BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stratifikasi sosial merupakan pembedaan penduduk atau masyarakat ke
dalam kelas-kelas secara bertingkat (hierarkis) dimana anggota
masyarakat berada di dalamnya. Ahli sosial berpendapat bahwa dalam semua
masyarkat memiliki ketidaksamaan di berbagai bidang. Misalnya, di bidang
ekonomi, sebagian anggta masyarakat memiliki kekayaan yang berlimpah dan
kesejahteraan hidup yang terjamin, seedangkan sebagian lainnya dalam keadaan
miskin dan tidak sejahtera.
Peristiwa yang sedemikian itu akan memengaruhi pendidikan seorang anak
dari masing-masing kelas sosial. Dalam makalah ini, penulis akan menguraikan
masalah mengenai stratifikasi sosial hingga terjadinya moblitas sosial.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa arti pendidikan menurut para ahli?
2.
Apa itu stratifikasi social?
3.
Ada apa sajakah didalam hakikat stratifikasi
social?
4.
Bagaimanakah stratifikasi social itu muncul?
5.
Bagaimana hubungan pendidikan dengan stratifikasi
social?
C.
Tujuan Masalah
1.
Untuk mengetahui arti pendidikan
2.
Untuk mengetahui arti dari hakikat stratifikasi
social
3.
Untuk mengetahui macam-macam dari dtratifikasi
social
4.
Untuk mengetahui factor dan tipe stratifikasi
social
5.
Untuk mengetahui hubungan pendidikan dalam
stratifikasi social dan hubungan lapisan social dan jenis pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan
Dalam
ensiklopedi umum dijelaskan Pendidikan adalah proses mengubah sikap dan tata
kelakuan seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pembiasaan, pembelajaran, pelatihan dan peneladanan, serta proses
penanaman ilmu pengetahuan, akhlak, dan nilai sosial budaya, ini dimaksudkan
agar seseorang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan kreatif, cakap,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.[1]
Sedangkan
dalam kamus ilmiah dijelaskan bahwa pendidikan adalah segala usaha untuk
membina kepribadian, mengembangkan pengetahuan, dan kemampuan jasmaniah dan
rohaniah agar mampu melaksanakan tugas.
Makna
pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai sebuah usaha sadar
yang terencana yang dilakukan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan juga keterampilan yang diperlukan
untuk dirinya sendiri beserta masyarakat.[2]
Untuk mengetahui Definisi dan
Pengertian Pendidikan secara ilmiah, maka baiknya kita menyimak beberapa
pendapat para ahli tentang pengertian dari Pendidikan ini.
1)
Menurut
John Dewey;
Pendidikan adalah suatu proses pembaharuan makna
pengalaman, hal inimungkin akan terjadi di dalam pergaulan biasa atau pergaulan
orang dewasa dengan orang muda,mungkin pula terjadi secara sengaja dan
dilembagakan untuk untuk menghasilkan kesinambungan sosial. Proses ini melibatkan
pengawasan dan perkembangan dari orang yang belum dewasa dan kelompok dimana
dia hidup.
2)
Menurut H. Horne;
Pendidikan adalah proses yang
terus menerus (abadi) dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia
yang telah berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan sadar kepada
Tuhan, seperti termanifestasi dalam alam sekitar intelektual, emosional dan
kemanusiaan dari manusia.
3)
Menurut Frederick J. Mc Donald;
bPendidkan adalah suatu proses
atau kegiatan yang diarahkan untuk merubah tabiat (behavior) manusia. Yang
dimaksud dengan behavior adalah setiap tanggapan atau perbuatan seseorang,
sesuatu yang dilakukan oleh sesorang.
B.
Hakikat Stratifikasi
Sosial
Istilah stratifikasi ( stratification ) berasal dari kata
strata dan stratum yang artinya lapisan. Sedangkan
dalam kamus sosiologi dijelaskan stratifikasi sosial adalah pelapisan sosial
atau sistem hierarki kelompok didalam masyarakat.
Secara
terimonologi stratifikasi sosial adalah strata atau
pelapisan orang-orang yang berkedudukan sama dalam rangkaian kesatuan status sosial. Para anggota strata sosial tertentu sering
kali memilki jumlah penghasilan yang relatif sama. Namun
lebih penting dari itu, mereka memiliki sikap, nilai-nilai, dan gaya hidup yang
sama. Semakin rendah kedudukan seseorang di dalam pelapisan sosial, biasanya semakin sedikit pula perkumpulan dan hubungan sosialnya,
Orang-orang yang berasal dari lapisan sosial rendah misalnya, biasanya
lebih sedikit berpartisipasi dalam jenis
organisasi apa pun. Ada kecenderungan yang kuat, kelompok yang berasal dari
lapisan rendah atau masyarakat miskin biasansya lebih menarik diri dari tata karma umum, mereka mengambangkan subkultur
tersebut yang seringkali berlawanan dengan subkultur kelas sosial di atasnya.
Sebab asasi mengapa ada pelapisan
sosial dalam masyarakat bukan saja karena ada perbedaan, tetapi karena
kemampuan manusia menilai perbedaan itu dengan menerapkan berbagai
kriteria. Artinya, menganggap ada sesuatu yang dihargai, maka sesuatu itu (dihargai) menjadi bibit yang menumbuhkan adanya system berlapis-lapis dalam masyarakat.
Sesuatu yang dihargai dapat berupa uang atau benda-benda bernilai ekonomis,
kekuasaan, ilmu pengetahuan, kesolehan dalam agama, atau keturunan keluarga
yang terhormat. Tingkat kemampuan memiliki sesuatu yang dihargai tersebut, akan
melahirkan lapisan sosial yang mempunyai kedudukan aatas dan rendah.
Didalam masyarakat terdapat suatu
ruang yang disebut lapisan sosial. Dalam ruang itu tinggal orang-orang yang
mempunyai kedudukan setingkat. Jadi lapisan sosial (social stratum) adalah
keseluruhan orang yang berkedudukan sosial setingkat. Jikalau anggota-anggota
lapisan sosial itu merasa bersatu dan menyadari kedudukannya yang setingkat
maka timbullah sebuah kelas sosial (social
class).
C.
Macam-macam
stratifikasi Sosial
1. Stratifikasi Sosial pada masyarakat pertanian
Masyarakat pertanian secara sosiologis dapat
dikelompokkan kedalam tipe masyarakat gemeninschaft. Gemeninschaft adalah
suatu kelompok atau masyarakat yang diantara para warganya diwarnai dengan
hubungan-hubungan sosial yang penuh rasa kekeluargaan, bersifat batiniah, dan
kekal serta jauh dari pamrih-pamrih ekonomi. Pada masyarakat pertanian,
sebagian besar warganya bermatapencaharian sebagai seorang petani, baik
bercocok tanam disawah, ladang maupun tegalan. Masyarakat pertanian juga bisa
disebut sebagai masyarakat pedesaan, karena umumnya secara geografis para
petani itu tinggal dipedesaan. Ciri-ciri masyarakat pertanian antara lain tidak
terdapat pembagian kerja yang kompleks dan interaksi sosial antar warga
berlangsung secara langsung. Akibat dari homogenitas dalam pembagian kerja.
Maka hal itu dapat berpengaruh pada aspek pelapisan sosialnya
2. Stratifikasi Sosial pada masyarakat feodal
Feodalisme adalah sistem sosial politik yang
memberikan kekuasaan yang besar kepada golongan bangsawan dan
mengagung-agungkan jabatan, pangkat, bahkan prestasi kerja. Kaum bangsawan pada
sistem feodal memang mempunyai kekuasaan yang besar dan menguasai sumber-sumber
kehidupan yang utama (tanah), serta mereka mempunyai pengikut yang banyak. Kaum bangsawan pun terbagi-bagi menjadi beberapa
golongan yaitu :
3. Stratifikasi sosial pada masyarakat industri
Pada masyarakat industri sistem pelapisan sosialnya
bersifat terbuka, artinya setiap anggota masyarakat memiliki kesempatan yang
sama untuk mobilitas vertikal maupun sebaliknya malah jatuh kebawah. Mobilitas
pada masyarakat industri ditentukan oleh kemampuan dan keberuntungan setiap
individu. Pada masyarakat industri perana kaum bermodal (kapotalis) sangat
besar. Bahkan kehidupan negara dewasa ini banyak dikuasai oleh kaum bermodal
yang pada akhirnya melahirkan paham kapitalisme
D.
Faktor-faktor
munculnya Stratifikasi Sosial
Munculnya
lapisan sosial dalam masyarakat merupakan gejala umum dalam kehidupan
masyarakat. Beberapa hal yang menyebabkan munculnya stratifikasi sosial antara
lain sebagai berikut:
1) Munculnya
lapisan sosial dalam masyarakat didasarkan pada adanya pertentangan dan
pembedaan. Yang kaya dibedakan dengan yang miskin, yang pintar dibedakan dengan
yang bodoh, pejabat dibedakan dengan rakyat jelata, selain membedakan,
masyarakat cenderung mempertentangkannya.
2) Tidak adanya
keseimbangan dalam pembagian atau distribusi hak dan kewajiban, hak-hak
istimewa (penghasilan, kekayaan, ilmu) dimiliki oleh hanya segelintir orang
atau kelompok tertentu. Adanya polarisasi hak-hak istimewa tersebut memunculkan
penghargaan kelompok masyarakat yang lebih pada individu atau kelompok yang
memiliki berbagai hak istimewa tersebut. Dengan demikian, kelompok tersebut
berada pada lapisan yang lebih tinggi daripada masyarakat lain, dan memiliki
prestise yang lebih sehingga mereka cenderung untuk bergaul dengan sesamanya.
3. Kelompok-kelompok yang memiliki hak istimewa tersebut
biasanya menggunakan lambang-lambang yang menjadi simbol kedudukan, lambang
tersebut baik berupa pakaian, tingkah laku, rumah, keanggotaan pada suatu
organisasiPelapisan sosial dalam masyarakat dapat terjadi karena dua proses,
yaitu:
E.
Tipe-tipe
Stratifikasi Sosial
1.
Strtifikasi
sosial tertutup
Pada
stratifikasi sistem tertutup, individu setiap lapisan tidak dapat atau tidak memungkinkan
untuk pindah dari satu lapisan kelapisan lain, baik gerak keatas maupun gerak
kebawah. Satu-satunya jalan untuk memasuki suatu lapisan pada sistem ini
hanyalah melalui kelahiran. Salah satu contoh sistem stratifikasi sosial
tertutup adalah sistem kasta pada masyarakat Hindu.
2.
Stratifikasi
sosial terbuka
Pada
sistem stratifikasi sosial terbuka, setiap anggota masyarakat mempunyai
kesempatan untuk berusaha dengan kemampuan sendiri untuk melakukan mobilitas
sosial baik gerak keatas yaitu pindah kelapisan yang lebih tinggi atau bisa
saja individu atau kelompok tersebut malah pindah kelapisan yang lebih rendah.
Stratifikasi ini bersifat dinamis karena mobilitasnya sangat besar. Setiap
anggota strata dapat bebas melakukan mobilitas sosial, baik vertikal maupun
horizontal.
3.
Stratifikasi
sosial campuran
Stratifikasi
sosial campuran adalah gabungan dari stratifikasi sistem terbuka dan tertutup,
dimana masyarakat tersebut tidak dapat untuk pindah kelapisan lebih atas, namun
disisi lain dapat melakukan mobilitas vertical dengan status yang sama.
contohnya : seorang Bali berkasta brahmana mempunyai kedudukan
terhormat di Bali, Namun apabila ia pindah ke daerah lain menjadi buruh, ia
memperoleh kedudukan rendah. Maka ia harus menyesuaikan diri dengan aturan
kelompok masyarakat didaerah tersebut.
F.
Hubungan
Pendidikan Dengan Stratifikasi Sosial
Sosiologi pendidikan pada
pokoknya merupakan study ilmiah dari interaksi sosial yang menyinggung lembaga
pendidikan atau lembaga persekolahan. Pendidikan merupakan satu aset yang
dihargai dalam masyarakat modern dan dinilai tinggi[22]. Dalam islam pendidikan juga sangat dihargai seperti
yang disebutkan dalam firman Alloh SWT yang berbunyi :
Artinya: “Hai
orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah
dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Mujadilah: 11)[3]
Para keluarga dan
golongan-golongan sosial lainnya yang disusun secara hierarkis memiliki akses
yang berbeda-beda dalam memasuki proses pendidikan. Pada bagian sebelumnya
telah dikemukakan bahwa pendidikan memiliki alokasi dan distribusi sumber
sosial melalui distribusi lapangan kerja. Orang mengisi suatu lapangan
pekerjaan atas dasar kemampuan atau keahlian yang dimilikinya. Kemampuan atau
keahlian itu diperoleh melalui pendidikan dan latihan atau pengalaman dalam
lingkungan keluarga, sekolah atau masyarakat. Sementara itu, lapangan kerja
yang berbeda memberikan penghasilan serta status yang berbeda pula, yang dapat
diukur dengan nilai materi atau nilai sosio kultural. Ada pekerjaan yang
menghasilkan banyak uang tetapi kalah dalam penghargaan sosiokultural oleh
pekerjaan yang sedikit menghasilkan uang. Jabatan guru atau dosen misalnya,
dalam masyarakat kita dihargai lebih tinggi dari sopir truk atau bis yang
mungkin dari segi keuangan menghasilkan lebih banyak. Karena itu, pendapatan
hanyalah salah satu saja diantara variabel yang diperhitungkan dalam analisis
pelapisan sosial. Variabel lainnya meliputi keturunan, kualitas pribadi (
kepahlawanan, kreativitas, dan lain-lain ), lapangan kerja dan pendidikan.
Mengenai
hubungan antara status sosial dengan pendidikan ini telah banyak penelitian
yang dilakukan terutama di Amerika serikat. Pertama-tama ditemukan bahwa
perbedaan kedudukan dalam pelapisan sosial berkaitan dengan perbedaan persepsi
dan sikap-sikap serta cita-cita dan rencana pendidikan. Perbedaan tersebut
dikalangan orang tua maupun kalangan remaja. Citra diri ( self concept ) juga
berbeda-beda sesuai status dalam stratifikasi sosial. Hal-hal tersebut besar
pengaruhnya terhadap keberhasilan belajar disekolah. Tentu keberhasilan ini
akan didukung oleh kemampuan dan didorong oleh orang tua untuk menyediakan
fasilitas-fasilitas pendidikan yang diperlukan. Mengenai yang terakhir ini
kurang terdapat pada keluarga lapisan rendah.
Perbedaan
kualitas fasilitas pendidikan juga tampak jelas antara yang terdapat
dilingkungan perkotaan dan pedesaan. Berdasarkan kenyataan ini, dapat
dipastikan bahwa kualitas persekolahan formal membantu menguatkan arus
urbanisasi, karena orang tua yang mampu akan berusaha memperoleh fasilitas
pendidikan yang baik dikota untuk anaknya, meskipun harus dibayar mahal dari
segi ekonomi. Apakah yang demikian tidak berarti pemuda-pemuda desa yang
berstatus sosial akan tetap ketinggalan dalam mobilitas sosial vertikalnya?.
Stratifikasi
sosial itu merupakan gejala sosial yang tidak dapat dihindari, artinya terdapat
pada setiap masyarakat. Selanjutnya, pandangan mengenai pendidikan, keperluan
akan pendidikan dan dorongan serta cita-cita dan hal-hal lain yang berkenaan
dengan pendidikan, diwarnai oleh stratifikasi sosial. Di lain pihak, sistem
pendidikan berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat melalui fungsi seleksi,
alokasi dan distribsi yang semuanya berakibat pada terbentuknya atau
terpeliharanya stratifikasi sosial. Jadi, secara langsung atau tidak langsung
sistem pendidikan bersama dengan faktor-faktor lain diluar pendidikan
melestarikan adanya sistem stratifikasi sosial. Apabila dalam segi kehidupan
lain seperti ekonomi dan politik ada isyu tentang pemerataan kesempatan memperoleh
pendidikan (equality and inequality of education). Isyu ini bukan hanya
merupakan perdebatan dikalangan ahli dan peminat sosiologi pendidikan,
melainkan juga dikalangan politisi yang memperjuangkan pemerataan distribusi
berbagai fasilitas sosial dimasyarakat. Pemerataan memperoleh pendidikan
meliputi beberapa pengertian. Pertama, setiap anak mendapat
kesempatan belajar yang sama disekolah. Kedua, setaiap anak
memperoleh kesempatan belajar disekolah sesuai dengan bakat dan minatnya. Ketiga,
setiap anak memperoleh kesempatan mengembangkan pribadinya semaksimal mungkin.
Isyu ini sampai sekarang masih diperdebatkan di antara ahli dan politisi.
Meskipun
stratifikasi sosial tak dapat dihindari, pada masyarakat yang menganut sistem
stratifikasi sosial terbuka, orang mempunyai kesempatan luas untuk berusaha
naik ke tangga sosial yang lebih tinggi. Namun, sebagai konsekuensinya terbuka
pula kesempatan untuk turun atau jatuh dalam tangga sosial. Peristiwa naik
turun tangga pelapisan sosial ini (mobilitas sosial) tidak terdapat dalam
masyarakat yang menganut sistem pelapisan sosial tertutup.
G.
Hubungan Lapisan Sosial Dan Jenis
Pendidikan
Pendidikan menengah pada
dasarnya diadakan sebagai persiapan untuk perguruan tinggi. Karena biaya pendidikan
tinggi pada umumnya mahal, tidak semua orang tua mampu membiayai studi anaknya.
Pada umumnya anak-anak yang orang tuanya mampu, akan memilih sekolah
menengah umum sebagai persiapan untuk studi di universitas.
Orang
tua yang mengetahui batas kemampuan keuangannya, akan cenderung memilih sekolah
kejuruan bagi anaknya. Sebaliknya, anak-anak orang kaya tidak tertarik dengan
sekolah kejuruan. Dapat diduga bahwa sekolah kejuruan akan lebih banyak
mempunyai murid dari golongan rendah daripada berasal dari golongan atas.
Karena itu dapat timbul pendapat bahwa SMU mempunyai status yang lebih tinggi
dari pada SMK. Murid-murid sendiri lebih cenderung memilih SMU, walaupun SMK
memberi jaminan yang lebih baik untuk langsung bekerja dari pada yang lulus
SMU.
Korelasi
antara pendidikan dan golongan sosial antara lain terjadi oleh sebab golongan
rendah kebanyakan tidak melanjutkan pelajarannya sampai keperguruan tinggi.
Orang yang termasuk golongan atas, beraspirasi agar anaknya menyelesaikan
pendidikan tinggi. Jabatan orang tua, jumlah dan sumber pendapatan, daerah
tempat tinggal, tanggapan masing-masing tentang golongan sosialnya, dan
lambang-lambang lain yang berkaitan dengan status sosial ada kaitannya dengan
tingkat pendidikan anaknya. Orang tua yang berkedudukan tinggi, yang telah
bergelar akademis, yang mempunyai pendapatan besar, merasa dirinya termasuk
golongan sosial atas, dapat mengusahakan anaknya masuk universitas dan
memperoleh gelar akademis. Sebaliknya, anak yang orang tuanya kurang mampu,
tidak dapat diharapkan akan berusaha agar anaknya menikmati pendidikan tinggi.
Pendidikan
yang bermutu adalah suatu kebutuhan yang semakin penting agar mereka survival
dalam persaingan yang semakin ketat. Kebutuhan akan pentingnya pendidikan yang
bermutu telah disejajarkan dengan kebutuhan primer lainnya seperti sandang,
pangan dan papan. Tanpa pendidikan, yang bermutu mereka akan tetap tertinggal
dan berada dalam strata sosial paling bawah. Timbulnya semangat para orang tua
khususnya dari masyarakat strata bawah untuk menyekolahkan anaknya sampai ke
tingkat pendidikan yang paling tinggi dan berkualitas adalah suatu sikap yang
harus didukung oleh semua pihak. Namun semangat ini kandas dalam ketidak
bedaannya akibat tidak terjangkaunya pendidikan yang berkualitas.
Disatu
sisi mereka sadar bahwa pendidikan adalah hak setiap warga negara indonesia
seperti tertuang didalam UUD negara Republik Indonesia. Disisi lain kenyataan
menunjukkan bahwa untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu hanya milik orang
yang berduit. Sementara mereka hanya dapat bersabar dan menunggu akan
terjadinya keajaiban, mereka hanya dapat memandang langit mengharap kapan
perubahan terjadi. Mereka sadar bahwa hak mereka untuk mendapatkan pendidikan
yang bermutu hanyalah sebatas angan-angan belaka.
Setelah menelaah pembahasan
diatas dapat kita ketahui bahwa hubungan stratifikasi sosial dengan pendidikan
dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
1. Hubungan
yang tidak saling mempengaruhi.
Contoh : Pada tingkat pendidikan SD, status
siswa tidak dipengaruhi stratifikasi sosial sehingga semua golongan dapat
menjangkaunya.
2. Hubungan
yang sebagian mempengaruhi.
Contoh : Hasil dari pendidikan akan
mempengaruhi asumsi masyarakat terhadap kemampuan dirinya dalam bidang
keilmuannya.
3. Hubungan
yang saling mempengaruhi.
Contoh : stratifikasi
sosial yang terjadi dalam sistem RSBI. Secara tidak langsung RSBI adalah
gambaran nyata bahwa stratifikasi sosial juga mempengaruhi pendidikan.
BAB III
KESIMPULAN
Pendidikan ialah suatu lembaga dalam tiap-tiap masyarakat
yang beradab, tetapi tujuan pendidikan tidaklah sama dalam suatu masyarakat.
System pendidikan suatu masyarakat (bangsa)
dan tujuan pendidikannya didasarkan atas prinsip-prinsip,
cita-cita dan filsafat yang
berlaku dalam suatu masyarakat.
Stratifikasi sosial adalah pelapisan,
pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat
(hierarkis). Perwujudannya adalah adanya kelas-kelas tinggi dan kelas yang
rendah. Selanjutnya
disebutkan bahwa dasar dan inti dari lapisan-lapisan dalam masyarakat adalah
adanya ketidak seimbangan dalam pembagian hak dan kewajiban, kewajiban dan
tanggung jawab nilai-nilai sosial dan pengaruhnya di antara anggota-anggota
masyarakat.
Perbedaan kedudukan dalam pelapisan sosial berkaitan dengan perbedaan
persepsi dan sikap-sikap serta cita-cita dan rencana pendidikan. Perbedaan
tersebut dikalangan orang tua maupun kalangan remaja. Citra diri ( self concept
) juga berbeda-beda sesuai status dalam stratifikasi sosial. Hal-hal tersebut
besar pengaruhnya terhadap keberhasilan belajar disekolah. Tentu keberhasilan
ini akan didukung oleh kemampuan dan didorong oleh orang tua untuk menyediakan
fasilitas-fasilitas pendidikan yang diperlukan. Mengenai yang terakhir ini
kurang terdapat pada keluarga lapisan rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Saripudin, Didin. 2010. Interpretasi Sosiologis dalam Pendidikan . Bandung: Karya Putra Darwati.
M. Setiadi, Elly & Usman Kolip, 2011. Pengantar
Sosiologi; Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial; Teori, Aplikasi, dan
Pemecahannya,Jakarta: Kencana.
Syukur, Abdul, Ensiklopedi umum untuk pelajar (Jakarta
: PT ichtiyar Baru Van Hoeve, tanpa tahun).
Hasan, Fuad, Dasar-dasar kependidikan (
Jakarta : PT Rineka Cipta, 2010).
Mustofa, Bisri, kamus lengkap sosiologi (
jakarta: panji pustaka, 2008).
Hendropuspito, Sosiologi Agama (Yogyakarta;
KANISIUS, 1984),
Maunah,Binti, Sosiologi
Pendidikan (Yogyakarta : Kalimedia : 2016 )
[1] Syukur, Abdul, Ensiklopedi
umum untuk pelajar (Jakarta : PT ichtiyar Baru Van Hoeve, tanpa tahun), hlm 24.
0 comments:
Post a Comment
Monggo Komentarnya. . .