat industri ditentukan oleh kemampuan dan keberuntungan setiap individu. Pada masyarakat industri perana kaum bermodal (kapotalis) sangat besar. Bahkan kehidupan negara dewasa ini banyak dikuasai oleh kaum bermodal yang pada akhirnya melahirkan paham kapitalisme
D.      Faktor-faktor munculnya Stratifikasi Sosial
            Munculnya lapisan sosial dalam masyarakat merupakan gejala umum dalam kehidupan masyarakat. Beberapa hal yang menyebabkan munculnya stratifikasi sosial antara lain sebagai berikut:
1)      Munculnya lapisan sosial dalam masyarakat didasarkan pada adanya pertentangan dan pembedaan. Yang kaya dibedakan dengan yang miskin, yang pintar dibedakan dengan yang bodoh, pejabat dibedakan dengan rakyat jelata, selain membedakan, masyarakat cenderung mempertentangkannya.
2)      Tidak adanya keseimbangan dalam pembagian atau distribusi hak dan kewajiban, hak-hak istimewa (penghasilan, kekayaan, ilmu) dimiliki oleh hanya segelintir orang atau kelompok tertentu. Adanya polarisasi hak-hak istimewa tersebut memunculkan penghargaan kelompok masyarakat yang lebih pada individu atau kelompok yang memiliki berbagai hak istimewa tersebut. Dengan demikian, kelompok tersebut berada pada lapisan yang lebih tinggi daripada masyarakat lain, dan memiliki prestise yang lebih sehingga mereka cenderung untuk bergaul dengan sesamanya.
3.      Kelompok-kelompok yang memiliki hak istimewa tersebut biasanya menggunakan lambang-lambang yang menjadi simbol kedudukan, lambang tersebut baik berupa pakaian, tingkah laku, rumah, keanggotaan pada suatu organisasiPelapisan sosial dalam masyarakat dapat terjadi karena dua proses, yaitu:

E.       Tipe-tipe Stratifikasi Sosial
1.      Strtifikasi sosial tertutup
Pada stratifikasi sistem tertutup, individu setiap lapisan tidak dapat atau tidak memungkinkan untuk pindah dari satu lapisan kelapisan lain, baik gerak keatas maupun gerak kebawah. Satu-satunya jalan untuk memasuki suatu lapisan pada sistem ini hanyalah melalui kelahiran. Salah satu contoh sistem stratifikasi sosial tertutup adalah sistem kasta pada masyarakat Hindu.
2.      Stratifikasi sosial terbuka
Pada sistem stratifikasi sosial terbuka, setiap anggota masyarakat mempunyai kesempatan untuk berusaha dengan kemampuan sendiri untuk melakukan mobilitas sosial baik gerak keatas yaitu pindah kelapisan yang lebih tinggi atau bisa saja individu atau kelompok tersebut malah pindah kelapisan yang lebih rendah. Stratifikasi ini bersifat dinamis karena mobilitasnya sangat besar. Setiap anggota strata dapat bebas melakukan mobilitas sosial, baik vertikal maupun horizontal.
3.      Stratifikasi sosial campuran
Stratifikasi sosial campuran adalah gabungan dari stratifikasi sistem terbuka dan tertutup, dimana masyarakat tersebut tidak dapat untuk pindah kelapisan lebih atas, namun disisi lain dapat melakukan mobilitas vertical dengan status yang sama. contohnya :  seorang Bali berkasta brahmana mempunyai kedudukan terhormat di Bali, Namun apabila ia pindah ke daerah lain menjadi buruh, ia memperoleh kedudukan rendah. Maka ia harus menyesuaikan diri dengan aturan kelompok masyarakat didaerah tersebut.
F.       Hubungan Pendidikan Dengan Stratifikasi Sosial
              Sosiologi pendidikan pada pokoknya merupakan study ilmiah dari interaksi sosial yang menyinggung lembaga pendidikan atau lembaga persekolahan. Pendidikan merupakan satu aset yang dihargai dalam masyarakat modern dan dinilai tinggi[22]Dalam islam pendidikan juga sangat dihargai seperti yang disebutkan dalam firman Alloh SWT yang berbunyi :
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.               (QS. Al-Mujadilah: 11)[3]

              Para keluarga dan golongan-golongan sosial lainnya yang disusun secara hierarkis memiliki akses yang berbeda-beda dalam memasuki proses pendidikan. Pada bagian sebelumnya telah dikemukakan bahwa pendidikan memiliki alokasi dan distribusi sumber sosial melalui distribusi lapangan kerja. Orang mengisi suatu lapangan pekerjaan atas dasar kemampuan atau keahlian yang dimilikinya. Kemampuan atau keahlian itu diperoleh melalui pendidikan dan latihan atau pengalaman dalam lingkungan keluarga, sekolah atau masyarakat. Sementara itu, lapangan kerja yang berbeda memberikan penghasilan serta status yang berbeda pula, yang dapat diukur dengan nilai materi atau nilai sosio kultural. Ada pekerjaan yang menghasilkan banyak uang tetapi kalah dalam penghargaan sosiokultural oleh pekerjaan yang sedikit menghasilkan uang. Jabatan guru atau dosen misalnya, dalam masyarakat kita dihargai lebih tinggi dari sopir truk atau bis yang mungkin dari segi keuangan menghasilkan lebih banyak. Karena itu, pendapatan hanyalah salah satu saja diantara variabel yang diperhitungkan dalam analisis pelapisan sosial. Variabel lainnya meliputi keturunan, kualitas pribadi ( kepahlawanan, kreativitas, dan lain-lain ), lapangan kerja dan pendidikan.
              Mengenai hubungan antara status sosial dengan pendidikan ini telah banyak penelitian yang dilakukan terutama di Amerika serikat. Pertama-tama ditemukan bahwa perbedaan kedudukan dalam pelapisan sosial berkaitan dengan perbedaan persepsi dan sikap-sikap serta cita-cita dan rencana pendidikan. Perbedaan tersebut dikalangan orang tua maupun kalangan remaja. Citra diri ( self concept ) juga berbeda-beda sesuai status dalam stratifikasi sosial. Hal-hal tersebut besar pengaruhnya terhadap keberhasilan belajar disekolah. Tentu keberhasilan ini akan didukung oleh kemampuan dan didorong oleh orang tua untuk menyediakan fasilitas-fasilitas pendidikan yang diperlukan. Mengenai yang terakhir ini kurang terdapat pada keluarga lapisan rendah.
              Perbedaan kualitas fasilitas pendidikan juga tampak jelas antara yang terdapat dilingkungan perkotaan dan pedesaan. Berdasarkan kenyataan ini, dapat dipastikan bahwa kualitas persekolahan formal membantu menguatkan arus urbanisasi, karena orang tua yang mampu akan berusaha memperoleh fasilitas pendidikan yang baik dikota untuk anaknya, meskipun harus dibayar mahal dari segi ekonomi. Apakah yang demikian tidak berarti pemuda-pemuda desa yang berstatus sosial akan tetap ketinggalan dalam mobilitas sosial vertikalnya?.
           Stratifikasi sosial itu merupakan gejala sosial yang tidak dapat dihindari, artinya terdapat pada setiap masyarakat. Selanjutnya, pandangan mengenai pendidikan, keperluan akan pendidikan dan dorongan serta cita-cita dan hal-hal lain yang berkenaan dengan pendidikan, diwarnai oleh stratifikasi sosial. Di lain pihak, sistem pendidikan berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat melalui fungsi seleksi, alokasi dan distribsi yang semuanya berakibat pada terbentuknya atau terpeliharanya stratifikasi sosial. Jadi, secara langsung atau tidak langsung sistem pendidikan bersama dengan faktor-faktor lain diluar pendidikan melestarikan adanya sistem stratifikasi sosial. Apabila dalam segi kehidupan lain seperti ekonomi dan politik ada isyu tentang pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan (equality and inequality of education). Isyu ini bukan hanya merupakan perdebatan dikalangan ahli dan peminat sosiologi pendidikan, melainkan juga dikalangan politisi yang memperjuangkan pemerataan distribusi berbagai fasilitas sosial dimasyarakat. Pemerataan memperoleh pendidikan meliputi beberapa pengertian. Pertama, setiap anak mendapat kesempatan belajar yang sama disekolah. Kedua, setaiap anak memperoleh kesempatan belajar disekolah sesuai dengan bakat dan minatnya. Ketiga, setiap anak memperoleh kesempatan mengembangkan pribadinya semaksimal mungkin. Isyu ini sampai sekarang masih diperdebatkan di antara ahli dan politisi.
              Meskipun stratifikasi sosial tak dapat dihindari, pada masyarakat yang menganut sistem stratifikasi sosial terbuka, orang mempunyai kesempatan luas untuk berusaha naik ke tangga sosial yang lebih tinggi. Namun, sebagai konsekuensinya terbuka pula kesempatan untuk turun atau jatuh dalam tangga sosial. Peristiwa naik turun tangga pelapisan sosial ini (mobilitas sosial) tidak terdapat dalam masyarakat yang menganut sistem pelapisan sosial tertutup.

G.      Hubungan Lapisan Sosial Dan Jenis Pendidikan
              Pendidikan menengah pada dasarnya diadakan sebagai persiapan untuk perguruan tinggi. Karena biaya pendidikan tinggi pada umumnya mahal, tidak semua orang tua mampu membiayai studi anaknya. Pada umumnya  anak-anak yang orang tuanya mampu, akan memilih sekolah menengah umum sebagai persiapan untuk studi di universitas.
              Orang tua yang mengetahui batas kemampuan keuangannya, akan cenderung memilih sekolah kejuruan bagi anaknya. Sebaliknya, anak-anak orang kaya tidak tertarik dengan sekolah kejuruan. Dapat diduga bahwa sekolah kejuruan akan lebih banyak mempunyai murid dari golongan rendah daripada berasal dari golongan atas. Karena itu dapat timbul pendapat bahwa SMU mempunyai status yang lebih tinggi dari pada SMK. Murid-murid sendiri lebih cenderung memilih SMU, walaupun SMK memberi jaminan yang lebih baik untuk langsung bekerja dari pada yang lulus SMU.
              Korelasi antara pendidikan dan golongan sosial antara lain terjadi oleh sebab golongan rendah kebanyakan tidak melanjutkan pelajarannya sampai keperguruan tinggi. Orang yang termasuk golongan atas, beraspirasi agar anaknya menyelesaikan pendidikan tinggi. Jabatan orang tua, jumlah dan sumber pendapatan, daerah tempat tinggal, tanggapan masing-masing tentang golongan sosialnya, dan lambang-lambang lain yang berkaitan dengan status sosial ada kaitannya dengan tingkat pendidikan anaknya. Orang tua yang berkedudukan tinggi, yang telah bergelar akademis, yang mempunyai pendapatan besar, merasa dirinya termasuk golongan sosial atas, dapat mengusahakan anaknya masuk universitas dan memperoleh gelar akademis. Sebaliknya, anak yang orang tuanya kurang mampu, tidak dapat diharapkan akan berusaha agar anaknya menikmati pendidikan tinggi.
        Pendidikan yang bermutu adalah suatu kebutuhan yang semakin penting agar mereka survival dalam persaingan yang semakin ketat. Kebutuhan akan pentingnya pendidikan yang bermutu telah disejajarkan dengan kebutuhan primer lainnya seperti sandang, pangan dan papan. Tanpa pendidikan, yang bermutu mereka akan tetap tertinggal dan berada dalam strata sosial paling bawah. Timbulnya semangat para orang tua khususnya dari masyarakat strata bawah untuk menyekolahkan anaknya sampai ke tingkat pendidikan yang paling tinggi dan berkualitas adalah suatu sikap yang harus didukung oleh semua pihak. Namun semangat ini kandas dalam ketidak bedaannya akibat tidak terjangkaunya pendidikan yang berkualitas.
            Disatu sisi mereka sadar bahwa pendidikan adalah hak setiap warga negara indonesia seperti tertuang didalam UUD negara Republik Indonesia. Disisi lain kenyataan menunjukkan bahwa untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu hanya milik orang yang berduit. Sementara mereka hanya dapat bersabar dan menunggu akan terjadinya keajaiban, mereka hanya dapat memandang langit mengharap kapan perubahan terjadi. Mereka sadar bahwa hak mereka untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu hanyalah sebatas angan-angan belaka.
            Setelah menelaah pembahasan diatas dapat kita ketahui bahwa hubungan stratifikasi sosial dengan pendidikan dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
1.      Hubungan yang tidak saling mempengaruhi.
Contoh  : Pada tingkat pendidikan SD, status siswa tidak dipengaruhi stratifikasi sosial sehingga semua golongan dapat menjangkaunya.
2.      Hubungan yang sebagian mempengaruhi.
Contoh   : Hasil dari pendidikan akan mempengaruhi asumsi masyarakat terhadap kemampuan dirinya dalam bidang keilmuannya.
3.      Hubungan yang saling mempengaruhi.
Contoh     : stratifikasi sosial yang terjadi dalam sistem RSBI. Secara tidak langsung RSBI adalah gambaran nyata bahwa stratifikasi sosial juga mempengaruhi pendidikan.













BAB III
KESIMPULAN
Pendidikan ialah suatu lembaga dalam tiap-tiap masyarakat yang beradab, tetapi tujuan pendidikan tidaklah sama dalam suatu masyarakat. System pendidikan suatu masyarakat (bangsa) dan tujuan pendidikannya didasarkan atas prinsip-prinsip, cita-cita dan filsafat yang berlaku dalam suatu masyarakat.
Stratifikasi sosial adalah pelapisan, pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (hierarkis). Perwujudannya adalah adanya kelas-kelas tinggi dan kelas yang rendah. Selanjutnya disebutkan bahwa dasar dan inti dari lapisan-lapisan dalam masyarakat adalah adanya ketidak seimbangan dalam pembagian hak dan kewajiban, kewajiban dan tanggung jawab nilai-nilai sosial dan pengaruhnya di antara anggota-anggota masyarakat.
Perbedaan kedudukan dalam pelapisan sosial berkaitan dengan perbedaan persepsi dan sikap-sikap serta cita-cita dan rencana pendidikan. Perbedaan tersebut dikalangan orang tua maupun kalangan remaja. Citra diri ( self concept ) juga berbeda-beda sesuai status dalam stratifikasi sosial. Hal-hal tersebut besar pengaruhnya terhadap keberhasilan belajar disekolah. Tentu keberhasilan ini akan didukung oleh kemampuan dan didorong oleh orang tua untuk menyediakan fasilitas-fasilitas pendidikan yang diperlukan. Mengenai yang terakhir ini kurang terdapat pada keluarga lapisan rendah.















DAFTAR PUSTAKA

Saripudin, Didin. 2010. Interpretasi Sosiologis dalam Pendidikan . Bandung: Karya Putra Darwati.
M. Setiadi, Elly & Usman Kolip, 2011. Pengantar Sosiologi; Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial; Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya,Jakarta: Kencana.
Syukur, Abdul, Ensiklopedi umum untuk pelajar (Jakarta : PT ichtiyar Baru Van Hoeve, tanpa tahun).
Hasan, Fuad, Dasar-dasar kependidikan ( Jakarta : PT Rineka Cipta, 2010).
Mustofa, Bisri, kamus lengkap sosiologi ( jakarta: panji pustaka, 2008).
Hendropuspito, Sosiologi Agama (Yogyakarta; KANISIUS, 1984),
Maunah,Binti, Sosiologi Pendidikan (Yogyakarta : Kalimedia : 2016 )



[1] Syukur, Abdul, Ensiklopedi umum untuk pelajar (Jakarta : PT ichtiyar Baru Van Hoeve, tanpa tahun), hlm 24.

[3] Hendropuspito, Sosiologi Agama (Yogyakarta; KANISIUS, 1984),


0 comments:

Post a Comment

Monggo Komentarnya. . .