DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan keharusan bagi manusia. Manusia lahir dengan
keadaan tidak tau apapun sehingga harus mendapatkan pendidikan untuk menjadi
manusia yang seutuhnya. Kegiatan pendidikan pertama yang anak peroleh adalah
keluarga. Ayah dan ibu sebagai pendidik dan lingkungan keluarga sebagai sarana
pendidikan. Namun, anak tidak hanya mendapatkan pendidikan di rumah saja tetapi
ada lembaga yang tersistem untuk mendidik anak agar mencaapai kedewasaan.
Lembaga yang telah tersistem untuk mencapai tujuan pendidikan adalah sekolah.
Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang mana kegiatan, lingkungan, dan
prosesnya telah dirancang dan disusun secara teratur, sistematik dan terarah pada suatu tujuan yang sudah disepakati.
Manusia hidup sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Manusia
tinggal di suatu lingkungan dan selalu berhubungan dengan lainnya karena
manusia tidak dapat hidup sendiri sebagai makhluk sosial. dengan begitu, usaha
menyelenggarakan sekolah untuk memberikan bekal kepada anak agar dapat memasuki
kehidupan bermasyarakat dan perkembangannya sejalan dengan perkembangan masyarakat
saat ini. Salah satu kecenderungan hidup bermasyarakat adalah munculnya usaha
untuk mengatur dan menyusun organisasi kehidupan bersama yang manifestasinya
dalam bentuk terbesar disebut negara dengan suatu sistem pemerintahan. Oleh
karena itu, tampak kecenderungan bahwa dalam penyelenggaraan sekolah sebagai
usaha bersama, perwujudannya sebagai penjabaran dari kebijakan pemerintahan
sejalan dengan cita-cita negara.
Dengan penjelasan di atas, sekolah sebagai lembaga pendidikan
memiliki tugas untuk mempersiapkan anak untuk hidup bermasyarakat. Dan dalam
suatu masyarakat tidak lepas dari adanya organisasi. Oleh sebab itu, makalah
ini akan membahas tentang “Sekolah Sebagai Organisasi”.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan
masalah yang sesuai adalah:
1.
Apa
pengertian dari sekolah, organisasi dan sekolah sebagai organisasi?
2.
Apa
saja asas-asas organisasi?
3.
Bagaimana
struktur formal sekolah sebagai suatu organisasi?
4.
Apa
fungsi sekolah sebagai suatu organisasi?
5.
Apa
peranan sekolah sebagai suatu organisasi pembelajaran?
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka tujuan yang
sesuai adalah:
1.
Untuk
mengetahui pengertian dari sekolah, organisasi dan sekolah sebagai organisasi.
2.
Untuk
mengetahui asas-asas dalam organisasi.
3.
Untuk
menjabarkan struktur formal sekolah sebagai organisasi.
4.
Untuk
mengetahui fungsi sekolah sebagai suatu organisasi.
5.
Untuk
menjelaskan peranan sekolah sebagai organisasi pembelajaran.
1.
Sekolah.
Kata sekolah berasal dari bahasa latin, yakni skhole, scolae, skhoe
atau scolae yang memiliki arti waktu luang atau waktu senggang, dimana ketika
itu sekolah adalah kegiatan diwaktu luang bagi anak-anak ditengah kegiatan mereka,
yakni bermain dan menghabiskan waktu menikmati masa anak-anak dan remaja.
Kegiatan dalam waktu luang adalah mempelajari cara berhitung, secara membaca
huruf dan mengenal tentang moral (budi pekerti) dan estetika (seni). Utuk
mendampingi dalam kegiatan scola anak-anak didampingi oleh orang ahli dan
mengerti tentang psikologi anak, sehingga memeberikan kesempatan-kesempatan
yang sebebsar-besarnya kepada anak – anak untuk menciptakan sendiri dunianya
melalui berbagai pelajaran diatas.[1]
Kini, kata sekolah dikatakan sunarto (1993), telah berubah berupa
bangunan atau lembaga untuk belajar dan serta tempat memberi dan menerima
pelajaran,. Sekolah dipimpin oleh seorang kepala sekolah, dan kepala sekolah
dibantu oleh wakil kepala sekolah, jumlah kepala sekolah bisa berbeda pada tiap
sekolahanya, tergantung dengan kebutuhan. Bangunan sekolah disusun meninggi
untuk memenfaatkan tanah yang tersedia dan dapat diisi dengna fasilitas yang
lain. Ketersidiaan sarana pada suatu sekolah memiliki peranan penting dalam terlaksanakan
proses pendidikan.
Sekolah adalah sebuah lembaga yang dirancang un tuk pengajaran
siswa atau murid di bawah pengawasan pendidik (guru). sebagian besar negara
memiliki sistem pendidikan formal, yang umumnya wajib, dalam upaya menciptakan
anak didik agar mengalami kemajuan setelah melalui proses pembelajaran. Nama-
nama sekolah ini berfariasi menurut negara, tetapi umumnya termasuk sekolah
dasar untuk anak – anak muda dan sekolah menengah untuk remaja yang telah
menyelesaikan sekolah dasar.
2.
Oganisasi
Ada bermacam-macam pendapat tentang organisasi. Schein (1982)
mengatakan bahwa organisasi adalah suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah
orang untuk mencapai beberapa tujuan umum melaui pembagian pekerjaan dan fungsi
melalui hierarki otoritas dan tanggung jawab. Schein juga mengatakan bahwa
organisasi memiliki karakteristk tertentu, yaitu : mempunyai struktur, tujuan,
saling berhubungan satu bagian dengan bagian lain dan tergantung kepada
komunikasi manusia untuk mengkoordinasikan aktivitas dalam organisasi tersebut.
Sifat tergantung antara satu bagian dengan bagian lain menandakan bahwa
organisasi ini merupakan suatu sistem.[2]
Adapun menurut Kochler (1976) organisasi adalah sistem hubungan
yang terstruktur yang mengkoordinasi usaha suatu kelompok orang untuk mencapai
tujuan tertentu. Dan menurut pendapat Wright (1977) organisasi adalah suatu
bentuk sistem terbuka dari aktivitas yang dikoordinasi oleh dua orang atau
lebih untuk mencapai tujuan bersama.[3]
Dari ketiga pendapat tersebut, dapat kita simpulkan bahwa
organisasi merupakan suatu sistem yang aktivitasnya dikoordinasi untuk mencapai
suatu tujuan bersama atau tujuan umum. Organisasi merupakan sistem karena
terdiri dari beberapa bagian yang saling bergantung satu dengan lainnya.
Kemudian, organisasi memerlukan adanya koordinasi agar masing-masing bagian
dari organisasi dapat bekerja sesuai dengan bagiannya sehingga tidak mengganggu
bagian lainnya. Dan semua bagian dari organisasi bekerja sama untuk mencapai
tujuan bersama.
3.
Sekolah
sebagai organisasi
Sekolah sebagai organisasi adalah perkumpulan sosial yang dibentuk
oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum,
yang memiliki fungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan
bangsa dan Negara. Sebagai makhluk yang
selalu hidup bersama-sama, manusia membentuk
organisasi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat
mereka capai sendiri. Terbentuknya lembaga sosial berawal dari individu yang
saling membutuhkan kemudian timbul aturan-aturan yang dinamakan norma kemasyarakatan. lembaga
sosial sering pula dinamakn pranata sosial.[4]
Philip Robinson (1981) Menyebut Sekolah sebagai Organisasi yaitu
Unit sosial yang secara sengaja dibentuk untuk tujuan-tujuan tertentu. Sekolah
sengaja diciptakan untuk tujuan tertentu, yaitu memudahkan pengajaran sejumlah
pengetahuan.
Organisasi tidak sekedar berarti wadah sekelompok orang yang
bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan, akan tetapi juga merupakan mekanisme
yang berlangsung dalam proses kerja sama. Oleh karena itu, organisasi merupakan
alat untuk mencapai tujuan. Untuk tercapainya tujuan, maka harus ada asas-asas yang mengaturnya. Asas-asas
tersebut adalah:
1.
Kejelasan
tujuan.
Tujuan yang hendak dicapai menentukan beban kerja suatu organisasi
dan juga mempengaruhi susunan/struktur organisasi serta jenis-jenis kegiatan
yang akan dilakukan secara operasional. Oleh karena itu, tujuan yang akan
dicapai harus dirumuskan dengan jelas dan terbatas, yakni dapat dipahami dan
mungkin dicapai dalam batas waktu yang tersedia. Tujuan yang jelas juga
bersifat kongkrit, yang dijabarkan dari tujuan umum yang dikenal dengan tujuan
institusional sekolah. Perumusan tujuan itu harus bersifat operasional dalam
arti dapat diwujudkan secara nyata dalam jangka waktu tertentu melalui
pelaksanaan beban kerja tertentu. Perwujudan tujuan itu dapat bersifat fisik,
perubahan prilaku ataupun perkembangan ketrampilan tertentu.[5]
2.
Pembagian
Kerja
Asas organisasi yang kedua ini menunjukkan bahwa organisasi harus
bersifat fungsional. Untuk itu pembagian kerja harus dilakukan dengan membentuk
unit kerja yang masing-masing akan menampung beban kerja yang sejenis, diiringi
dengan menetapkan personal yang tepat di dalam setiap unit kerja tersebut.
Dengan demikian di dalam setiap unit kerja akan melakukan kegiatan perencanaan
dan pelaksanaan secara efektif.[6]
3.
Kesatuan
Perintah
Yakni, dalam organisasi harus ada satu orang sebagai atasan/ketua.
Ia adalah penanggung jawab dan yang memiliki hak untuk memerintahkan
amggotanya. Tidak boleh ada 2 oarang ketua dalam suatu organisasi.
4.
Koordinasi
Koordinasi adalah usaha menyelaraskan tugas-tugas dan
pelaksanaannya antar setiap personal dan setiap unit kerja, termasuk juga dalam
penggunaan fasilitas sehingga hubungan kerja akan harmonis dan sejalan dengan
tujuan bersama. Dengan koordinasi setiap anggota organisasi tidak bekerja
sendiri-sendiri tetapi ada kerja sama untuk mencapai tujuan.
5.
Kelenturan
(fleksibel)
Setiap organisasi kerja harus menyesuaikan dirinya dengan
perubahan-perubahan dan perkembangan-perkembangan, baik pengaruh lingkungan
maupun kondisi-kondisi lainnya. Hal ini menyebabkan perkembangan dalam
organisasi yang akan membuat banyak tugas baru dan perubahan pada tujuan. Oleh
sebab itu organisasi harus fleksibel.
Sekolah
merupakan organisasi formal yang bergerak di bidang edukatif. Sekolah memiliki
struktur yang mempunyai kedudukan tertentu, saling berinteraksi dan menjalankan
peranan seperti yang diharapkan sesuai dengan kedudukannya.
Struktur organisasi sekolah mendasari keputusan para pembina atau
pendiri sekolah untuk proses perencanaan sekolah yang strategis. Sebuah sekolah
harus diorganisasi sebagai lembaga pendidikan untuk mencapai tujauan
institusional yang difokuskan untuk membantu perkembangan potensi yang dimiliki
anak-anak secara maksimal, agar berguna bagi dirinya sendiri dan masyarakatnya.
Organisasi sekolah adalah sistem yang bergerak dan berperan dalam
merumuskan tujuan pendewasaan manusia sebagai mahluk sosial agar mampu
berinteraksi dengan lingkungan.
Struktur sosial sekolah yaitu kepala sekolah, guru, pegawai
administrasi, petugas kebersihan dan keamanan, murid laki-laki maupun murid
perempuan yang masing-masing memiliki kedudukan dan peranan yang berbeda, dan
saling berinteraksi satu sama lain.
Sekolah sebagai organisasi formal memiliki struktur yang
memungkinkan sekolah menjalankan fungsinya sebagai lembaga edukatif yang baik.
Masing-masing struktur mempunyai kedudukan tertentu, saling berinteraksi dan
menjalankan peranan seperti yang diharapkan sesuai dengan kedudukannya.
Sebagaimana gambaran di atas, artikel ini bermaksud membahas tentang sekolah
sebagai organisasi formal, struktur-struktur sekolah tersebut, dan hubungan
antar struktur sekolah.
Sekolah sebagai organisasi sosial dalam sosiologi, peran dan
fungsinya sebagai berikut:
1.
Fungsi
manestifasi pendidikan
Yaitu
membantu orang mencari nafkah, menolong mengembangkan potensinya demi pemenuhan
kebutuhan hidupnya, melestarikan kebudayaan dengan cara mengajarkanya kepada
generasi kegenerasi berikutnya,
merangsang partisipasi demokrasi melalui pengajaran keterampilan
berbicara dan mengembangkan cara berfikir rasional dan lain-lain.
2.
Fungsi
laten lembaga pendidikan
Dimana
fungsi ini selaras dengan fungsi pendidikan secara tersembunyi yakni
menciptakan atau melahirkan kedewasaan anak didik.
Dikatakan Horton dan Hurt(
1996 ) bahwa ada empat jenis sasaran organisasi sekolah. Tiap sasaran meliputi
titik tolak pandangan terhadap organisasi sekolah dari empat pandangan itu,
diharapkan dapat memahami tentang organisasi sekolah. Yaitu:
Pertama, sasaran
formal dimana ruang lingkup sasaran ini meliputi tujuan formal dari suatu
organisasi, wujud dari sasaran ini tercantum dalam aturan-aturan tertulis.
Tuntutan formal organisasi menghendaki agar tugas dan tanggung jawab dalam
penyelenggaraan sekolah Untuk mencapai tujuan dibagi secara merata dengan baik
sesuai dengan kemampuan, fungsi dan wewenang yang telah ditentukan. Melalui
stuktur organisasi yang ada, tercermin adanya tugas dan wewenang kepala
sekolah, tugas dan guru dan staf administrasi sekolah.
Kedua, sasaran
informal, dimana tidak sepenuhnya bekerja sesui dengan ketentuan formal. Dalam
banyak hal, lebih dimodifikasi oleh tiap anggotanya sesuai dengan kapasitas
pemaknaan kesadaran mereka tentang organisasi. Di sekolah seorang kepala
sekolah mungkin mendapat tanggung jawab sebagai pemimpin dan penguasa formal
tertinggi. Akan tetapi, pemnerimaan dan pola fikir serta tingkah laku kepala sekolah
merupakan konstruksi pemahaman subjektifnya dalam kelangsungan hubungan dengan
berbagai pihak dilingkungan sekolahnya. Jadi, sasaran informal merupakan
interprestasi dan modifakasi sasaran-sasaran formal dari seluruh anggota yang
terlibat langsung pada wadah organisasi. Sasaran ini mencakup pula persepsi
masing-masing individu dan menjadi tujuan kegiatan pribadi dalam organisasi.
Masing-masing siswa tentunya memiliki tujuan yang berfariasi dalam kelangsungan
setatusnya sebagai pelajar. Mungkin ada yang berharap mendapat prestasi
akademik tinggi atau memperoleh ijazah, serta ada juga yang hanya menjalankan
taradisi masyarakat. Seorang pendidik mungkin hanya untuk mencari gaji, tetapi
sebagianlainya masih memiliki loyalitas dan komitmen sebagai pedidik.
Ketiga, sasaran
idealogis. Seperti tersirat dalam istilah tersebut, sasaran idealogis bertalian
dengan seperangkat sistem eksternal atau sistem nilai yang diyakini bersama.
Dalm hal ini, nuansa budaya pada pengertian sebagai suati sistem pengetahuan,
gagasan dan idea yang dimiliki suatu kelompok masyarakat yang berfungsi sebagai
landasan pijak dan pedoman bagi masyarakat itu dalam bersikap dan berorilaku
dalam lingkungan alam dan sosial tempat mereka bernaung . hal inimerupakan
penjabaran dari pengaruh idealogis terhadap organisasi. Sasaran ini mayoriti
pengaruh interaktif kultural idealogis yang dianut oleh sebagian besar manusia
dalam manangkap,menyikapi dan merespons ekstensi organisasi. Suatu bangsa
umumnya memiliki semangat yang tinggi untuk meraih prestasi vertikal, sementara
sekolah merupakan wadah yang cukup strategis bagi mansia untuk menopang ambisi
mobilitas vertikalnya. Maka, bisa diamsusikan hampir sebagian besar warga
sekolah maupun masyarakat akan mengarahkan keyakinan kultural tersebut dalam memaknai
keberadaan sekolah.
Keempat,
sasaran-sasaran lain yang kurang begitu kuat. Penekanan sasaran ini akan
menonjol pada suatu proses aktifitas organisasi yang biasa. Berkurangnya
pendaftaran di dekolah-sekolah dan universitas dapat mengubah secara luas peran
para pendidik atau organisasi ruang sekolah, termasuk rasioi pendidik ( guru )
terhadap anak didik (siswa ) beserta kelas-kelas yang terpesialisasi. Jika
tidak, sejumlah pendidik akan menganggur.
Dari pendapat Horton dan Hurt ( 1996 ) tentang jenis sasaran
sekolah di atas, mengisaratkan suatu pola pandang berbeda dari pandangan umum
tantang sekolah. Sebagai organisasi, sekolah bukan hanya sekedaar tumpukan
peran-peran tumpukan struktural yang kakau, statis dan jalur kerja yang serba
mekanistis belaka. Mekanisme itu mengalam dinamika akualisasi melalui aneka
ragam interpretasi para anggota yang melatarbelakangi perilaku manusia dalam
mengembangkan peran dan status yang berbeda beda.
Sekolah sebagai organisasi pendidikan memiliki peranan yang sangat
penting dalam mengembangkan potensi peserta didik, sebagaimana definisi
pendidikan yang termuat dalam Undang-Undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003, bahwa
pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dan mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekutn spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara. Dari
definisi pendidikan tersebut, dapat diambil benang merah, bahwa esensinya
pendidikan mengarah pada “penciptaan suasana belajar yang efektif” dan proses
“pembelajaran yang interaktif”. Dalam hal ini, proses pembelajaran yang dilakukan
merupakan aspek utama organisasi sekolah, karena dalam proes pembelajaran
terjadi proes perubahan kemampuan peserta didik sebagai evaluasi dari sistem
pendidikan yang dilakukan di sekolah.
Sekolah sebagai organisasi dengan sistem terbuka, senantiasa mampu
beradaptasi dan peka terhadap perubahan atau perkembangan yang terjadi. Setiap
aktivitas yang ada di sekolah, harus mengarah pada proses pembelajaran, karena
hakikatnya sekolah merupakan organisasi pembelajar (learning organization).
Menurut Sange (1994), organisasai pembelajar adalah organisasi
tempat dimana anggota-anggotanya secara terus menerus meningkatkan kapasitasnya
untuk menciptakan pola berfikir baru dengan membiarkan berkembangnya aspirasi
kreatif dan tempat orang terus menerus berupaya belajar bersama. Selain itu, menurut Garvin, organisasi
pembelajar adalah organisais yang senantiasa berusaha, menciptakan, mencari,
dan mentransfer pengetahuan serta memodifikasi perilakunya berdasarkan
pengetahuan dan wawasan baru tersebut. organisasi belajar tidak hanya
menghasilkan cara berfikir, tapi juga menerapkan pengetahuan baru di dalam
mengerjakan pekerjaan. Dixon (1998), mengemukakan bahwa organisasi pembelajar
adalah organisasi tempat dimana terdapat kebiaaan belajar, baik pada tingkat
individu, kelompok, atau sistem secara keseluruhan untuk mengadakan
transformasi secara terus menerus dengan tujuan untuk memuaskan stakeholders.
Dari definisi menurut para ahli di atas, sekolah yang menerapkan
dirinya sebagai orgnisasi pembelajar merupakan sekolah yang menerapkan secara
efektif esensi atu makna pendidikan, dimana pada esensinya makna pendidikan
mengarh pada pembelajaran yang menyangkut :
1.
learning
to know (berorientasi pada pengembangan
atau perluasana pengetahuan individu).
2.
learning
to do (berorientasi pada skill atau keterampilan individu).
3.
learning
to be (berorientasi pada tanggung jawab diri, nilai, dimana seseorang mampu
bertindak sesuai dengan pengetahuan dan kemampuan yang ia miliki secara
bertanggung jawab, sehingga mulai terbentuk kepribadian yang baik).
4.
learning
to live together in peace and harmony (tahap ini merupakan keseluruhan dari
proses pembelajaran yang efektif, dimana seseorang mampu beradaptasi dan hidup
bersama secara damai dalam lingkup masyarakat luas.
Sekolah sebagai
organisais pembelajaran akan selalu bersikap terbuka untuk belajar, sehingga
keterlibatn seluruh personil sekolah sangat dominan untuk menciptakan
efektivita sekolah. Ada beberapa dimensi organisasi pembelajaran (learning
organization) yang dikemukakan oleh Aan Komariah dan Cepi Triatna, diantaranya
:
1.
Transfering
knowledge, yaitu berorientasi pada terjadinya transformasi ilmu pengetahuan.
Dalam implementasinya terhadap pembelajaran di sekolah, dimensi ini terletak
pada pembelajaran yang bersifat student oriented (menyangkut kebutuhan belajar
peserta didik, perbedaan individual, dan kepribadian peserta didik) dan content
oriented (hal ini berhubungan dengan materi dan metode pembelajaran yang
disampaikan oleh guru).
2.
Opennes,
yaitu keterbukaan sistem dalam menerima pengetahuan atau pengalmn dari berbagai
pihak, baik yang bersift kritik, saran, pendapat, mupun lainnya. Sikap terbuka,
akn membut organisasi semakin mudah untuk berkembang dan jauh dari sifat
entropy, hl ini dikarenakan sekolah tanggap dan tangguh menerima berbagai
kondisi atu situasi, baik secara internal maupun eksternal.
3.
System
Thinking, yaitu kemampuan berfikir secara sistematis mencakup makna kemampuan
untuk selallu berfikir dan bertindak dengan pendekatan yang menyeluruh, serta
mampu menimbang segala unsur yang berkaitan.
4.
Team
Leraning, adalah kemampuan dan kemauan belajar dan bekerja sama dalam tim.
Dimesi ini mengarah pada pembentukan kekuatan dan kapasitas tim, baik dari segi
semangat, komitmen, kecerdasan, sehingga akan mempermudah dalam bertukar pikiran,
dan hal ini akan lebih efektif dibandingkan kemampuan belajar individu.
5.
Creativity.
Supriyadi, mendefiniskan kreatif sebagai kemampuan seseorang menlahirkan
sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, yang relatif berbeda
dengan apa yang telah ada sebelumnya. Dari definisi tersebut, kreatif identif
dengan berfikir kreatif, berusaha melahirkan feature atau keistimewaan dan
keunggulan dari setiap gagasan atau ide nya. pembelajaran yang bersifat kreatif
akan menghasilkan sesuatu yang bermutu dan berjalan secara terus menerus,
karena hakikatnya sesuatu yang bermutu itu tidak akan selesai atau bersifat
dinamis tidak statis.
6.
Emphaty,
merupakan sifat yang penuh dengan kepedulian dan respon terhadap berbagai
kedaan. Sifat emphty yang diterapkn di sekolah akan menghasilkan suasabna atau
iklim belajar yang menyenangkan, karena menghasilkan komunikasi yang efektif
antar warga sekolah maupun stakeholder.
7.
Personil
Maturity, berhubungan dengan kemapanan SDM yang ada dalam organisasi sekolah.
Kedewasaan atau kematangan personil sekolah akan mempurmudah kepala sekolah
kaupun guru dalam menempatkan atau memposisikan tugas untuk etiap personil
sekolah termasuk peserta didik. Kematngn menunjukkan danya kemampuan dan
kemauan seseorang untuk melakukan tugas dan tanggung jawabnya. Hal ini, jelas
sangat penting dalam sebuah organisasi.
Selain
dimensi-dimensi di atas, Aan Komariah dan Cepi triatna, mengemukakan
karakteristik organisasi pembelajar sebagai berikut :
1.
Organisasi
pembelajar memiliki budaya dan seperangkat nilai yang mendorong belajar, dengan
indikator yang tampak adalah keterbukaan pada pengalaman, tidak menghindar dari
kesulitan, dan kemauan untuk menelaah kegagalan dan mau belajar darinya.
2.
Strategi
organisasi menyatakan bahwa belajar merupakan sumber keunggulan strategi yang
mantap.
3.
Organisasi
belajar memiliki struktur organisasi yang permeable, flexible, and network
intimacy.
4.
Sistem
organisasi dalam organisasi pembelajar sangat akurat, tepat waktu, dan tersedia
untuk siapa pun yang membutuhkan dan dalam bentuk yang mudah dipergunakan. Hal
ini menandakan bahwa sekolah sebagai organisasi pembelajar memiliki manajemen
sistem informasi yang baik dan efektif.
5.
Organisasi
pembelajar menyeleksi orang tidak berdasarkan apa-apa yang diketahu, tetapi
berdasarkan kemampuannya belajar dan menyesuaikan tindakannya berdasarkan hasil
belajar.
6.
Organisais
pembelajar belajar dari orang lain
7.
Pemimpin
organisasi pembelajar adalah pembelajar
ketahui, akan
dapat diatasi dengan menerpkan learning organization di setiap sekolah, karena
proses tranformasi pengetahuan yang menjadi dimensi organisais pembelajar akan
memberikan dampak positif terhadap peroses kedewasaan individu, baik kedewasaan
secara akademis maupun sosial.
Namun, dalam
prakteknya tidak semua sekolah menerapkan learning organization ini. masih
banyak sekolah-sekolah yang belum menerapkan pembelajaran yang mengarah pada
student oriented maupun content oriented. Hal ini dapat terlihat, dari
banyaknya guru yang belum profesional dalam melakukan pembelajaran di kelas,
serta manajemen sekolah yang belum efektif. Dalam hal ini, kepala sekolah
sebagai pemimpin harus mampu mengarahkan semua personil sekolah dalam
mengakoordinir kebutuhan warga sekolah untuk mau belajar guna meningkatkan
kemampuannya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sekolah
sebagai organisasi adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat,
baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang memiliki fungsi
sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan Negara.
Sekolah sebagai
organisasi sosial dalam sosiologi memiliki peranan dan fungsinya sebagai
berikut:
1. Fungsi
manestifasi Pendidikan
2. Fungsi
Laten Lembaga Pendidikan
Beberapa
faktor yang dapat memepengaruhi perbedaan dalam susunan organisasi sekolah,
antara lain :
1. Besar
Kecilnya Sekolah
2. Letak
Sekolah
3. Jenis
dan Tingkatan Sekolah
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2009), cetakan sembilan, hlm. 23
Ibid. Hlm. 24
Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas,
(Jakarta: Toko Gunung Agung, 1995) cetakan keempat, hlm. 94
Ibid. Hlm. 96
[1] M. Badrut Tamam, makalah : Sekolah sebagai Organisasi, http://alkhoiriyah.com/2015/12/02/sekolah-sebagai-organisasi/,
diakses pada tanggal 2 Agustus 2019,
Pukul 23:40
[2] Dr. Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara,
2009), cetakan sembilan, hlm. 23
[3] Ibid. Hlm. 24
[4] Silvia, Makalah : Sekolah sebagai Organisasi, https://silvia16nitsuga.blogspot.com/2016/06/sekolah-sebagai-organisasi.html,
diakses pada tangga 2 Agustus 2019 pukul 23:53.
[5]Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas, (Jakarta: Toko
Gunung Agung, 1995) cetakan keempat, hlm. 94
[6] Ibid. Hlm. 96
[7]M. Badrut Tamam, makalah : Sekolah sebagai Organisasi, http://alkhoiriyah.com/2015/12/02/sekolah-sebagai-organisasi/,
diakses pada tanggal 5 Agustus 2019,
Pukul 22:50
0 comments:
Post a Comment
Monggo Komentarnya. . .