Tuesday, October 8, 2019

Makalah Sekolah Sebagai Organisasi


DAFTAR ISI


 








BAB I

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan keharusan bagi manusia. Manusia lahir dengan keadaan tidak tau apapun sehingga harus mendapatkan pendidikan untuk menjadi manusia yang seutuhnya. Kegiatan pendidikan pertama yang anak peroleh adalah keluarga. Ayah dan ibu sebagai pendidik dan lingkungan keluarga sebagai sarana pendidikan. Namun, anak tidak hanya mendapatkan pendidikan di rumah saja tetapi ada lembaga yang tersistem untuk mendidik anak agar mencaapai kedewasaan. Lembaga yang telah tersistem untuk mencapai tujuan pendidikan adalah sekolah. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang mana kegiatan, lingkungan, dan prosesnya telah dirancang dan disusun secara teratur, sistematik  dan terarah pada  suatu tujuan yang sudah disepakati.
Manusia hidup sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Manusia tinggal di suatu lingkungan dan selalu berhubungan dengan lainnya karena manusia tidak dapat hidup sendiri sebagai makhluk sosial. dengan begitu, usaha menyelenggarakan sekolah untuk memberikan bekal kepada anak agar dapat memasuki kehidupan bermasyarakat dan perkembangannya sejalan dengan perkembangan masyarakat saat ini. Salah satu kecenderungan hidup bermasyarakat adalah munculnya usaha untuk mengatur dan menyusun organisasi kehidupan bersama yang manifestasinya dalam bentuk terbesar disebut negara dengan suatu sistem pemerintahan. Oleh karena itu, tampak kecenderungan bahwa dalam penyelenggaraan sekolah sebagai usaha bersama, perwujudannya sebagai penjabaran dari kebijakan pemerintahan sejalan dengan cita-cita negara.
Dengan penjelasan di atas, sekolah sebagai lembaga pendidikan memiliki tugas untuk mempersiapkan anak untuk hidup bermasyarakat. Dan dalam suatu masyarakat tidak lepas dari adanya organisasi. Oleh sebab itu, makalah ini akan membahas tentang “Sekolah Sebagai Organisasi”.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah yang sesuai adalah:
1.      Apa pengertian dari sekolah, organisasi dan sekolah sebagai organisasi?
2.      Apa saja asas-asas organisasi?
3.      Bagaimana struktur formal sekolah sebagai suatu organisasi?
4.      Apa fungsi sekolah sebagai suatu organisasi?
5.      Apa peranan sekolah sebagai suatu organisasi pembelajaran?
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka tujuan yang sesuai adalah:
1.      Untuk mengetahui pengertian dari sekolah, organisasi dan sekolah sebagai organisasi.
2.      Untuk mengetahui asas-asas dalam organisasi.
3.      Untuk menjabarkan struktur formal sekolah sebagai organisasi.
4.      Untuk mengetahui fungsi sekolah sebagai suatu organisasi.
5.      Untuk menjelaskan peranan sekolah sebagai organisasi pembelajaran.


1.      Sekolah.
Kata sekolah berasal dari bahasa latin, yakni skhole, scolae, skhoe atau scolae yang memiliki arti waktu luang atau waktu senggang, dimana ketika itu sekolah adalah kegiatan diwaktu luang bagi anak-anak ditengah kegiatan mereka, yakni bermain dan menghabiskan waktu menikmati masa anak-anak dan remaja. Kegiatan dalam waktu luang adalah mempelajari cara berhitung, secara membaca huruf dan mengenal tentang moral (budi pekerti) dan estetika (seni). Utuk mendampingi dalam kegiatan scola anak-anak didampingi oleh orang ahli dan mengerti tentang psikologi anak, sehingga memeberikan kesempatan-kesempatan yang sebebsar-besarnya kepada anak – anak untuk menciptakan sendiri dunianya melalui berbagai pelajaran diatas.[1]
Kini, kata sekolah dikatakan sunarto (1993), telah berubah berupa bangunan atau lembaga untuk belajar dan serta tempat memberi dan menerima pelajaran,. Sekolah dipimpin oleh seorang kepala sekolah, dan kepala sekolah dibantu oleh wakil kepala sekolah, jumlah kepala sekolah bisa berbeda pada tiap sekolahanya, tergantung dengan kebutuhan. Bangunan sekolah disusun meninggi untuk memenfaatkan tanah yang tersedia dan dapat diisi dengna fasilitas yang lain. Ketersidiaan sarana pada suatu sekolah memiliki peranan penting dalam terlaksanakan proses pendidikan.
Sekolah adalah sebuah lembaga yang dirancang un tuk pengajaran siswa atau murid di bawah pengawasan pendidik (guru). sebagian besar negara memiliki sistem pendidikan formal, yang umumnya wajib, dalam upaya menciptakan anak didik agar mengalami kemajuan setelah melalui proses pembelajaran. Nama- nama sekolah ini berfariasi menurut negara, tetapi umumnya termasuk sekolah dasar untuk anak – anak muda dan sekolah menengah untuk remaja yang telah menyelesaikan sekolah dasar.
2.      Oganisasi
Ada bermacam-macam pendapat tentang organisasi. Schein (1982) mengatakan bahwa organisasi adalah suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai beberapa tujuan umum melaui pembagian pekerjaan dan fungsi melalui hierarki otoritas dan tanggung jawab. Schein juga mengatakan bahwa organisasi memiliki karakteristk tertentu, yaitu : mempunyai struktur, tujuan, saling berhubungan satu bagian dengan bagian lain dan tergantung kepada komunikasi manusia untuk mengkoordinasikan aktivitas dalam organisasi tersebut. Sifat tergantung antara satu bagian dengan bagian lain menandakan bahwa organisasi ini merupakan suatu sistem.[2]
Adapun menurut Kochler (1976) organisasi adalah sistem hubungan yang terstruktur yang mengkoordinasi usaha suatu kelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu. Dan menurut pendapat Wright (1977) organisasi adalah suatu bentuk sistem terbuka dari aktivitas yang dikoordinasi oleh dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan bersama.[3]
Dari ketiga pendapat tersebut, dapat kita simpulkan bahwa organisasi merupakan suatu sistem yang aktivitasnya dikoordinasi untuk mencapai suatu tujuan bersama atau tujuan umum. Organisasi merupakan sistem karena terdiri dari beberapa bagian yang saling bergantung satu dengan lainnya. Kemudian, organisasi memerlukan adanya koordinasi agar masing-masing bagian dari organisasi dapat bekerja sesuai dengan bagiannya sehingga tidak mengganggu bagian lainnya. Dan semua bagian dari organisasi bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.
3.      Sekolah sebagai organisasi
Sekolah sebagai organisasi adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang memiliki fungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan Negara. Sebagai makhluk  yang selalu hidup bersama-sama, manusia membentuk  organisasi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat mereka capai sendiri. Terbentuknya lembaga sosial berawal dari individu yang saling membutuhkan kemudian timbul aturan-aturan  yang dinamakan norma kemasyarakatan. lembaga sosial sering pula dinamakn pranata sosial.[4]
Philip Robinson (1981) Menyebut Sekolah sebagai Organisasi yaitu Unit sosial yang secara sengaja dibentuk untuk tujuan-tujuan tertentu. Sekolah sengaja diciptakan untuk tujuan tertentu, yaitu memudahkan pengajaran sejumlah pengetahuan.
Organisasi tidak sekedar berarti wadah sekelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan, akan tetapi juga merupakan mekanisme yang berlangsung dalam proses kerja sama. Oleh karena itu, organisasi merupakan alat untuk mencapai tujuan. Untuk tercapainya tujuan, maka harus ada  asas-asas yang mengaturnya. Asas-asas tersebut adalah:
1.      Kejelasan tujuan.
Tujuan yang hendak dicapai menentukan beban kerja suatu organisasi dan juga mempengaruhi susunan/struktur organisasi serta jenis-jenis kegiatan yang akan dilakukan secara operasional. Oleh karena itu, tujuan yang akan dicapai harus dirumuskan dengan jelas dan terbatas, yakni dapat dipahami dan mungkin dicapai dalam batas waktu yang tersedia. Tujuan yang jelas juga bersifat kongkrit, yang dijabarkan dari tujuan umum yang dikenal dengan tujuan institusional sekolah. Perumusan tujuan itu harus bersifat operasional dalam arti dapat diwujudkan secara nyata dalam jangka waktu tertentu melalui pelaksanaan beban kerja tertentu. Perwujudan tujuan itu dapat bersifat fisik, perubahan prilaku ataupun perkembangan ketrampilan tertentu.[5]
2.      Pembagian Kerja
Asas organisasi yang kedua ini menunjukkan bahwa organisasi harus bersifat fungsional. Untuk itu pembagian kerja harus dilakukan dengan membentuk unit kerja yang masing-masing akan menampung beban kerja yang sejenis, diiringi dengan menetapkan personal yang tepat di dalam setiap unit kerja tersebut. Dengan demikian di dalam setiap unit kerja akan melakukan kegiatan perencanaan dan pelaksanaan secara efektif.[6]
3.      Kesatuan Perintah
Yakni, dalam organisasi harus ada satu orang sebagai atasan/ketua. Ia adalah penanggung jawab dan yang memiliki hak untuk memerintahkan amggotanya. Tidak boleh ada 2 oarang ketua dalam suatu organisasi.
4.      Koordinasi
Koordinasi adalah usaha menyelaraskan tugas-tugas dan pelaksanaannya antar setiap personal dan setiap unit kerja, termasuk juga dalam penggunaan fasilitas sehingga hubungan kerja akan harmonis dan sejalan dengan tujuan bersama. Dengan koordinasi setiap anggota organisasi tidak bekerja sendiri-sendiri tetapi ada kerja sama untuk mencapai tujuan.
5.      Kelenturan (fleksibel)
Setiap organisasi kerja harus menyesuaikan dirinya dengan perubahan-perubahan dan perkembangan-perkembangan, baik pengaruh lingkungan maupun kondisi-kondisi lainnya. Hal ini menyebabkan perkembangan dalam organisasi yang akan membuat banyak tugas baru dan perubahan pada tujuan. Oleh sebab itu organisasi harus fleksibel.
C.    Struktur Formal Sekolah Sebagai Organisasi
      Sekolah merupakan organisasi formal yang bergerak di bidang edukatif. Sekolah memiliki struktur yang mempunyai kedudukan tertentu, saling berinteraksi dan menjalankan peranan seperti yang diharapkan sesuai dengan kedudukannya.
Struktur organisasi sekolah mendasari keputusan para pembina atau pendiri sekolah untuk proses perencanaan sekolah yang strategis. Sebuah sekolah harus diorganisasi sebagai lembaga pendidikan untuk mencapai tujauan institusional yang difokuskan untuk membantu perkembangan potensi yang dimiliki anak-anak secara maksimal, agar berguna bagi dirinya sendiri dan masyarakatnya.
Organisasi sekolah adalah sistem yang bergerak dan berperan dalam merumuskan tujuan pendewasaan manusia sebagai mahluk sosial agar mampu berinteraksi dengan lingkungan.
Struktur sosial sekolah yaitu kepala sekolah, guru, pegawai administrasi, petugas kebersihan dan keamanan, murid laki-laki maupun murid perempuan yang masing-masing memiliki kedudukan dan peranan yang berbeda, dan saling berinteraksi satu sama lain.
Sekolah sebagai organisasi formal memiliki struktur yang memungkinkan sekolah menjalankan fungsinya sebagai lembaga edukatif yang baik. Masing-masing struktur mempunyai kedudukan tertentu, saling berinteraksi dan menjalankan peranan seperti yang diharapkan sesuai dengan kedudukannya. Sebagaimana gambaran di atas, artikel ini bermaksud membahas tentang sekolah sebagai organisasi formal, struktur-struktur sekolah tersebut, dan hubungan antar struktur sekolah.
Sekolah sebagai organisasi sosial dalam sosiologi, peran dan fungsinya sebagai berikut:
1.      Fungsi manestifasi pendidikan
Yaitu membantu orang mencari nafkah, menolong mengembangkan potensinya demi pemenuhan kebutuhan hidupnya, melestarikan kebudayaan dengan cara mengajarkanya kepada generasi kegenerasi berikutnya,  merangsang partisipasi demokrasi melalui pengajaran keterampilan berbicara dan mengembangkan cara berfikir rasional dan lain-lain.
2.      Fungsi laten lembaga pendidikan
Dimana fungsi ini selaras dengan fungsi pendidikan secara tersembunyi yakni menciptakan atau melahirkan kedewasaan anak didik.
 Dikatakan Horton dan Hurt( 1996 ) bahwa ada empat jenis sasaran organisasi sekolah. Tiap sasaran meliputi titik tolak pandangan terhadap organisasi sekolah dari empat pandangan itu, diharapkan dapat memahami tentang organisasi sekolah. Yaitu:
Pertama, sasaran formal dimana ruang lingkup sasaran ini meliputi tujuan formal dari suatu organisasi, wujud dari sasaran ini tercantum dalam aturan-aturan tertulis. Tuntutan formal organisasi menghendaki agar tugas dan tanggung jawab dalam penyelenggaraan sekolah Untuk mencapai tujuan dibagi secara merata dengan baik sesuai dengan kemampuan, fungsi dan wewenang yang telah ditentukan. Melalui stuktur organisasi yang ada, tercermin adanya tugas dan wewenang kepala sekolah, tugas dan guru dan staf administrasi sekolah.
Kedua, sasaran informal, dimana tidak sepenuhnya bekerja sesui dengan ketentuan formal. Dalam banyak hal, lebih dimodifikasi oleh tiap anggotanya sesuai dengan kapasitas pemaknaan kesadaran mereka tentang organisasi. Di sekolah seorang kepala sekolah mungkin mendapat tanggung jawab sebagai pemimpin dan penguasa formal tertinggi. Akan tetapi, pemnerimaan dan pola fikir serta tingkah laku kepala sekolah merupakan konstruksi pemahaman subjektifnya dalam kelangsungan hubungan dengan berbagai pihak dilingkungan sekolahnya. Jadi, sasaran informal merupakan interprestasi dan modifakasi sasaran-sasaran formal dari seluruh anggota yang terlibat langsung pada wadah organisasi. Sasaran ini mencakup pula persepsi masing-masing individu dan menjadi tujuan kegiatan pribadi dalam organisasi. Masing-masing siswa tentunya memiliki tujuan yang berfariasi dalam kelangsungan setatusnya sebagai pelajar. Mungkin ada yang berharap mendapat prestasi akademik tinggi atau memperoleh ijazah, serta ada juga yang hanya menjalankan taradisi masyarakat. Seorang pendidik mungkin hanya untuk mencari gaji, tetapi sebagianlainya masih memiliki loyalitas dan komitmen sebagai pedidik.
Ketiga, sasaran idealogis. Seperti tersirat dalam istilah tersebut, sasaran idealogis bertalian dengan seperangkat sistem eksternal atau sistem nilai yang diyakini bersama. Dalm hal ini, nuansa budaya pada pengertian sebagai suati sistem pengetahuan, gagasan dan idea yang dimiliki suatu kelompok masyarakat yang berfungsi sebagai landasan pijak dan pedoman bagi masyarakat itu dalam bersikap dan berorilaku dalam lingkungan alam dan sosial tempat mereka bernaung . hal inimerupakan penjabaran dari pengaruh idealogis terhadap organisasi. Sasaran ini mayoriti pengaruh interaktif kultural idealogis yang dianut oleh sebagian besar manusia dalam manangkap,menyikapi dan merespons ekstensi organisasi. Suatu bangsa umumnya memiliki semangat yang tinggi untuk meraih prestasi vertikal, sementara sekolah merupakan wadah yang cukup strategis bagi mansia untuk menopang ambisi mobilitas vertikalnya. Maka, bisa diamsusikan hampir sebagian besar warga sekolah maupun masyarakat akan mengarahkan keyakinan kultural tersebut dalam memaknai keberadaan sekolah.
Keempat, sasaran-sasaran lain yang kurang begitu kuat. Penekanan sasaran ini akan menonjol pada suatu proses aktifitas organisasi yang biasa. Berkurangnya pendaftaran di dekolah-sekolah dan universitas dapat mengubah secara luas peran para pendidik atau organisasi ruang sekolah, termasuk rasioi pendidik ( guru ) terhadap anak didik (siswa ) beserta kelas-kelas yang terpesialisasi. Jika tidak, sejumlah pendidik akan menganggur.
Dari pendapat Horton dan Hurt ( 1996 ) tentang jenis sasaran sekolah di atas, mengisaratkan suatu pola pandang berbeda dari pandangan umum tantang sekolah. Sebagai organisasi, sekolah bukan hanya sekedaar tumpukan peran-peran tumpukan struktural yang kakau, statis dan jalur kerja yang serba mekanistis belaka. Mekanisme itu mengalam dinamika akualisasi melalui aneka ragam interpretasi para anggota yang melatarbelakangi perilaku manusia dalam mengembangkan peran dan status yang berbeda beda.


Sekolah sebagai organisasi pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam mengembangkan potensi peserta didik, sebagaimana definisi pendidikan yang termuat dalam Undang-Undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003, bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dan mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekutn spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.  Dari definisi pendidikan tersebut, dapat diambil benang merah, bahwa esensinya pendidikan mengarah pada “penciptaan suasana belajar yang efektif” dan proses “pembelajaran yang interaktif”. Dalam hal ini, proses pembelajaran yang dilakukan merupakan aspek utama organisasi sekolah, karena dalam proes pembelajaran terjadi proes perubahan kemampuan peserta didik sebagai evaluasi dari sistem pendidikan yang dilakukan di sekolah.
Sekolah sebagai organisasi dengan sistem terbuka, senantiasa mampu beradaptasi dan peka terhadap perubahan atau perkembangan yang terjadi. Setiap aktivitas yang ada di sekolah, harus mengarah pada proses pembelajaran, karena hakikatnya sekolah merupakan organisasi pembelajar (learning organization).
Menurut Sange (1994), organisasai pembelajar adalah organisasi tempat dimana anggota-anggotanya secara terus menerus meningkatkan kapasitasnya untuk menciptakan pola berfikir baru dengan membiarkan berkembangnya aspirasi kreatif dan tempat orang terus menerus berupaya belajar bersama.  Selain itu, menurut Garvin, organisasi pembelajar adalah organisais yang senantiasa berusaha, menciptakan, mencari, dan mentransfer pengetahuan serta memodifikasi perilakunya berdasarkan pengetahuan dan wawasan baru tersebut. organisasi belajar tidak hanya menghasilkan cara berfikir, tapi juga menerapkan pengetahuan baru di dalam mengerjakan pekerjaan. Dixon (1998), mengemukakan bahwa organisasi pembelajar adalah organisasi tempat dimana terdapat kebiaaan belajar, baik pada tingkat individu, kelompok, atau sistem secara keseluruhan untuk mengadakan transformasi secara terus menerus dengan tujuan untuk memuaskan stakeholders.
Dari definisi menurut para ahli di atas, sekolah yang menerapkan dirinya sebagai orgnisasi pembelajar merupakan sekolah yang menerapkan secara efektif esensi atu makna pendidikan, dimana pada esensinya makna pendidikan mengarh pada pembelajaran yang menyangkut :
1.      learning to know  (berorientasi pada pengembangan atau perluasana pengetahuan individu).
2.      learning to do (berorientasi pada skill atau keterampilan individu).
3.      learning to be (berorientasi pada tanggung jawab diri, nilai, dimana seseorang mampu bertindak sesuai dengan pengetahuan dan kemampuan yang ia miliki secara bertanggung jawab, sehingga mulai terbentuk kepribadian yang baik).
4.      learning to live together in peace and harmony (tahap ini merupakan keseluruhan dari proses pembelajaran yang efektif, dimana seseorang mampu beradaptasi dan hidup bersama secara damai dalam lingkup masyarakat luas.
Sekolah sebagai organisais pembelajaran akan selalu bersikap terbuka untuk belajar, sehingga keterlibatn seluruh personil sekolah sangat dominan untuk menciptakan efektivita sekolah. Ada beberapa dimensi organisasi pembelajaran (learning organization) yang dikemukakan oleh Aan Komariah dan Cepi Triatna, diantaranya :
1.      Transfering knowledge, yaitu berorientasi pada terjadinya transformasi ilmu pengetahuan. Dalam implementasinya terhadap pembelajaran di sekolah, dimensi ini terletak pada pembelajaran yang bersifat student oriented (menyangkut kebutuhan belajar peserta didik, perbedaan individual, dan kepribadian peserta didik) dan content oriented (hal ini berhubungan dengan materi dan metode pembelajaran yang disampaikan oleh guru).
2.      Opennes, yaitu keterbukaan sistem dalam menerima pengetahuan atau pengalmn dari berbagai pihak, baik yang bersift kritik, saran, pendapat, mupun lainnya. Sikap terbuka, akn membut organisasi semakin mudah untuk berkembang dan jauh dari sifat entropy, hl ini dikarenakan sekolah tanggap dan tangguh menerima berbagai kondisi atu situasi, baik secara internal maupun eksternal.
3.      System Thinking, yaitu kemampuan berfikir secara sistematis mencakup makna kemampuan untuk selallu berfikir dan bertindak dengan pendekatan yang menyeluruh, serta mampu menimbang segala unsur yang berkaitan.
4.      Team Leraning, adalah kemampuan dan kemauan belajar dan bekerja sama dalam tim. Dimesi ini mengarah pada pembentukan kekuatan dan kapasitas tim, baik dari segi semangat, komitmen, kecerdasan, sehingga akan mempermudah dalam bertukar pikiran, dan hal ini akan lebih efektif dibandingkan kemampuan belajar individu.
5.      Creativity. Supriyadi, mendefiniskan kreatif sebagai kemampuan seseorang menlahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Dari definisi tersebut, kreatif identif dengan berfikir kreatif, berusaha melahirkan feature atau keistimewaan dan keunggulan dari setiap gagasan atau ide nya. pembelajaran yang bersifat kreatif akan menghasilkan sesuatu yang bermutu dan berjalan secara terus menerus, karena hakikatnya sesuatu yang bermutu itu tidak akan selesai atau bersifat dinamis tidak statis.
6.      Emphaty, merupakan sifat yang penuh dengan kepedulian dan respon terhadap berbagai kedaan. Sifat emphty yang diterapkn di sekolah akan menghasilkan suasabna atau iklim belajar yang menyenangkan, karena menghasilkan komunikasi yang efektif antar warga sekolah maupun stakeholder.
7.      Personil Maturity, berhubungan dengan kemapanan SDM yang ada dalam organisasi sekolah. Kedewasaan atau kematangan personil sekolah akan mempurmudah kepala sekolah kaupun guru dalam menempatkan atau memposisikan tugas untuk etiap personil sekolah termasuk peserta didik. Kematngn menunjukkan danya kemampuan dan kemauan seseorang untuk melakukan tugas dan tanggung jawabnya. Hal ini, jelas sangat penting dalam sebuah organisasi.
Selain dimensi-dimensi di atas, Aan Komariah dan Cepi triatna, mengemukakan karakteristik organisasi pembelajar sebagai berikut :
1.      Organisasi pembelajar memiliki budaya dan seperangkat nilai yang mendorong belajar, dengan indikator yang tampak adalah keterbukaan pada pengalaman, tidak menghindar dari kesulitan, dan kemauan untuk menelaah kegagalan dan mau belajar darinya.
2.      Strategi organisasi menyatakan bahwa belajar merupakan sumber keunggulan strategi yang mantap.
3.      Organisasi belajar memiliki struktur organisasi yang permeable, flexible, and network intimacy.
4.      Sistem organisasi dalam organisasi pembelajar sangat akurat, tepat waktu, dan tersedia untuk siapa pun yang membutuhkan dan dalam bentuk yang mudah dipergunakan. Hal ini menandakan bahwa sekolah sebagai organisasi pembelajar memiliki manajemen sistem informasi yang baik dan efektif.
5.      Organisasi pembelajar menyeleksi orang tidak berdasarkan apa-apa yang diketahu, tetapi berdasarkan kemampuannya belajar dan menyesuaikan tindakannya berdasarkan hasil belajar.
6.      Organisais pembelajar belajar dari orang lain
7.      Pemimpin organisasi pembelajar adalah pembelajar
ketahui, akan dapat diatasi dengan menerpkan learning organization di setiap sekolah, karena proses tranformasi pengetahuan yang menjadi dimensi organisais pembelajar akan memberikan dampak positif terhadap peroses kedewasaan individu, baik kedewasaan secara akademis maupun sosial.
Namun, dalam prakteknya tidak semua sekolah menerapkan learning organization ini. masih banyak sekolah-sekolah yang belum menerapkan pembelajaran yang mengarah pada student oriented maupun content oriented. Hal ini dapat terlihat, dari banyaknya guru yang belum profesional dalam melakukan pembelajaran di kelas, serta manajemen sekolah yang belum efektif. Dalam hal ini, kepala sekolah sebagai pemimpin harus mampu mengarahkan semua personil sekolah dalam mengakoordinir kebutuhan warga sekolah untuk mau belajar guna meningkatkan kemampuannya.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Sekolah sebagai organisasi adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang memiliki fungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan Negara.
Sekolah sebagai organisasi sosial dalam sosiologi memiliki  peranan dan fungsinya sebagai berikut:
1.    Fungsi manestifasi Pendidikan
2.    Fungsi Laten Lembaga Pendidikan
            Beberapa faktor yang dapat memepengaruhi perbedaan dalam susunan organisasi sekolah, antara lain :
1.      Besar Kecilnya Sekolah
2.      Letak Sekolah
3.      Jenis dan Tingkatan Sekolah

DAFTAR PUSTAKA


Dr. Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), cetakan sembilan, hlm. 23
Ibid. Hlm. 24
Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas, (Jakarta: Toko Gunung Agung, 1995) cetakan keempat, hlm. 94
Ibid. Hlm. 96



[1] M. Badrut Tamam, makalah : Sekolah sebagai Organisasi, http://alkhoiriyah.com/2015/12/02/sekolah-sebagai-organisasi/, diakses pada tanggal 2 Agustus  2019, Pukul 23:40
[2] Dr. Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), cetakan sembilan, hlm. 23
[3] Ibid. Hlm. 24
[4] Silvia, Makalah : Sekolah sebagai Organisasi, https://silvia16nitsuga.blogspot.com/2016/06/sekolah-sebagai-organisasi.html, diakses pada tangga 2 Agustus 2019 pukul 23:53.
[5]Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas, (Jakarta: Toko Gunung Agung, 1995) cetakan keempat, hlm. 94
[6] Ibid. Hlm. 96
[7]M. Badrut Tamam, makalah : Sekolah sebagai Organisasi, http://alkhoiriyah.com/2015/12/02/sekolah-sebagai-organisasi/, diakses pada tanggal 5 Agustus  2019, Pukul 22:50

0 comments:

Post a Comment

Monggo Komentarnya. . .