Sunday, September 25, 2016

Do'a Do'a Pilihan



رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِن نَّسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ ۖ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا ۚ أَنتَ مَوْلَانَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنتَ ٱلْوَهَّابُ

رَّبَّنَآ إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِيًا يُنَادِى لِلْإِيمَٰنِ أَنْ ءَامِنُوا۟ بِرَبِّكُمْ فَـَٔامَنَّا ۚ رَبَّنَا فَٱغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّـَٔاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ ٱلْأَبْرَارِ

 رَبَّنَا وَءَاتِنَا مَا وَعَدتَّنَا عَلَىٰ رُسُلِكَ وَلَا تُخْزِنَا يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ ۗ إِنَّكَ لَا تُخْلِفُ ٱلْمِيعَادَ

رَبَّنَآ أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالإيمَانِ وَلا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

رَبِّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِمَنْ دَخَلَ بَيْتِيَ مُؤْمِنًا وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَلَا تَزِدِ الظَّالِمِينَ إِلَّا تَبَارًا

Saturday, September 24, 2016

Pintu Surga Di rumahmu

Seorang tabi’in yang mulia Iyas bin Mu’awiyah menangis sejadi-jadinya ketika meninggal salah satu dari orang tuanya,maka dikatakan pada beliau :“Mengapa anda menangis sedemikian rupa” ?,Maka beliau menjawab :“Tidaklah aku menangis karena kematian, karena yang hidup pasti akan mati, akan tetapi yang membuatku menangis karena dahulu aku memiliki dua pintu ke surga, maka tertutuplah satu pintupada hari ini dan tidak akan di buka sampai hari kiamat, aku memohon pada Allah Ta’ala agar aku bisa menjaga pintu yang ke dua”.Saudaraku !!,Kedua orang tua adalah dua pintu menuju surga, yang kita dapat menikmati bau harumnya setiap pagi dan petang,Rasulullah Shallahu ‘ alaihi wasallam bersabda :الوالد أوسط أبواب الجنة فأضع ذلك الباب أواحففظه“Orang tua adalah pintu surga yang paling tengah, maka jgn sia-siakanlah pintu itu atau jagalahia”.(HR. Tirmidzi rohimahullah).Pintu surga yang paling tengah, yang paling indahnya,yang paling eloknya.Maka masihkah engkau sia-siakan pintu itu ?Bahkan engkau haramkan dirimu tuk memasukinya ? Dengan mengangkat suaramu di hadapanya ? Dengan membentaknya di kala tulang-tulangnya semakin lemah karena di makan usia,Sementara tubuhmu yang berotot kekar dahulu telah di basuh kotoranmu dengan tangannya yang kini tak bertenaga.?Duhai sungguh ruginya.?Celaka ! Celaka ! Celaka !Jika kau berani durhaka !Rasulullah Shallahu ‘ alaihi wa Sallam bersabda :“Celaka,celaka,celaka ! , dikatakan pada beliau, siapa wahai Rasulullah ?,Maka beliau bersabda :“Siapa saja yang menjumpai keduaorang tuanya, baik salah satu atau kedua-duanya di kala mereka lanjut usia, akan tetapi (perjumpaan tersebut) tidak memasukannya ke surga.(HR.Muslim).اللهم ارزقنا البر بوالدينا و اجمعنا بهم فيجنات النعيم“Ya Allah, berilah kami rizki untuk berbakti kepada kedua orang tua kami ,dan kumpulkanlah jami bersama mereka di surgaMu yang penuh kenikmatan.Aamiin.

Syarat Mencari Ilmu Yang Bermanfaat ( KITAB ALA LA )

اَلاَ لاَتَنَالُ الْعِلْمَ اِلاَّ بِسِتَّةٍ # سَأُنْبِيْكَ عَنْ مَجْمُوْعِهَا بِبَيَانٍ 
ذُكَاءٍ وَحِرْصٍ وَاصْطِبَارٍوَبُلْغَةٍ # وَاِرْشَادُ اُسْتَاذٍ وَطُوْلِ
زَمَانٍ
ELINGO DAK KASIL ILMU ANGING NEM PERKORO. BAKAL TAK CERITAAKE KUMPULE KANTI PERTEO.RUPANE LIMPAT LOBA SOBAR ONO SANGUNE. LAN PIWULANGE GURU LAN SING SUWE MANGSANE.
Artinya :
Ingatlah….. tidak akan kalian mendapatkan ilmu yang manfaat kecuali dengan 6 syarat,yaitu :
cerdas
semangat
sabar
biaya
petunjuk ustadz/guru
waktu yang lama
Keterangan
Manfaaat adalah ilmu yang bisa menghantarkan pemiliknya pada ketakwaan kepada Allah SWT
1. Cerdas - artinya kemampuan untuk menangkap ilmu, bukan berarti IQ harus tinggi,walaupun dalam mencari ilmu IQ yang tinggi sangat menentukan sekali ,perlu diingat  bahwa kecerdasan  adalah laksana pedang,semakin sering diasah dan dipergunakan maka pedang akan semakin mengkilat dan tajam ,adapun bila didiamkan maka akan karatan dan tumpul ,begitupula akal semakin sering dibuat untuk berfikir dan mengaji maka akan semakin tajam daya tangkapnya dan bila dibiarkan maka akan  tumpul tidak akan mampu menerima ilmu apapun juga.
2. Semangat - artinya sungguh-sungguh dengan bukti ketekunan, mencari ilmu tanpa kesemangatan dan ketekunan tidak akan menghasilkan apa-apa, apalagi ilmu agama adalah sesuatu yang mulia yang tidak akan dengan mudah bisa didapatkan karena mencari ilmu itu sulit, apa yang kemarin dihafalkan belum tentu sekarang masih bisa hafal. Nah inilah yang disebut istiqomah(kontinyu) dan berulang karena tabiat manusia itu LUPA.
3.Sabar -artinya tabah menghadapi cobaan dan ujian dalam mencari ilmu, orang yang mencari ilmu adalah orang yang mencari jalan lurus menuju penciptanya, oleh karena itu syetan sangat membenci pada mereka,apa yang dikehendaki syetan adalah agar tidak ada orang yang mencari ilmu,tidak ada orang yang akan mengajarkan pada umat bagaimana cara beribadah dan orang yang akan menasehti umat agar tidak tergelincir kemaksiatan.
4.Biaya -artinya orang mengaji perlu biaya seperti juga setiap manusia hidup yang memerlukannya, tapi jangan diartikan mentah seperti  harus punya uang apalagi uang yang banyak,biaya disini hanya kebutuhan kita makan minum sandang dan papan secukupnya,pun tidak harus merupakan bekal materi, dalam sejarah kepesantrenan dari zaman sahabat nabi sampai zaman ulama terkemuka kebanyakan para santrinya adalah orang-orang yang tidak mampu,seperti Abu hurairoh, sahabat Nabi seorang perawi hadist terbanyak adalah orang yang  fakir secra harta materi duniawi ,imam syafi’i adalah seorang yatim .
5.Guru -artinya orang mengaji harus digurukan tidak boleh dengan belajar sendiri,ilmu agama adalah warisan para nabi bukan barang hilang yang bisa dicari di kitab-kitab, dalam sebuah makalah  barang siapa belajar tanpa guru maka gurunya adalah syetan, dan ada pula makalah لقال من قال بماشاء السند لولا andai tidak ada sanad [pertalian murid dan guru] maka akan berkata orang yang berkata[tentang agama] sekehendak hatinya.  Kita bisa melihat sejarah penurunan wahyu dan penyampaiannya kepada para sahabat,betapa Nabi setiap bulan puasa menyimakkan Al-Qur’an kepada jibril dan sebaliknya, kemudian Nabi menyampaikan kepada para sahabat,sahabat menyampaikan kepada para tabi’in, lalu para tabi’in menyampaikan pada tabi’i at-tabi’in dan seterusnya kepada ulama salaf,lalu ulama kholaf, lalu ulama mutaqoddimin lalu ulama muta’akhirin dan seterusnya sampai pada umat sekarang ini, jadi ilmu yang kita terima sekarang ini adalah ilmu yang bersambung sampai Nabi dan sampai kepada Allah subhanahu wa ta’ala, jadi sangat jelas sekali bahwa orang yang belajar harus lewat bimbingan seorang guru,guru yang bisa menunjukkan apa yang dikehendaki oleh sebuah pernyataan dalam sebuah ayat atau hadis atau ibarat kitab salaf, karena tidak semua yang tersurat mencerminkan apa yang tersirat dalam pernyatan.
6. Waktu yang Lama - artinya orang belajar perlu waktu yang lama, bukan berarti tanpa target,sebab orang belajar harus punya target,tanpa target akan hampa dan malaslah kita belajar.

Perbedaan Tamu Lan Murid

Sing isih seneng dialem, di "den bagus"-ke, disobya, ketoke majelisan padahal kongkow ngalor ngidul, iku isih : TAMU
Yang masih suka dipuji-puji, dibaik-baiki, kelihatannya ikut majlis padahal hanya kongkow-kongkow saja, itu masih: Tamu.
Sing selalu dipetani-diurai cacate, didisiplinke, ditempa, didukani saben dina, iku uwis : MURID
Yang selalu diuraikan kesalahannya, didisiplinkan, ditempa, dimarahi setiap hari, itu sudah: Murid
Sing isih seneng wedangan bareng, foto-foto bareng, obral cerita yen cedak wong agung (padahal mung fisik-e thok, atine yo adoh), iku jenenge : TAMU
Yang masih suka minum-minum bareng, foto bareng, mengobral cerita kalau ia dekat dengan orang besar (padahal Cuma dekat secara fisik, hatinya jauh), itu namanya: Tamu
Sing ngosek WC, mbabu gawean ndalem, ngurusi-ngladeni guru, iku jenenge : MURID
Yang membersihkan toilet, membantu pekerjaan rumah, mengurus dan menjamu guru, itu namanya: Murid
Sing tekane diladeni, sarwo cemepak, isih kober hore-hore, isih gumunan, isih asyik ngobrolke wong mulya, iku : TAMU
Yang datangnya dijamu, serba ada, masih sempat bersenang-senang, masih terpana, masih asyik membicarakan kemuliaan orang, itu: Tamu
Sing wani ngorbanke lahir batine, bondhone, pikirane, awake, urusan pentinge, pilihan abote, perasaane, waktune kanthi istiqomah lan ikhlas, iku : MURID
Yang berani mengorbankan lahir batinnya, hartanya, pikirannya, badannya, urusan pentingnya, pilihan beratnya, perasaannya, waktunya dengan istiqomah dan ikhlas, itu: Murid.
Sing tekane merga lagi mumet kakehan masalah, hajatan, sambatan, dioyak utang, keluarga ribut, mumet golek jodo, golek baskom wadah curhat, iku golongane : TAMU
Yang datangnya sebab sedang pusing banyak masalah, hajatan, curhatan, dikejar hutang, keluarga ribut, bingung mencari jodoh, cari baskom untuk tempat menumpahkan curhatan, itu golongannya: Tamu
Sing tekane merga ngobahke niat, nancepke yaqin, nglakoni ikhlas, nyiapke ati tawadhu, iku golongane : MURID
Yang datangnya sebab menggerakkan niat, menancapkan keyakinan, melakukan ikhlas, menyiapkan hati, tawadlu, itu golongannya: Murid
Sing isih ngrekam, copy paste, kulakan omongan, ngutip pangandikan koyo manuk beo, pamer popularitase gurune, pamer amaliyah, pamer ziarah, pamer haul, pamer manaqib, pamer umrah, pamer ngajine iku isih level : TAMU
Yang masih merekan, menyalin dan mengutip, mencari-cari petuah, mengutip petuah seperti burung beo, pamer popularitas gurunya, pamer amaliyah, pamer ziarah, pamer haul, pamer manaqiban, pamer umrah, pamer ngajinya, itu masih level: Tamu.
Sing saben dina wis mecahke masalah, manfaati liyan, nyebar pepadhang, iku sandangane : MURID
Yang setiap hari sudah memecahkan masalah, bermanfaat pada sesama, menebar cahaya, itu namanya: Murid.
Sing olehe sowan nyawang/nlesih/luwih nggatekne bangunan pondoke, umure kyaine, mobile santrine, popularitas kyaine neng media, lucu orane ceramahe, empuk atose nasehate, iku kelase : TAMU
Yang ketika sowan lebih melihat dan memperhatikan bangunan pondoknya, umur kyainya, mobil santrinya, popularitas kyainya di media, lucu atau enggak ceramahnya, empuk atau keras nasihatnya, itu kelasnya: Tamu.
Sing olehe teka iku nyawang derajat ilmune, sanade, istiqomahe, rekomendasine, bobot isi wulangane, kelembutane kamuflase kanggo nyusupke hikmahe, kualitas "kabel lan setrume", lha iku kelase : MURID
Yang ketika datang melihat derajat ilmunya, sanadnya, istiqomahnya, rekomendasinya, bobot isi pelajarannya, kelembutannya, kamuflasenya dalam menyisipkan hikmah, kualitas “kabel dan setrumannya,” itulah kelasnya: Murid
Sing jumlahe ribuan, seneng merga mlebu tivi-koran-internet, rame gebyar-gebyar acara panggung, ubyang-ubyung ngalor ngidul tanpo pelajaran hikmah, ngumpul-ngundangi pejabat lan tokoh populer, amaliyah mung pisan pindho ning kowar-koware seantero kota, iku : TAMU
Yang jumlahnya ribuan, suka sebab masuk di tv-koran-internet, suka ramai-ramai di gebyaran acara panggung, grudak-gruduk kesana kemari tanpa pelajaran hikmah, mendekati pejabat dan tokoh populer, beramal hanya sekali dua kali tapi menyebarkan amal ke seluruh penjuru kota, itu: Tamu.
Sing ndepis neng nduwur sajadah, neng njero kamar istiqomah bertahun-tahun, ora kakehan cerita ning akeh tumandang, nglakoni tenanan ora mung cangkeman thok siji mboko siji amal sholih, iku : MURID
Yang bersimpuh di atas sajadah, di dalam kamar istiqomah bertahun-tahun, tidak banyak cerita tapi banyak beramal, melakukan dengan serius tanpa banyak bicara satu persatu amal sholehnya, itu: Murid
Sing isih seneng clap-clup, komentar ngawur, medhot pangandikan, lambene ora duwe rem, mbanding-mbandingke, nyawang sebelah mata, iku : TAMU
Yang masih suka clap-clup, komentar ngawur, memotong pembicaraan, mulutnya tidak punya rem, suka membanding-bandingkan, melihat sebelah mata, itu: Tamu.
Sing kawit awal wis ndhungklukke akale, nglungguhke atine, wani naleni nepsune, wani meksa ruhanine tawadhu, duwe rasa hormat lan pengati-ati, duwe siasat hasanah lan tatakrama, iku : MURID
Yang dari awal sudah meletakkan akalnya, mendudukkan hatinya, berani mengikat nafsunya, berani memaksa ruhaninya untuk tawadlu, punya rasa hormat dan kehati-hatian, punya siasat baik dan tatakrama, itu: Murid.
Sing ora biso kedemok cacate, ora kuat didandani, ora kuat dibuka isi dadane, sarwo dimulyaake, iku : TAMU
Yang tidak bisa tersentuh cacatnya, tidak kuat diperbaiki, tidak kuat membuka isi dadanya, sukanya dimuliakan, itu: Tamu.
Sing ora tau bener sarwo kleru, ora tau dialem, ora tau duwe ruang kanggo heboh bab donya, sing abot ning ora sempat sambat, iku : MURID.
Yang tidak pernah benar serba keliru, tidak pernah dipuji, tidak pernah punya ruang untuk menghebohkan hal keduniaan, yang berat tapi tidak pernah mengeluh, itu: Murid
Ning....sing kampul-kampul meng tengah ombak lautan tanpo arah lan ora ono ajine, yoiku : kelase TAMU.
Tetapi, yang terombang-ambing di tengah ombak lautan tanpa arah dan tanpa kemuliaan, adalah kelasnya: Tamu
Lha njur sing bisa ngayomi-ngayemi, manfaati, ngati-ati, ikhsan, ngreksa, pinaringan derajat lan disawang donya akherate karo Gusti Allah, mrantasi gawe, kuat negakke kebagusan, yoiku : MURID.
Lalu yang bisa mengayomi, bermanfaat, berhati-hati, ikhsan, menjaga, memperoleh derajat dan diperhatikan dunia akhiratnya oleh Allah SWT, menyelesaikan pekerjaan, kuat menegakkan kebaikan, yaitu: Murid
Lha awake dewe kuwi Bro.....sakjane mung kelase TAMU ning "over acting" keladuk rumongsa dadi MURID.... jare murid ning yo ora ngistiqomahke opo-opo, ora nyerap rasa isi dadane guru, ora mudheng isi pikirane guru, ora ngicipi lakune guru, ora nyaut-ora nyandak sing dimaksudke guru, ora weruh opo wae sing dadi visi pengelihatane guru...
Kita itu, sebenarnya Cuma kelas Tamu tapi over acting berani merasa menjadi Murid. Katanya murid tapi tidak mengistiqomahkan apapun, tidak menyecap rasa isi dada gurunya, tidak tahu isi pikiran gurunya, tidak mencoba laku gurunya, tidak mengerti apa yang dimaksud guru, tidak tahu apa yang menjadi visi penglihatannya guru.
Awake dewe kuwi, yen reget njur arep diresiki malah remesik ora terima, yen bodho njur arep dipinterke yo malah keminter lan nolak, yen atos njur arep dilembutke malah tambah atos mbegegeg ora gelem, yen kemaki mbagusi tinggi hati njur diwulang ndheprok tawadhu malah golek alasan ngeyelan lan ndangak wae, yen picek diajari melek yo emoh, yen tumpul-kethul njur arep diasah ben lantip yo malah mlayu, yen mumet setengah edan mikirke kadonyan njur arep ditambani malah nggaya sok sehat sok kuat.....
Kita itu, kalau kotor mau dibersihkan malah gak terima, kalau bodoh dan mau dipintarkan juga malah sok pintar dan menolak, kalau keras dan mau dilembutkan malah tambah keras dan berdiam diri tak mau tahu, kalau sombong tinggi hati dan diajari bersimpuh tawadlu malah cari-cari alasan untuk ngeyel dan cuma mendongak, kalau buta diajari membuka mata juga tak mau, kalau tumpul lalu mau diasah agar lancip juga malah lari, kalau pusing setengah gila memikirkan dunia lalu mau diobati malah berlagak sok sehat dan sok kuat.
Lha karepe awake dewe ki kepiye to? Ora ono bekase ikhsan babar blas....
Yo merga "aku"-ne isih gede sak gunung merapi....ora siap tumandang lan ora pantes.
Lantas, keinginan kita itu sebenarnya apa sih? Gak ada bekas ikhsan-nya sama sekali.
Ya sebab “aku”-nya masih besar sebesar Gunung Merapi, gak siap berubah dan tidak pantas.
Wallahu a’lam