Wednesday, October 2, 2019

Makalah Keterampilan Pengelolaan Kelas


KETERAMPILAN PENGELOLAAN KELAS
(MAKALAH)
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi Belajar Mengajar
Dosen Pengampu : Ratna Purwati, M. Pd




Description: Description: Description: Description: Description: Description: C:\Users\Asus X453MA PC\Pictures\Institut-Agama-Islam-Bunga-Bangsa-Cirebon.png





Disusun Oleh :
Aprilia Putri Astuti
Khadijah (2017.3.5.1.00399)
Laras Pratiwi
Zakiyah Darajat

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM BUNGA BANGSA CIREBON
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Keterampilan Pengelolaan Kelas” ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama islam yang sempurna dan menjadi anugrah terbesar bagi seluruh alam semesta.
Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang menjadi tugas mata kuliah Strategi Belajar Mengajar dengan judul “Keterampilan Pengelolaan Kelas”. Disamping itu, kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami selama pembuatan makalan ini berlangsung sehingga dapat terealisasikanlah makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya dapat kami perbaiki. Karena kami sadar, makalah yang kami buat ini masih banyak terdapat kekurangannya.
                                                                        Senin, 30 September 2019

Tim Penyusun

DAFTAR ISI

BAB I Pendahuluan....................................................................................... 4
A.    Latar Belakang..................................................................................... 4
B.     Rumusan Masalah................................................................................. 5
C.     Tujuan Masalah..................................................................................... 5
BAB II Pembahasan....................................................................................... 6
A.    Pengertian Pengelolaan Kelas............................................................... 6
B.     Tujuan Pengelolaan Kelas..................................................................... 7
C.     Ciri-Ciri Kelas yang Tertib dan Baik.................................................... 8
D.    Pengertian Keterampilan Pengelolaan Kelas........................................ 8
E.     Komponen dalam Keterampilan Pengelolaan Kelas............................. 9
F.      Prinsip-Prinsip dalam Pengelolaan Kelas.............................................. 11
G.    Masalah dalam pengelolaan Kelas........................................................ 13
H.    Pendekatan Umum dalam Mendisiplinkan siswa................................. 13
BAB III Penutup............................................................................................ 19
Kesimpulan....................................................................................................... 19
Daftar Pustaka................................................................................................ 21



BAB I
PENDAHULAN
A.    Latar Belakang
Kelas merupakan lingkungan belajar yang diciptakan untuk mewadahi kepentingan belajar dan digunakan siswa untuk mencapai tujuan tertentu. Penanggung jawab kelas adalah guru. Guru harus bisa menciptakan situasi pembelajaran yang kondusif dan efektif sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Siswa membutuhkan guru yang dapat mengelola kelas dengan baik. Pengelolaan kelas merupakan bagian dari keterampilan mengajar yang harus dikuasai oleh guru.[1]
Keterampilan dasar dalam mengajar sangat diperlukan oleh guru  agar interaksi antara guru dan siswa bisa berjalan dengan baik dan siswa tidak merasa tertekan saat belajar sehingga pelajaran dapat ditangkap secara maksimal. Keberhasilan seorang guru dalam mengajar tidak hanya ditentukan oleh  faktor-faktor yang berhubungan dengan proses pembelajaran saja, melainkan juga ditentukan oleh keterampilan pengelolaan kelas yang dikuasainya. Keterampilan mengelola kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan keterampilan untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal.[2]
Pengelolaan kelas mengarah pada peran guru untuk menata pembelajaran secara kolektif atau klasikal dengan cara mengelola perbedaan-perbedaan kekuatan individual menjadi semuah aktivitas belajar bersama. Pengelolaan kelas merupakan suatu usaha yang dilakukan guru untuk membantu menciptakan kondisi belajar yang optimal.  Oleh sebab itu, makalah ini akan membahas tentang keterampilan mengajar guru pada bagian pengelolaan kelas agar lebih mendalam memahami hal tersebut.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang sesuai adalah:
1.      Apa pengertian dari pengelolaan kelas?
2.      Apa tujuan dari pengelolaan kelas?
3.      Apa ciri-ciri kelas yang tertib dan baik?
4.      Apa pengertian dari keterampilaan pengelolaan kelas?
5.      Apa saja komponen dalam keterampilan pengelolaan kelas?
6.      Apa saja prinsip dalam keterampilan pengelolaan kelas?
7.      Apa saja yang menjadi masalah dalam pengelolaan kelas?
8.      Bagaimana pendekatan umum dalam mendisiplinkan siswa?
C.    Tujuan Makalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan makalah yang sesuai adalah:
1.      Untuk mengetahui pengertian dari pengelolaan kelas.
2.      Untuk mengetahui tujuan dari pengelolaan kelas.
3.      Untuk mengetahui ciri-ciri kelas yang tertib dan baik.
4.      Untuk mengetahui pengertian dari keterampilan mengelola kelas.
5.      Untuk mengetahui komponen- komponen dalam keterampilan pengelolaan kelas.
6.      Untuk mengetahui prinsip- prinsip dalam keterampilan pengelolaan kelas.
7.      Untuk mengetahui masalah-masalah dalam pengelolaan kelas.
8.      Untuk menjelaskan pendekatan umum dalam mendisiplinkan siswa.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Pengelolaan Kelas
Kelas merupakan lingkungan belajar yang diciptakan untuk mewadahi kepentingan pembelajaran dan digunakan siswa untuk mencapai tujuan tertentu. Pengelolaan kelas mengarah pada peran guru untuk menata pembelajaran secara kolektif atau klasikal dengan cara mengelola perbedaan – perbedaan kekuatan individual menjadi sebuah aktivitas belajar bersama. Pengelolaan kelas merupakan suatu usaha yang dilakukan guru untuk membantu menciptakan kondisi belajar yang optimal.[3]
Selain itu, pengelolaan kelas merujuk pada penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa yang berlangsung pada lingkungan sosial, emosional, dan intelektual anak dalam kelas menjadi sebuah lingkungan belajar yang membelajarkan. Fasilitas tersebut memungkinkan siswa belajar, serta tercapainnya suasana kelas yang memberikan kepuasan, suasana disiplin, nyaman dan penuh semangat sehingga terjadi perkembangan intelektual, emosional, dan sikap serta apresiasi pada siswa. Dengan demikian, ada beberapa variabel yang perlu dikelola oleh guru, yaitu :[4]
1.      Ruang kelas, batasan lingkungan belajar.
2.      Usaha guru, tuntutan adanya dinamika kegiatan guru dalam menyiasati segala kemungkinan yang terjadi dalam lingkungan belajar.
3.      Kondisi belajar, batasan aktivitas yang harus diwujudkan.
4.      Belajar yang optimal, ukuran kualitas proses yang mendorong mutu sebuah produk belajar.
Jadi pengelolaan kelas sebenarnya merupakan merupakan upaya mendayagunakan seluruh potensi kelas, baik sebagai komponen utama pembelajaran maupun komponen pendukungnya.
B.     Tujuan Pengelolaan Kelas
Menurut Ahmad (1995:2), tujuan pengelolaan kelas adalah sebagai berikut:[5]
1.      Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.
2.      Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi belajar mengajar.
3.      Menyediakan dan mengatur fasilitas serta peralatan belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual siswa dalam kelas.
Tujuan pengelolaan kelas menurut Sudirman (dalam Djamarah 2006:170) pada hakikatnya terkandung dalam tujuan pendidikan. Tujuan pengelolaan kelas adalah:[6]
1.      Penyediaan fasilitas bagi macam-macam kegiatan belajar siswa dalam   lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas.
2.      Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja.
3.      Terciptanya suasana yang memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional, dan sikap serta apresiasi pada siswa.
Sedangkan Arikunto (dalam Djamarah 2006:178) berpendapat bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien.
C.    Ciri-Ciri Kelas yang Tertib dan Baik
Suasana kelas yang tertin mendukung pencapaian pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari antusiasme siswa ketika mengikuti pelajaran. Kelas yang tertib juga ditunjukkan oleh ciri-ciri berikut:[7]
1.      Setiap siswa aktif dan memahami apa tugas yang diberikan oleh guru untuk dikerjakan/dilakukan selama proses pembelajaran.
2.      Tidak ada siswa yang membuang waktu dengan mengerjakan pekerjaan yang lain selain belajar.
3.      Setiap siswa belomba – lomba untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.
4.      Adanya persamaan persepsi antara guru dan siswa mngenai tujuan pembelajaran yang hendak dicapai melalui proses pembelajaran.
Selain kelas yang tertib, guru juga seyogyanya dapat menciptakan kelas yang berkarakter,yang memiliki ciri-ciri 3S yaitu, speed, simple, dan self-confidence.
1.      Speed berarti siswa belajar dengan waktu yang relatif singkat, sehingga terjadi percepatan dalam belajar.
2.      Simple berarti guru dapat mengorganisasikan kelas dan materi menjadi sederhana agar meningkatkan pemahaman siswa dan mempermudah pengelolaan kelas.
3.      Self-confidence artinya siswa belajar dengan penuh rasa percaya diri dan termotivasi untuk berprestasi.
D.    Pengertian Keterampilan Mengelola Kelas
Menurut Usman (1992: 89) dalam Rusman (2017: 197-198) menyatakan bahwa pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses pembelajaran, seperti penghentian perilaku siswa yang memindahkan perhatian kelas, memberikan ganjaran bagi siswa yang tepat waktu dalam menyelesaikan tugas atau penetapan norma kelompok yang produktif.[8]
Keterampilan pengelolaan kelas terdiri dari dua hal yaitu:[9] 
1.      Usaha mempertahankan kondisi kelas. Ketika kelas tiba – tiba berubah menjadi tidak kondusif, guru harus mempunyai solusi untuk mempertahankan kondisi kelas yang tertib. Cara lain yang dapat dilakukan guru adalah memusatkan perhatian pada siswa dengan cara memberi petunjuk yang jelas, memberi penguatan dan pengulangan materi, menyesuaikan irama belajar, serta meminta pertanggungjawaban siswa atas tugas yang telah diberikan.
2.      Usaha mengembangkan iklim kelas. Mengembangkan iklim kelas berarti menata ulang kondisi kelas yang kurang kondusif agar menjadi kondusif. Usaha yang dapat dilakukan adalah dengan memvariasi strategi, metode, dan media pembelajaran untuk menarik perhatian siswa dan pengembalian iklim pembelajaran yang kondusif.
E.     Komponen-Komponen dalam Keterampilan Pengelolaan kelas
Komponen-komponen dalam pengelolaan kelas, sebagai berikut:
1.      Preventif, yaitu keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal, seperti:[10]
a.       menunjukan sikap tanggap, keterampilan ini menggambarkan tingkah laku guru yang telah memperhatikan siswanya sehingga siswa merasa bahwa guru hadir bersama mereka. Cara yang dilakukan dalam menunjukkan sikap tanggap ini dengan cara memandang secara seksama, gerak mendekati, memberikan pernyataan, memberikan reaksi terhadap gangguan atau ketakacuhan siswa.
b.      memberikan perhatian, pengelolaan kelas yang efektif terjadi bila guru mampu membagi perhatiannya kepada beberapa kegiatan yang berlangsung dalam waktu yang sama. Cara yang digunakan dalam membagi perhatian yaitu melalui visual dan verbal.
c.       memusatkan perhatian kelompok, seorang guru harus mampu memusatkan kelompok terhadap tugas-tugas yang diberikan sehingga siswa tetap terlibat dalam kegiatan belajar. Cara yang dilakukan yaitu dengan menyiagakan siswa atau memusatkan pada suatu topik dan menuntut tanggung jawab siswa untuk memperagakan alat atau melaporkan hasil diskusi.
d.      memberikan petunjuk yang jelas, Petunjuk yang jelas sangat diperlukan oleh siswa sehingga siswa tidak mengalami kebingungan dalam mengerjakan tugas atau perintah.
e.       Menegur siswa bila melakukan tindakan menyimpang, Siswa yang telah mengganggu proses pembelajaran dapat diberi teguran. Teguran harus tegas dan jelas namun menghindari perkataan kasar atau menghina. Namun teguran ini dapat disepakati bentuknya saat membuat aturan-aturan tertentu antara siswa dan guru. Guru harus lebih berhati-hati dalam menasehati siswa terhadap kelas maupun perorangan.
f.       memberikan penguatan, segala tingkah laku hendaknya diberi penguatan baik itu penguatan positif maupun negatif dan teguran pada perilaku siswa yang telah menyimpang.
2.      Represif, yaitu keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal, yaitu berkaitan dengan respon guru terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat melakukan tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal. Guru dapat menggunakan strategi:
a.       Modifikasi tingkah laku. Guru hendaknya menganalisis tingkah laku siswa yang mengalami masalah/kesulitan dan berusaha memodifikasi tingkah laku tersebut dengan mengaplikasikan pemberian penguatan secara sistematis.
b.      guru menggunakan pendekatan pemecahan masalah kelompok dengan cara memperlancar tugas-tugas melalui kerjasama di antara siswa dan memelihara kegiatan-kegiatan kelompok.
c.       menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah.
Disamping dua keterampilan pengelolaan kelas tersebut, guru perlu memperhatikan perihal lainnya seperti, menghindari campur tangan yang berlebihan, menghentikan penjelasan tanpa alasan, ketidaktepatan memulai dan mengakhiri kegiatan, penyimpangan, dan sikap yang terlau bertele-tele.[11]
F.     Prinsip-Prinsip dalam Pengelolaan Kelas
Dalam melaksanakan komponen keterampilan pengelolaan kelas , perlu diperhatikan pinsip-prinsip dasar pengelolaan kelas sebagai berikut:[12]
1.      Kehangatan dan keantusiasan.
Kehangatan dan keantusiasan guru dapat memudahkan terciptanya iklim kelas yang menyenangkan sehingga dapat mewujudkan kegiatan belajar yang optimal. Guru yang bersikap hangat dan akrab serta secara ajek menunjukkan antusiasmenya terhadap tugas-tugas, kegiatan-kegiatan, atau siswanya akan lebih mudah melaksanakan komponen-komponen keterampilan pengelolaan kelas.
2.      Tantangan.
Penggunaan kata-kata, tindakan, atau bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan gairah siswa untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang. Selain itu perhatian dan minat siswa akan tetap terpelihara. Diusahakan, saat guru memberi tantangan, soal dimulai dari yang mudah dan semua siswa bisa menjawab sebagai motivasi untuk menjawab selanjutnya.
3.      Bervariasi.
Penggunaan variasi dalam media, gaya dan interaksi belajar mengajar merupakan kunci pengelolaan kelas untuk menghindari kejenuhan serta pengulangan aktivitas yang menyebabkan menurunnya kegiatan belajar dan tingkah laku positif siswa. Jika terdapat banyak variasi maka kejenuhan akan berkurang dan siswa akan cenderung meningkatkan keterlibatannya dalam tugas dan tidak akan menunggu temannya.
4.      Keluwesan.
Selama proses belajar mengajar, terdapat kemungkinan munculnya ganggua-gangguan dari siswa. Untuk mencegah gangguan tersebut diperlukan keluwesan tingkah laku guru untuk dapat merubah strategi mengajarnya mengajarnya dengan memanipulasi berbagai komponen keterampilan mengajar yang lain.
5.      Penekanan pada Hal-Hal yang Positif.
Cara guru memelihara suasana yang positif diantaranya adalah dengan; Memberi aksentuasi terhadap tingkah laku siswa yang positif dan menghindari celaan terhadap tingkah laku yang kurang wajar dan menyadari akan kemungkinan kesalahan yang dapat dibuatnya sehingga akan mengganggu kelancaran dan kecepatan belajar siswa.
6.      Penanaman disiplin diri
Siswa dapat mengembangkan diri sendiri merupakan tujuan akhir dari pengelolaan kelas. Untuk mencapai tujuan ini guru harus selalu mendorong siswa untuk melaksanakan disiplin diri sendiri. Hal ini akan lebih berhasil  jika guru sendiri menjadi contoh atau teladan tentang pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung jawab.



G.    Masalah dalam Pengelolaan Kelas
Berhasil tidaknya mengelola kelas bergantung pada dua faktor utama yaitu, guru dan siswa. Permasalahan yang muncul dari guru antara lain:[13]
1.      Bercampurnya urusan domestik (pribadi) dengan urusan pekerjaan.
2.      Banyaknya pekerjaan administatif yang menyita banyak waktu yang harus dilakukan guru.
3.      Penampilan fisik dan gaya mengajar yang kurang menarik.
4.      Pengendalian emosi yang kurang tepat, tidak sabar.
5.      Keterampilan komunikasi yang kurang efektof kepada siswa.
Adapun permasalahan yang disebabkan oleh siswa antara lain :
1.      Adanya persaingan siswa yang tidak sehat antar siswa.
2.      Adanya perbedaan sus, ras, agama, sehingga memunculkan rasa tidak senang terhadap siswa lain.
3.      Reaksi yang muncul dikelas akibat suatu peristiwa kebanyakan negatif, seperti melawan dan mengancam guru.
4.      Sebagian besar teman sekelas akan menoleransi kesalahan yang dibuat oleh temannya, misalnya tidak mengerjakan PR.
5.      Kesulitan siswa dalam beradaptasi dengan lingkungan kelas yang berbeda / baru.
H.    Pendekatan Umum dalam Mendisiplinkan Siswa.
Kelvin Seifert (2012) menyatakan bahwa para ahli pendidikan secara khusus mengusulkan ada tiga sikap umum menyangkut disiplin yang tepat dan beberapa saran khusus yang diberikan masing-masing sikap tersebut kepada para guru.[14]
1.      Humanisme (pendekatan humanis terhadap disiplin).
Sikap ini menekankan keyakinan dalam rasionalitas para siswa serta kesediaan mereka untuk memperbaiki perilaku mereka sendiri dan mengatasi masalah mereka sendiri tanpa harus merugikan pihak-pihak lain. Gordon (1974) dalam Kelvin (2012) menyatakan bahwa, Gordon mendesak para guru untuk mendengarkan dengan seksama masalah-masalah yang dialami oleh para siswa, mengajak para siswa untuk melihat perasaan para siswa sendiri tentang masalah-masalah tersebut, dan menyatakan dengan jelas perasaan para guru sendiri tentang perilaku yang buruk. Kekuasaan dan pengaruh memang dipergunakan dalam pendekatan ini, hanya saja tidak secara langsung: menyusun prosedur harian dalam kelas, misalnya, akan membuat perilaku yang diharapkan lebih berpeluang untuk terjadi dan menguatkan motivasi para siswa untuk melakukan hal tersebut. Pendekatan Gordon tidak menyangkal keberadaan pengaruh atau pentingnya manajemen yang baik bagi para siswa, akan tetapi dengan menggunakan prinsip-prinsip humanis dalam pendekatan tersebut, maka keberhasilan pendekatan tersebut dalam mempengaruhi dan memperbaiki para siswa akan bergantung pada para siswa sendiri. Para guru hanya menyediakan bantuan emosional kepada para siswa dalam melakukan hal tersebut.[15]
2.      Negosiasi (pendekatan negosiasi terhadap disiplin).
Sikap ini mengharapkan para siswa untuk bertanggung jawab terhadap perilaku buruk mereka dan bertanggung jawab untuk memperbaikinya, pendekatan ini juga berharap para guru bisa memodifikasi dan mengarahkan usaha para siswa dalam cara-cara tertentu.
Kelvin (2012) menyatakan bahwa, para guru sebaiknya tidak secara langsung menguatkan motivasi atau menghukum para siswa karena telah berperilaku baik atau buruk, melainkan mencoba membiarkan konsekuensi alamiah dari perilaku mereka yang melakukan hal tersebut. Misalnya, jika memukul teman mengarah pada isolasi sosial, sementara bersikap ramah terhadap teman mengarah pada penerimaan sosial, maka itu artinya para guru mengandalkan konsekuensi-konsekuensi tersebut dalam menganjurkan perilaku yang tepat.
Sebaliknya, menurut Glasser dalam Kelvin (2012) menyatakan bahwa, para guru harus campur tangan secara langsung jika usaha yang mereka lakukan dalam menegosiasikan dan menganjurkan sebuah diskusi kelas pada siswa mengalami kegagalan. Kemudian, hanya setelah mereka lakukan hal di atas, mereka harus secara fisik mengisolasi siswa yang bersangkutan, dengan memberikan instruksi-instruksi dalam merumuskan sebuah perencanaan untuk merubah perilaku yang buruk. Tergantung pada usia siswa dan tata ruang kelas, isolasi bisa dilakukan dengan menempatkan siswa yang bersangkutan di sudut kelas itu sendiri, di koridor, atau dalam sebuah “ruang isolasi” khusus. Akan tetapi, dalam sebagian besar kasus, para guru tidak perlu melakukan hal drastis sedemikian. Biasanya menurut glasser, mereka bisa mengikuti jalan tengah dalam menekankan kendali: dengan meminta atau lebih tepatnya memaksa para siswa untuk memikul beban tanggungjawab pribadi bagi perilaku mereka, para guru biasanya akan mampu membuat para siswa menjadi pribadi yang lebih bertanggungjawab.[16]
3.      Modifikasi Perilaku (pendekatan modifikasi perilaku terhadap disiplin).
Pendekatan ini menekankan pentingnya konsekuensi positif dan negatif dalam mengendalikan perilaku. Para guru akan memanfaatkan semua strategi pendisiplinan melalui dampak dari usaha mereka dalam menguatkan motivasi para siswa. Pendekatan modifikasi perilaku membutuhkan beberapa strategi berbeda dalam mempengaruhi perilaku:
a.      Mengawasi dan memperhitungkan masalah-masalah perilaku. Strategi ini membantu para guru mempertimbangkan dengan tepat yang menjadi masalah dalam perilaku siswa. Sejalan dengan prinsip-prinsip perilaku, pengawasan harus berfokus sepesifik mungkin terhadap perilaku, dan prinsip-prinsip tersebut juga harus berlaku ilmiah. Misalnya, seorang siswa mengganggu suasana kelas dengan bersikap marah, bagaimana sejatinya bisa ia melakukan hal tersebut?; dengan memberenggut, memukul temannya, atau berbicara dalam bahasa kasar?; jika ia marah dengan menggunakan kata-kata kasar, apakah ia menggunakan kata-kata kasar tersebut, katakanlah dua puluh kali sehari atau hanya tiga kali?; fokus sedemikian memang akan mengurangi perhatian terhadap makna yang ada dibalik perilaku, namun fokus tersebut tetap mencoba mencegah spekulasi tentang motif dan kepribadian siswa yang bersangkutan.[17]
Fokus tersebut membantu para guru untuk menetapkan tujuan yang jelas dalam memodifikasi perilaku buruk siswa. Misalnya, seorang guru hanya mengetahui fakta bahwa seorang siswa sudah “terlalu banyak” menggunakan kata-kata kasar, maka guru tersebut tidak akan mengetahui dengan pasti kapan siswa tersebut mampu mengurangi  penggunaan kata-kata kasar menjadi “cukup banyak”. Sebaliknya, jika guru tersebut mengetahui bahwa siswa tersebut menggunakan kata-kata kasar dua puluh kali dalam satu hari, maka guru tersebut akan selalu bisa membandingkan penggunaan kata-kata kasar dari siswa yang bersangkutan di hari-hari lain semakin sering atau sudah berkurang.[18]
b.      Berikan penguat motivasi terhadap perilaku yang guru harapkan. Ketertarikan dan penghargaan bervariasi sesuai dengan sifat dasar masing-masing anak dan situasi. Terkadang sebuah lirikan mata atau senyum sekilas bisa menjadi penguat motivasi yang sangat efektif. Penguat motivasi bisa diberikan secara langsung kepada siswa yang bersangkutan atau diberikan dengan cara tidak langsung melalui soranng contoh atau teladan. Terkadang memuji seorang siswa yang berperilaku baik akan mempengaruhi siswa yang berperilaku buruk untuk berubah.[19]
c.       Hentikan perilaku yang tidak guru harapan. Sesuai dengan kebiasaan dari berbagai penganut motivasi, menbSesuai dengan kebiasaan dari berbagai penganut motivasi, menghentikan perilaku yang tidak diharapkan terbukti bisa jauh lebih  sulit untuk dilakukan ketimbang yang diduga. Jika sebuah lirikan mata bisa menguatkan motivasi siswa untuk mengganggu ketenangan dalam kelas, misalnya, maka para sangat mungkin membutuhkan sebuah kendali diri yang luar biasa baik untuk bisa menghentikan perilaku tersebut secara efektif. Dalam menggunakan usaha penghentian, guru dan seisi kelas harus mampu sabar dalam menghadapi perilaku yang tidak diharapkan ketika perilaku tersebut sedang dhentikan. Mengingat sebagian perilaku sangat mungkin tidak bisa ditoleransi, sebagian besar pendukung modifikasi perilaku menganjurkan penggunaan hukuman yang terbatas.[20]
d.      Ciptakan perjanjian perilaku dengan para siswa. Perjanjian perilaku adalah kesepakatan untuk memberikan penghargaan kepada para siswa dalam cara-cara spesifik jika mereka menunjukkan perilaku yang diharapkan. Contoh, “Jika kalian bisa mengerjakan tugas dengan tenang selama lima belas menit, maka kalian boleh mendengarkan lagu selama satu jam berikutnya,” atau “Kerjakan lima soal dengan benar, dan kalian boleh melakukan apa yang kalian inginkan”. Perjanjian perilaku bisa dibuat secara tertulis atau dinyatakan secara verbal dan bisa dibuat untuk beberapa tugas tertentu atau untuk beberapa mata pelajaran.[21]
e.       Ciptakan perkiraan tentang perilaku yang diinginkan. Jika para guru memaksakan perilaku yang sempurna sebelum memulai sebuah penguatan motivasi, maka merekan sangat mungkin akan gagal mendapat perilaku yang mereka harapkan. Siswa yang berbisik memang tidak akan bisa membaca dengan tenang selama tiga puluh menit misalnya, akan tetapi ia sangat mungkin bisa melakukan hal tersebut selama tiga menit dan akan terus meningkat jika ia akan mendapatkan penghargaan terhadap usahanya.[22]
f.       Waktu jeda terkadang bisa membantu para guru dengan menghentikan lingkaran penguat motivasi yang menyebabkan beberapa perilaku yang tidak diharapkan. Prosedur waktu jeda ini terdiri dari isolasi sementara terhadap siswa yang berperilaku buruk hingga perilaku buruk tersebut terhenti. Seorang siswa yang terbiasa melawak di dalam kelas, misalnya, sangat mungkin akan terus melakukan hal-hal konyol karena teman-teman sekelasnya tidak bisa berhenti tertawa. “Waktu jeda” sangat mungkin akan menghentikan pola tawa dan lelucon yang terjadi dan memungkinkan para siswa yang lain untuk kembali memulai kegiatan dengan semangat baru. Terkadang sebuah isolasi dengan tanpa sengaja akan membuat para siswa merasa diperhatikan oleh para guru. Akan tetapi, yang lebih sering terjadi, para siswa akan memilih melakukan hal yang benar ketimbang tidak melakukan apa-apa sama sekali. Sehingga, mengembalikan perhatian mereka pada kegiatan di dalam kelas, akan menjadi penguat motivasi yang positif.[23]


BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan
Pengelolaan kelas merupakan suatu usaha yang dilakukan guru untuk membantu menciptakan kondisi belajar yang optimal. Selain itu, pengelolaan kelas merujuk pada penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa yang berlangsung pada lingkungan secara sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas menjadi sebuah lingkungan belajar yang membelajarkan.
Tujuan pengelolaan kelas antara lain, mewujudkan situasi dan kondisi ; menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi belajar mengajar ; dan menyediakan dan mengatur fasilitas serta peralatan belajar yang mendukung.
Ciri-ciri kelas yang tertib dan baik antara lain, Setiap siswa aktif dan memahami apa tugas yang diberikan oleh guru; tidak ada siswa yang membuang waktu dengan mengerjakan pekerjaan yang lain selain belajar; setiap siswa belomba – lomba untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru; dan adanya persamaan persepsi antara guru dan siswa mngenai tujuan pembelajaran.
Keterampilan pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses pembelajaran.
Komponen dalam pengelolaan kelas antara lain: (a) preventif atau keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan kondisi belajar yang optimal, seperti menunjukkan sikap tanggap, membagi perhatian, memusatkan perhatian kelompok, memberikan petunjuk, menegur dan memberikan penguatan. (b) Represif atau keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal, seperti modifikasi tingkah laku, pengelolaan kelompok dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah.
Adapun prinsip dalam pengelolaan kelas, antara lain: kehangatan dan keantusiasan; tantangan; bervariasi; keluwesan; penekanan pada hal positif; dan penanaman disiplin diri.
Masalah-masalah yang terjadi di dalam kelas itu disebabkan oleh faktor guru dan siswa. Masalah yang terjadi karena faktor guru seperti, mencampurkan urusan pribadi dengan pekerjaan, gaya mengajar tidak menarik dan lainnya. Adapun masalah yang terjadi karena faktor siswa seperti, adanya persaingan tidak sehat antar siswa, ada kesenjangan antar siswa karena perbedaan suku, ras dan budaya.
Pengelolaan kelas juga harus melihat pendekatan umum untuk mendisiplinkan siswa. Ada 3 hal yang menjadi pendekatan paling efektif, yaitu Humanisme, Negosiasi dan modifikasi prilaku terhadap prilaku disiplin. Pada pendekatan modifikasi prilaku ada beberapa strategi yang dapat mempengaruhi prilaku, antara lain: Mengawasi dan memperhitungkan masalah-masalah perilaku; Berikan penguat motivasi terhadap perilaku yang guru harapkan; Hentikan perilaku yang tidak guru harapan; Ciptakan perjanjian perilaku dengan para siswa; Ciptakan perkiraan tentang perilaku yang diinginkan; dan waktu jeda terkadang bisa membantu para guru dengan menghentikan lingkaran penguat motivasi yang menyebabkan beberapa perilaku yang tidak diharapkan.


DAFTAR PUSTAKA
Rusman. 2017. Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Seifert, Kelvin. Educational Psycology (Pedoman Pembelajaran dan Instruksi Pendidikan). Jogjakarta: IRCiSoD.
Suprihatiningrum, Jamil. 2016. Strategi Pembelajaran teori & aplikasi. Jogjakarta: Ar-ruzz Media.



[1] Jamil Suprihatiningrum. 2016. Strategi Pembelajaran teori & aplikasi. Jogjakarta: Ar-ruzz Media. Hal. 309
[2] http://elinady.blogspot.com/2013/07/keterampilan-mengelola-kelas.html, diakses pada tanggal 29 september 2019 jam 21.14
[3] Jamil Suprihatiningrum. 2016. Strategi Pembelajaran teori & aplikasi. Jogjakarta: Ar-ruzz Media. Hal. 309
[4] Ibid, hal. 310
[5] http://elinady.blogspot.com/2013/07/keterampilan-mengelola-kelas.html, diakses pada tanggal 30 September 2019 jam 19.21
[6] Ibid.
[7] Jamil Suprihatiningrum. 2016. Strategi Pembelajaran teori & aplikasi. Jogjakarta: Ar-ruzz Media. Hal. 310-311.
[8] Rusman. 2017. Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana. Hal. 198
[9] Jamil Suprihatiningrum. 2016. Strategi Pembelajaran teori & aplikasi. Jogjakarta: Ar-ruzz Media. Hal. 312
[10] https://areknerut.wordpress.com/2012/12/30/keterampilan-mengelola-kelas/, diakses pada tanggal 30 September 2019 jam 20.19
[11] Rusman. 2017. Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: KENCANA. Hal. 198
[12] https://areknerut.wordpress.com/2012/12/30/keterampilan-mengelola-kelas/, diakses pada tanggal 30 September 2019 jam 20.27
[13] Jamil Suprihatiningrum. 2016. Strategi Pembelajaran teori & aplikasi. Jogjakarta: Ar-ruzz Media. Hal. 312-313.
[14]  Seifert, Kelvin. Educational Psycology (Pedoman Pembelajaran dan Instruksi Pendidikan). Jogjakarta: IRCiSoD
[15]  Kelvin Seifert. Educational Psycology (Pedoman Pembelajaran dan Instruksi Pendidikan). Jogjakarta: IRCiSoD. hal. 242.
[16] Kelvin Seifert. Educational Psycology (Pedoman Pembelajaran dan Instruksi Pendidikan). Jogjakarta: IRCiSoD.
[17]Kelvin Seifert. Educational Psycology (Pedoman Pembelajaran dan Instruksi Pendidikan). Jogjakarta: IRCiSoD. Hlm. 247.
[18] Ibid.
[19]  Kelvin Seifert. Educational Psycology (Pedoman Pembelajaran dan Instruksi Pendidikan). Jogjakarta: IRCiSoD. Hlm. 248.
[20]  Kelvin Seifert. Ibid. Hlm. 249.
[21] Kelvin Seifert. Ibid.
[22] Kelvin Seifert. Educational Psycology (Pedoman Pembelajaran dan Instruksi Pendidikan). Jogjakarta: IRCiSoD. Hlm. 250.
[23] Kelvin Seifert. Ibid.

0 comments:

Post a Comment

Monggo Komentarnya. . .