Monday, September 30, 2019

Makalah Barisan dan Deret Matematika

A.   Barisan danDeret
1.   Pengantar
Masalah barisan sebenarnya sudah sejak zaman Yunani kuno muncul sebagai salah satu masalah yang menarik perhatian. Sejak 2400 tahun yang lalu konsep barisan yang kita kenal dalam matematika mulai banyak dibicarakan orang, yaitu sejak seorang ahli filsafat Yunani yang bernama Zeno mengemukakan suatu krisis dalam matematika. Krisis matematika itu dikenal sebagai paradoks Zeno, yaitu sebagai berikut:
”Seorang pelari yang harus menempuh suatu jarak tertentu dengan cara melampaui setengah dari setiap jarak yang ditempuh, sebagai akibatnya pelari ini tidak akan sampai pada ujung dari jarak yang akan ditempuhnya”.


selain masalah barisan ada pula cerita yang berkaitan dengan konsep deret dalam matematika. Ada suatu cerita tentang seorang hamba yang meminta kepada rajanya untuk diberi beras dengan cara meletakkan 1 butir beras pada kotak pertama sebuah papan carur. Kemudian meletakkan 2 butir pada kotak kedua, 4 butir pada kotak ketiga, dan seterusnya, sehingga setiap kotak selanjutnya harus diisi dengan beras sebanyak kuadrat dari jumlah beras yang ada pada kotak sebelumnya. Ternyata beras seluruh negeri tidak cukup untuk memenuhi permintaan hambaini.
Uraian di atas, pada dasarnya merupakan salah satu ...... barisan dan deret yang kita kenal dalam matematika. Konsep barisan dan deret akan selaluterkait



dengan bilangan-bilangan dan aturan-aturan tertentu yang menghubungkan bilangan-bilangan tersebut.

1.   Barisan
Tentunya dalam kesempatan lain kita telah menjumpai sebarisan bilangan, dan biasanya kita diminta untuk dapat menentukan suku-suku berikutnya. Persoalan semacam ini kita jumpai ketika kita mengikuti tes psikologi, test intelegency quetion (IQ), tes kemampuan umum (TKU), tes potensi akademik (TPA), atau tes-tes psikologi untuk bidang-bidang keahlian tertentu, yaitu pada bagian tes seri (Tes Barisan dan Deret).
Sebagai contoh dalam TKU, yaitu tes untuk para siswa SMA yang ingin meneruskan ke perguruan tinggi diminta untuk menentukan dua suku berikutnya yang mungkin dari setiap barisan di bawah ini, dan memberikan suatu aturan yang dapat dipakai untuk menyusun barisan itu.
(a) 1, 3, 5, 7, ...
(b) 500, 400, 320, 256, ...
(c) 1, 2, 6, 24, 120, ...
(d) 2, 5, 10, 17, ...


(e) 1,1,       1,
2      3


1 , ...
4


Barisan-barisan semacam itu serimgkali muncul dalam kehidupan sehari- hari. Anda mungkin pernah menjumpai sebagian dari barisan seperti (a). Misalnya ketika mencari rumah yang bernomor 11 mungkin Anda menerka bahwa rumah yang dicari itu ada pada sisi lain dari jalan tersebut. Barisan yang (b) memberikan gambaranhanya suatu speda motor dalam puluhan ribu rupiah yang disusutkan 20% per tahun.
Barisan semacam ini sering pula muncul dalam permasalahan matematika. Pada hakekatnya unsur-unsur (u) atau suku-suku (s) barisan adalah nilai-nilai dari suatu fungsi u (fungsi s) yang daerah asalnya (domain f-nya) adalah himpunan bilangan asli A = { 1, 2, 3, ...}. Dalam hal ini kita mempunyai pemetaan (fungsi)  dari himpunan A = { 1, 2, 3, ...} ke himpunan unsur-unsur pada barisan.Aturan



yang menghubungkan daerah asal (domain f) ke daerah hasil (range f) merupakan suatu rumus untuk barisan tersebut.
Untuk fungsi u yang berkaitan dengan barisan (a) yaitu rumus yang  mungkin adalah u(n) = 2n – 1. Rumus atau aturan fungsi ini menghasilkan suku ke-n dari barisan tersebut. Rumus tersebut biasanya adalah un= 2n – 1 dengan nA =
{1, 2, 3, ...}.
Barisan bilangan (a) 1, 3, 5, 7, ... mempunyai suku (urutan) pertama u1= 1, suku kedua u2= 3, suku ketiga u3= 5, dan seterusnya sampai pada suku ke-n un= 2n
– 1. Dari contoh ini terlihat adanya korespondensi satu-satu antara bilangan asli n ke suku ke-n atau undari barisan tersebut.


1                 ,               2                  ,               3             , . . . n


u1= (2 x 1) – 1
u2= (2 x 2) – 1
u3= (2 x 3) – 1
un= 2n - 1
= 1
= 3
= 5



Dari penjelasan di atas, jelaslah bahwa barisan dapat disebut pula sebagai fungsi dari bilangan asli. Dalam hal ini ada bererapa cara untuk menyatakan suatu barisan, yaitu:
(1) {u1, u2, u3, ..., un} atau


{s1, s2, s3, ..., sn} dengan n bilangan asli. (2) {un} dengan n A = {1, 2, 3, ...}.
(3) f : n undengan n A = {1, 2, 3, ...}.

Contoh 34
Carilah rumus untuk suku ke-n dari barisan yang empat suku pertamanya adalah (a) 1, 4, 7, 10, ...
(b) 3, 9, 27, 81, ...
(c) -2, 2, -2, 2, ...


Penyelesaian:
(a)            Selisih dua suku yang berurutan ialah 3, maka un= 3n-3.



(b)            Perpangkatan dari 3, sehingga un= 3n.
(-1)1= -1, (-1)2= 1, dan seterusnya, sehingga un= 2 x(-1)n.


A.   Barisan Aritmetika dan DeretAritmetika
1.   BarisanAritmetika
Sekarang marilah kita perhatikan kembali beberapa contoh barisan bilangan berikutini.

Contoh35
(a) 1, 3, 5, 7, …
(b) 2, 6, 10, 14, …
(c) 100, 90, 80, 70, …
Jika kita perhatikan contoh (a), suku yang pertamanya u1= 1, suku yang kedua u2diperoleh dengan menambahkan 2 kepada u1, suku yang ketiga u3diperoleh dengan menambahkan 2 kepada u2, demikian seterusnya. Jadiselisih dari tiap suku yang berurutan dari barisan ini adalah tetap, yaitu sebesar 2. Barisan seperti ini dinamakan barisan aritmetika dan selisih yang tetap dari barisan itu disebut beda barisan.
Contoh-contoh (a), (b), dan (c) dari contoh 35 di atas adalah contoh-contoh dari barisan aritmatika.
u1, u2, u3, ..., un
ialah barisan aritmetika , jika berlaku
u2–u1,=u3,...,u2=...= un–un–1=konstanta.
Konstanta ini disebut beda, dan besarnya dinyatakan dengan b. (a) 1, 3, 5, 7, …                              bedanya ialah 3 – 1 = 5 – 3 = … =2
(b) 2, 6, 10,14, …     bedanya ialah 6 – 2 = 10 – 6 = 14 – 10 =4
(c) 100, 90, 80, 70, … bedanya ialah 90 – 100 = 80 – 90 = … = - 10
Jadi, dari sajian diskusi di atas jelaslah, bahwa suatu barisan dinamakan barisan aritmetika jika dan hanya jika selisih dua suku yang berurutan selalu tetap (definisi).



Sekarang kita akan mencari rumus umum suku ke-n dari barisan aritmetika, yaitu sbb:
Jika suku pertama barisan aritmetika u1dinamakan a, maka didapat u1= a


u2- u1= b u3– u2= b u4– u3= b


= u1+ b = a + b


= u2+ b = (a + b) + b = a + 2b

= u3+ b = (a + 2b) + b = a + 3b


dan seterusnya, sehingga didapat barisan aritmetika dalam bentuk: a , a + b , a + 2b , a + 3b , …, a (n – 1)b
Dari sini kita dapatkan bentuk umum rumus suku ke-n barisan aritmetika, yaitu: un= a + (n – 1)b

Contoh 36
Carilah suku ke-100 dari barisan aritmetika 2, 5, 8, 11, …


Penyelesaian:
Di sini: a = 2
b = u2– u1= 5 – 2 = 3 n = 100
un= a + (n – 1)b

= 2 + (100 – 1)3 = 2 + (99 x 3) = 299


Contoh 37
Diketahui barisan aritmetika 1, 3, 5, 7, …. un= 225. Tentukan banyaknya suku (n).
Penyelesaian:
a = 1, b = 2, un= 225
un= a (n – 1)b

225 = 1 + (n – 1)2 = 1 + 2n - 2

226 = 2n

= 113



Jadi banyaknya suku ada 113.


Contoh 38
Si Dadap berhasil lulus ujian saringan masuk PT (Perguruan Tinggi). Sebagai mahasiswa, mulai 1 Januari 2008 ia menerima uang saku sebesar Rp. 500.000,00 untuk satu triwulan. Uang saku ini diberikan setiap permulaan triwulan. Untuk setiap triwulan berikutnya uang saku yang diterimanya dinaikkan sebesarRp.
25.000. Berapa besar uang saku yang akan diterima si Dadap pada awal tahun2011?


Penyelesaian:
Triwulan ke-1: u1= a = Rp. 500.000,00 Triwulan ke-2: u2= a + b = Rp. 525.000,00, dst Jadi b = 25.000.
Pada awal tahun 2011 telah dipakai kuliah selama 3 tahun atau 12 triwulan, berarti: u12= a + (12 – 1)b
= 500.000 + (11 x 25.000)
= 775.000
Jadi besarnya uang yang akan diterima si Dadap pada awal tahun 2011 adalah Rp. 775.000,00.

DAFTAR ISI

Abdul Kodir, dkk. (1979). Matematika untuk SMA. Jakarta: Depdikbud.

Andi Hakim Nasution, dkk. (1994). Matematika 2 untuk Sekolah Menengah Umum.
Jakarta: Balai Pustaka.

Bunarso Tanuatmodjo, dkk. (1977). Matematika Jilid 1. Bandung: BPG Tertulis.
Depdikbud.


Depdiknas. (2002). Contextual Teaching and Learning (CTL). Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Menengah.

Irving M. Copi. (1973). Symbolik Logic. Fourth edition. New York: Macmilan Publishing Co. Inc.

Karso. (2003). Pengantar Dasar Matematika, cetakan keempat. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka Depdiknas

Lilik Hendrajaya dan Ismail (1975). Matematika untuk SLA & Sederajat. Bandung: Ganeca Science Book Leries.

Oesman Arif. (1978). Logika Simbol (Logika Modern). Jakarta, Surabaya: PT. Bina Ilmu.

Ruseffendi, E.T. (1979). Dasar-dasar Matematika Modern untuk Guru, Edisi ketiga.
Bandung : Tarsito

Robert Sharvy. (1970). Logic on Outline. Totowa, New Jersey : Little field, Adam & Co.

Stephen, W. J. dan Gallagher, S.A.(2003).Problem Based Learning. [online].
Tersedia http://www. Score rims h. 12 Ca.vs/ problem html.


Wahyudin. (1984). Pengantar Sistem Matematika. Bandung : Epsilon Grup. Tim (1979). Matematika Untuk SMA. Jakarta : Depdikbud.

Sunday, September 29, 2019

Makalah Keterampilan Membimbing diskusi Kelompok Kecil


Oleh Kelompok Faozah pa Muflih dkk
IAI BBC 
Semester 5 PGMI






BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang
Mengajar merupakan suatu kewajiban bagi seorang guru. Dalam menjalankan kewajiban mengajar pun tentu saja seorang guru ituntut untuk menguasai materi yang diajarkannya. Selain itu guru berperan aktif untuk mengelola kelas agar tercipta situasi yang kondusif demi kenyamanan para siswanya belajar. Ada suatu anggapan bahwa orang yang akan mengajar harus menguasai bahan atau ilmu yang akan diajarkan, berarti sudah dapat mengajar dengan baik.
Anggapan ini kurang  tepat, karena mengajar bukan hanya sekedar menyampaikan ilmu (proses informatif), tetapi juga menganung unsur-unsur educatif (mendidik). Seorang pendidik dalam proses pembelajaran harus mempu mentransfer ilmu pengetahuan, punya keahlian, dan memiliki nilai-nilai (transfer of knowledge, skill and value).[1]
Seorang guru dalam mengajar tentu saja harus berperan aktif untuk menghidupkan suasana kelas. Seperti halnya untuk mengaktifkan para siswa dalam membentuk kelompok-kelompok kecil untuk sebuah diskusi. Diskusi sebagai metode pembelajaran yang mengharuskan siswa aktif berkelompok dan bekerjasama dengan teman sebayangnya tentu saja memerlukan bimbingan dari seorang guru. Dan di sini guru berperan untuk mengarahkan dan membimbing diskusi dengan baik dan benar. Kemampuan guru untuk membimbing diskusi sangat perlu untuk dipelajari oleh guru maupun calon guru. Dalam makalah kami ini, kami hendak memaparkan mengenai kemampuan guru untuk membimbing diskusi kelompok kecil.
  1. Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud dengan ketrampilan membimbing kelompok kecil?
2.      Apakah tujuan dan manfaat diskusi kelompok?
3.      Bagaimanakah cara membimbing diskusi kelompok kecil?
4.      Apa sajakah yang perlu diperhatikan oleh seorang guru ataupun calon guru dalam membimbing diskusi kelompok kecil?
5.      Apa keunggulan dari diskusi kelompok kecil?
6.      Apa kelemahan dari diskusi kelompok kecil?

  1. Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui dan memahami hakikat ketrampilan membimbing diskusi kelompok kecil.
2.      Mengetahui tujuan dan manfaat dari kegiatan diskusi kelompok kecil.
3.      Dapat mempraktikan langkah-langkah membimbing diskusi kelompok kecil.
4.      Mengetahui hal-hal yang harus diperhatikan seorang guru dalam membimbing diskusi.
5.      Mengetahui keunggulan dari diskusi kelompok kecil.
6.      Mengetahui kelemahan dari diskusi kelompok kecil.





BAB II
PEMBAHASAN

  1. Pengertian Ketrampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering saksikan sekelompok orang berkumpul di suatu tempat, sambil duduk-duduk ngobrol dengan sesama temannya. Jika kita tanya sedang apa? Dengan spontan kadang-kadang mereka menjawab “sedang diskusi”, jadi menurut mereka berkumpul dengan jumlah peserta beberapa orang sambil ada sesuatu yang dibicarakan (diobrolkan) itulah diskusi.
Kegiatan diskusi bisa terjadi dalam berbagai aspek kehidupan seperti politik, ekonomi, budaya, bisnis, pendidikan, apakah dalam skala besar maupun kecil. Pertanyaannya apakah setiap ada satu kelompok yang berkumpul sedang membicarakan sesuatu selalu disebut diskusi. Tidak setiap pembicaraan yang dilakukan oleh sekelompok orang dikategorikan sebagai kegiatan diskusi, karena setiap pembicaraan dalam diskusi kelompok kecil ada aturan-aturan atau persyaratan yang harus dipenuhi, antara lain yaitu:
1.      Melibatkan kelompok yang anggotanya berkisar 3 sampai 9 orang.
2.      Berlangsung dalam interaksi tatap muka yang informal, dimana setiap anggota kelompok harus mendapat kesempatan untuk melihat, mendengar, dan berkomunikasi secara bebas dan langsung.
3.      Mempunyai tujuan yang  jelas dengan cara kerjasama antar anggota kelompok.
4.      Berlangsung menurut proses yang diatur dan sistematis, menuju diperolehnya suatu kesimpulan.
Membimbing diskusi kelompok berarti suatu proses yang teratur dengan melibatkan kelompok peserta didik dalam interaksi tatap muka kooperatif yang optimal dengan tujuan berbagi informasi atau pengalaman mengambil keputusan.
Drs. Muhammad Uzair Usman mengatakan bahwa diskusi kelompok kecil adalah peserta didik berdiskusi dalam kelompok-kelompok kecil di bawah pembinaan guru atau temannya untuk berbagi informasi, pemecahan masalah atau pengambilan keputusan, dilaksanakan dalam suasana terbuka.[2]
Menurut tim pengembang materi Akta IV UPI, bahwa yang dimaksud dengan diskusi kelompok adalah suatu proses pembicaraan yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informasl dengan tujuan berbagi pengalaman atau informasi, mengambil keputusan atau memecahkan suatu masalah.[3]
Depdikbud merumuskan pengertian diskusi kelompok adalah siswa melaksanakan diskusi dalam kelompok-kelompok kecil di bawah pimpinan guru atau temannya untuk berbagi informasi, memecahkan masalah atau mengambil keputusan (1985).[4]
Dari pengertian di atas semuanya memiliki fokus yang sama dalam mengartikan diskusi kelompok, yaitu :
1.      Proses pembicaraan yang teratur; dalam kegiatan diskusi intinya ada sesuatu pokokmpembicaraan (masalah) yang dibicarakan atau dibahas. Proses membicarakan masalah tersebut dilakukan secara teratur, yaitu semua yangg ada dalam kelompok tersebut masing-masing memiliki kepentingan yang sama, sehingga semua pembicara mendapat kesempatan yang sama secara adil dan proses penyampaiannya teratur, tidak saling jegal atau saling serobot, tapi semuanya memiliki kesempatan yang sama dan saling menghargai.
2.      Interaksi tatap muka; proses membahas untuk pembicaraan atau masalah yang dibahas dilakukan secara interaksi tatap muka, yaitu komunikasi pembicaraan tidak dimonopoli oleh sesorang saja, akan tetapi semua mendapat giliran (interaksi). Demikian pula proses saling mengemukakan pendapat terhadap persoalan yang dibahas, dilakukan secara tatap muka, baik langsung maupun melalui perantara media atau diskusi jarak jauh seperti (teleconference, video conference) dan lain sebagainya.
3.      Berbagi pengalaman; setiap pembicara mengeluarkan pendapat dan pengalaman yang dimiliki oleh masing-masing terkait dengan permasalaham yang dibahas. Oleh karena itu dalam kegiatan diskusi tidak hanya orang tersebut yang paling punya andil, akan tetapi setiap orang sekecil apapun pendapat atau pengalaman yang dikemukakannya harus dihargai dan menjadi bagian integral dari peserta diskusi kelompok kecil.
4.      Memecahkan masalah ; tujuan akhir yang harus dicapai dalam kegiatan diskusi adalah terpecahnya masalah bersama, yatu dengan diperolehnya kesimpulan dan kegiatan diskusi tersebut. Keputusan yang diambil dari kegiatan diskusi adalah produk bersama, sehingga semua peserta atau anggota kelompok yang mengikuti kegiatan tersebut harus menerima dan melaksanakan hasil kesimpulan yang telah disepakati bersama.
Jadi ketrampilan membimbing diskusi kelompok kecil adalah suatu ketrampilan yang harus dimiliki oleh seorang guru untuk membina dan mengarahkan para siswanya dalam melakukan diskusi dalam kelompok kecil, dimana diskusi kelompok tersebut memiliki tujuan memecahkan masalah bersama, dilakukan secara teratur, dilakukan dengan cara berbagi pengalaman atau pengetahuan di anatara siswa secara langsung atau tatap muka.
  1. Tujuan dan Manfaat Diskusi Kelompok
Kegiatan diskusi dalam proses pembelajaran dilakukan untuk memberi kesempatan kepada siswa membahas suatu permasalahan atau topik dengan cara setiap siswa mengajukan pendapat, saling tukar pemikiran untuk memperoleh kesimpulan bersama dari diskusi yang telah dilakukan. Ada pun tujuan dan manfaat diskusi antara lain[5] :
1.      Memupuk sikap toleransi; yaitu setiap siswa saling menghargai terhadap pendapat yang dikemukakan oleh setiap peserta diskusi.
2.      Memupuk kehidupan demokrasi; yaitu setiap siswa secara bebas dan bertanggung jawab, terbiasa mengemukakan pendapat, bertukar pikiran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
3.      Mendorong pembelajaran secara aktif, yaitu siswa dalam membahas suatu topik pembelajaran tidak selalu menerima dari guru, akan tetapi melalui kerjasama dalam kelompok siswa belajar mengembangkan kemampuan berpikirnya, belajar memecahkan masalah.
4.      Menumbuhkan rasa percaya diri, yaitu dengan kebiasaan untuk berargumentasi yang dilakukan antar sesama teman dalam kelompok diskusi, akan mendorong keberanian dan terbinanya rasa percaya diri siswa untuk mengajukan pendapat maupun mencari solusi pemecahan
  1. Langkah-langkah Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi dalam proses pembelajaran termasuk ke dalam satu jenis metode pembelajaran. Setiap metode pembelajaran termasuk diskusi diarahkan untuk terjadinya proses pembelajaran. Setiap metode pembelajaran termasuk diskusi diarahkan untuk terjadinya proses pembelajaran secara aktif dan efektif untuk mencapai tujuan (kompetensi) pembelajaran yang diharapkan. Oleh karena itu agar kegiatan agar kegiatan diskusi dapat berjalan dengan lancar, maka dalam melaksanakan kegiatan diskusi tersebut harus memperhatikan atau mengikuti beberapa aspek berikut :
1.      Memusatkan perhatian peserta didik pada tujuan dan topik diskusi. Kegiatannya antara lain : merumuskan tujuan dan topik yang akan didiskusikan, mengembangkan masalah, catat kesalahan yang menyimpang.
2.      Memperluas masalah, intinya merangkum kembali permasalahan supaya jelas, menjelaskan gagasan peserta didik dengan memberikan informasi yang jelas. Untuk memperjelas setiap pembicaraan dari peserta diskusi, pimpinan diskusi atau guru dapat melakukan hal-hal berikut :
a.       Menguraikan kembali pendapat atau ide yang kurang jelas, sehingga menjadi jelas dipahami oleh seluruh peserta diskusi.
b.      Mengajukan pertanyaan pelacak untuk meminta komentar siswa untuk lebih memperjelas ide atau pendapat yang disampaikannya.
c.       Memberikan informasi tambahan berkenaan dengan pendapat atau ide yang disampaikannya, seperti melalui ilustrasi atau contoh, sehingga dapat lebih memperjelas terhadap ide yang disampaikannya itu.
3.      Menganalisis pendapat peserta didik, antara lain menganalisis alasan yang dikemukakan memiliki dasar yang kuat, menjelaskan hal-hal yang telah disepakati. Setelah diperoleh informasi alasan-alasan dari masing-masing berkenaan dengan pendapat yang berbeda-beda itu, maka selanjutnya pimpinan diskusi dapat menindaklanjuti dengan mencapai kesepakatan terhadap hal-hal mana saja yang disepakati bersama dan mana yang tidak disepakati secara bersama, sehingga dari diskusi tersebut membuahkan kesimpulan bersama.
4.      Meluruskan alur berpikir peserta didik, mencakup mengajukan beberapa pertanyaan menantang siswa untuk berpikir, memberikan contoh-contoh verbal, memberikan waktu berpikir, dan memberi dukungan terhadap pendapat peserta didik yang penuh perhatian.
5.      Meningkatkan partisipasi siswa. Untuk mendorong siswa (peserta didik) ikut aktif urun rembug dalam proses diskusi, ada beberapa aspek yang perlu ditempuh guru atau pemimpin diskusi, anatara lain:
a.       Mengajukan pertanyaan kunci yang menantang siswa untuk berpendapat atau mengajukan gagasan.
b.      Memberikan contoh atau ilustrasi baik bersifat verbal maupun non verbal dimana melalui contoh atau ilustrasi tersebut, menggugah siswa untuk berpikir.
c.       Menghangatkan suasana diskusi dengan memunculkan pertanyaan yang memungkinkan terjadinya perbedaan pendapat di antara sesama anggota kelompok.
d.      Memberikan perhatian kepada setiap pembicara sehingga merasa dihargai dan dengan demikian dapat lebih mendorong siswa untuk berpartisipasi memberikan pemikiran melalui forum diskusi yang dilakukan.
6.      Memberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam diskusi, terkait dengan memancing semangat berpikir peserta didik, memberikan kesempatan kepada yang belum berbicara, mengatur jalannya sidang diskusi, dan mengomentari pendapat yang dikemukakan. Untuk mendorong partsipasi aktif dari seetiap anggota kelompok dapat dilakukan hal-hal berikut :
a.       Memberi stimulus yang ditujukan kepada siswa tertentu yang belum berkesempatan menyampaikan pendapatnya, sehingga siswa tersebut terdorong untuk mengeluarkan buah pikirannya.
b.      Mencegah monopoli pembicaraan hanya kepada orang-orang tertentu saja, dengan cara terlebih dahulu memberi kesempatan kepada siswa yang dianggap pendiam untuk berbicara.
c.       Mendorong siswa untuk merespon pembicaraan dari temannya yang lain sehingga terjadi komunikasi interaksi anatar semua perserta diskusi.
d.      Menghindari respon siswa yang bersifat serentak, agar setiap siswa secara individu dapat mengemukakan pikirannay secara bebas berdasarkan pemahaman yang dimilikinya.
7.      Menutup diskusi merupakan kegiatan akhir dalam diskusi. Ada pun kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan oleh guru atau pemimpin diskusi dalam menutup diskusi antara lain:
a.       Membuat rangkuman sebagai kesimpulan atau pokok-pokok pikiran yang dihasilakan dari kegiatan diskusi yang telah dilaksanakan.
b.      Menyampaikan beberapa catatan tindak lanjut dari kegiatan diskusi yang telah dilakukan, baik dalam bentuk aplikasi maupun rencana diskusi pada pertemuan berikutnya.
c.       Melakukan penilaian terhadap proses maupun hasil diskusi yang telah dilakukan, seperti melalui kegiatan observasi, wawancara, skala dan lain sebagainnya. Penilaian ini berfungsi sebagai umpan balik untuk mengetahui dan memberi pemahaman kepada siswa terhadap peran dan partisipasinya dalam kegiatan diskusi tersebut.[6]
  1. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Guru Saat Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Hal-hal yang perlu diperhatikan dan harus dihindari oleh seorang guru dalam membimbing diskusi kelompok kecil yakni:
1.      Mendominasi diskusi.
2.      Membiarkan peserta didik memonopoli.
3.      Membiarkan penyimpangan diskusi.
4.      Membiarkan peserta didik tidak bertanya.
5.      Tidak memperjelas dan mendukung alur berpikir siswa yang salah.
6.      Gagal mengakhiri diskusi secara efektif.

  1. Keunggulan Diskusi Kelompok Kecil
Beberapa keuntungan yang dapat diambil dari diskusi kelompok kecil:[6]
1.      Kelompok menjadi kaya dengan ide dan informasi untuk mendapatkan hasil yang lebih baik
2.      Termotivasi oleh kehadiran teman
3.      Mengurangi sifat pemalu
4.      Anak merasa terikat untuk melaksanakan keputusan kelompok
5.      Meningkatkan pemahaman diri anak
6.      Melatih sisa untuk berfikir kritis
7.      Melatih siswa untuk mengemukakan pendapatnya
8.      Melatih dan mengembangkan jiwa social pada diri siswa[7]

  1. Kelemahan Diskusi Kelompok Kecil
1.      Waktu belajar lebih panjang
2.      Dapat terjadi pemborosan waktu
3.      Anak yang pemalu dan pendiam menjadi kurang agresif
4.      Dominasi siswa tertentu dalam diskusi
5.      Tidak dapat mencapai tujuan pembelajaran ketika siswa kurang siap mengikuti kegiatan pembelajaran
Semua kekurangan tersebut dapat ditekan dengan rencana yang matang dan keterampilan guru mengarahkan, memberi petunjuk yang jelas, memahami kesulitan siswa, dan membagi perhatian pada semua kelompok.
Diskusi kelompok bermanfaat ganda. Tidak hanya pengetahuan siswa yang bertambah. Diskusi kelompok kecil juga memupuk rasa kebersamaan dan berbagi sesama siswa. Untuk mendapatkan hasil maksimal di dalam diskusi kelompok kecil, ada hal-hal yang harus dihindari oleh guru dalam memimpin diskusi kelompok. Hal-hal yang harus dihindari tersebut adalah :
1.      Topik diskusi  yang tidak sesuai dengan minat siswa.
2.      Terlalu mendominasi diskusi dengan cara mengajukan pertanyaan atau memberikan jawaban yang terlalu banyak.
3.      Membiarkan siswa tertentu memonopoli diskusi kelompok.
4.      Membiarkan terjadinya pembicaraan yang menyimpang dari topik diskusi atau tidak relevan dengan apa yang sedang dibicarakan.
5.      Terlalu sering menginterfensi siswa dengan pertanyaan atau pernyataan yang sebetulnya tidak penting.
6.      Tidak memberi waktu yang cukup untuk menyelesaikan masalah dalam rangka mencapai tujuan diskusi.
7.      Tidak memperjelas atau tidak mendukung pendapat siswa.
8.      Gagal menutup diskusi dengan efektif.[8]



BAB III
PENUTUP

  1. Kesimpulan
Pengertian Ketrampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil berarti suatu proses yang teratur dengan melibatkan kelompok peserta didik dalam interaksi tatap muka kooperatif yang optimal dengan tujuan berbagi informasi atau pengalaman mengambil keputusan.Tujuan dan Manfaat Diskusi Kelompok : Memupuk sikap toleransi; Memupuk kehidupan demokrasi; Mendorong pembelajaran secara aktif, Menumbuhkan rasa percaya diri.
Langkah-langkah Membimbing Diskusi Kelompok Kecil:Memusatkan perhatian peserta didik pada tujuan dan topik diskusi. Kegiatannya antara lain : merumuskan tujuan dan topik yang akan didiskusikan, mengembangkan masalah, catat kesalahan yang menyimpang. Memperluas masalah, intinya merangkum kembali permasalahan supaya jelas, menjelaskan gagasan peserta didik dengan memberikan informasi yang jelas. Menganalisis pendapat peserta didik, antara lain menganalisis alasan yang dikemukakan memiliki dasar yang kuat, menjelaskan hal-hal yang telah disepakati. Meluruskan alur berpikir peserta didik, mencakup mengajukan beberapa pertanyaan menantang siswa untuk berpikir, memberikan contoh-contoh verbal, memberikan waktu berpikir, dan memberi dukungan terhadap pendapat peserta didik yang penuh perhatian.Meningkatkan partisipasi siswa. Memberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam diskusi, terkait dengan memancing semangat berpikir peserta didik, memberikan kesempatan kepada yang belum berbicara, mengatur jalannya sidang diskusi, dan mengomentari pendapat yang dikemukakan. Menutup diskusi merupakan kegiatan akhir dalam diskusi
Hal-hal yang perlu diperhatikan Guru saat membimbing Diskusi Kelompok Kecil yaitu Mendominasi diskusi,Membiarkan peserta didik memonopoli, Membiarkan penyimpangan diskusi, Membiarkan peserta didik tidak bertanya,Tidak memperjelas dan mendukung alur berpikir siswa yang salah, Gagal mengakhiri diskusi secara efektif.
Keunggulan Diskusi Kelompok Kecil :Kelompok menjadi kaya dengan ide dan informasi untuk mendapatkan hasil yang lebih baik,Termotivasi oleh kehadiran teman, Mengurangi sifat pemalu, Anak merasa terikat untuk melaksanakan keputusan kelompok, Meningkatkan pemahaman diri anak, Melatih sisa untuk berfikir kritis, Melatih siswa untuk mengemukakan pendapatnya,  Melatih dan mengembangkan jiwa social pada diri siswa.
Kelemahan Diskusi Kelompok Kecil: Waktu belajar lebih panjang,  Dapat terjadi pemborosan waktu, Anak yang pemalu dan pendiam menjadi kurang agresif, Dominasi siswa tertentu dalam diskusi, Tidak dapat mencapai tujuan pembelajaran ketika siswa kurang siap mengikuti kegiatan pembelajaran
                                                      
  1. Saran
1.      Seorang calon guru dan seorang guru harus memilki ketrampilan dalam membimbing diskusi dalam kelompok kecil.
2.      Diskusi dalam kelompok kecil seyogyanya dapat mengaktifkan siswa dan sikap toleransi serta sifat sosial diantara mereka.



DAFTAR PUSTAKA

Asril, Zainal. (2012). Micro Teaching: Disertai dengan Pedoman Pengalaman Lapangan.Jakarta: Rajawali Pers
Dadang Sukirman, Micro Teaching Cet.2, (Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementrian Agama RI,2012)hlm.321-322
Dadang Sukirman, Micro Teaching Cet.2, (Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementrian Agama RI,2012)hlm.322

Dadang Sukirman, Micro Teaching Cet.2, (Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementrian Agama RI,2012)hlm.323

http://tyanuari.blogspot.com/2013/04/keterampilan-membimbing-diskusi.html diakses pada tanggal 24 September 2019.  Puukul 20.15

http://immstitwates.blogspot.com/2014/04/keterampilan-membimbing-diskusi.html?m=1  Di unduh pada tanggal  24 September 2019. Pukul 22.14

Sukirman, Dadang. (2012). Micro Teaching Cet.2, Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementrian Agama RI.
http://tyanuari.blogspot.com/2013/04/keterampilan-membimbing-diskusi.html diakses pada tanggal 7 Maret 2014
Zainal Asril, Micro Teaching: Disertai dengan Pedoman Pengalaman Lapangan, (Jakarta: Rajawali Pers,2012)hlm.1-2

Zainal Asril, Micro Teaching: Disertai dengan Pedoman Pengalaman Lapangan, (Jakarta: Rajawali Pers,2012)hlm.79


[1] Zainal Asril, Micro Teaching: Disertai dengan Pedoman Pengalaman Lapangan, (Jakarta: Rajawali Pers,2012)hlm.1-2
[2] Zainal Asril, Micro Teaching: Disertai dengan Pedoman Pengalaman Lapangan, (Jakarta: Rajawali Pers,2012)hln.79
[3] Dadang Sukirman, Micro Teaching Cet.2, (Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementrian Agama RI,2012)hlm.321-322
[4] Ibid,hlm.322
[5] Dadang Sukirman, Micro Teaching Cet.2, (Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementrian Agama RI,2012)hlm.323
[6] Asril, Zainal. (2012). Micro Teaching: Disertai dengan Pedoman Pengalaman Lapangan.Jakarta: Rajawali Pers
[7] http://tyanuari.blogspot.com/2013/04/keterampilan-membimbing-diskusi.html diakses pada tanggal 24 September 2019.  Puukul 20.15
[8] http://immstitwates.blogspot.com/2014/04/keterampilan-membimbing-diskusi.html?m=1  Di unduh pada tanggal  24 September 2019. Pukul 22.14