Tuesday, February 20, 2018

"Tartib Al Fatehah Saat Meminum Kopi"


☞ Oleh Al Habib Husein Bin Abdullah Assegaf (Gresik) :
Sayyid Ahmad Bin Ali Bahr Al Qadimi bertemu dengan Nabi muhammad SAW dalam keadaan terjaga, ia berkata pada nabi saw: " wahai Rosulullah aku ingin mendengar hadits darimu tanpa perantara", Nabi muhammad saw kemudian bersabda: "Aku akan memberimu 3 hadits ;
1.Selama bau biji kopi ini masih tercium aromanya dimulut seseorang maka selama itu pula malaikat akan beristighfar [meminta ampun] untukmu.
2.Barangsiapa yang menyimpan tasbih Antik dibuat Berdzikir maka Allah akan mencatatnya sebagai orang yang banyak berdzikir
3.Barangsiapa yang duduk bersama waliyullah yg hidup atau yang sudah wafat maka pahalanya sama saja dengan ia menyembah Allah di seluruh penjuru bumi
وكان الحبيب أبو بكر بن عبد الله العطاس يقول : إن المكان الذي يُترك خالياً يسكنون فيه الجن ، والمكان الذي تفعل به القهوة لا يسكنونه الجن ولا يقربونه
Habib Abu Bakar Bin Abdulloh Al Atthos berkata tempat / rumah kalau ditinggalkan dalam keadaan sepi-Kosong maka para jin akan menempatinya ...
sedangkan rumah/suatu tempat yg mana disitu biasa membuat hidangan wedang kopi maka para jin tidak akan bisa Menu dan tidak akan bisa mendekat alias mengganggu
Uum :
(kitab tadzirunnas hal 177 dan kitab AT_tadzkir al- Musthafa li aulaadil musthafa waghairahum mimman ijtbaahu lloohwasthafa Dadang alhabib Abu Bakar al-Atthas bin Abdullah bin alwy bin Zain Alhabsyi

Friday, February 2, 2018

بسم الله الرحمن الرحيم

 KAJIAN HAKEKAT POLITIK SECARA ILMIYAH. maksud & ujuan politik adlh kekuasaan. tujuan kekuasaan adlh kepentingan. Kepentingan itu bernama maslahat. Terselenggaranya politik demi untuk kemaslahatan umat. menyatu dg tujuan hukum. dimana dasar daripada tujuan hukukum adlh Demi kemaslahatan. (Jalbulmasoleh) wujud daripada maslahat itu keadilan kesejahteraan dan kebahagiaan dunia aherat. esensi bahagiya itu senang. Kesenangan itu Terlahir dari Cinta. Dan Cinta adlh rohmat. Rohmat yg meliputi semua aspek hidup & hajat kehidupan manusia itu anugerah alloh swt yg diturunkan di dunia. adlh sesuatu bernama romat dari sepuluh rohmat  yg diciptakan alloh swt. DEMIKIAN. jika hukum & undang undang bersetandar rohmatan lil'alamin bersentuhan dg  eksekutor atau eksekutif yg merepresentasi sifat sifat rohman Dan rohim. maka dinamika rohmatan lil'alamin dlm kehidupan berbangsa dan bernegara ditengah tengah rakyat Indonesia merdeka akan terwujud insya alloh. bendera merah putih Akan berkibar di tugu monument national bertuliskan BALDATUN TOYYIBATUN WAROBBUN GOFUR.  wallohu a'lam. kajian ini Untuk disebar luaskan bermaksud agar dpt ditindak lanjuti. Sekian dan trimksih cirebon 01-02-2018. Muh.ibnu ma'isy. الحمد لله رب العالمين

TIGA UKURAN KEHEBATAN SESEORANG

TIGA UKURAN KEHEBATAN SESEORANG

قال الإمام الشافعي رحمه الله :
جوهر المرء في ثلاث :

Imam Syafi'i berkata:
Kehebatan (Harga Diri) seseorang terdapat pada tiga perkara:
كتمان الفقر:
حتى يظن الناس من عفتك أنك غني

1. Kemampuan menyembunyikan kemiskinan, sehingga orang lain menyangkamu berkecukupan karena kamu tidak pernah
meminta.

 وكتمان الغضب:
حتى يظن الناس أنك راض

2. Kemampuan menyembunyikan amarah, sehingga orang
mengiramu selalu meridhai serta menyenangi

 وكتمان الشدة:
حتى يظن الناس أنك متنعم .

3. Kemampuan menyembunyikan susahnya kesulitan sehingga orang lain mengiramu selalu senang penuh ni'mat

[ مناقب الشافعي للبيهقي (٢/١٨٨) ]

(Kitab manaqib Imam Syafi'i, karya Al Baihaqi, 2/188)

AL Faqier ila rahmata rabby...

KAIFIYYAH BILAL SHOLAT GERHANA

KAIFIYYAH BILAL SHOLAT GERHANA

1. Membaca Istighfar bersama-sama;

أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ  ×٣
 مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ عَظِيْم.

2. Ketika dirasa siap untuk dilaksanakan sholat gerhana, _bilal_ mengumandangkan bacaan tanda dimulainya sholat, yakni membaca:

"اَلصَّلَاةُ جَامِعَة !!"

3. Pelaksanaan sholat gerhana.

4. Selesai sholat, _bilal_ maju mengambil tongkat kemudian menghadap ke jama'ah dan dilanjutkan membaca:

أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ،
أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ،
أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ..
الَّذِيْ لَا إِلٰهَ إلَّا هُوَ الْحَيَّ الْقَيُّوْمَ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ.

يَامَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ وَزُمْرَةَ الْمُؤْمِنِيْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ..
رُوِيَ عَنِ الْمُغِيْرَةِ بْنِ شُعْبَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ﷺ: إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللهِ، لَا يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذٰلِكَ فَصَلُّوْا وَادْعُوْا حَتَّى يَنْكَشِفَ مَا بِكُمْ.

أَنْصِتُوْا وَاسْمَعُوْا وَأَطِيْعُوْا رَحِمَكُمُ اللهُ،
أَنْصِتُوْا وَاسْمَعُوْا وَأَطِيْعُوْا آجَرَكُمُ اللهُ،
أَنْصِتُوْا وَاسْمَعُوْا وَأَطِيْعُوْا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ..

5. _Khotib_ maju untuk menerima tongkat kemudian berhenti dengan posisi menghadap ke arah _qiblat_.

6. Kemudian _bilal_ membaca do'a:

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ،
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ.
اَللّٰهُمَّ قَوِّ الْإسْلَامَ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْيَاءَ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتَ، وَانْصُرْهُمْ عَلَى مُعَانِدِي الدِّيْنِ، يَارَبِّ اخْتِمْ لَنَا مِنْكَ بِالْخَيْرِ، وَ يَاخَيْرَ النَّاصِرِيْنَ بِرَحْمَتِكَ يَا أرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَبَارَكَ وَسَلَّمَ، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

7. Setelah itu, _Khotib_ mengucapkan salam kepada jama'ah.

8. Kemudian _Khotib_ duduk sejenak dan _bilal_ membaca istighfar dengan suara yang keras (dalam keadaan duduk):

أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ،
أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ،
أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ..
الَّذِيْ لَا إِلٰهَ إلَّا هُوَ الْحَيَّ الْقَيُّوْمَ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ.

9. Selanjutnya _khotib_ melaksanakan khutbah. Setelah selesai khutbah pertama, _khotib_ duduk sebentar, lalu _bilal_ membaca istighfar dengan suara yang keras. Bacaan istighfar itu seperti:

أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ،
أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ،
أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ..
الَّذِيْ لَا إِلٰهَ إلَّا هُوَ الْحَيَّ الْقَيُّوْمَ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ.

10. Kemudian _khotib_ berdiri untuk meneruskan khutbah kedua sampai selesai.

Keterangan: Dalam khutbah gerhana, tidak disyaratkan Muwalah, namun hanya disunnahkan saja.

(Sullamul Futuhāt, karya KH. Abdul Hannan Ma'shum, juz 20,  hlmn 44 s/d 47)