KETERAMPILAN PENGELOLAAN KELAS
(MAKALAH)
Disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Strategi Belajar Mengajar
Dosen Pengampu : Ratna Purwati, M.
Pd

Disusun Oleh :
Aprilia Putri Astuti
Khadijah (2017.3.5.1.00399)
Laras Pratiwi
Zakiyah Darajat
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU
MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM BUNGA BANGSA
CIREBON
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Keterampilan Pengelolaan Kelas” ini. Sholawat
dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi
Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus berupa
ajaran agama islam yang sempurna dan menjadi anugrah terbesar bagi seluruh alam
semesta.
Penulis sangat
bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang menjadi tugas mata kuliah
Strategi Belajar Mengajar dengan judul “Keterampilan Pengelolaan Kelas”.
Disamping itu, kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu kami selama pembuatan makalan ini berlangsung sehingga dapat
terealisasikanlah makalah ini.
Demikian yang
dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya dapat
kami perbaiki. Karena kami sadar, makalah yang kami buat ini masih banyak
terdapat kekurangannya.
Senin,
30 September 2019
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
Pendahuluan....................................................................................... 4
A.
Latar Belakang..................................................................................... 4
B.
Rumusan Masalah................................................................................. 5
C.
Tujuan Masalah..................................................................................... 5
BAB II
Pembahasan....................................................................................... 6
A.
Pengertian Pengelolaan Kelas............................................................... 6
B.
Tujuan Pengelolaan Kelas..................................................................... 7
C.
Ciri-Ciri Kelas yang Tertib dan
Baik.................................................... 8
D.
Pengertian Keterampilan Pengelolaan
Kelas........................................ 8
E.
Komponen dalam Keterampilan
Pengelolaan Kelas............................. 9
F.
Prinsip-Prinsip dalam Pengelolaan
Kelas.............................................. 11
G.
Masalah dalam pengelolaan Kelas........................................................ 13
H.
Pendekatan Umum dalam
Mendisiplinkan siswa................................. 13
BAB III
Penutup............................................................................................ 19
Kesimpulan....................................................................................................... 19
Daftar Pustaka................................................................................................ 21
BAB I
PENDAHULAN
A.
Latar
Belakang
Kelas merupakan lingkungan belajar yang diciptakan untuk mewadahi
kepentingan belajar dan digunakan siswa untuk mencapai tujuan tertentu.
Penanggung jawab kelas adalah guru. Guru harus bisa menciptakan situasi
pembelajaran yang kondusif dan efektif sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai. Siswa membutuhkan guru yang dapat mengelola kelas dengan baik.
Pengelolaan kelas merupakan bagian dari keterampilan mengajar yang harus
dikuasai oleh guru.[1]
Keterampilan dasar dalam mengajar sangat diperlukan oleh guru agar interaksi antara guru dan siswa bisa
berjalan dengan baik dan siswa tidak merasa tertekan saat belajar sehingga
pelajaran dapat ditangkap secara maksimal. Keberhasilan seorang guru dalam
mengajar tidak hanya ditentukan oleh
faktor-faktor yang berhubungan dengan proses pembelajaran saja, melainkan
juga ditentukan oleh keterampilan pengelolaan kelas yang dikuasainya.
Keterampilan mengelola kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan
memelihara kondisi belajar yang optimal dan keterampilan untuk mengembalikan
kondisi belajar yang optimal.[2]
Pengelolaan kelas mengarah pada peran guru untuk menata
pembelajaran secara kolektif atau klasikal dengan cara mengelola
perbedaan-perbedaan kekuatan individual menjadi semuah aktivitas belajar
bersama. Pengelolaan kelas merupakan suatu usaha yang dilakukan guru untuk
membantu menciptakan kondisi belajar yang optimal. Oleh sebab itu, makalah ini akan membahas
tentang keterampilan mengajar guru pada bagian pengelolaan kelas agar lebih
mendalam memahami hal tersebut.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang sesuai
adalah:
1.
Apa
pengertian dari pengelolaan kelas?
2.
Apa tujuan
dari pengelolaan kelas?
3.
Apa
ciri-ciri kelas yang tertib dan baik?
4.
Apa
pengertian dari keterampilaan pengelolaan kelas?
5.
Apa
saja komponen dalam keterampilan pengelolaan kelas?
6.
Apa
saja prinsip dalam keterampilan pengelolaan kelas?
7.
Apa
saja yang menjadi masalah dalam pengelolaan kelas?
8.
Bagaimana
pendekatan umum dalam mendisiplinkan siswa?
C.
Tujuan
Makalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan makalah yang
sesuai adalah:
1.
Untuk
mengetahui pengertian dari pengelolaan kelas.
2.
Untuk
mengetahui tujuan dari pengelolaan kelas.
3.
Untuk
mengetahui ciri-ciri kelas yang tertib dan baik.
4.
Untuk
mengetahui pengertian dari keterampilan mengelola kelas.
5.
Untuk
mengetahui komponen- komponen dalam keterampilan pengelolaan kelas.
6.
Untuk
mengetahui prinsip- prinsip dalam keterampilan pengelolaan kelas.
7.
Untuk
mengetahui masalah-masalah dalam pengelolaan kelas.
8.
Untuk
menjelaskan pendekatan umum dalam mendisiplinkan siswa.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Pengelolaan Kelas
Kelas merupakan
lingkungan belajar yang diciptakan untuk mewadahi kepentingan pembelajaran dan
digunakan siswa untuk mencapai tujuan tertentu. Pengelolaan kelas mengarah pada
peran guru untuk menata pembelajaran secara kolektif atau klasikal dengan cara
mengelola perbedaan – perbedaan kekuatan individual menjadi sebuah aktivitas
belajar bersama. Pengelolaan kelas merupakan suatu usaha yang dilakukan guru
untuk membantu menciptakan kondisi belajar yang optimal.[3]
Selain itu,
pengelolaan kelas merujuk pada penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam
kegiatan belajar siswa yang berlangsung pada lingkungan sosial, emosional, dan
intelektual anak dalam kelas menjadi sebuah lingkungan belajar yang
membelajarkan. Fasilitas tersebut memungkinkan siswa belajar, serta
tercapainnya suasana kelas yang memberikan kepuasan, suasana disiplin, nyaman
dan penuh semangat sehingga terjadi perkembangan intelektual, emosional, dan
sikap serta apresiasi pada siswa. Dengan demikian, ada beberapa variabel yang
perlu dikelola oleh guru, yaitu :[4]
1.
Ruang
kelas, batasan lingkungan belajar.
2.
Usaha
guru, tuntutan adanya dinamika kegiatan guru dalam menyiasati segala
kemungkinan yang terjadi dalam lingkungan belajar.
3.
Kondisi
belajar, batasan aktivitas yang harus diwujudkan.
4.
Belajar
yang optimal, ukuran kualitas proses yang mendorong mutu sebuah produk belajar.
Jadi
pengelolaan kelas sebenarnya merupakan merupakan upaya mendayagunakan seluruh
potensi kelas, baik sebagai komponen utama pembelajaran maupun komponen
pendukungnya.
B.
Tujuan
Pengelolaan Kelas
Menurut Ahmad
(1995:2), tujuan pengelolaan kelas adalah sebagai berikut:[5]
1.
Mewujudkan
situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai
kelompok belajar yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuan
semaksimal mungkin.
2.
Menghilangkan
berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi belajar
mengajar.
3.
Menyediakan
dan mengatur fasilitas serta peralatan belajar yang mendukung dan memungkinkan
siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual siswa
dalam kelas.
Tujuan
pengelolaan kelas menurut Sudirman (dalam Djamarah 2006:170) pada hakikatnya
terkandung dalam tujuan pendidikan. Tujuan pengelolaan kelas adalah:[6]
1.
Penyediaan
fasilitas bagi macam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan
intelektual dalam kelas.
2.
Fasilitas
yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja.
3.
Terciptanya
suasana yang memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual,
emosional, dan sikap serta apresiasi pada siswa.
Sedangkan
Arikunto (dalam Djamarah 2006:178) berpendapat bahwa tujuan pengelolaan kelas
adalah agar setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga segera
tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien.
C.
Ciri-Ciri
Kelas yang Tertib dan Baik
Suasana kelas
yang tertin mendukung pencapaian pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari
antusiasme siswa ketika mengikuti pelajaran. Kelas yang tertib juga ditunjukkan
oleh ciri-ciri berikut:[7]
1.
Setiap
siswa aktif dan memahami apa tugas yang diberikan oleh guru untuk
dikerjakan/dilakukan selama proses pembelajaran.
2.
Tidak
ada siswa yang membuang waktu dengan mengerjakan pekerjaan yang lain selain
belajar.
3.
Setiap
siswa belomba – lomba untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.
4.
Adanya
persamaan persepsi antara guru dan siswa mngenai tujuan pembelajaran yang
hendak dicapai melalui proses pembelajaran.
Selain kelas
yang tertib, guru juga seyogyanya dapat menciptakan kelas yang berkarakter,yang
memiliki ciri-ciri 3S yaitu, speed, simple, dan self-confidence.
1.
Speed
berarti siswa belajar dengan waktu yang relatif singkat, sehingga terjadi
percepatan dalam belajar.
2.
Simple
berarti guru dapat mengorganisasikan kelas dan materi menjadi sederhana agar
meningkatkan pemahaman siswa dan mempermudah pengelolaan kelas.
3.
Self-confidence
artinya siswa belajar dengan penuh rasa percaya diri dan termotivasi untuk
berprestasi.
D.
Pengertian
Keterampilan Mengelola Kelas
Menurut Usman
(1992: 89) dalam Rusman (2017: 197-198) menyatakan bahwa pengelolaan kelas adalah
keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal
dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses pembelajaran, seperti
penghentian perilaku siswa yang memindahkan perhatian kelas, memberikan
ganjaran bagi siswa yang tepat waktu dalam menyelesaikan tugas atau penetapan
norma kelompok yang produktif.[8]
Keterampilan
pengelolaan kelas terdiri dari dua hal yaitu:[9]
1.
Usaha
mempertahankan kondisi kelas. Ketika kelas tiba – tiba berubah menjadi tidak
kondusif, guru harus mempunyai solusi untuk mempertahankan kondisi kelas yang
tertib. Cara lain yang dapat dilakukan guru adalah memusatkan perhatian pada
siswa dengan cara memberi petunjuk yang jelas, memberi penguatan dan
pengulangan materi, menyesuaikan irama belajar, serta meminta
pertanggungjawaban siswa atas tugas yang telah diberikan.
2.
Usaha
mengembangkan iklim kelas. Mengembangkan iklim kelas berarti menata ulang
kondisi kelas yang kurang kondusif agar menjadi kondusif. Usaha yang dapat
dilakukan adalah dengan memvariasi strategi, metode, dan media pembelajaran
untuk menarik perhatian siswa dan pengembalian iklim pembelajaran yang
kondusif.
E.
Komponen-Komponen
dalam Keterampilan Pengelolaan kelas
Komponen-komponen dalam pengelolaan kelas, sebagai berikut:
1.
Preventif,
yaitu keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi
belajar yang optimal, seperti:[10]
a.
menunjukan
sikap tanggap, keterampilan ini menggambarkan tingkah laku guru yang telah
memperhatikan siswanya sehingga siswa merasa bahwa guru hadir bersama mereka.
Cara yang dilakukan dalam menunjukkan sikap tanggap ini dengan cara memandang
secara seksama, gerak mendekati, memberikan pernyataan, memberikan reaksi
terhadap gangguan atau ketakacuhan siswa.
b.
memberikan
perhatian, pengelolaan kelas yang efektif terjadi bila guru mampu membagi
perhatiannya kepada beberapa kegiatan yang berlangsung dalam waktu yang sama.
Cara yang digunakan dalam membagi perhatian yaitu melalui visual dan verbal.
c.
memusatkan
perhatian kelompok, seorang guru harus mampu memusatkan kelompok terhadap
tugas-tugas yang diberikan sehingga siswa tetap terlibat dalam kegiatan
belajar. Cara yang dilakukan yaitu dengan menyiagakan siswa atau memusatkan
pada suatu topik dan menuntut tanggung jawab siswa untuk memperagakan alat atau
melaporkan hasil diskusi.
d.
memberikan
petunjuk yang jelas, Petunjuk yang jelas sangat diperlukan oleh siswa sehingga
siswa tidak mengalami kebingungan dalam mengerjakan tugas atau perintah.
e.
Menegur
siswa bila melakukan tindakan menyimpang, Siswa yang telah mengganggu proses
pembelajaran dapat diberi teguran. Teguran harus tegas dan jelas namun
menghindari perkataan kasar atau menghina. Namun teguran ini dapat disepakati
bentuknya saat membuat aturan-aturan tertentu antara siswa dan guru. Guru harus
lebih berhati-hati dalam menasehati siswa terhadap kelas maupun perorangan.
f.
memberikan
penguatan, segala tingkah laku hendaknya diberi penguatan baik itu penguatan
positif maupun negatif dan teguran pada perilaku siswa yang telah menyimpang.
2.
Represif,
yaitu keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang
optimal, yaitu berkaitan dengan respon guru terhadap gangguan siswa yang
berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat melakukan tindakan remedial untuk
mengembalikan kondisi belajar yang optimal. Guru dapat menggunakan strategi:
a.
Modifikasi
tingkah laku. Guru hendaknya menganalisis tingkah laku siswa yang mengalami
masalah/kesulitan dan berusaha memodifikasi tingkah laku tersebut dengan
mengaplikasikan pemberian penguatan secara sistematis.
b.
guru
menggunakan pendekatan pemecahan masalah kelompok dengan cara memperlancar
tugas-tugas melalui kerjasama di antara siswa dan memelihara kegiatan-kegiatan
kelompok.
c.
menemukan
dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah.
Disamping dua keterampilan pengelolaan kelas tersebut, guru perlu
memperhatikan perihal lainnya seperti, menghindari campur tangan yang
berlebihan, menghentikan penjelasan tanpa alasan, ketidaktepatan memulai dan
mengakhiri kegiatan, penyimpangan, dan sikap yang terlau bertele-tele.[11]
F.
Prinsip-Prinsip
dalam Pengelolaan Kelas
Dalam
melaksanakan komponen keterampilan pengelolaan kelas , perlu diperhatikan
pinsip-prinsip dasar pengelolaan kelas sebagai berikut:[12]
1.
Kehangatan
dan keantusiasan.
Kehangatan
dan keantusiasan guru dapat memudahkan terciptanya iklim kelas yang
menyenangkan sehingga dapat mewujudkan kegiatan belajar yang optimal. Guru yang
bersikap hangat dan akrab serta secara ajek menunjukkan antusiasmenya terhadap
tugas-tugas, kegiatan-kegiatan, atau siswanya akan lebih mudah melaksanakan
komponen-komponen keterampilan pengelolaan kelas.
2.
Tantangan.
Penggunaan kata-kata, tindakan, atau bahan-bahan yang menantang
akan meningkatkan gairah siswa untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan
munculnya tingkah laku yang menyimpang. Selain itu perhatian dan minat siswa
akan tetap terpelihara. Diusahakan, saat guru memberi tantangan, soal dimulai
dari yang mudah dan semua siswa bisa menjawab sebagai motivasi untuk menjawab
selanjutnya.
3.
Bervariasi.
Penggunaan variasi dalam media, gaya dan interaksi belajar mengajar
merupakan kunci pengelolaan kelas untuk menghindari kejenuhan serta pengulangan
aktivitas yang menyebabkan menurunnya kegiatan belajar dan tingkah laku positif
siswa. Jika terdapat banyak variasi maka kejenuhan akan berkurang dan siswa
akan cenderung meningkatkan keterlibatannya dalam tugas dan tidak akan menunggu
temannya.
4.
Keluwesan.
Selama proses belajar mengajar, terdapat kemungkinan munculnya
ganggua-gangguan dari siswa. Untuk mencegah gangguan tersebut diperlukan
keluwesan tingkah laku guru untuk dapat merubah strategi mengajarnya
mengajarnya dengan memanipulasi berbagai komponen keterampilan mengajar yang
lain.
5.
Penekanan
pada Hal-Hal yang Positif.
Cara guru memelihara suasana yang positif diantaranya adalah
dengan; Memberi aksentuasi terhadap tingkah laku siswa yang positif dan
menghindari celaan terhadap tingkah laku yang kurang wajar dan menyadari akan
kemungkinan kesalahan yang dapat dibuatnya sehingga akan mengganggu kelancaran
dan kecepatan belajar siswa.
6.
Penanaman
disiplin diri
Siswa dapat mengembangkan diri sendiri merupakan tujuan akhir dari
pengelolaan kelas. Untuk mencapai tujuan ini guru harus selalu mendorong siswa
untuk melaksanakan disiplin diri sendiri. Hal ini akan lebih berhasil jika guru sendiri menjadi contoh atau teladan
tentang pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung jawab.
G.
Masalah
dalam Pengelolaan Kelas
Berhasil tidaknya mengelola kelas bergantung pada dua faktor utama
yaitu, guru dan siswa. Permasalahan yang muncul dari guru antara lain:[13]
1. Bercampurnya urusan domestik (pribadi) dengan urusan pekerjaan.
2. Banyaknya pekerjaan administatif yang menyita banyak waktu yang
harus dilakukan guru.
3. Penampilan fisik dan gaya mengajar yang kurang menarik.
4. Pengendalian emosi yang kurang tepat, tidak sabar.
5. Keterampilan komunikasi yang kurang efektof kepada siswa.
Adapun permasalahan yang disebabkan oleh siswa antara lain :
1. Adanya persaingan siswa yang tidak sehat antar siswa.
2. Adanya perbedaan sus, ras, agama, sehingga memunculkan rasa tidak senang
terhadap siswa lain.
3. Reaksi yang muncul dikelas akibat suatu peristiwa kebanyakan
negatif, seperti melawan dan mengancam guru.
4. Sebagian besar teman sekelas akan menoleransi kesalahan yang dibuat
oleh temannya, misalnya tidak mengerjakan PR.
5. Kesulitan siswa dalam beradaptasi dengan lingkungan kelas yang
berbeda / baru.
H.
Pendekatan
Umum dalam Mendisiplinkan Siswa.
Kelvin Seifert
(2012) menyatakan bahwa para ahli pendidikan secara khusus mengusulkan ada tiga
sikap umum menyangkut disiplin yang tepat dan beberapa saran khusus yang
diberikan masing-masing sikap tersebut kepada para guru.[14]
1.
Humanisme
(pendekatan humanis terhadap disiplin).
Sikap
ini menekankan keyakinan dalam rasionalitas para siswa serta kesediaan mereka
untuk memperbaiki perilaku mereka sendiri dan mengatasi masalah mereka sendiri
tanpa harus merugikan pihak-pihak lain. Gordon (1974) dalam Kelvin (2012)
menyatakan bahwa, Gordon mendesak para guru untuk mendengarkan dengan seksama
masalah-masalah yang dialami oleh para siswa, mengajak para siswa untuk melihat
perasaan para siswa sendiri tentang masalah-masalah tersebut, dan menyatakan
dengan jelas perasaan para guru sendiri tentang perilaku yang buruk. Kekuasaan
dan pengaruh memang dipergunakan dalam pendekatan ini, hanya saja tidak secara
langsung: menyusun prosedur harian dalam kelas, misalnya, akan membuat perilaku
yang diharapkan lebih berpeluang untuk terjadi dan menguatkan motivasi para
siswa untuk melakukan hal tersebut. Pendekatan Gordon tidak menyangkal
keberadaan pengaruh atau pentingnya manajemen yang baik bagi para siswa, akan
tetapi dengan menggunakan prinsip-prinsip humanis dalam pendekatan tersebut,
maka keberhasilan pendekatan tersebut dalam mempengaruhi dan memperbaiki para
siswa akan bergantung pada para siswa sendiri. Para guru hanya menyediakan
bantuan emosional kepada para siswa dalam melakukan hal tersebut.[15]
2.
Negosiasi
(pendekatan negosiasi terhadap disiplin).
Sikap ini mengharapkan para siswa untuk bertanggung jawab terhadap
perilaku buruk mereka dan bertanggung jawab untuk memperbaikinya, pendekatan
ini juga berharap para guru bisa memodifikasi dan mengarahkan usaha para siswa
dalam cara-cara tertentu.
Kelvin (2012)
menyatakan bahwa, para guru sebaiknya tidak secara langsung menguatkan motivasi
atau menghukum para siswa karena telah berperilaku baik atau buruk, melainkan
mencoba membiarkan konsekuensi alamiah dari perilaku mereka yang melakukan hal
tersebut. Misalnya, jika memukul teman mengarah pada isolasi sosial, sementara
bersikap ramah terhadap teman mengarah pada penerimaan sosial, maka itu artinya
para guru mengandalkan konsekuensi-konsekuensi tersebut dalam menganjurkan
perilaku yang tepat.
Sebaliknya,
menurut Glasser dalam Kelvin (2012) menyatakan bahwa, para guru harus campur
tangan secara langsung jika usaha yang mereka lakukan dalam menegosiasikan dan
menganjurkan sebuah diskusi kelas pada siswa mengalami kegagalan. Kemudian,
hanya setelah mereka lakukan hal di atas, mereka harus secara fisik mengisolasi
siswa yang bersangkutan, dengan memberikan instruksi-instruksi dalam merumuskan
sebuah perencanaan untuk merubah perilaku yang buruk. Tergantung pada usia
siswa dan tata ruang kelas, isolasi bisa dilakukan dengan menempatkan siswa
yang bersangkutan di sudut kelas itu sendiri, di koridor, atau dalam sebuah
“ruang isolasi” khusus. Akan tetapi, dalam sebagian besar kasus, para guru
tidak perlu melakukan hal drastis sedemikian. Biasanya menurut glasser, mereka
bisa mengikuti jalan tengah dalam menekankan kendali: dengan meminta atau lebih
tepatnya memaksa para siswa untuk memikul beban tanggungjawab pribadi bagi
perilaku mereka, para guru biasanya akan mampu membuat para siswa menjadi
pribadi yang lebih bertanggungjawab.[16]
3.
Modifikasi
Perilaku (pendekatan modifikasi perilaku terhadap disiplin).
Pendekatan ini menekankan pentingnya konsekuensi positif dan
negatif dalam mengendalikan perilaku. Para guru akan memanfaatkan semua
strategi pendisiplinan melalui dampak dari usaha mereka dalam menguatkan
motivasi para siswa. Pendekatan modifikasi perilaku membutuhkan beberapa
strategi berbeda dalam mempengaruhi perilaku:
a.
Mengawasi
dan memperhitungkan masalah-masalah perilaku. Strategi ini membantu para
guru mempertimbangkan dengan tepat yang menjadi masalah dalam perilaku siswa.
Sejalan dengan prinsip-prinsip perilaku, pengawasan harus berfokus sepesifik
mungkin terhadap perilaku, dan prinsip-prinsip tersebut juga harus berlaku
ilmiah. Misalnya, seorang siswa mengganggu suasana kelas dengan bersikap marah,
bagaimana sejatinya bisa ia melakukan hal tersebut?; dengan memberenggut,
memukul temannya, atau berbicara dalam bahasa kasar?; jika ia marah dengan
menggunakan kata-kata kasar, apakah ia menggunakan kata-kata kasar tersebut,
katakanlah dua puluh kali sehari atau hanya tiga kali?; fokus sedemikian memang
akan mengurangi perhatian terhadap makna yang ada dibalik perilaku, namun fokus
tersebut tetap mencoba mencegah spekulasi tentang motif dan kepribadian siswa
yang bersangkutan.[17]
Fokus
tersebut membantu para guru untuk menetapkan tujuan yang jelas dalam
memodifikasi perilaku buruk siswa. Misalnya, seorang guru hanya mengetahui
fakta bahwa seorang siswa sudah “terlalu banyak” menggunakan kata-kata kasar,
maka guru tersebut tidak akan mengetahui dengan pasti kapan siswa tersebut
mampu mengurangi penggunaan kata-kata
kasar menjadi “cukup banyak”. Sebaliknya, jika guru tersebut mengetahui bahwa
siswa tersebut menggunakan kata-kata kasar dua puluh kali dalam satu hari, maka
guru tersebut akan selalu bisa membandingkan penggunaan kata-kata kasar dari
siswa yang bersangkutan di hari-hari lain semakin sering atau sudah berkurang.[18]
b.
Berikan
penguat motivasi terhadap perilaku yang guru harapkan. Ketertarikan dan
penghargaan bervariasi sesuai dengan sifat dasar masing-masing anak dan
situasi. Terkadang sebuah lirikan mata atau senyum sekilas bisa menjadi penguat
motivasi yang sangat efektif. Penguat motivasi bisa diberikan secara langsung
kepada siswa yang bersangkutan atau diberikan dengan cara tidak langsung
melalui soranng contoh atau teladan. Terkadang memuji seorang siswa yang
berperilaku baik akan mempengaruhi siswa yang berperilaku buruk untuk berubah.[19]
c.
Hentikan
perilaku yang tidak guru harapan. Sesuai dengan kebiasaan dari berbagai
penganut motivasi, menbSesuai dengan kebiasaan dari berbagai penganut motivasi,
menghentikan perilaku yang tidak diharapkan terbukti bisa jauh lebih sulit untuk dilakukan ketimbang yang diduga.
Jika sebuah lirikan mata bisa menguatkan motivasi siswa untuk mengganggu
ketenangan dalam kelas, misalnya, maka para sangat mungkin membutuhkan sebuah
kendali diri yang luar biasa baik untuk bisa menghentikan perilaku tersebut
secara efektif. Dalam menggunakan usaha penghentian, guru dan seisi kelas harus
mampu sabar dalam menghadapi perilaku yang tidak diharapkan ketika perilaku
tersebut sedang dhentikan. Mengingat sebagian perilaku sangat mungkin tidak
bisa ditoleransi, sebagian besar pendukung modifikasi perilaku menganjurkan
penggunaan hukuman yang terbatas.[20]
d.
Ciptakan
perjanjian perilaku dengan para siswa. Perjanjian perilaku adalah kesepakatan
untuk memberikan penghargaan kepada para siswa dalam cara-cara spesifik jika
mereka menunjukkan perilaku yang diharapkan. Contoh, “Jika kalian bisa
mengerjakan tugas dengan tenang selama lima belas menit, maka kalian boleh
mendengarkan lagu selama satu jam berikutnya,” atau “Kerjakan lima soal dengan
benar, dan kalian boleh melakukan apa yang kalian inginkan”. Perjanjian
perilaku bisa dibuat secara tertulis atau dinyatakan secara verbal dan bisa
dibuat untuk beberapa tugas tertentu atau untuk beberapa mata pelajaran.[21]
e.
Ciptakan
perkiraan tentang perilaku yang diinginkan. Jika para guru memaksakan perilaku
yang sempurna sebelum memulai sebuah penguatan motivasi, maka merekan sangat
mungkin akan gagal mendapat perilaku yang mereka harapkan. Siswa yang berbisik
memang tidak akan bisa membaca dengan tenang selama tiga puluh menit misalnya,
akan tetapi ia sangat mungkin bisa melakukan hal tersebut selama tiga menit dan
akan terus meningkat jika ia akan mendapatkan penghargaan terhadap usahanya.[22]
f.
Waktu
jeda terkadang bisa membantu para guru dengan menghentikan lingkaran penguat
motivasi yang menyebabkan beberapa perilaku yang tidak diharapkan. Prosedur
waktu jeda ini terdiri dari isolasi sementara terhadap siswa yang berperilaku
buruk hingga perilaku buruk tersebut terhenti. Seorang siswa yang terbiasa melawak
di dalam kelas, misalnya, sangat mungkin akan terus melakukan hal-hal konyol
karena teman-teman sekelasnya tidak bisa berhenti tertawa. “Waktu jeda” sangat
mungkin akan menghentikan pola tawa dan lelucon yang terjadi dan memungkinkan
para siswa yang lain untuk kembali memulai kegiatan dengan semangat baru.
Terkadang sebuah isolasi dengan tanpa sengaja akan membuat para siswa merasa
diperhatikan oleh para guru. Akan tetapi, yang lebih sering terjadi, para siswa
akan memilih melakukan hal yang benar ketimbang tidak melakukan apa-apa sama
sekali. Sehingga, mengembalikan perhatian mereka pada kegiatan di dalam kelas,
akan menjadi penguat motivasi yang positif.[23]
BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan
Pengelolaan
kelas merupakan suatu usaha yang dilakukan guru untuk membantu menciptakan
kondisi belajar yang optimal. Selain itu, pengelolaan kelas merujuk pada
penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa yang
berlangsung pada lingkungan secara sosial, emosional, dan intelektual dalam
kelas menjadi sebuah lingkungan belajar yang membelajarkan.
Tujuan
pengelolaan kelas antara lain, mewujudkan situasi dan kondisi ; menghilangkan
berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi belajar mengajar
; dan menyediakan dan mengatur fasilitas serta peralatan belajar yang
mendukung.
Ciri-ciri kelas
yang tertib dan baik antara lain, Setiap siswa aktif dan memahami apa tugas
yang diberikan oleh guru; tidak ada siswa yang membuang waktu dengan
mengerjakan pekerjaan yang lain selain belajar; setiap siswa belomba – lomba
untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru; dan adanya persamaan
persepsi antara guru dan siswa mngenai tujuan pembelajaran.
Keterampilan
pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara
kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam
proses pembelajaran.
Komponen dalam
pengelolaan kelas antara lain: (a) preventif atau keterampilan yang berhubungan
dengan penciptaan kondisi belajar yang optimal, seperti menunjukkan sikap tanggap,
membagi perhatian, memusatkan perhatian kelompok, memberikan petunjuk, menegur
dan memberikan penguatan. (b) Represif atau keterampilan yang berhubungan
dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal, seperti modifikasi tingkah
laku, pengelolaan kelompok dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan
masalah.
Adapun prinsip
dalam pengelolaan kelas, antara lain: kehangatan dan keantusiasan; tantangan;
bervariasi; keluwesan; penekanan pada hal positif; dan penanaman disiplin diri.
Masalah-masalah
yang terjadi di dalam kelas itu disebabkan oleh faktor guru dan siswa. Masalah
yang terjadi karena faktor guru seperti, mencampurkan urusan pribadi dengan
pekerjaan, gaya mengajar tidak menarik dan lainnya. Adapun masalah yang terjadi
karena faktor siswa seperti, adanya persaingan tidak sehat antar siswa, ada
kesenjangan antar siswa karena perbedaan suku, ras dan budaya.
Pengelolaan
kelas juga harus melihat pendekatan umum untuk mendisiplinkan siswa. Ada 3 hal
yang menjadi pendekatan paling efektif, yaitu Humanisme, Negosiasi dan
modifikasi prilaku terhadap prilaku disiplin. Pada pendekatan modifikasi
prilaku ada beberapa strategi yang dapat mempengaruhi prilaku, antara lain: Mengawasi
dan memperhitungkan masalah-masalah perilaku; Berikan penguat motivasi terhadap
perilaku yang guru harapkan; Hentikan perilaku yang tidak guru harapan; Ciptakan
perjanjian perilaku dengan para siswa; Ciptakan perkiraan tentang perilaku yang
diinginkan; dan waktu jeda terkadang bisa membantu para guru dengan
menghentikan lingkaran penguat motivasi yang menyebabkan beberapa perilaku yang
tidak diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Rusman. 2017. Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Standar
Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Seifert, Kelvin. Educational Psycology (Pedoman Pembelajaran dan
Instruksi Pendidikan). Jogjakarta: IRCiSoD.
Suprihatiningrum, Jamil. 2016. Strategi Pembelajaran teori &
aplikasi. Jogjakarta: Ar-ruzz Media.
http://elinady.blogspot.com/2013/07/keterampilan-mengelola-kelas.html, (diakses pada tanggal 29 september 2019)
https://areknerut.wordpress.com/2012/12/30/keterampilan-mengelola-kelas/, (diakses pada tanggal 30 September 2019)
[1] Jamil
Suprihatiningrum. 2016. Strategi Pembelajaran teori & aplikasi. Jogjakarta:
Ar-ruzz Media. Hal. 309
[2] http://elinady.blogspot.com/2013/07/keterampilan-mengelola-kelas.html, diakses pada
tanggal 29 september 2019 jam 21.14
[3] Jamil
Suprihatiningrum. 2016. Strategi Pembelajaran teori & aplikasi. Jogjakarta:
Ar-ruzz Media. Hal. 309
[4] Ibid, hal. 310
[5] http://elinady.blogspot.com/2013/07/keterampilan-mengelola-kelas.html, diakses pada
tanggal 30 September 2019 jam 19.21
[7] Jamil Suprihatiningrum. 2016. Strategi Pembelajaran teori &
aplikasi. Jogjakarta: Ar-ruzz Media. Hal. 310-311.
[8] Rusman. 2017. Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Standar
Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana. Hal. 198
[9] Jamil
Suprihatiningrum. 2016. Strategi Pembelajaran teori & aplikasi. Jogjakarta:
Ar-ruzz Media. Hal. 312
[10] https://areknerut.wordpress.com/2012/12/30/keterampilan-mengelola-kelas/, diakses pada
tanggal 30 September 2019 jam 20.19
[11] Rusman. 2017. Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Standar
Proses Pendidikan. Jakarta: KENCANA. Hal. 198
[12] https://areknerut.wordpress.com/2012/12/30/keterampilan-mengelola-kelas/, diakses pada
tanggal 30 September 2019 jam 20.27
[13] Jamil
Suprihatiningrum. 2016. Strategi Pembelajaran teori & aplikasi. Jogjakarta:
Ar-ruzz Media. Hal. 312-313.
[14] Seifert, Kelvin. Educational Psycology
(Pedoman Pembelajaran dan Instruksi Pendidikan). Jogjakarta: IRCiSoD
[15] Kelvin Seifert. Educational Psycology
(Pedoman Pembelajaran dan Instruksi Pendidikan). Jogjakarta: IRCiSoD. hal.
242.
[16] Kelvin Seifert.
Educational Psycology (Pedoman Pembelajaran dan Instruksi Pendidikan).
Jogjakarta: IRCiSoD.
[17]Kelvin Seifert.
Educational Psycology (Pedoman Pembelajaran dan Instruksi Pendidikan).
Jogjakarta: IRCiSoD. Hlm. 247.
[18] Ibid.
[19] Kelvin Seifert. Educational Psycology
(Pedoman Pembelajaran dan Instruksi Pendidikan). Jogjakarta: IRCiSoD. Hlm.
248.
[20] Kelvin Seifert. Ibid. Hlm. 249.
[21] Kelvin Seifert.
Ibid.
[22] Kelvin Seifert. Educational Psycology (Pedoman Pembelajaran dan
Instruksi Pendidikan). Jogjakarta: IRCiSoD. Hlm. 250.
[23] Kelvin
Seifert. Ibid.
0 comments:
Post a Comment
Monggo Komentarnya. . .