Tuesday, October 10, 2017

Asal usul

BELAJAR...
ALLAH memberikan Pelangi disetiap mendung, Senyum disetiap Air Mata, Hikmah disetiap Cobaan, & Jwban disetiap Doa. Kehidupan dpt memberikan Ratusan Alasan tuk Marah, Kecewa & Menangis, akan tetapi dgn bersabar kita memiliki Berjuta Alasan tuk tetap TERSENYUM...

Dari Air Belajar untuk tenang , Dari Batu Belajar untuk tegar, Dari Tanah Belajar Kehidupan, Dari Kupu2 Belajar Merubah diri, Dari Padi Belajar Rendah Hati. Tengadahkan wajah kita untuk menatap masa depan dngan  berseri , penuh kerinduan pd illahi robbi wa Rosulullohi shokhibulwajhi.

KeAKUan butuh pengAKUan

Sahabatku...
Sukses Besar selalu dimulai dari Hati yang Besar ; Senang melihat org lain Membesar, Senang Membuat org lain lebih Membesar dan Senang Membesar bersama tanpa perlu merendahkan siapapun

Merendahkan org lain itu bukan lambang kebesaran, Merendahkan org lain itu membuktikan bahwa sebenarnya kita kecil, Sangat kecil

Sehingga menunjukkan "keAKUan" yang sebenarnya butuh "PengAKUan" sehingga menjelmalah menjadi sebuah kerusakan mental bernama KESOMBONGAN

Jangan kejar pujian, Kejarlah Manfaat. Org yg fokus kepada manfaat tidak penting dianggap, yg terpenting ia meyakini bahwa ALLAH SWT beserta Malaikat2NYA meridhoi setiap tindakan baik kita.

Teruslah Berjuang, Membesar Dengan Kebesaran Hati

Sabun Poligami Mbah Hamid


Suatu ketika Waliyulloh Simbah Kyai Hamid kedatangan tamu, kebetulan di waktu tersebut ada dua golongan tamu, yang pertama adalah seorang lelaki dari kota Pasuruan yang datang sendirian dg tujuan untuk meminta pendapat bagaiman kalau ia menikah lagi.
Sedangkan yang lain adalah rombongan dari luar kota dan kedatangan rombongan tersebut hanya untuk bersilaturrahim. Kyai Hamid adalah seorang Auliya’illah yang diberi keistimewaan mengetahui tujuan para tamunya.
“Oh, sampean tah iku mau… tak kiro sopo. Sek yo sampean enteni diluk aku tak nemoni sing akeh disek, sak aken teko adoh.”
(Oh, kamu to iku … Saya kira siapa tadi, sebentar ya, saya menemui rombongan tamu dulu, kasihan datang dari jauh). ujar kyai Hamid.
“enggeh kyai”.
Akhirnya kyai Hamid pun menemui tamu rombongan tadi. Kyai Hamid terlihat sangat akrab sekali sewaktu mengobrol dengan para tamu yang datang dari jauh tersebut.
Seakan-akan beliau sedang mengobrol dengan teman yang telah lama tak pernah bertemu. Sedangkan tamu yang datang sendirian itu menunggu kyai Hamid tepat di sebelah pintu.
Setelah sekitar 20 menit laki-laki itu menunggu, akhirnya rombongan tamu itu meminta undur diri dan kyai Hamid pun mengantarkan para rombongan tersebut hingga di depan gerbang pesantren. Setelah itu beliau langsung kembali ke rumah dan menemui lelaki itu.
“sek yo aku tak nang mburi diluk entenono… sing sabar.”
(sebentar ya, saya mau ke belakang dulu…yang sabar ya), ujar kyai Hamid.
Lelaki itu pun hanya bisa menganggukkan kepalanya. Ahinya tak lama kemudian kyai Hamid keluar dengan membawa sebungkus sabun mandi baru.
“Wes, sabun iki sampean gowo moleh gawien ados dino iki sampek entek, mene sampean mbali’o mane yo!”
(Sudah, sabun ini kamu bawa pulang, buat mandi hari ini sampai sabunnya habis. Besok kembali lagi!”.
Kata kyai Hamid sembari menyodorkan sabun tersebut kepada lelaki itu.
“enggeh, mator nuwon kyai… tapi…” (terimakasih kyai… tapi…” jawab lelaki itu.
“tapi opo…? wes moleho sek, sa’aken bojomu ngenteni neng omah, mene balik rene maneh yo.”
(tapi apa? sudah pulang dulu ya, kasihan istrimu menunggu di rumah, besok kembali lagi ya) tegas kyai Hamid.
Akhirnya lelaki itu pun pulang. Setibanya di rumah, lelaki itu langsung mandi menggunakan sabun yang dikasih oleh kyai Hamid. Lelaki tersebut mandi sangat lama sekali. Ia menjalankan perintah kyai hamid agar menghabiskan sabun mandi itu.
Lama-kelamaan lelaki tersebut merasa badannya menggigil kedinginan dan tak kuat lagi, sedangkan sabun yang diberi oleh kyai Hamid itu juga tak kunjung habis ketika digosokkan di seluruh tubuhnya.
Keesokan harinya Lelaki itu kembali datang dengan membawa sabun yang diberi oleh kyai Hamid. Ketika sudah memasuki kawasan Pon-Pes Salafiyah, lelaki itu melihat kyai Hamid sedang berada diteras rumahnya. Lelaki itu pun langsung menghampiri kyai Hamid.
“Lah, iki… tak enteni sampean… yok op owes entek sabune?”
(lah, ini… saya tunggu kamu… bagaimana sabunnya? sudah habis?) Tanya kyai Hamid.
“Niki kyai… sepuntene dereng telas…”
(Ini kyai…..sabunnya… ma’af belum habis). Jawab lelaki tersebut.
“Anggepen ae sabon iku mau bojomu, wong siji ae gak entek-entek, ngono kate kawin maneh.” (sabun itu ibarat istrimu, satu saja tidak habis kenapa harus kawin lagi). Tegas kyai Hamid.
Subhanalloh…! padahal lelaki tersebut mulai kemarin belum mengutarakan isi hatinya, tapi sekarang langsung dijawab dengan tegas oleh kyai Hamid.
Dan lelaki tsb betul2 menjalankan nasehat Kyai Hamid utk tidak menikah lagi, dan hidupnya bersama keluarganya sangat bahagia dan sukses dalam bisnisnya.
Sumber kisah Gus Hayyid

mengatasi masalah tidak harus merusak masalah yang lain

Suatu ketika saat mengajar di kelas, ahli Matematika, filsuf dan peletak dasar ilmu mantiq, Aristoteles membuat sebuah garis. Ia lalu berkata kepada para muridnya, “Wahai muridku, siapa yang bisa memperpendek garis yang aku buat ini?”

Para murid lalu maju satu per satu dan mencoba memecahkan teka-teki yang diberikan gurunya. Ada seorang murid yang segera menghapus setengah dari garis itu. Melihat itu, sang guru tampak belum membenarkan jawaban si murid.

Lalu majulah murid yang lain. Murid ini juga menghapus setengah dari garis yang sudah dihapus, sehingga sekarang garis itu tinggal seperempat panjangnya darigaris yang dibuat Aristoteles.

Ternyata jawaban itu pun belum dianggap tepat oleh sang guru. Aristoteles pun kembali menantang muridnya. Hingga majulah salah satu muridnya yang tak lain adalah Iskandar Zulkarnain.

Berbeda dari murid-murid sebelumnya yang mengambil penghapus dan segera menghapus garis yang ada, Iskandar Zulkarnain malah membuat garis yang lain yang lebih panjang daripada yang dibuat gurunya. Dibandingkan dengan garis baru ini, tampaklah garis yang dibuat Aristoteles semakin pendek.

Melihat garis yang dibuat Iskandar Zulkarnain, barulah sang guru terlihat puas. Jawaban Iskandar Zulkarnain sebagai jawaban yang benar.

Kejadian tersebut membawa pesan bahwa untuk mengatasi persoalan atau menghadirkan maslahat, tak harus dengan merusak. Kita dapat membuat kebaikan tanpa menjelek-jelekkan orang lain. Kita juga bisa memperoleh kebahgiaan tanpa harus menyakiti sedikit pun perasaan orang lain.

Di dalam Islam, kita diperintahkan untuk berlomba-lomba dalam kebaikan (fastabiqul khairat). Dan demikianlah hendaknya yang selalu kita lakukan dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari. (Kendi Setiawan)


(Cerita ini disarikan dari ceramah Ajengan Yayan Bunyamin pada pengajian Rijalul Ansor yang digelar PAC GP Ansor Rajapolah, Tasikmalaya, Jawa Barat pada 14 April 2017)

Ketika Syekh Abdul Qadir al-Jailani Dirampok

Suatu hari Abdul Qadir yang masih belia meminta izin ibundanya untuk pergi ke kota Bagdad. Bocah ini ingin sekali mengunjungi rumah orang-orang saleh di sana dan menimba ilmu sebanyak-banyaknya dari mereka.

Sang ibunda merestui. Diberikanlah kepada Abdul Qadir empat puluh dinar sebagai bekal perjalanan. Agar aman, uang disimpan di sebuah saku yang sengaja dibuat di posisi bawah ketiak. Sang ibunda tak lupa berpesan kepada Abdul Qadir untuk senantiasa berkata benar dalam setiap keadaan. Ia perhatikan betul pesan tersebut, lalu ia keluar dengan mengucapkan salam terakhir.

“Pergilah, aku sudah menitipkan keselamatanmu pada Allah agar kamu memperoleh pemeliharaan-Nya,” pinta ibunda Abdul Qadir.

Bocah pemberani itu pun pergi bersama rombongan kafilah unta yang juga sedang menuju ke kota Bagdad. Ketika melintasi suatu tempat bernama Hamdan, tiba-tiba enam puluh orang pengendara kuda menghampiri lalu merampas seluruh harta rombongan kafilah.

Yang unik, tak satu pun dari perampok itu menghampiri Abdul Qadir. Hingga akhirnya salah seorang dari mereka mencoba bertanya kepadanya, “Hai orang fakir, apa yang kamu bawa?”

“Aku membawa empat puluh dinar,” jawab Abdul Qadir polos.

“Di mana kamu meletakkannya?”

“Aku letakkan di saku yang terjahit rapat di bawah ketiakku.”

Perampok itu tak percaya dan mengira Abdul Qadir sedang meledeknya. Ia meninggalkan bocah laki-laki itu.

Selang beberapa saat, datang lagi salah satu anggota mereka yang melontarkan pertanyaan yang sama. Abdul Qadir kembali menjawab dengan apa adanya. Lagi-lagi, perkataan jujurnya tak mendapat respon serius dan si perampok ngelonyor pergi begitu saja.

Pemimpin gerombolan perampok tersebut heran ketika dua anak buahnya menceritakan jawaban Abdul Qadir. “Panggil Abdul Qadir ke sini!” Perintahnya.

“Apa yang kamu bawa?” Tanya kepala perampok itu.

“Empat puluh dinar.”

“Di mana empat puluh dinar itu sekarang?”

“Ada di saku yang terjahit rapat di bawah ketiakku.”

Benar. Setelah kepala perampok memerintah para anak buah menggeledah ketiak Abdul Qadir, ditemukanlah uang sebanyak empat puluh dinar. Sikap Abdul Qadir itu membuat para perampok geleng-geleng kepala. Seandainya ia berbohong, para perampok tak akan tahu apalagi penampilan Abdul Qadir saat itu amat sederhana layaknya orang miskin. 

“Apa yang mendorongmu mengaku dengan sebenarnya?”

“Ibuku memerintahkan untuk berkata benar. Aku tak berani durhaka kepadanya,” jawab Abdul Qadir.

Pemimpin perampok itu menangis, seperti sedang dihantam rasa penyesalan yang mendalam. “Engkau tidak berani ingkar terhadap janji ibumu, sedangkan aku sudah bertahun-tahun mengingkari janji Tuhanku.”

Dedengkot perampok itu pun menyatakan tobat di hadapan Abdul Qadir, bocah kecil yang kelak namanya harum di mata dunia sebagai Sulthanul Auliya’ Syekh Abdul Qadir al-Jailani. Drama pertobatan ini lantas diikuti para anak buah si pemimpin perampok secara massal.

Kisah ini diceritakan dalam kitab Irsyadul ‘Ibad karya Syekh Zainuddin bin Abdul ‘Aziz al-Malibari, yang mengutip cerita dari al-Yafi’i, dari Abu Abdillah Muhammad bin Muqatil, dari Syekh abdul Qadir al-Jailani. (Mahbib)

Saturday, October 7, 2017

PUISI YANG INGIN DI BERKAHI

Hei antum yang di sana tolong janganlah bersedih hati
Dalam maksud untuk mendekatkan diri kepada Ilahi
Tidak ada alasan untuk tidak mematuhi
Karena sudah anjuran ajaran isalami

                     Memanglah paham apa yang sudah terjadi
                     Namun baru mulai ini kita jalani
                     Sebab itu kami langsung meyakini
                     Barangkali nanti mulai lagi

Satitik harapan sudah mengering di hati
Selalu ada daya dan upaya kami tekuni
Seperti bumi yang sekarang didiami
Semoga Allah selalu merahmati dan meridhoi 

AKHLAK SEORANG MURID TERHADAP GURU NYA


PAKSALAH DIRIMU BERSIKAP & BERAKHLAK SEBAIK MUNGKIN PADA GURUMU, MESKIPUN ITU BERAT.
.
Seandainya seluruh wali dari timur dan barat ingin memperbaiki keadaan seorang murid yang tak menjaga akhlak pada gurunya, niscaya tidak akan mampu kecuali gurunya telah ridha kembali
.
A. KH. ABDUL KARIM MENERIMA GURUNYA; MBAH KHOLIL APA ADANYA SERTA TUNDUK PATUH TAK BERANI SUUDZON
.
Syaikhina KH. Abdul Karim, Pendiri Pondok Pesantren Lirboyo. Semasa beliau mengaji kepada Syaikhina Kholil Bangkalan, beliau adalah murid yang sangat ta’dhim dan khidmah kepada gurunya.
Alkisah, suatu hari Mbah Abdul Karim muda bekerja memanen padi di sawah milik warga kampung sekitar Pesantren. Dari sana beliau mendapatkan upah berupa beberapa ikat padi yang bakal digunakannya untuk biaya hidup di Pesantren. Namun, sesampai di kediaman sang guru (Mbah Kholil), justru Mbah Kholil meminta padi muridnya itu untuk diberikan kepada ayam-ayam Mbah Kholil. Karena ini dawuh sang guru, KH. Abdul Karim langsung menyerahkan padinya. Ia didawuhi Mbah Kholil untuk selama mondok cukup memakan daun pace (mengkudu).
Demikianlah kisah mondoknya Mbah Abdul Karim, sehingga akhirnya beliau diijinkan sang guru untuk boyong, karena semua ilmu Mbah Kholil telah diwariskan kepadanya. Sesampai di kampung halaman, Mbah Abdul Karim mulai merintis Majlis Ta’lim, hingga akhirnya berdirilah Pondok Pesantren Lirboyo. Mbah Abdul Karim mengajarkan ilmu yang ia timba dari kedalaman samudera ilmu Mbah Kholil.
.
B. PASRAH BONGKOKAN PADA AJARANYA GURU
.
Satu hal yang unik, setiap membacakan (mengajar) kitab di depan para santri, ketika beliau bertemu dengan ruju’ (tempat kembalinya maksud dari sebuah kata), beliau tidak pernah menyebutkan ruju’nya secara gamblang. Beliau menyebutkan dengan ‘iku mau’, atau ‘mengkono mau’ (yang tadi atau “sebagaimana tadi”). Tentu ini membingungkan bagi para santri baru. Hingga pernah suatu ketika pada saat pengajian bulan Ramadhan, atau dikenal dengan istilah ‘posonan’, seorang santri dari luar daerah mengikuti pengajian Mbah Abdul Karim. Karena setiap mengajar kitab, Mbah Abdul Karim jarang menjelaskan ruju’annya, santri baru ini ‘nggerundel’; “Ini bagaimana, katanya seorang kyai ‘alim, kok setiap ada ruju’an tidak pernah dijelaskan?”, gumamnya dalam hati.
Dengan izin Allah, Mbah Abdul Karim ‘perso’ (mengetahui) perihal keluhan sang santri ini. Di tengah suasana mengaji, Mbah Abdul Karim dhawuh; “Laa ya’rifu al dhomir illa al dhomir, fa man lam ya’rif al dhomir fa laisa lahu al dhomir” (tidak akan pernah mengetahui makna dhomir kecuali hati (dhomir), maka apabila seseorang tidak mengetahui dhomir, itu artinya dia tidak punya hati). Lalu beliau menjelaskan kepada para santri, bahwa demikianlah (dengan tidak menjelaskan ruju’nya dhomir) pengajian yang diajarkan oleh gurunya, Mbah Kholil. Sehingga ketika mengajar kepada santrinya, Mbah Abdul Karim tidak berani mengubah apa yang diajarkan sang guru kepadanya.
.
C. OPENONO AKHLAKMU MARANG GURUMU
.
Kesuksesan murid (peserta didik) dalam memperoleh ilmu yang bermanfaat, tidak hanya ditentukan oleh lembaga pendidikan, metode mengajar guru, atau sarana prasarana fisik dalam belajar, tapi yang paling dominan justru ditentukan oleh akhlak murid (peserta didik) kpd guru (pendidik).
Al Imam an Nawawi ketika hendak belajar kepada gurunya, beliau selalu bersedekah di perjalanan dan berdoa, " Ya Allah, tutuplah dariku dari kekurangan guruku, hingga mataku tidak melihat kekurangannya dan tidak seorangpun yg menyampaikan kekurangan guruku kepadaku ". (Lawaqih al Anwaar al Qudsiyyah : 155)
Al Imam an Nawawi juga pernah mengatakan dalam kitab At Tahdzibnya :
عقوق الوالدين تمحوه التوبة وعقوق الاستاذين لا يمحوه شيء البتة
" Durhaka kepada orang tua dosanya bisa hapus oleh taubat, tapi durhaka kepada ustadzmu tidak ada satupun yg dapat menghapusnya ".
Al Habib Abdullah al Haddad mengatakan " "Paling bahayanya bagi seorang murid, adalah berubahnya hati gurunya kepadanya. Seandainya seluruh wali dari timur dan barat ingin memperbaiki keadaan si murid itu, niscaya tidak akan mampu kecuali gurunya telah ridha kembali ". (Adaab Suluk al Murid : 54)
.
D. OJO KAKEHAN TAKON, LAN OJO GAMPANG NJALUK IJAZAHAN ATAUPUN AMALAN
.
Al Habib Abdullah al Haddad juga berkata, " Tidak sepatutnya bagi penuntut ilmu mengatakan pada gurunya, " perintahkan aku ini, berikan aku ini !", karena itu sama saja menuntut untuk dirinya. Tapi sebaiknya dia seperti mayat di hadapan orang yg memandikannya ". (Ghoyah al Qashd wa al Murad : 2/177)
Dikisahkan, bahwa seorang murid sedang menyapu madrasah gurunya, tiba2 Nabi Khidir mendatanginya. Murid itu tidak sedikitpun menoleh dan mengajak bicara nabi Khudhir. Maka nabi Khidhir berkata, " Tidakkah kau mengenalku ?. Murid itu menjawab, " ya aku mengenalmu, engkau adalah Abul Abbas al Khidhir ".
Nabi Khidhir, " kenapa kamu tidak meminta sesuatu dariku ?".
Murid itu menjawab, " Guruku sudah cukup bagiku, tidak tersisa satupun hajat kepadamu ". (Kalam al Habib Idrus al Habsyi : 78)
Para ulama ahli hikmah mengatakan, " Barangsiapa yang mengatakan " kenapa ?" Kepada gurunya, maka dia tidak akan bahagia selamanya ". (Al Fataawa al Hadiitsiyyah : 56)
Al Imam Ali bin Hasan al Aththas mngatakan :
ان المحصول من العلم والفتح والنور اعني الكشف للحجب، على قدر الادب مع الشيخ وعلى قدر ما يكون كبر مقداره عندك يكون لك ذالك المقدار عند الله من غير شك
" Memperoleh ilmu, futuh dan cahaya (maksudnya terbukanya hijab2 batinnya), adalah sesuai kadar adabmu bersama gurumu. Kadar besarnya gurumu di hatimu, maka demikian pula kadar besarnya dirimu di sisi Allah tanpa ragu ".(al Manhaj as Sawiy : 217)
Para ulama ahli haqiqat mengatakan,"mayoritas ilmu itu diperoleh sebab kuatnya hubungan baik antara murid dengan gurunya".
.
E. GURU IKU TERMASUK WONG TUWO ING DUNYO LAN AKHIROT,
MERGO GURUMU NAFAQOHI RUH-MU DENGAN ILMU AGAMA.
.
Didunia kita harus tunduk dan patuh, dan di akhiratpun status mereka tetap sebagai guru kita yang akan menuntun kita pada guru-guru seatasnya hingga Nabiyyullah Muhammad saw. untuk mendapati pengakuan sebagai ummatnya hingga bisa memperoleh syafaatnya.
.
F. DI ALAM KUBURPUN KITA BISA REUNI BERTEMU GURU KITA
.
Hal ini sangat jelas diterangkan dalam beberapa kitab ulama' bahwa :
Dalam kitab Musnad Imam Ahmad ada hadits shohih yang bersumber dari Anas bin Malik rodhiyallahu anhu:
إن أعمالكم تعرض على أقاربكم وعشائركم من الأموات، فإن كان خيراً استبشروا به، وإن كان غير ذلك قالوا: اللهم لا تمتهم حتى تهديهم كما هديتنا
“Sesungguhnya amal perbuatan kalian (yang masih hidup didunia ini) di tampilkan kepada kerabat kerabat dan keluarga kalian yang telah mati. Jika amal perbuatan kalian itu BAGUS, maka mereka turut senang dan bahagia, dan jika BURUK, mereka berkata/berdoa:”Ya Allah ya Tuhanku, jangan Engkau cabut nyawa mereka sehingga Engkau memberikan Hidayah kepada mereka seperti halnya kepada kami”.
-
Bebrapa kalangan ulama'  yang diantaranya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rohimahullah pernah di tanya tentang yang hidup menziarahi yang mati (ziarah kubur) itu apakah yang mati (didalam kubur) mengetahuinya? Dan apakah yang mati mengetahui jika ada kerabatnya atau yang lain ada yang mati?
Beliau menjawab:
الحمد لله، نعم قد جاءت الآثار بتلاقيهم وتساؤلهم وعرض أعمال الأحياء على الأموات، كما روى ابن المبارك عن أبي أيوب الأنصاري قال: إذا قبضت نفس المؤمن تلقاها الرحمة من عباد الله، كما يتلقون البشير في الدنيا، فيقبلون عليه ويسألونه فيقول بعضهم لبعض: أنظروا أخاكم يستريح، فإنه كان في كرب شديد، قال: فيقبلون عليه ويسألونه: ما فعل فلان وما فعلت فلانة، هل تزوجت
Segala Puji bagi Allah, ya benar.
Telah ada sebuah Atsar yang menjelaskan tentang perjumpaan mereka dan percakapan mereka (yang baru mati dgn kerabatnya yang sudah lama mati) dan juga ditampilkan amal perbuatan yang hidup kepada yang telah mati seperti yang telah diriwayatkan oleh Imam Ibnu Mubarok dari Abu Ayub Al Al Anshori. Beliau menuturkan:
Jika seorang mukmin meninggal dunia, maka mereka hamba hamba Allah yang beriman mendapati rahmat Allah, yaitu mereka saling bertemu satu sama lain (di alam ruh). seperti halnya manusia di dunia.
Mereka saling menyambut dan bertanya satu sama lain.
Sebagian dari mereka berkata kepada sebagian yang lain:”Lihatlah saudara kalian itu… dia sekarang bisa beristirahat dari kesedihan yang sangat dari kebisingan dunia.
Mereka (yang lama mati) menyambutnya (yang baru mati) dan mereka bertanya (kepada yang baru mati): mereka bercakap-cakap dengan obrolan “apa yang dikerjakan si A sekarang didunia?
mereka babercakap-cakap dengan kalimat “bagaimana kabar si wanita itu? apakah dia sudah menikah? Wa ghoiru dzalik...
.
Maka, jagalah aklhakmu pada guru, sebab kau akan tetap bertemu gurumu baik di Dunia, di alam kubur, dan juga di akhirat hingga bisa berkumpul bersama-sama di surga.
.
Wallahu a'lam bish showab
Semoga menambah wawasan kita, dan kita bisa mengamalkanya...
Amiin...

Jangan menganggap sepele suatu perkara


سلطان العارفين إبراهيم بن الأدهم قال:
أظلم قلبي ثلاثة أيام ولا ادري مما، بعد الدعاء والرجاء رأى ملكا في المنام قال له ما بك؟ قال ثلاثة أيام لا أجد خشوعا في الصلاة و لا لذة في الذكر ولا فهما للقرآن، قال له الملك أتدري لما؟ دخلت الحمام سهوا باليمين.

Berkata Ibrahim bin Adham: "Sudah tiga hari hatiku terasa gelap dan aku tidak bisa mengetahui apa penyebabnya...Setelah berdoa dan berharap kepada ALLOH Swt, aku tertidur dan aku bermimpi bertemu Malaikat dan berkata kepadaku: "Apa yang terjadi denganmu yaa Ibrahim?".
"Aku (Ibrahim bin Adham) menjawab: "sudah tiga hari ini, aku tidak lagi mendapati kekhusyu'an didalam shalat, kelezatan didalam berdzikir, juga susah memahami Al Qur'an...".
Kemudian Malaikat pun berkata kepadaku: "Tahukah kamu sebabnya? Ketahuilah, ketika engkau masuk kamar mandi, kamu mendahulukan kaki kanan, itu yang membuat engkau tidak bisa khusyu dalam beribadah kepada ALLOH Swt".
Sunnahnya, masuk kamar mandi harus mendahulukan kaki kiri dan keluarnya harus kaki kanan...Sesuatu yang dianggap ringan, tapi begitu fatal akibatnya...

اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد

Orang JUJUR tapi BERBOHONG

Suatu hari, ketika seorang kakek penebang kayu kehilangan satu2nya kapak yg ia punya karena terjatuh ke sungai.
Dia menangis & berdoa, hingga muncul malaikat dan bertanya kepadanya:
“Mengapa engkau menangis?”
Sambil terisak si kakek bercerita tentang satu2nya kapak alat pencari nafkahnya telah terjatuh ke dlm sungai.
Malaikat menghilang seketika & muncul kembali dgn membawa Kapak Emas sambil bertanya:
“Apakah Ini Kapakmu?”
“Bukan,” jawab kakek.
Lalu malaikat menghilang lagi & muncul kembali dgn membawa Kapak Perak sambil bertanya lagi:
“Apakah ini kapakmu?”
“Bukan,” sahut kakek sambil menggelengkan kepala.
Setelah menghilang sekejap, malaikat kembali lagi dgn membawa kapak yg jelek dgn gagang kayu & mata besi.
“Apakah ini kapakmu?”
“Ya, benar ini kapak saya."
“Kamu adalah orang jujur, oleh karenanya aku berikan ketiga kapak ini untukmu. Sebagai imbalan atas kejujuranmu!”
Kakek itu pulang ke rumah dgn rasa syukur & sukacita membawa kapak emas, perak dan kapaknya sendiri.
Beberapa hari kemudian, ketika menyeberangi sungai, isterinya terjatuh & hanyut ke dlm sungai. Si kakek menangis dgn sedih & berdoa.
Muncullah pula malaikat yg memberinya 3 Kapak tempo hari.
“Mengapa engkau menangis?”,
“Isteriku satu2nya yg amat kucintai terjatuh & hanyut ke dlm sungai.”
Lalu malaikat menghilang & muncul kembali dgn membawa SYAHRINI sambil bertanya :
“Apakah ini isterimu?"
“Ya.”
Malaikat amat murka & berkata :
“Kamu bohong! Kemana perginya kejujuranmu?”
Dgn ketakutan sambil gemetaran kakek itu berkata :
“Jika aku tadi menjawab bukan, engkau akan kembali lagi dgn membawa DEWI PERSIK. Dan jika DEWI PERSIK kujawab  bukan, engkau akan kembali dgn membawa isteriku yg sebenarnya, dan saya pasti akan menjawab benar, lalu engkau akan memberikan ketiga2nya untuk menjadi isteriku.
Saya ini orang tua renta..
Please dehhh Malaikat, maaanaaa kuaaaat...!??.```

just lucu2 an..

Cara Mencuci Kemaluan dengan Baik dan Benar


Seringkali kita merasa telah mencuci kemaluan kita dengan bersih dan benar. Bersih belum berarti benar. Hal ini penting agar amal ibadah kita diterima.
Banyak orang merasa ibadah mereka bagus, tetapi sebenarnya masih tidak terlepas dari ancaman azab api neraka hanya karena tidak benar dalam mencuci kemaluannya.
Sayidina Abu Bakar R.A. pernah hendak menyolatkan mayat seorang lelaki, tetapi tiba2 tersentak dengan suatu benda bergerak-gerak dari dalam kain kafan lelaki itu. Lalu disuruhnya seseorang untuk membukanya. Alangkah terkejutnya ada seekor ular sedang melilit kepala kemaluan mayat lelaki itu.
Khalifah Abu Bakar mencabut pedang lalu menghampiri ular tadi untuk membunuhnya. Tetapi ular itu tiba2 berkata:
”Apakah salahku? Karena aku diutus oleh Allah untuk menjalankan tugas yang diperintahkan”
Setelah diselidiki amalan lelaki itu semasa hayatnya, ternyata dia merupakan orang yang menyepelekan dalam hal menyucikan kemaluannya setelah selesai membuang air kecil.
Jadi sebenarnya bagaimana cara membersihkan kemaluan kita dengan benar?
Lelaki dan wanita berbeda caranya. Bukan dibasuh sekadarnya dengan air dan asalkan bersih.
*LELAKI*:
Selepas membuang air kecil, disunahkan berdehem dua atau tiga kali supaya air kencing betul-betul sudah habis keluar.
Setelah itu urutlah kemaluan dari pangkal ke ujung beberapa kali, sehingga tiada lagi air kencing yang berada dalam saluran.
Kemudian basuhlah dgn air sampai bersih.
*WANITA*:
Apabila membasuh kemaluannya, hendaklah ia berdehem dan pastikan dicuci bagian dalamnya dengan memasukan sedikit jari tengah dan diputar-putarkan sewaktu disiram air bersih.
Bukan dengan hanya menyiram air semata-mata, karena hanya dengan menyiram air saja tidak dapat membersihkan bagian dalam kemaluan wanita secara sempurna.
*SANGAT PENTING*:
Begitu juga semasa membasuh air besar (berak) sangat penting untuk memasukan sedikit satu jari kedalam dubur. Putarkan beberapa kali supaya najis keluar dari dinding dubur, sambil siram dgn air hingga terasa najis benar2 telah hilang dan bersih.
Sudah benar atau tidak kah cara membersihkan kemaluan kita selama ini? Kalau belum benar, mari bersama2 kita betulkan supaya diri kita bersih dengan cara yang benar. Karena telah dijanjikan neraka bagi mereka yg tidak istibro' (menyucikan diri dengan sempurna baik hadas kecil/hadas besar).
Rasulullah SAW bersabda:
"Barang siapa yang menyampaikan 1 (satu) ilmu saja dan ada orang yg mengamalkan, maka walaupun yang menyampaikan sudah tiada (meninggal dunia), dia akan tetap memperoleh pahala".
Wallahu a'lam...
Note:
1. Tidak ada kata malu dalam urusan agama.
2. Jangan beranggapan ilmu fiqih itu jorok, karna fiqih itu menjelaskan sedetail2 nya.

Lirik serta Arti Lagu SLUKU SLUKU BATHOK


_Sluku-Sluku Bathok_ 
_Bathoke Ela Elo_
_Si Rama Menyang Solo_
_Oleh-Olehe Payung Mutho_
_Mak Jenthit Lolo Lo Bah_ 
_Yen Mati Ora Obah_
_Yen Obah Medeni Bocah_
_Yen Urip Goleko Duwit_

*_Sluku-Sluku Bathok_*
_Artinya:_ Hidup Tidak Boleh Dihabiskan Hanya Untuk Bekerja, Waktunya Istirahat Ya Istirahat, Untuk Menjaga Jiwa Dan Raga Agar Selalu Dalam Kondisi Yang Seimbang, Bathok Atau Kepala Kita Perlu Beristirahat Untuk Memaksimalkan Kemampuanya.

*_Bathoke Ela Elo_*
_Artinya:_ Dengan Berdzikir (ela elo= Laa ilaaha ilalloh) Mengingat Allah, Syaraf Neuron Di Otak Akan Mengendur, Ingatlah Allah, Dengan Mengingat-Nya Hati Menjadi Tentram.

*_Si Rama Menyang Solo_*
_Artinya:_
Siram (Mandilah, Bersucilah) Menyang (Menuju) Solo (Sholat) Lalu Bersuci Dan Dirikan Sholat.

*_Oleh-Olehe Payung Mutho_*
_Artinya:_ Maka Kita Akan Mendapatkan Perlindungan (Payung) Dari Allah, Tuhan Kita,

*_Mak Jenthit Lolo lo Bah_*
_Artinya:_ Kematian itu Datangnya Tiba-Tiba, Tak Ada Yang Tahu, Tak Dapat Diprediksi Dan Tak Juga Dikira-Kira, Tak Bisa Dimajukan Dan Tak Bisa Pula DiMundurkan,

*_Wong Mati Ora Obah_*
_Artinya:_ Saat Kematian Datang, Semua Sudah Terlambat, Kesempatan Beramal Hilang.

*_Yen Obah Medeni Bocah_*
_Artinya:_ Banyak Jiwa Yang Rindu Untuk Kembali Pada Allah Ingin Minta Dihidupkan, Tapi Allah Tak Mengijinkan, Jika Mayat Hidup Lagi Maka Bentuknya Pasti Menakutkan Dan Mudhorotnya Lebih Besar.

*_Yen Urip Goleko Dhuwit_*
_Artinya:_ Kesempatan Beramal Untuk Beramal Hanya ada Di Saat Sekarang (Selagi Mampu Dan Ada Waktu) Bukan Dinanti (Ketidak Mampuan Dan Hilangnya Kesempatan) Tempat Beramal Hanya Disini (Dunia) Bukan Disana (Akherat) Disana Bukan Tempat Beramal (Bercocok Tanam) Tapi Tempat Berhasil (Panen Raya)

_Subhanalloh, Dalam Banget Arti Dan Makna Tembang "Sluku-Sluku Bathok" Karya Kanjeng Sunan KaliJaga, Semoga Kita Semua Di Beri Keselamatan Dunia Dan Akhirat Aamin..._

Cara Belajarnya orang belajar ilmu

🌾Dalam sebuah forum seorang ustadz bertanya kepada KH. Abdullah Syukri Zarkasyi. Apa rahasia agar institusi pendidikan maju dan diminati masyarakat ?
Kyai Syukri tersenyum dan tertawa kecil mendengar pertanyaan itu. Kemudian beliau menjawab dg pepatah arab yang masyhur terkait dengan guru dan pembelajaran:

المادة مهمة ولكن الطريقة اهم من المادة

"Materi Pembelajaran adalah sesuatu yang penting, tetapi metode pembelajaran jauh lebih penting daripada materi pembelajaran"

Jadi, sebagus apa pun materi pembelajaran,  namun jika metode pembelajarannya kurang baik,  maka hasilnya kurang maksimal.
Lalu beliau melanjutkan dgn bait berikutnya....

الطريقة مهمة ولكن المدرس اهم من الطريقة

_"Metode pembelajaran adalah sesuatu yang penting,_ *tetapi guru jauh lebih penting daripada metode pembelajaran"*

Sehingga, sebagus apa pun metode pembelajaran,  tetapi jika guru yang bersangkutan tidak mampu mengajar dengan metode tersebut, maka hasilnya pun sama, tidak akan maksimal.
Kemudian beliau menyampaikan ungkapan yang sangat inspiratif, yaitu:

المدرس مهم ولكن روح المدرس اهم من المدرس

_"Guru adalah sesuatu yang penting, tetapi_ *jiwa guru* _jauh lebih penting dari seorang guru itu sendiri."_

Ungkapan yang sangat luar biasa!

 *Jiwa Guru* jauh lebih penting! Ya,  kekuatan batin,  _lebih didahulukan daripada kekuatan dzohir._

Kyai Syukri menjelaskan bahwa *cara  membangun jiwa adalah dengan meningkatkan kedekatan kita kepada Alloh (اَلتَّقَرُبُ إلى اللّٰه )*. _Dengan melakukan amalan-amalan wajib,  ditambah dan disempurnakan dengan amalan-amalan sunnah._

_Bayangkan jika kita..._

🌿 *_mengajar dgn 'jiwa'_*

🌿 *_Niat kita ikhlas dalam mengajar,_* membimbing dan mendidik murid, ikhlas dalam menasehati,

🌿 *_disiplin ketika mengajar_*, dalam kehadiran, menyiapkan dan melaksanakan pembelajaran

🌿 *_berakhlak baik kepada murid,_*

🌿 *_mendoakan mereka di setiap selesai sholat_* kita atau bahkan...mendoakan mereka di sepertiga malam-malam kita.
Insyaa Allah Ilmu dan nasehat-nasehat yang kita berikan terpancar murni dari relung jiwa.
Maka para murid akan lebih mudah menerima ilmu dan nasehat-nasehat kita. *Karena yang berasal dari jiwa, akan diterima oleh jiwa. Yang bersumber dari hati,  akan diterima oleh hati.*
Pembelajaran kita di kelas akan penuh makna, para murid akan selalu mengenang kita sebagai guru yang luar biasa dan pahala yang besar telah menanti kita di akhirat nanti.
InsyaAllah.

_Kita semua adalah guru._
*_Paling tidak sebagai guru untuk anak dan isteri atau suami kita._*

Obat Kata untuk si GALAU

Hello sobat kali ini ane akan bercerita , cerita apa itu ??? mungkin kalian akan bertanya apa yang ingin ane ceritain , :) sssstttt tenang wahai sodaraku, kali ini ane akan membahas tentang Galou , sebagian anak jaman sekarang, mungkin bukan sebagian lagi yah, kayanya sih hampir semua anak jaman sekarang >> dari anak-anak, muda-mudi bahkan orang dewasa pun mengenalnya. Perasaan sedih,kacau balau,pusing,bingung,mengkel, sengit,jengkel ,gawe mengkel, dan lain sebagainya menjadi satu yaitu GALAU , Hm ini yang ane artiin tentang perasaan galau .

tenang kawan santri kali ini kangmis akan berbagi obat ,
pertama mendekatakan diri kepada Allah , dengan cara apa ??? ya kita tekun beribadah, belajar , nurut sama guru, orang tua kita terutama, baca dengerin tuh Al- Qur'an jangan baca dengerin yang sedihsedih ,ingsa Allah kllo kita baca alquran ,hati kita akan tenang,  pastikan kita istiqomah didalam beribadah pada Allah.
kedua jangan mudah putus asa , gimana mau selesai jika kita menjauh dari masalah , caranya kita harus hadapii tuh masalah , tentunya dengan jalan yang benarr,.
 semoga bermanfaat terima kasih.

Pilih yang baik apa memilih yang baik


Mau ganteng atau tidak, kalau hatinya tidak satu frekuensi, bagaimana? 
       Percayalah, penampilan terkadang menipu, tapi hati tidak pintar untuk berbohong. Dalam sebuah cinta, percayalah pada kata hatimu. Tak perlu mencari yang cantik atau ganteng, tapi carilah dia yang berakhlak dan berhati tulus

Mengalah itu bukan kalah, melainkan menang secara hakiki
      Sebagai seorang individu, perdebatan dan pertentangan mungkin terjadi. Pertentangan itu terlihat layaknya sebuah peperangan, tidak ada satupun yang ingin kalah. Sebisa mungkin, masing-masing pihak berusaha untuk menang.
Dalam hal seperti ini, mengalah membuat antum sebagai seorang pemenang hawa nafsu yang sesungguhnya


Seserang jujur tidak akan menyembunyikan perbuatanya
     Kejujuran itu penting dalam hidup. Tak peduli seberapa banyak pembohong di sekelilingmu, jujur itu hal yang prinsipil. Seperti pondasi dari sebuah rumah, kejujuran akan membangun hidupmu dan menguatkan mental kehidupanmu.
Buatlah kejujuran dalam hidupmu seakan kamu tahu Allah selalu memperhatikanmu. Jujurlah seakan akan kamu akan merubah dunia dengan perbuatanmu!

Inilah 313 nama Nabi dan Rasul

1.      Adam As.
2.      Tsits As.
3.      Anuwsy As.
4.      Qiynaaq As.
5.      Mahyaa’iyl As.
6.      Akhnuwkh As.
7.      Idris As.
8.      Mutawatsilakh As.
9.      Nuh As.
10.  Hud As.
11.  Abhaf As.
12.  Murdaaziyman As.
13.  Tsari’ As.
14.  Sholeh As.
15.  Arfakhtsyad As.
16.  Shofwaan As.
17.  Handholah As.
18.  Luth As.
19.  Ishoon As.
20.  Ibrahim As.
21.  Isma’il As.
22.  Ishaq As.
23.  Ya’qub As.
24.  Yusuf As.
25.  Tsama’il As.
26.  Su’aib As.
27.  Musa As.
28.  Luthoon As.
29.  Ya’wa As.
30.  Harun As.
31.  Kaylun As.
32.  Yusya’ As.
33.  Daaniyaal As.
34.  Bunasy As.
35.  Balyaa As.
36.  Armiyaa As.
37.  Yunus As.
38.  Ilyas As.
39.  Sulaiman As.
40.  Daud As.
41.  Ilyasa’ As.
42.  Ayub As.
43.  Aus As.
44.  Dzanin As.
45.  Alhami’ As.
46.  Tsabits As.
47.  Ghobir As.
48.  Hamilan As.
49.  Dzulkifli As.
50.  Uzair As.
51.  Azkolan As.
52.  Izan As.
53.  Alwun As.
54.  Zayin As.
55.  Aazim As.
56.  Harbad As.
57.  Syadzun As.
58.  Sa’ad As.
59.  Gholib As.
60.  Syamaas As.
61.  Syam’un As.
62.  Fiyaadh As.
63.  Qidhon As.
64.  Saarom As.
65.  Ghinadh As.
66.  Saanim As.
67.  Ardhun As.
68.  Babuzir As.
69.  Kazkol As.
70.  Baasil As.
71.  Baasan As.
72.  Lakhin As.
73.  Ilshots As.
74.  Rasugh As.
75.  Rusy’in As.
76.  Alamun As.
77.  Lawqhun As.
78.  Barsuwa As.
79.  Al-‘Adzim As.
80.  Ratsaad As.
81.  Syarib As.
82.  Habil As.
83.  Mublan As.
84.  Imron As.
85.  Harib As.
86.  Jurits As.
87.  Tsima’ As.
88.  Dhorikh As.
89.  Sifaan As.
90.  Qubayl As.
91.  Dhofdho As.
92.  Ishoon As.
93.  Ishof As.
94.  Shodif As.
95.  Barwa’ As.
96.  Haashiim As.
97.  Hiyaan As.
98.  Aashim As.
99.  Wijaan As.
100.          Mishda’ As.
101.          Aaris As.
102.          Syarhabil As.
103.          Harbiil As.
104.          Hazqiil As.
105.          Asymu’il As.
106.          Imshon As.
107.          Kabiir As.
108.          Saabath As.
109.          Ibaad As.
110.          Basylakh As.
111.          Rihaan As.
112.          Imdan As.
113.          Mirqoon As.
114.          Hanaan As.
115.          Lawhaan As.
116.          Walum As.
117.          Ba’yul As.
118.          Bishosh As.
119.          Hibaan As.
120.          Afliq As.
121.          Qoozim As.
122.          Ludhoyr As.
123.          Wariisa As.
124.          Midh’as As.
125.          Hudzamah As.
126.          Syarwahil As.
127.          Ma’n’il As.
128.          Mudrik As.
129.          Hariim As.
130.          Baarigh As.
131.          Harmiil As.
132.          Jaabadz As.
133.          Dzarqon As.
134.          Ushfun 
135.          Barjaaj As.
136.          Naawi As.
137.          Hazruyiin As.
138.          Isybiil As.
139.          Ithoof As.
140.          Mahiil As.
141.          Zanjiil As.
142.          Tsamithon As.
143.          Alqowm As.
144.          Hawbalad As.
145.          Solih As.
146.          Saanukh As.
147.          Raamiil As.
148.           Zaamiil As.
149.          Qoosim As.
150.          Baayil As.
151.          Yaazil As.
152.          Kablaan As.
153.          Baatir As.
154.          Haajim As.
155.          Jaawih As.
156.          Jaamir As.
157.          Haajin As.
158.          Raasil As.
159.          Waasim As.
160.          Raadan As.
161.          Saadim As.
162.          Syu’tsan As.
163.          Jaazaan As.
164.          Shoohid As.
165.          Shohban As.
166.          Kalwan As.
167.          Shoo’id As.
168.          Ghifron As.
169.          Ghooyir As.
170.          Lahuun As.
171.          Baldakh As.
172.          Haydaan As.
173.          Lawii As.
174.          Habro’a As.
175.          Naashii As.
176.          Haafik As.
177.          Khoofikh As.
178.          Kaashikh As.
179.          Laafats As.
180.          Naayim As.
181.          Haasyim As.
182.          Hajaam As.
183.          Miyzad As.
184.          Isyamaan As.
185.          Rahiilan As.
186.          Lathif As.
187.          Barthofun As.
188.          A’ban As.
189.          Awroidh As.
190.          Muhmuthshir As.
191.          Aaniin As.
192.          Namakh As.
193.          Hunudwal As.
194.          Mibshol As.
195.          Mudh’ataam As.
196.          Thomil As.
197.          Thoobikh As.
198.          Muhmam As.
199.          Hajrom As.
200.          Adawan As.
201.          Munbidz As.
202.          Baarun As.
203.          Raawan As.
204.          Mu’biin As.
205.          Muzaahiim As.
206.          Yaniidz As.
207.          Lamii As.
208.          Firdaan As.
209.          Jaabir As.
210.          Saalum As.
211.          Asyh As.
212.          Harooban As.
213.          Jaabuk As.
214.          Aabuj As.
215.          Miynats As.
216.          Qoonukh As.
217.          Dirbaan As.
218.          Shokhim As.
219.          Haaridh As.
220.          Haarodh As.
221.          Harqiil As.
222.          Nu’man As.
223.          Azmiil As.
224.          Murohhim As.
225.          Midaas As.
226.          Yanuuh As.
227.          Yunus As.
228.          Saasaan As.
229.          Furyum As.
230.          Farbusy As.
231.          Shohib As.
232.          Ruknu As.
233.          Aamir As.
234.          Sahnaq As.
235.          Zakhun As.
236.          Hiinyam As.
237.          Iyaab As.
238.          Shibah As.
239.          Arofun As.
240.          Mikhlad As.
241.          Marhum As.
242.          Shonid As.
243.          Gholib As.
244.          Abdullah As.
245.          Adruzin As.
246.          Idasaan As.
247.          Zahron As.
248.          Bayi’ As.
249.          Nudzoyr As.
250.          Hawziban As.
251.          Kaayiwuasyim As.
252.          Fatwan As.
253.          Aabun As.
254.          Rabakh As.
255.          Shoobih As.
256.          Musalun As.
257.          Hijaan As.
258.          Rawbal As.
259.          Rabuun As.
260.          Mu’iilan As.
261.          Saabi’an As.
262.          Arjiil As.
263.          Bayaghiin As.
264.          Mutadhih As.
265.          Rahiin As.
266.          Mihros As.
267.          Saahin As.
268.          Hirfaan As.
269.          Mahmuun As.
270.          Hawdhoon As.
271.          Alba’uts As.
272.          Wa’id As.
273.          Rahbul As.
274.          Biyghon As.
275.          Batiihun As.
276.          Hathobaan As.
277.          Aamil As.
278.          Zahirom As.
279.          Iysaa As.
280.          Shobiyh As.
281.          Yathbu’ As.
282.          Jaarih As.
283.          Shohiyb As.
284.          Shihats As.
285.          Kalamaan As.
286.          Bawumii As.
287.          Syumyawun As.
288.          Arodhun As.
289.          Hawkhor As.
290.          Yaliyq As.
291.          Bari’ As.
292.          Aa’iil As.
293.          Kan’aan As.
294.          Hifdun As.
295.          Hismaan As.
296.          Yasma’ As.
297.          Arifur As.
298.          Aromin As.
299.          Fadh’an As.
300.          Fadhhan As.
301.          Shoqhoon As.
302.          Syam’un As.
303.          Rishosh As.
304.          Aqlibuun As.
305.          Saakhim As.
306.          Khoo’iil As.
307.          Ikhyaal As.
308.          Hiyaaj As.
309.          Zakariya As.
310.          Yahya As.
311.          Jurhas As.
312.          Isa As.
313.          Muhammad Saw.

Sumber : http://www.muslimoderat.net/2017/10/inilah-313-nama-nabi-dan-rasul-allah.html#ixzz4upNKkrDJ

Friday, October 6, 2017

Orang Buta yang dapat Melihat Kembali Setelah Bertabaruk dengan Baju Rasulullah

Suatu hari ada seorang pengemis mengetuk pintu rumah Rasulullah Saw.
Pengemis itu berkata:
"Saya pengemis ingin meminta sedekah dari Rasulullah."
Rasulullah bersabda:
" Wahai Aisyah berikan baju itu kepada pengemis itu".
Sayyidah Aisyah pun akhirnya melaksanakan perintah Nabi.

Dengan hati yang sangat gembira, pengemis itu menerima pemberian beliau, dan langsung pergi ke pasar serta berseru di keramaian orang di pasar:
" Siapa yang mau membeli baju Rasulullah? ".
Maka dengan cepat berkumpullah orang-orang, dan semua ingin membelinya.
Ada seorang yang buta mendengar seruan tersebut, lalu menyuruh budaknya agar membelinya dengan harga berapapun yang diminta, dan ia berkata kepada budaknya:
Jika kamu berhasil mendapatkannya, maka kamu merdeka. Akhirnya budak itupun berhasil mendapatkannya.
Kemudian diserahkanlah baju itu pada tuannya yang buta tadi.
Alangkah gembiranya si buta tersebut, dengan memegang baju Rasulullah yang didapat, orang buta tersebut kemudian berdoa dan berkata:
" Yaa Rabb dengan hak Rasulullah dan berkat baju yang suci ini maka kembalikanlah pandanganku".
MaaSyaa Allah...dengan izin Allah, spontan orang tersebut dapat melihat kembali.
Keesokan harinya, iapun pergi menghadap Rasulullah dengan penuh gembira dan berkata:
" Wahai Rasulullah... pandanganku sudah kembali dan aku kembalikan baju anda sebagai hadiah dariku".
Sebelumnya orang itu menceritakan kejadiannya sehingga Rasulullah pun tertawa hingga tampak gigi gerahamnya.
Kemudian Rasulullah bersabda kepada Sayyidah Aisyah:
" Perhatikanlah baju itu wahai Aisyah, dengan berkahNya, ia telah mengkayakan orang yang miskin,
Menyembuhkan yang buta,
Memerdekakan budak dan kembali lagi kepada kita."
Subhanallah...

Thursday, October 5, 2017

Santri Modern, Gadget Nyala ilmu ikut Nyala, Gadget Rusak, Ilmu ikut Rusak

Ilmunya disimpan didalam Gadget..
Gadget nyala, ilmu ikut nyala,
Gadget rusak, ilmunya juga ikutan rusak..
Inilah fenomena disekitar kita..
Zaman dahulu, orang sulit mencari ilmu tapi mudah mengamalkannya.
Zaman sekarang, orang mudah mencari ilmu tapi sulit mengamalkannya.
Dahulu, ilmu dikejar, ditulis, dihafal, diamalkan dan diajarkan.
Sekarang, ilmu diunduh, disimpan dan dikoleksi, lalu diperdebatkan.
Dahulu, butuh peras keringat dan banting tulang untuk mendapatkan ilmu.
Sekarang, cukup peras kuota internet sambil duduk manis ditemani secangkir minuman dan snack.
Dahulu, ilmu disimpan di dalam hati, selama hati masih normal, ilmu tetap terjaga. Sekarang, ilmu disimpan di dalam memori gadget, kalau baterai habis, ilmu tertinggal.
Kalau gadget rusak, hilanglah ilmu.
Dahulu, harus duduk berjam-jam di hadapan guru penuh rasa hormat dan sopan, maka ilmu merasuk bersama keberkahan.
Sekarang, cukup tekan tombol atau layar sambil tidur-tiduran, maka ilmu merasuk bersama kemalasan.
Ya begitulah keadaan kita diakhir zaman ini...
muslimoderat.net|Oleh MusliModerat

Tuesday, September 26, 2017

Kisah Keajaiban Shalawat yang Dialami Kiai Masduqie Machfudh

Shalawat dan shalat jamaah adalah dua “senjata” Achmad Masduqie Machfudh. Tiap menerima aduan masalah dari masyarakat, ia selalu berwasiat untuk membaca shalawat, minimal 1000 kali setiap hari dan 10.000 kali setiap malam Jum’at.

Rais Syuriyah PBNU periode 2010-2015 yang juga pendiri Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyyah Nurul Huda Mergosono Malang ini memiliki pengalaman menarik tentang shalawat Nabi, tepatnya pada tahun 1956, saat ia masih duduk di sebuah SLTA di Yogjakarta.

Suatu ketika, ia mendapat gangguan jin di sebuah masjid tempat belajarnya sehingga selama tiga hari Maduqie muda merasa ingin banyak makan tapi anehnya tidak bisa buang hajat. Di hari ke empat, tubuhnya pun sangat panas dan saat itu juga beliau berpesan kepada adiknya.

“Dek, nanti kalau aku mati, tolong jangan bawa pulang janazahku ke Jepara tetapi dikuburkan di Jogja saja,” pinta kiai yang wafat pada 1 Maret 2014 ini kepada sang adik. Kiai Masduqie datang ke Jogja berniat untuk mondok. Beliau khawatir syahidnya hilang jika wafat di Jogja namun jenazahnya dimakamkan di Jepara.

Sontak saja adiknya semakin khawatir kondisinya. Maka diajaklah sang kakak menemui seorang seorang kiai. “Mari kita pergi ke kiai itu, kiai yang Mas biasa ngaji di hari Ahad.”

Kiai Masduqie menerima ajakan adiknya. Pergilah beliau bersama adiknya dengan naik becak dan sampai di rumah pak kiai yang di maksud pada pukul satu malam. Ketika beliau datang, pintu rumah Pak Kiai masih terbuka. Tentu tengah malam itu sang tuan rumah sudah tidak melayani tamu, karena sejak pukul 10 malam adalah waktu khusus Pak Kiai untuk ibadah kepada Allah. Karena melihat Masduqie muda yang datang di tengah malam dengan keadaan payah, kiai pun mempersilahkan Masduqie muda beristirahat di rumah.

Masduqie muda pun tertidur di rumah kiai itu. Baru beberapa jam di rumah kiai, tepatnya pukul 3 malam, beliau terbangun karena merasa mulas ingin buang hajat. Setelah itu, rasa sakit dan panas yang dirasakan sedikit hilang.

Pada pagi harinya, beliau yang masih panas badannya bertemu dengan Pak Kiai. “Pak Kiai, saya sakit”. Bukannya merasa iba, Pak Kiai hanya tersenyum. Dan anehnya, rasa panas yang beliau rasakan hilang seketika itu.

Pak Kiai dawuh, “Mas, sampean gendeng mas.”

“Kenapa gendeng, Yai?” tanya Masduqie muda.

“Iya, wong bukan penyakit dokter, sampean kok bawa ke dokter, ya uang sampean habis. Pokoknya kalau sampean kepengin sembuh, sampean tidak boleh pegang kitab apapun,” jawab kiai.

Jangankan membaca, menyentuh saja tidak diperbolehkan. Padahal pada saat itu, Masduqie muda dua bulan lagi akan mengikuti ujian akhir sekolah.

“Yai, dua bulan lagi saya ujian, kok enggak boleh pegang buku,” Masduqie muda matur kepada Pak Kiai.

Seketika itu Pak Kiai menanggapinya dengan marah-marah, “Yang bikin kamu lulus itu gurumu? Apa bapakmu? Apa mbahmu?”

Masduqie muda menjawab, “Pada hakikatnya Allah, Yai.”

“Lha iya gitu!” timpal Pak Kiai.

“Lalu bagaimana syariatnya (upaya yang dilakukan), Yai?” tanya Masdqie muda lagi.

“Tiap hari, kamu harus baca shalawat yang banyak,” jawab, Pak Kiai.

Masduqie muda kembali bertanya, “Banyak itu berapa, Yai?”

Pak Kiai pun menjawab, “Ya paling sedikit seribu, habis baca 1000 shalawat, minta ‘dengan berkat shalawat yang saya baca, saya minta lulus ujian dengan nilai bagus’.”

Ya sudah, Masduqie muda tidak berani pegang kitab maupun buku, karena memang ingin sembuh. Mendengar cerita dari Masduqie muda, Paman beliau marah-marah. “Bagaimana kamu ini? Dari Jepara ke sini, kamu kok nggak belajar?” Masduqie muda tidak berani komentar apa-apa. Karena beliau menuruti  dawuh kiai untuk tidak menyentuh kitab atau buku, beliau nurut saja.

Menjelang beliau ujian, pelajaran bahasa Jerman, bukunya ternyata diganti oleh gurunya dengan buku yang baru. Karena masih dilarang menyentuh buku, maka beliau tetap taat titah kiai.

Setelah ujian, Masduqie muda dipanggil guru bahasa Jerman.

Pak Guru    : Kamu her.

Masduqie   : Berapa nilai saya pak?

Pak Guru    : Tiga!

Masduqie    : Iya, Pak. Kapan, Pak?

Pak Guru    : Seminggu lagi

Namun setelah seminggu, Masduqie muda tidak langsung mendatangi guru bahasa Jerman, karena larangan pegang buku belum selesai. Baru setelah selesai, Masduqie muda mendatangi Pak Guru.

Masduqie    : Pak, saya minta ujian, Pak.

Pak Guru    : Ujian apa?

Masduqie    : Ya ujian bahasa Jerman, Pak.

Pak Guru    : Lha kamu bodoh apa?

Masduqie    : Lho kenapa, Pak?

Pak Guru    : Nilai delapan kok minta ujian lagi. Kamu itu minta nilai berapa?

Masduqie    : Lho, ya sudah Pak, barang kali bisa nilai sepuluh.

Dari nilai angka 3, karena shalawat, mingkem menjadi angka 8. Setelah itu, beliau tidak pernah meninggalkan baca shalawat. Itulah satu pengalaman shalawat KH Masduqie Mahfudz saat muda.

Wasilah untuk Atasi Penyakit dan Kesulitan

Pengalaman shalawat beliau lagi, yakni ketika Kiai Masduqie harus melaksanakan dinas dinas di Tarakan, Kalimantan Timur. Pada suatu hari, ada tamu pukul 5 sore, dan bilang ke Kiai Masduqie, “Saya disuruh oleh ibu, disuruh minta air tawar.”

Kiai Masduqie mengaku masih bodoh saat itu. Seketika itu ia menjawab, “Ya, silakan ambil saja, air tawar. kan banyak itu di ledeng-ledeng itu.”

“Bukan itu, Pak. Air tawar yang dibacakan doa-doa untuk orang sakit itu, Pak,” kata si tamu.

“O, kalau itu ya tidak bisa sekarang. Ambilnya harus besok habis shalat shubuh persis.”

Kiai Masduqie menjawab begitu karena beliau ingin bertanya kepada sang istri perihal abah mertua yang sering nyuwuk-nyuwuk (membaca doa untuk mengobati) dan ingin tahu apa yang dirapalkan. Ternyata istri beliau tidak tahu tentang doa yang dibaca abahnya di rumah. Padahal Kiai Masduqie sudah janji.

Habis isya’ saat beliau harus wiridan membaca dalail, beliau menemukan hadits tentang shalawat. Inti hadits tersebut kurang lebih, “Siapa yang baca shalawat sekali, Allah beri rahmat sepuluh. Baca shalawat sepuluh, Allah beri rahmat seratus. Baca shalawat seratus, Allah beri rahmat seribu. Tidak ada orang yang baca shalawat seribu, kecuali Allah mengabulkan permintaanya.”

Setelah mencari di berbagai kitab, ketemulah hadits tersebut sebagai jawabannya. Lalu belaiu pun bangun di  tengah malam, mengambil air wudlu dan air segelas, setelah itu membaca shalawat seribu kali. Allahumma shalli wa sallim ‘ala sayyidinâ Muhammad.

Setelah beliau selesai membaca seribu shalawat, beliau berdoa, ”Allahumaj’al hadzal ma’ dawâ-an liman syarabahu min jamî’il amrâdh”. Arti doa tersebut, “Ya allah, jadikanlah air ini sebagai obat dari segala penyakit bagi peminumnya”. Lalu meniupkan ke air gelas dan baca shalawat satu kali lagi. Di pagi hari, diberikanlah air tersebut kepada orang yang memintanya.

Setelah tiga hari, ada berita dari orang tersebut bahwa si penderita penyakit sudah sembuh setelah meminum air dari Kiai Masduqie. Padahal, sakitnya sudah empat bulan dan belum ada obat yang bisa menyembuhkan. Dokter pun sudah tidak sanggup menangani penyakit yang diderita orang ini dan menyarankan untuk mencari obat di luar. Anehnya, pemberi kabar itu mengatakan bahwa Kiai Masduqie selama tiga hari itu mengelus-elus perut orang yang sakit.

Mengelus-ngelus perut? Tentu saja tidak, apalagi si penderita penyakit adalah perempuan yang bukan mahramnya. Hal itu juga mustahil karena Kiai Masduqie selama tiga hari di rumah saja. Berkat shalawat, atas izin Allah penyakitnya sembuh.

Sejak peristiwa itu di Kalimantan timur Kiai Masduqie terkenal sebagai guru agama yang pintar nyuwuk. Sampai penyakit apa saja bisa disembuhkan. Jika beliau tidak membacakan shalawat, ya istri beliau mengambilkan air jeding, yang sudah dipakai untuk wudlu. Ya sembuh juga penyakitnya. Inilah pengalaman shalawat Kiai Masduqie ketika dinas di Kalimantan.

Cerita lain, suatu ketika beliau harus ke Samarinda dengaan naik kapal pribadi milik Gubernur Aji Pangeran Tenggung Pranoto. Dalam pertengahan perjalanan melalui laut, tepatnya di Tanjung Makaliat kapal yang diinaikinya terkena angin puting beliung. Maka goyang-goyanglah kapal tersebut. Kiai Masduqie sadar, berwudlu, lalu naik ke atas kapal. Beliau ajak para awak kapal untuk mengumandangkan adzan agar malaikat pengembus angin dahsyat tersebut berhenti. Lalu berhentilah angin tersebut. Inilah salah satu pengalaman shalawat Kiai Masduqie.

“Kalau ada orang menderita penyakit aneh-aneh, datang ke Mergosono, insya Allah saya bacakan shalawat seribu kali. Kalau ndak mempan sepuluh ribu kali, insyaallah qabul,” kata Kiai Masduqie saat pengajian di Majelis Riyadul Jannah.

“Berkat shalawat Nabi, sampean tahu sekarang, saya bangun pondok sampai tingkat tiga, nggak pernah minta sokongan dana masyarakat, mengedarkan edaran, proposal nggak pernah. Modalnya hanya shalawat saja. Uang yang datang ya ada juga, tapi nggak habis-habis. Itu berkat shalawat,” lanjut Kiai Masduqie dalam pengajiannya.

Kisah lainnya, suatu ketika, seorang bidan mengadu kepada Kiai Masduqie tentang suaminya yang pergi meninggalkannya karena terpikat dengan wanita lain. Ia berharap suaminya bisa kembali. Abah, demikian para santrinya menyapa, menjawab bidang tersebut dengan tegas menganjurkan untuk baca shalawat. Bidan pun secara istiqamah mengamalkannya, dan dalam selang beberapa lama suaminya kembali seraya bertobat.

Kiai Masduqie memiliki sembilan putra/putri ini yang di samping sarjana juga bisa membaca kitab semua. Saat anak beliau ada yang mau ujian, di samping putranya juga disuruh baca shalawat, belaiu juga membacakan shalawat untuk kelancaran dan kesuksesan putra-putrinya.

Kiai Masduqie pernah dawuh, ”Berkat shalawat Nabi SAW, semua yang saya inginkan belum ada yang tidak dituruti oleh Allah. Belum ada permintaan yang tidak dituruti berkat shalawat Nabi. Semua permintaan saya terpenuhi berkat shalawat”.

Shallu ‘alan Nabi Muhammad! Allahumma shalli wa sallim ‘ala sayyidina Muhammad.


Indirijal Lutofa, Santri Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyyah Nurul Huda Mergosono, Malang dan mahasiswa Fakultas Syari’ah UIN Malang. Kisah ini diperoleh pendengaran langsung penuturan Kiai Masduqie saat memberikan penggajian di Majlis Ta'liim wal Maulid Riyadhul Jannnah Malang, Jawa Timur dan kisah yang dituturkan putranya.
http://www.nu.or.id