Thursday, February 2, 2017

LAST PART 71 DIA DIA DIA SEMPURNA

Sesuai janji Deni spesial hari ini ceritanya dari sudut pandang saya.
Seharusnya kemarin saya nulisnya, tapi karena kerjaan ibu - ibu repot banget, boro boro buka laptop, bisa mandi juga untung emoticon-Smilie emoticon-Frown emoticon-Stick Out Tongue
Mohon maaf ya kalau penulisannya berantakan, maklum amatir.
Sebelum ke cerita mungkin saya sedikit kasih informasih kenapa untuk part ini saya yang cerita. Dulu setelah Thread sebelumnya di hapus saya beberapa kali bujuk Deni buat meneruskan ceritanya, sayangkan sudah mau selesai juga masa di stop gitu aja, kesian yang penasaran, tapi dia tetap gak mau, sibuk katanya, padahal saya tau kerjanya juga gitu gitu doang emoticon-Stick Out Tongue emoticon-Stick Out Tongue . Setelah dibujuk berkali - kali (ditambah sedikit ngambek) akhirnya dia setuju, dengan syarat spesial part ini dia pengen saya yang cerita, katanya mungkin kalau sudut pandangnya berbeda akan lebih menarik emoticon-Smilie, dan setelah sedikit dipaksa akhirnya saya mau, dengan catatan harus pake ID dia. Deal.
Selamat membaca temen - temen emoticon-Smilie emoticon-Smilie
Spoiler for Part-71:

Awal bulan September 2012, tiba - tiba telpon meja kerjaku berdering, dilayar terlihat nomor extensi pemanggil 217, "wah dari bosku, tumben pagi - pagi sudah manggil" kataku dalam hati. "pagi pak" sapaku dengan nada ceria. "pagi, kamu bisa ke ruangan saya sebentar" perintahnya."siap pak" jawabku semangat.

Sedikit gambaran tentang tempatku kerja, ruangannya tidak terlalu besar, untuk kamu para staff posisi nya di kubikal seukuran 1,5 x 1,5mtr, yah lumayanlah gak terlalu sempit dan dikelompokan tiap departemen, kami dari bagian marketing ditempatkan dibagian paling depan, biar sewaktu waktu kalau ada klien bisa cepat ditemui. sedangkan untuk ruangan level manager sudah disediakan ruangan terpisah.

Aku berjalan menuju ruangan beliau, terlihat beberapa rekan kerja masih sibuk sarapan "jam kerja kok sarapan, kalo mau sarapan dirumah" ledekku kepada salah satu temenku, mereka tersenyum, kebetulan dikantorku pekerjanya mayoritas pria.
"pagi pak" sapaku ketika masuk ke ruangan bos, "pagi, duduk san, ceria bener hari ini" katanya, "gak papa pak, bukannya tiap hari itu harus ceria" jawabku, "tapi gak seperti biasanya, atau kamu jangan jangan sudah dapet pacar" ledeknya, "ah bapak bisa aja, belum kepikiran pak" jawabku, "ooo, padahal kamu banyak yang suka san, inget san nunggu apa lagi, umur bakal nambah lho" katanya, "umur bukan nambah pak, tapi berkurang" jawabku senyum, beliau juga tersenyum.
"kok jadi bahas tentang saya sih pak, tadi bapak manggil ada apa ya" tanyaku, "ohya maaf, gini san, tadi pagi saya terima email dari salah satu klien kita, mereka minta kita ketempat mereka buat presentasi tentang beberapa produk kita, kamu bisa?" tanyanya, "siap pak, bisa" jawabku, "ini yang saya suka dari kamu, semangatmu itu san" katanya, "ah bapak bisa aja, ngomong ngomong kapan san kemana pak?" tanyaku, "besok first flight ke Palembang" katanya, "ke Palembang pak" jawabku, mendengar kata Palembang, pikiranku langsung ingat sesorang, seseorang yang sangat berarti bagiku. "Iya palembang, harus first flight ya san, perjalanan dari palembang ke tempat mereka bisa 3 jam" katanya, "baik pak, berapa lama" tanyaku, "terserah kamu, kamu atur saja, sekiranya sudah selesai langsung pulang" katanya, "baik pak" kataku, "tapi pulangnnya bawa Kakap ya" katanya, Kakap adalah perumpamaan kami untuk klien besar.

Aku kembali ke kubikalku, pikiranku kembali teringat sama dia, padahal belakangan ini aku sudah mulai melupakannya, "apakah mungkin kita bisa ketemu, kecil kemungkinannya" batinku, aku menatap sebuah bingkai foto kecil disamping layar monitorku, disana terlihat seorang laki-laki agak dekil, rambut gondrong, kulit coklat tersenyum ke arah kamera, tatapan matanya tajam melihatkan semangatnya yang besar. Apa kabarmu disana den, apakah kamu sudah bisa kejar mimpimu.
"woi bengong mulu, kerja" kata temenku rara membuatku kaget "sialan lo" kataku,
"Ngeliatan apa sih lo san" katanya, "nih" kataku sambil ngasih foto yang barusan kupandangi, "udah lo lupain aja, dia juga mungkin sudah lupa sama lo" kata rara, "udah ra, tapi gak bisa" jawabku, aku memang sudah cerita semuanya tentang deni ke rara, "lo bego ya, yang suka sama lo banyak san, melek dong, sampai kapan lo mau mandangi foto doang" katanya, aku cuma geleng "bego lo, coba lo cari di google atau FB atau twitter, coma lo ketik namanya kali aja keluar" saran rara, aku sudah coba semuanya tanpa rara suruh, tapi hasilnya ribuan deni yang keluar, pernah semalaman aku liat satu satu tapi hasilnya nol besar.
"san, lo besok ke palembang" tanya rara, "iya" jawabku singkat, "siapa aja" tanyanya, "paling bertiga sama indra dan hendra" jawabku, "ooo, ati ati lo, gw denger disana rawan" katanya, "iya ra, makasih sudah ngingetin" jawabku.

Sesuai arahan, hari ini aku sibuk urusin persiapan buat berangkat besok, dari cari hotel sampai urus transportasi selama disana, Dari klien kami sebenernya sudah menyediakan mobil buat penjemputan ke bandara, tapi agak kurang enak rasanya kalau mereka yang sediakan, kan kami yang butuh sama mereka.

"Mah, pah, besok santi mau ke Palembang, urusan kantor" kataku kepada papa dan mama pas makan malam dirumah, "Palembang? ati - ati lo nak, rawan" kata papa, "iya nak, lagian kamu ngapain sih masih repot repot kerja, kenapa gak nerusin usaha papa aja, papa lagi bener bener repot tuh" sambung mama, "gak mau ah, dari dulu bantuin papa terus, kapan santi bisa mandiri ma" jawabku, memang papa sudah sangat sering merayuku buat nerusin usahanya, tapi sudah sangat sering juga aku tolak, bisinis papa berkembang pesat, dulu kita hanya sewa kios di glodok, sekarang kita sudah punya kantor sendiri, dulu kita hanya supply barang barang jadi ke klien, tapi sekrang kita sudah punya workshop sendiri, jadi papa sudah bisa ngerjain beberapa pekerjaan pabrikasi.
"yaudah, kamu habis ini langsung istirahat, gak usah nonton film, nanti besok kesiangan, inget besok first flight" kata mama, aku nurut sebelum kekamar mereka cium pipiku, aku sangat beruntung bisa ada di keluarga ini, walau bukan anak kandung tapi mereka memperlakukanku sangat istimewa, mereka gak mau kehilangaku seperti mereka kehilangan anak pertama mereka.

Aku terbangun pukul 2 malam, memang biasanya aku terbangun jam 2, ambil wudhu tahajud, setiap kali aku berdo'a salah satunya mendo'akan deni, mungkin kebiasan yang sudah bertahun tahun jadi gak pernah bisa dirubah, mulutku secara otomatis mendo'akan dia.
Biasanya selepas tahajud aku kembali tidur, tapi untuk harini tidak, tanggung, jam 4 aku sudah harus ke bandara, daripada ketinggalan pesawat. Jam 4 aku langsung dianter papa ke bandara. Tiba di bandara pukul 4.30 karena jalan memang sangat kosong, papa langsung pulang setelah aku masuk bandara. Satu persatu temenku datang, setelah subuh kita langsung masuk pesawat, perjalanan ke palembang butuh waktu 45 menit, sesampainya disana kita sudah ditunggu supir dari mobil yang kita carter namanya agung.
"eh cari sarapan dulu yuk" ajakku, "yuk, perjalannya jauh 3 jam" kata hendra, "mas, sarapan yang enak dimana ya, yang khas palembang" tanyaku, "ooh, ada mbak, makanan khas palembang" katanya, lalu dia bawa kita ke lokasi yang dimaksud, kita langsung duduk "ini apa namanya mas" tanyaku "ini mie celor mbak, dijamin enak" katanya, karena baru pertama kita cobain pesen, ternyata rasanya memang enak, bentuknya kayak mie, tapi mienya besar besar, pake kuah santan kental, terus ada taburan udang dan telornya. "gimana mbak enak" kata agung, "enak mas, enak banget" jawabku.

Selepas sarapan kita langsung lanjut ke lokasi, sepanjang perjalanan aku hanya merhatiin jalan, sesekali mas agung jelasin ke kita tentang lokasi yang baru kita lewati, perjalanan cukup melelahkan, badanku pegel semua, sebenernya jaraknya gak terlalu jauh, tapi akses jalannya yang bikin pegel, banyak jalan rusak dan akses jalan satu satunya lewat sini, jadi semua kendaraan jadi satu, truk, bis, mobil dan motor.

Sekitar 3 jam lebih sedikit kita telah sampai dilokasi tujuan, setelah lapor ke security kita baru perbolehkan masuk, sudah beberapa kali aku masuk ke kilang minyak, tapi baru ini yang sangat detail, sampai semua diperiksa "maaf bu, lokasi kita objek vital nasional, jadi agak teliti" kata salah satu security, yah karena itu memang sudah stadar mereka aku gak masalah. Setelah pemeriksaa kita langsung diarahkan ke ruang meeting, kantor mereka sangat besar, jauh dibanding kantorku, fasilitasnya juga lengkap, dari gym sampai lapangan olahraga. "gila enak bener yang kerja disini" kata indra "gw mau lah kerja kayak gini" kata hendra, "iya ya, lengkap banget" kataku, didalam ruang meeting terdapat meja meeting panjang, muat untuk 30-40 orang, tiap kursi sudah disediakan microphone buat bicara. Kita menunggu sekitar 15 menit, lalu seorang bapak bapak masuk.

"maaf sudah menunggu lama" katanya, sambil berjabat tangan "gak kok pak" jawabku "saya santi pak" lanjutku sambil memberikan kartu namaku ke beliau "saya rizal, head procurement disini" katanya, lalu dia berkenalan dengan temen temenku. "Seharusnya saya masih ada 2 orang lagi, tapi mereka kebetulan sedang di lapangan, jadi mohon sabar ya, sekalian kita kumpulkan rekan rekan yang lain selaku usernya nanti" kata pak rizal, "iya pak gak papa" jawabku, "kalau begitu saya tinggal sebentar ya, disitu ada minuman kalau mau ambil saja" katanya sambil nunjuk kulkas yang ada diruangan "iya pak" jawab indra, gak lama setelah pak rizal pergi indra langsung ke kulkas "haus gw" katanya ketika ngeliat mataku sudah melotot "malu maluin" kataku, "buset, nih kulkas sudah kayak minimarket, penuh banget, lengkap" kata indra "kalian mau yang mana" tanyanya padaku dan hendra "nanti aja" jawabku. Sekitar 15 menit kita nunggu, akhirnya satu persatu pekerjanya masuk ke ruangan, sambil menunggu beberapa pekerja lain datang aku bagikan beberapa bingkisan dari kantor buat mereka, ada beberapa yang coba godain aku, maklum tempat kerja seperti ini mayoritas lelaki, mungkin perempuan bisa dihitung jari.

"silakan mbak santi dimulai" kata pak rizal, aku langsung mulai presentasinya, sekitar 30menit aku jelasin tentang produk kami tiba tiba ada yang masuk dari pintu, aku langsung gak bisa ngomong, dia cuma berdiri tampak kaget, seorang pria yang selama ini kucari berdiri sekitar 6 meter dari tempatku berdiri, tampak sangat banyak perubahan dirinya, dia yang dulu gondrong, agak kurus dan kulit coklat kehitaman sekarang berubah bersih, rambut tercukur api, yang tidak berubah hanya tatapan matanya, tatapan matanya yang aku jamin selalu bikin perempuan meleleh, dia tampak lebih gagah menggenakan seragam coverallnya, sampai aku disadarkan oleh indra "lo kenapa san" tanyanya, "eh gak papa" kataku "lo bisa gantiin gw" sambungku, karena aku sudah gak bisa fokus sama kerjaanku, indra langsung gantiin aku, aku lihat dia duduk disamping pak rizal, matanya tak pernah lepas menatapku, dia tersenyum, senyum yang sudah sangat lama ku nanti, mukaku panas, mungkin sudah terlihat merah diatas kulit wajahku yang putih.

Tiba tiba hp ku bunyi, ada sms masuk dari nomor asing "apa kabar san", aku langsung lihat dia, dia senyum sambil menggoyangkan hpnya, aku baru sadar dia pasti bisa tau nomor hp ku dari daftar hadir yang kita isi, disana tertera nomor hp kami. "baik, kamu?" balasku, "kamu bisa liat sendiri" balasnya, "kamu bener bener beda, aku pangling" balasku, "kamu juga san, lebih cantik. Udah nanti ngobrolnya gak enak" balasnya, aku kembali natap dia, dia tersenyum.

Sekitar 30 menitan acaranya selesai, "Mbak, ini deni, staff saya" kata pak Rizal, "kita sudah kenal pak" jawab deni, "lho kok bisa" tanya melihat deni, "dulu waktu saya di jakarta pak" jawabnya, "wah bagus kalo gitu, kamu temenin mereka makan siang ya, kebetulan saya ada kerjaan" kata pak rizal, lalu dia pergi. Padahal sudah sedekat ini, tapi entah kenapa mulutku gak bisa ngomong, "san lo kok daritadi bengong terus" tanya hendra, aku kaget bengong, "yuk kita makan siang dulu" kata deni, dia senyum padaku, kita ikut saja, sesampai di restoran deni pesen beberapa makanan "san aku pesen ikan sungai semua ya, kamu masih alergi ikan laut kan" katanya tiba tiba, aku kaget "eh iya" jawabku, hendra dan indra bingung dengan tingkahku. Sambil makan kita ngobrol ngobrol masalah kerjaan, sebenernya sih banyak hendra dan indra, kalau aku kebanyakan diem, aku masih gak nyangka bisa ketemu dia disini, ya tuhan do'aku terkabul pikirku, lalu setelah ini gimana pikirku.

Selepas makan siang kita kembali ke kantor, selepas sholat aku kembali ke ruangan meeting, hendra dan indra belum kembali, tiba tiba deni masuk ke dalam "San, apa kabar" katanya, aku menatap matanya dia tersenyum, "ba baik den, Kamu?" kataku, "baik, kamu berapa lama disini" tanya nya, "sehari, mungkin sore sudah kembali ke palembang nginep disana, terus besok balik ke jakarta"jawabku, "bentar banget" jawabnya, "kerjaannya sudah selesai" jawabku, "yakin gak ada yang mau diselesain lagi" katanya, aku bingung mau jawab apa, "yaudah kamu nginep dimana malem ini, aku kesana ya, banyak yang pengen aku bicarain" katanya, aku kasih tau dia tempat kami menginap, gak lama kita langsung berangkat ke Palembang, deni nanti nyusul katanya kalau sudah gak terlalu sibuk. Sepanjang perjalanan aku masih gak percaya dengan kejadian ini "hen, gw gak lagi mimpi kan" tiba tiba mulutku ngomong gitu "ngomong apaan sih lo, lo jadi aneh setelah ketemu mas Deni" jawabnya "tau nih santi, aneh lo, yah kita sih tau dia memang keren, kerjaannya juga bagus, tapi gak segitu juga kali, dikantor kita juga banyak" lanjut indra, "diem kalian, kalian gak tau" kataku, aku ambil hpku, aku telpon rara, "ra, gw seneng banget" teriakku, Apaan sih lo, teriak teriak" katanya ketus, "Lo tau tadi gw ketemu siapa" tanyaku, "siapa? brad pitt" tanyanya, "bukaaan, gw ketemu deni" kataku, "ah serius lo, salah orang lo" katanya, "beneran, tadi kita preentasi di tempat dia kerja" kataku semangat, "ooo, terus terus" tanya rara, "tar malem dia mau ketemu gw, gimana ya ra, gw gugup banget" kataku, "yaelah, biasa aja kali" kata rara, "gak ra, dia gak biasa" jawabku, aku cerita banyak ke rara tentang deni yang sekarang, dia dengerin semua yang aku ceritain.

Malemnya hpku bunyi, "aku sudah di lobi ya" kata deni, "iya, tunggu bentar" jawabku, gak lama aku turun dia tersenyum padaku, entah kenapa aku seperti anak kecil hari ini. "kamu sudah makan" tanyanya aku geleng, "yaudah kita makan dulu yuk, ada restoran bagus dipinggiran sungai, jadi kita bisa sekalian jalan" katanya, aku cuma bisa ngikut "kamu naik motor gak papa kan?" tanyanya, "gak papa" jawabku. Dia bonceng aku tanpa bicara, hingga kita sampai di satu restoran yang sangat bagus, lokasi persis di pinggir sungai musi, pemandangan ampera dimalam hari sangat indah. Lalu dia pesen beberapa makanan.

"kamu kemana san" tanyanya, "Maksudnya?" kataku bingung, "maksudnya kamu pindah kemana, dulu aku sempat ke rumahmu dan ke toko, tapi kata mereka kalian sudah pindah" jawabnya, "oh, kita pindah ke daerah Pondok Indah" jawabku "ooo, kamu tambah cantik san, sejak kapan pake jilbab" tanya deni, "makasih, udah lama, gak lama kamu pulang" jawabku, "gimana kabar papa sama mama" tanyanya, "mereka baik, tadi aku telpon mereka, mereka titip salam" kataku, "coba kamu bisa lebih lama" tiba tiba dia ngomong, "ehm, emang kenapa" tanyaku, "aku kangen san" katanya, aku nunduk mukaku panas, dia gak tau kalo aku juga kanget, pake banget. "jadi kamu mau aku lebih lama disini?" aku ngoomng ke deni, "yah kalo kamu gak keberatan" katannya, entah setan apa yang merasuki ku, aku ambil hp ku kucari nomor atasanku "Malam pak, maaf aku gak bisa balik ke kantor untuk beberapa hari, ada keperluan keluarga mendesak" kataku bohong, syukur boss setuju, aku ngeliat deni dia senyum, lalu dia ambil hpnya "maaf bos ganggu, besuk saya gak masuk ya, potong cuti aja, oke" katanya, "kok kamu juga gak masuk" tanyaku, "kalo aku kerja kamu disini sama siapa?" jawabnya, aku bener bener bego emoticon-Frown emoticon-Frown .

Selepas makan deni serita semuanya tentang kehidupan dia, tentang kerjaan dia, tentang kisah cinta dia, jujur aku salut sama dia, dia bener bener kuat. Selesai banyak cerita gak berasa sudah hampir jam 10 malam, dia berdiri dan melangkah menuju stage ditengah, disana sudah ada pemain keyboard, setelah bicara sebentar sama pemainnya dia bicara, "lagu ini spesial buat perempuan cantik yang disana" matanya menatap mataku.


Hubungan kita berlanjut sampai beberapa bulan kedepan dia melamarku, dan akhirnya kami menikah di bulan Januari 2013, persiapan yang sangat Mepet, namun syukur gak ada halangan apapun.
Aku bener bener hanyut, perasaan yang selama ini aku jaga alhamdulillah membuahkan hasil, pria yang sangat aku sayang berdiri disampingku sebagai suamiku, Acara diadakan di Jakarta, kebanyakan tamu yang hadir dari pihakku, sedangkan dari pihak deni hanya beberapa sahabat dekatnya, papa dan mama oca dan beberapa temen kerjanya, Oliv juga hadir ke pernikahan kamibeserta keluarganya, itu saat pertama kali aku ketemu dia, saat itu dia sedang hamil anak pertama, aku melihat deni, dia tersenyum kepada oliv dan suaminya.
Aku masih ingat saat dia melamarku "San, kamu bersedia jadi istriku, dengan segala kekurangan dan kelebihanku" katanya, saat itu airmataku menetes, dan menggangguk, bagiku pria yang berdiri didepanku adalah makhluk sempurna, aku tidak perduli masa lalunya, aku tidak perduli dengan latar belakangnya, aku hanya ingin menuju masa depan bersamanya.
AKU SAYANG KAMU.


Pegel ngetik, emoticon-Smilie emoticon-Smilie emoticon-Smilie, do'ain hubungan kita langgeng ya, sampe kakek nenek. emoticon-Stick Out Tongue emoticon-Stick Out Tongue emoticon-Stick Out Tongue

DIA DIA DIA SEMPURNA PART 70

Kembali ke acara pernikahan.
"Sah" terdengar satu kata dari penghulu nikah sesaat setelah Deni mengucapkan akad nikah.
Satu kata yang sangat berarti bagi Deni, Oliv dan gw. Satu kalimat yang menandakan bahwa oliv sah menjadi pendampingnya, Satu kata yang berarti dia hanyalah kenangan bagi gw.

Kembali gw mengingat kejadian 2 minggu lalu sebelum gw hadir di Pernikahannya, saat gw masih belum bisa melupakan kejadian di bulan Februari yang merubah semua keinginan gw, saat dimana oliv lebih memilih Deni dibanding gw.
"Pak ada paket buat Bapak" kata OB kantor gw sambil memberikan satu amplop coklat ke gw
"Terima kasih mas" jawab gw lalu menerima paket tersebut.
Gw buka paket tersebut, ada 2 buah undangan didalamnya, undangan pernikahan Hard cover berwarna biru muda, didepannya terdapat embos nama kedua calon pengantin dengan tinta berwarna emas -Oliv & Deni-, jujur saat itu perasaan gw campur aduk, ada sedikit rasa seneng dan ada juga rasa cemburu. "Ini pilihan dia" batin gw didalem hati setiap kali wajah oliv muncul di kepala gw.
Dan satu undangan lagi ditujukan untuk Andi.

Siang harinya gw menerima panggilan telphone, gw liat dilayar hp gw -Oliv-,
"yah halo" angkat gw
"halo den" suaranya terdengar diujung telepon
"ya liv, knapa" jawab gw sebiasa mungkin, padahal didalem hati gw sangat rindu denger suara dia
"kamu sudah terima paket kiriman ku" katanya
"udah liv, satu buatku satu buat andi" kata gw
"kamu dateng ya?" kata oliv
"yah nanti diusahain ya" jawab gw
"pliss den, dateng ya" paksa oliv
"nanti aku atur jadwalnya" kata gw
"kamu ajak emak sama adik2 juga ya" kata oliv
"kalau mereka gak sibuk liv" kata gw
"plis den, aku gak mau berakhir gini den" katanya
"berakhir gimana liv, kan ini keputusan kamu" kata gw
"Yah tapi gak harus gini, walau hubungan kita gak sesuai dengan yang kita harapkan paling tidak kita masih bisa jadi keluarga den" katanya
"iya liv, keluargamu sudah jadi kelurgaku, sudah sejak awal aku kenal kamu" kata gw
Dia diam sejenak, lalu dia kembali bujuk gw untuk datang, lalu dia jelasin perihal rencana pemnjemputan gw sama keluarga nanti di jogja.

Gw langsung telpon emak setelah itu, gw cerita perihal undangan oliv
"gimana mak, kita datang gak" kata gw
"yah terserah kamu, klo saran emak sih datang nak, sekalian silaturahmi.
"Yaudah mak, nanti deni cari tiketnya dulu" kata gw, setelah selesai gw langsung kabari andi perihal undangan oliv
"Lo dateng gak den?" kata andi (gw sudah cerita tentang kejadian oliv lebih milih Deni)
"kayaknya dateng ndi" kata gw
"yakin lo mau dateng, emang lo sudah ikhlas" kata andi
"yakin ndi, insha allah ikhlas ndi, mau gimana lagi ini keputusan dia" kata gw
"Oke, klo lo berangkat gw berangkat, tapi gw ajak siska ya" kata andi
"yah terserah lo" kata gw
setelah lanjut kepercakapan ringan sama andi gw tutup teleponnya.

Februari 2012
Gw lagi di Jakarta, kebetulan ada tugas dari kantor, setelah kasih tau oliv kalo gw lagi dijakarta dia sangat semangat buat ketemu gw. Kita janjian ketemu pas makan malem, "mau makan dimana" tanya gw gak lama setelah dia dateng ke tempat gw nginep
"yang deket deket sini aja yuk, lagi males bawa mobil, macet" katanya, gw setuju aja.
"kamu sudah bicara sama emak?" kta oliv
"sudah" jawab gw singkat
"terus gimana" lanjut oliv
"emak sih gak pernah ada masalah" kata gw
"terus kapan emak mau kerumah" lanjut oliv
"yah secepatnya liv, klo gak bulan 3 ya bulan 4, adik2 belum bisa ditinggal" kata gw
"ooo, sip kalo gitu" katanya
lagi asik makan hp oliv berbunyi, oliv liat siapa yang telephone lalu di reject, lalu bunyi lagi, terus direject lagi,
"siapa?" kata gw
"gak penting" kata oliv
"Deni" tanya gw
Dia ngangguk, "emang dia masih suka nelpon" tanya gw
"sering banget" kata oliv
"kamu angkat" kata gw
"nggak, males" kata oliv
"aku boleh tanya liv" kata gw
"boleh dong" kata oliv
"berapa lama kamu pacaran sama dia" tanya gw
"bisa gak jangan bahas dia" kata oliv
"aku perlu tau liv" tanya gw, dia diem sejenak
"5 Tahun" jawabnya singkat
"sejak kapan" kata gw
"SMA kelas 3" jawab oliv
"terus alesan kalian bubar kenapa" tanya gw
"Yah karena dia gak mau nerima aku kerja disini" kata oliv
"kamu yakin cuma itu, kalian sudah pacaran 5 tahun masa cuma gara gara ini aja sampe putus" tanya gw agak curiga, dia diem aja sambil geleng kepala
"kamu jujur kan liv" kata gw sambil natap matanya, dia natap mata gw, entah kenapa perasaan gw bilang kalo dia belum jujur sama gw.
"iya yank, udah ah jangan bahas dia lagi" kata oliv, dia langsung coba ganti topik, gw cuma diem saat itu.
Entah berapa lama kita sama sama diem, sampai akhirnya oliv ngomong "ok aku akan jujur, tapi kamu gak akan marah kan?" kata oliv,
"kalo kamu masih belum mau cerita juga gak papa" kata gw
"yaudah aku akan jujur, sebenernya kita memang sempat ribut saat dia tau aku akan kerja di jakarta, tapi gak sampe putus" kata oliv
"lalu" lanjut gw,
"yah gitu, aku bener bene kesel sama dia, alesan dia gak mau aku kerja dijakarta karena takut aku kenapa - napa, aku kan sudah dewasa, dia selalu perlakuin aku kayak anak kecil, aku gak suka" kata oliv "aku marah, relationship di fb aku buat single, aku gak angkat -angkat telpon dia" lanjutnya
"terus, putus?" kata gw, dia geleng
"sampe saat itu" katanya, gw natap matanya, dia gak mau natap gw
"sampe kamu ketemu lagi sama aku" tebak gw, dia manggut.
"sampe saat aku ketemu kamu lagi malem itu, aku baru bener bener bisa putusin dia" kata oliv
"kamu jahat banget liv" kata gw
"maafin aku yank" kata oliv
"kamu harusnya minta maaf sama dia, bukan sama aku" jawab gw
"5 tahun kalian pacaran, terus kamu ninggalin dia cuma karena aku" kata gw agak keras
"tapi itu karena aku bener bener sayang sama kamu den" kata oliv
Gw diem aja, gw putusin untuk balik, sepanjang perjalanan kita hanya diem, sampai dikamar gw merenung, apa yang harus gw lakuin gw bener bener merasa bersalah sama dia, gw ambil hp gw, gw sudah ada nomor deni, gw putar nomornya, gak lama diangkat.
"halo" katanya diujung
"halo den, ini gw deni" kata gw, dia diem beberapa saat
"eh ada apa? tanya nya
"lo dimana?" tanya gw
"gw dijakarta" jawab dia
"kata oliv lo masih di jogja" tanya gw
"sudah sebulan ini gw disini" jawabnya
"bagus kalo lo dijakarta, lo ada waktu? gw pengen ngomong penting" kata gw
"bisa kapan?" tanya dia, gw liat jam tangan masih pukul 10 malem
"sekarang bisa, lo bisa ketempat gw, gw nginep di hotel santika" jawab gw, dia menyanggupi.

Sekitar 30 menit gw nunggu dia, dan akhirnya hp gw berdering, gw angkat
"gw sudah di lobi" katanya
"oke, gw turun" kata gw, gw langsung turun dia duduk dilobi, setelah sampai gw jabat tangan dia. stelah basa basi sebentar
"bisa ngomongnya diluar sana" kata gw sambil nunjuk pelataran parkir, dia manggut, kita jalan kearah tersebut.
"ada apa" katanya serius
"gw cuma mau tanya perasaan lo ke oliv" kata gw
"denger ya, sampai kapanpun perasaan gw ke oliv tetep akan sama" katanya rada kenceng
"weeiis, sabar bro, gw cuma nanya baik2" kata gw
"ini semua salah lo, kenapa lo harus muncul sekarang, saat semuanya sudah matang" lanjutnya
"suara lo bisa kecil gak, gw mau ngomong baik baik, klo lo gak bisa diajak ngomong bener mendingan lo balik sono" kata gw, dia agak malu setelah gw ngomong gitu
"sumpah gw gak tau kalo kalian masih berhubungan saat itu, saat gw ketemu dia, dia bilang sudah putus sama lo" kata gw
"Lo gak usah banyak alasan, gw tau lo memang suka dia dari awal lo kenal, lo mau ngerebut dia kan" katanya nyolot
"santai kampret, gak usah bentak bentak" kata gw keras, dia kayak gak terima, alhasil satu pukulan telak gw mendarat dirahangnya, otomatis dia langsung goyang dan terkapar.
"lo yang maksa gw ya" kata gw, "perlu lo tau ya, gw memang sudah lama sayang sama dia, tapi gw gak ada maksud ngerebut dia dari lo" kata gw, dia diem saat itu, entah karena telinga mampu nangkep apa yang gw sampein atau otaknya masih goyang karena pukulan gw.

"gw bener - bener sayang dia" katanya tiba - tiba agak terbata-bata, suaranya terdengar seperti nangis, tapi gw gak bisa pastiin saat itu, kondisi gelap dan dia nunduk.
"plis den, jangan rebut dia, gw bener bener sayang dia" lanjutnya
"gw tau lo cinta pertamanya, dia cerita semua tentang lo, tapi gw gak rela klo dia ninggalin gw" katanya
"dan gw juga tau kalo sebenernya dia juga sayang gw, saat hubungan kita sudah mulai baik, tiba tiba lo muncul" kata dia
"gw gak terima den, gw gak terima lo rebut dia" katanya
"denger den, gw gak ada maksud buat rebut dia, gw bener2 gak tau kalo lo masih berhubungan" kata gw
"Jujur gw juga gak akan lepasin dia ke lo gitu aja den" kata gw
"gw juga sayang sama dia" kata gw
"terus lo maunya gimana, mau duel sama gw, gw siap den, gw rela mati buat dia" katanya
"lo jangan bego den, masih banyak perempuan lain" kata gw
"gak den, buat dia gw rela apa aja, karena dia pantes buat diprejuangin" katanya berdiri.
"udah gak perlu gitu den, gw sudah tau perasaan lo ke dia, tapi gw gak bisa lepasin gitu aja den" kata gw
"Artinya bener kita harus duel disini" katanya dengan langkah yang masih limbung
"gak perlu den, oke gw akan kasih lo kesempatan ngomong ke oliv, dia yang akan nentuin, tapi inget apapun keputusannya lo harus terima" kata gw, dia mikir sebentar
"dia gak bakal milih gw sialan, gw tau dia pasti milih lo" katanya
"gw tau oliv den, dia pasti bisa mutusin yang mana terbaik buat dia" kata gw, dia diem saat itu, seperti sibuk berpikir
"ini kesempatan lo terakhir den, gw gak bisa bantu lebih" kata gw, walau didalam hati gw sebenernya sakit.
Dia diem sebentar, lalu dia setuju dengan saran gw
"oke kalo lo setuju, besok gw minta oliv kesini jam 7 malem" kata gw
"oke" katanya lalu dia pergi.

Besoknya gw janjian sama oliv buat ketemu jam 7, dia gak tau kalo gw ngajak deni.
Jam 7 kurang dia sudah di lobi hotel, gw ajak dia keluar cari tempat makan enak yang memang gw sudah tentuin.
Setelah sampe dia langsung pesen makan
"aku laper banget" katanya
"liv, ada yang mau ketemu kamu" kata gw
"plis, lo jangan marah, dan lo harus temui" lanjut gw, oliv tampak bingung ketika deni sudah berdiri disamping dia
"lo ngapain kesini" kata oliv
"denger liv, aku yang minta dia kesini, aku sudah denger semua cerita dia, jujur aku gak bisa lanjutin hubungan kita kalo kamu gak selesain dulu masalah kamu sama dia" kata gw
"oke den, lo duduk disini" tunjuk gw ke kursi kosong disamping gw, dia duduk, dia natap oliv, oliv gak mau natap dia
"oke, silakan kalian bicara, aku tunggu disana" katanya sambil nunjuk satu pojokan, sepertinya oliv gak setuju sama ide gw, dia ngeliatin gw, gw cuma senyum.

Entah apa yang mereka bicarakan, gw cuma bisa liat dari kejauhan, kebanyakan deni yang bicara, gw liat beberapa kali oliv senyum, ada rasa kekhawatiran dalam hati gw, gw takut kalo oliv lebih milih deni dibanding gw, tapi itu sudah keputusan gw, apapun yang diputuskan oliv gw harus terima. Dari pembicaraan gw ke deni malam sebelumnya gw tau dia bener bener sayang oliv, lalu entah kenapa beberapa bulan ini gw merasa ada yang beda dengan oliv, oliv gak seperti oliv yang dulu gw pertama kenal. atau mungkin beberapa bulan ini oliv juga belum bisa lupain deni jadi sikap dia ada yang berubah.
Masih dari pojokan gw liat Deni megang tangan oliv, gw juga liat oliv merespon gerakan itu, mereka sudah tertawa bareng, deni ngeliat kearah gw, pertanda mereka sudah selesai. gw berjalan ke arah mereka.
"jadi kamu sudah mutusin liv" tanya gw sambil natap matanya, dia menunduk, entah apa sebabnya dia menangis, gw sudah tau jawabannya, dia nangis tersedu-sedu sampai gak sanggup ngomong.
Gw ngeliat deni, dia tersenyum
"makasih ya den, lo sudah kasih gw kesempatan" katanya, gw cuma bales senyum singkat
Entah kenapa, walaupun jujur gw ikhlas tapi nafas gw bener bener sesak, kaki gw bergetar.
"maafin aku yank" katanya
"gak perlu liv, selama beberapa bulan ini aku juga merasa kamu beda liv, setelah denger cerita deni semalem aku sadar kalo kamu gak sesayang dulu ke aku" kata gw, dia nunduk.
"yaudah, kalian lanjutin disini, aku mau balik ke hotel" kata gw singkat, tanpa denger apapun dari mereka gw langsung pergi. Sesampai di hotel gw liat hp ada beberapa kali misscall, dan ada beberapa sms, gw sempet liat satu sms
"Yank, angkat" isi sms oliv
Gw gak mau baca, ada rasa benci ke oliv, tapi ini kan salah gw, kenapa gw kasih waktu ke deni.

Sampai seminggu kemudian gw kembali buka inbox hp gw, ada beberapa pesen dari temen kerja, dan ada mungkin 40sms dari oliv, gw coba buka satu persatu isinya cuma
"angkat plis" atau "maafin aku" atau "plis maafin aku" sampai pada sms terkahir yang beda, kata katanya panjang.
"Mungkin ini pesen terakhirku ke kamu, gak bosen aku mau minta maaf ke kamu, aku bener bener egois maafin aku, kamu datang saat aku sedang labil, kamu datang dengan membawa kembali kenangan kenangan kita, kamu membuatku buta, buta akan kasih sayang yang selama ini aku terima dari dia, maafin aku den. Jujur aku sayang sama kamu, dan kamu juga tau sebesar apa sayangku ke kamu, sayangku ke kamu lebih besar dari sayangku ke dia, tapi aku gak bisa sia siain seseorang yang jauh lebih sayang sama aku, 5 tahun kami pacaran mungkin hanya tahun terakhir yang aku jalani sama dia tanpa ngebayangin dia adalah kamu, dan dia tau itu, dan dia nerima itu. Maaf aku gak bisa milih kamu, selamanya aku akan sayang kamu"
Gw baca pesennya beberapa kali, akhirnya gw tekan tombol panggil
gak lama diangkat
"akhirnya kamu mau ngomong sama aku" kata oliv
"maafin aku ya yank" katanya
"gak perlu liv, aku yang salah" kata gw
"gak yank, aku yang salah, dari awal aku yang salah, aku gak bisa pegang janji aku ke kamu 2 kali malah, mungkin kalau aku gak buka hati aku ke orang lain kejadiannya gak kayak gini" katanya
"sudah liv, semua tuhan yang tentuin, manusia hanya bisa berencana" kata gw
"aku bener bener bersyukur bisa kenal sama kamu, sama kamu aku bisa tau artinya sayang, sama kamu aku bisa tau artinya pengorbanan" kata oliv
"aku juga liv" kata gw
"aku akan tetep sayang kamu yank" kata oliv "Kamu?" tanyanya
"aku tetep pegang janjiku sama kamu dibandara saat kamu mau pindah, aku akan selalu sayang kamu, apapun yang terjadi" kata gw, dia diem, terdengar isak dari ujung telepon.
"udah kamu gak usah nangis, kamu pantes dapat yang lebih baik dari aku" kata gw
"makasih ya yank, makasih sudah ngisi hidupku" katanya masih terbata - bata
"aku juga makasih ya" kata gw

Kembali ke Juni 2012
Ketika kita antri untuk mengucapkan selamat, gw berbaris dibelakang emak dan adik adik gw dibelakang gw diikuti oleh andi dan siska.
Emak bersalaman sama orang tua oliv, ketika gw menjabat tangan papa oliv dia meluk gw dengan erat
"kamu hebat nak, papa bangga sama kamu" bisiknya ditelinga gw (papa oliv gak mau dipanggil om lagi, walau gw gagal jadi menantunya, tapi dia sudah nganggep gw anak sendiri)
"terima kasih pa" kata gw
"Den, kamu cepet nyusul ya" kata mama oliv
"do'ain ma" kata gw, dia tersenyum
Pas gw bersalaman sama deni dia meluk gw
"Makasih den, atas semua pengormanan lo" katanya
"lo pantes dapet oliv" kata gw "dan sorry" lanjut gw sambil nunjuk ke arah rahang dia tersenyum
Ketika gw ke tempat oliv, dia langsung meluk gw, air matanya sudah gak bisa ditahan, dibener bener tersedu sedu, gak bisa ngomong.
"Sudah jangan nangis, tar make upnya luntur, jelek fotonya" kata, dia coba senyum, sambil mukul tangan gw

Setelah resepsi, sesuai janji, gw ajak adik gw jalan jalan.
Entah kenapa setelah ini hati gw bukan sedih tapi sangat lega, seperti ada beban berat di pundah gw yang lepas, sambil jalan gw pandangi cincin pemberian oliv, sesuai janji gw, gw gak akan lepas.


Untuk part berikutnya, ada sedikit kejutan, karena yang cerita bukan ane. heheheee..

DIA DIA DIA SEMPURNA PART 69

Esok harinya oliv kembali ngajakin gw keliling kota jogja, sekalian cari oleh oleh buat keluarga.
"yank, nanti kalo kita nikah disini aja ya" kata oliv
"gak janji" jawab gw
"lho emang kenapa?" tanya oliv "kamu gak mau ya nikah sama aku"
"bukan gitu liv, aku mesti tanya emak dulu" jawab gw
"emak pasti setuju, apa perlu aku ngomong ke emak langsung" katanya lagi
"iyaa tau, tapi kalo disini persiapannya gimana" tanya gw
"gampang, kemarin kemarin juga pas kakak2ku nikah semuanya disini, padahal istri-istri mereka juga jauh jauh tinggalnya, kamu taunya beres aja, oke sayang" jawab oliv "stop, gak usah komentar" katanya cepet pas mulut gw baru mau ngomong.
Gw cuma bisa diem aja, entah kenapa gw kembali keinget oca, mungkin makamnya juga belum kering masa gw sudah kepikiran untuk nikah.

"emang kamu yakin mau nikah sama aku liv" tanya gw
"kok kamu ngomong gitu? 10 tahun yank, 10 tahun aku nungguin saat - saat ini, kalo dulu mungkin kamu banyak yang dipikirin, mikirin dirimu, adik2mu, emak. Lalu masih banyak juga yang harus kamu kejer. Tapi sekarang apa yang kamu kejer sudah kamu dapet yank, terus kamu mau nunggu sampe kapan" katanya
"aku gak tau liv, aku masih kepikiran sama oca" jawab gw jujur
"mau sampe kapan yank" katanya, gw cuma ngegeleng
"aku ngerti kondisi kamu yank, aku ngerti kalo kamu masih gak bisa lupain oca, tapi mau sampai kapan yank" katanya sambil jari jarinya megang jari jari tangan gw, gw cuma senyum
"kasih aku waktu sedikit lagi ya liv" kata gw sambil natap matanya, dia senyum ke gw
"iyah" katanya singkat "tapi jangan sampai bertahun tahun ya, nanti aku jadi perawan tua" lanjutnya.
"kalo gak mau jadi perawan tua, sini tak perawani dulu" kata gw becanda, tangannya langsung jitak palak gw
"sialan, nikahin belom sudah mau merawanin" katanya, gw cuma nyengir.

Sepanjang jalan oliv nyerocos ngebahas perihal pernikahan, dia mau pake baju apa, gw harus gimana, dan banyak lain-lain, gw cuma jadi pendengar setia.
Malemnya keluarga oliv ngajakin makan malem bareng di salah satu restoran di jogja, bukan dengan seluruh keluarganya, cuma oliv, papanya sama mamanya. Sambil ngobrol - ngobrol santai, diselingi iringan home band yang memang disediain di restoran tersebut.
"Pah, deni suaranya bagus lo pa" kata oliv ke papanya, gw sudah nangkep maksudnya oliv.
"wah serius den, yaudah nyanyi dulu sana, dikeluarga kami semua laki laki wajib bisa nyanyi" kata papanya sambil nyengir.
"ah nggak om, biasa aja, jelek om" jawab gw
"sudah gak usah alasan, sudah sana nyanyi, perintah" katanya sambil tertawa, gw gak bisa nolak, gw langsung naik ke atas panggung, setelah pilih pilih lagu dari daftar buku lagu mereka, gw pilih satu yang pas, yang gak terlalu tinggi nadanya.

"wah boleh juga kamu den" kata papa oliv, dia gak mau kalah diapun langsung menuju panggung, jujur gw gak dengerin papanya nyanyi apaan, konsentrasi gw terpecah, karena pandangan mata oliv ke gw, dia tersenyum ke gw "makasih ya yank lagunya" kata oliv, gw cuma terenyum.
Selesai papanya nyanyi, yang entah sudah lagu keberapa dia balik ke tempat kita.
"papa kalo sudah nyanyi lupa sama keluarga" kata mama oliv, papanya ketawa
"ah mama, dulu juga mama sampai nikah sama papa gara - gara papa nyanyiin lagu" katanya tertawa, mama oliv cuma senyum
"jadi gimana kalian? kapan mau diseriusin" kata papa oliv
"ih papa kok nanyanya gitu" kata oliv malu
"udah anak perempuan diem, ini pembicaraan laki laki" kata papa oliv, oliv nunduk malu malu
"Kebetulan om sudah tanya duluan, sebenernya rencana saya setelah makan ini saya baru mau bicara om" kata gw senyum, papa oca merhatiin gw dengan serius
"Mungkin ini agak kurang sopan om, karena suasananya seperti ini, seharusnya saya bawa orang tua saya kesini dan orang tua saya yang bicara sama om, tapi karena kebetulan saya ada disini dan juga saya juga berpikir tidak bagus juga kalo di undur lebih lama. Kalau om dan tante tidak keberata saya ingin melamar Oliv untuk jadi istri saya" kata gw mantap, gw lirik oliv senyum tersipu.
"wah bagus itu, saya sudah tau kamu akan ngomong itu, kalau saya dan istri sih gak pernah ada masalah, toh kalian juga sudah kenal lama, kita juga sudah kenal, saya tau siapa kamu, yah walau saya juga suka denger kalo kamu suka berkelahi itu gak masalah, itulah laki laki" katanya ketawa
"jadi papa setuju" kata oliv langsung motong,
"kalo papa sih seyuju kalo kamu setuju, kamu setuju gak" tanyanya ke oliv, dia manggut cepet banget sambil senyum
"ati - ati copot tu kepala" kata papa oliv tertawa
"Kamu denger kan den, kami sudah setuju, tinggal kapan kamu mau bawa orang tuamu kesini, biar kita orang tua yang bicara selanjutnya" katanya
"secepatnya om, saya akan bicara ke emak dulu, nanti saya akan kabari kalo sudah pasti" kata gw
"bagus kalo gitu" jawabnya
Setelah percakapan itu, kita langsung pulang ke rumah oliv, karena besoknya gw sudah harus balik ke Palembang, gw langsung istirahat sambil packing packing barang.

Keesokan paginya, gw sudah siap kembali ke Palembang, oliv masuk ke kamar gw, dia juga sudah siap.
"makasih ya yank semalem kamu sudah ngomong ke papa" kata oliv
"iya" jawab gw singkat
"aku seneng banget hari ini" kata oliv senyum, terus rebahan di ranjang.
"Kamu tau yank, aku sudah nunggu kamu ngomong gitu sudah lama banget" kata oliv, gw tersenyum.
Gw lagi sibuk masukin barang - barang tiba tiba mama oliv masuk, "Liv, ada tamu tuh" kata mamanya
Oliv langsung duduk "siapa mah" kata oliv
"Deni" jawab mama nya, blesss hati gw langsung drop, nafas gw terada sesak, bukan karena asma gw kumat.
"ngapain dia kesini ma, aku gak mau ketemu, bilang aja aku sudah pulang ke jakarta" kata oliv
"gak boleh gitu, temui dulu aja, ajak deni sekalian, kenalin ke dia" kata mamanya, mamanya gak tau kalo gw sudah kenal sama deni.
"Males ah mah, males banget" kata oliv
"ih gak boleh gitu liv" kata mamanya agak keras, dengan sangat sungkan oliv berdiri, dia kasih tangannya ke gw "hayuk ikut" ajak oliv, gw awalnya males tapi karena oliv maksa gw nurut juga, kita langsung jalan menuju ruang tamu. Tiba diruang tamu gw liat deni lagi duduk, liat kita dateng dia langsung berdiri gw deketi dia, gw ajak salaman, dia nyambut tangan gw, oliv langsung duduk di sofa, mukanya cemberut.
"ngapain lo kesini" kata oliv jutek
"gw cuma mau ngomong sama lo liv" kata deni, matanya ngelirik gw, sepertinya dia gak nyaman dengan ada gw disini.
"yah ngomong aja, gw juga sudah disini kok" kata oliv tanpa natap muka deni
"Liv, gw mau minta maaf sama lo" kata deni "gw mau kita kayak dulu lagi" lanjutnya
"gw udah tunangan sama deni" kata oliv "semalem dia sudah ngomong ke papa, papa sudah setuju, jadi jangan harap" kata oliv, gw liat deni agak shock denger kata kata oliv, dia ngeliat gw, gw cuma ngangguk yang artinya gw membenarkan apa yang oliv sampein.
"lo gak mau kasih gw kesempatan lagi liv" katanya
"Enggak" dengan wajah cemberut, lalu oliv berdiri dan masuk kembali kekamar.
"sorry den, gw gak tau" kata gw, dia cuma diem aja, gak lama darisitu dia langsung berdiri dan pergi. Gw kasian liat dia, sepertinya dia bener bener terpukul.
Gw kembali ke kamar, gw liar oliv duduk di ranjang mukanya masih cemberut, gw gak mau ganggu gw kembali sibuk sama barang barang gw.
"tadi kok kamu gak ngomong ke dia" kata oliv tiba tiba
"ngomong apaan?" tanya gw bingung
"ngomong apa aja kek, aku mau kamu belain aku" katanya
"aku gak enak liv, kan ini urusan kalian" kata gw
"seenggaknya bilang jangan ganggu oliv lagi ke dia" jawab oliv, gw diem sejenak
"yaudah, mana nomor hp nya, biar aku ngomong atau aku langsung temui dia" kata gw, oliv diem sebentar seperti mikir, lalu dia ngeluarin hpnya
"nih" katanya, panggilan sudah tersambung
gw tunggu beberapa saat akhirnya diangkat
"gw tau lo bakal nelpon gw liv" kata deni begitu panggilan masuk
"sorry ini gw, gw cuma mau ngomong sama lo, tolong lo gak usah ganggu oliv lagi, kita sudah mau nikah" kata gw, dia diem beberapa saat
"gw gak akan lepasi oliv" kata dia tiba tiba
"yah terserah lo, itu hak lo, tapi tadi kan lo denger sendiri apa kata oliv" jawab gw
"gw tau oliv lebih banyak dari lo, gw tau oliv masih sayang sama gw" katanya
"yah terserah lo, tapi lo perlu tau, kalo sampai terjadi apa apa sama dia, gw tau lo dimana" ancam gw, lalu gw langsung putus teleponnya
"tuh udah kan" kata gw, oliv pun senyum
"Dia ngomong apa aja" kata oliv
"dia bilang gak akan lepasin kamu gitu aja" jawab gw, oliv diem aja
"yaudah packing sana, udah siang, tar telat" kata gw, oliv senyum, terus langsung packing barang - barang dia.
Gw dan oliv balik bareng, dia balik ke jakarta dan gw terus dan setelah transit langsung ke palembang.
Sepanjang perjalanan gw lagi mikirin tentang sikapnya deni tadi. Sebesar itukah cinta deni, sampe dia gak bakal ngelepasin oliv.
Gw menghela nafas, semua tergantung oliv pikir gw.

DIA DIA DIA SEMPURNA PART 68

"Syah" satu kata yang sangat berarti bagi gw, gw tersenyum. Gw kembali mengingat kejadian di Bulan November 2011, dimana pertemuan kembali gw sama Oliv di Jakarta.

BACK Ke November 2011.
Setelah pertemuan gw dengan Oliv di Jakarta, hubungan gw dengannya terbilang sangat Intens, hal iin menyebabkan gw sedikit bisa melupakan kepergian Oca didalem hati gw berpikir Do'a Oca terkabul, gw gak perlu nyariin oliv, tuhan yang mepertemukan kita diwaktu dan tempat yang gak pernah kita kira, rencanan tuhan memang sempurna.

Setiap hari kita selalu komunikasi baik itu via telpon, sms ataupun open cam. Gak berasa sudah mau masuk akhir tahun.
"Yank kita akhir tahun liburan bareng yuk" pinta oliv
"Kemana liv" jawab gw
"Kalo ke jogja aja gimana" pintanya
"yah itu sama aja nganter kamu pulang kampung" jawab gw
"ihh, gak papa kali, sekalian kan" katanya
"yaudah, nanti aku atur jadwalnya" kata gw
"yeyeyeyee, asik" kata oliv manja kayak anak kecil.
"jangan seneng dulu, kalo jadwalnya gak ada gimana" kata gw
"yah gak mau tau, pokoknya harus" katanya maksa
"kamu gak berubah ya, klo sudah maksa" kata gw
Dia tertawa, percakapan kita berlanjut dari rencana nanti pas liburan nanti, dia nyerocos semaunya dia, gw cuma bisa mengiyakan.

Kebetulan saat itu tanggal 31 Desember di Hari sabtu, jadi gw hanya perlu nambah cuti dua hari di tanggal 2-3 Januari saja. Tanggal 30 Gw berangkat ke Jakarta Pakai penerbangan terakhir. Sampai di Bandara Oliv sudah nunggu gw di pintu kedatangan, dia tersenyum sangat cantik, dengan rambut terurai, kacamata kecil yang selalu dia pakai, paduan jeans dan cardigan biru muda yang dia pakai membuat dia terlihat bertambah canti.
"Hai yank, aku kangen" katanya langsung meluk gw, karena tingginya gak kayak gw jadi dia meluk pinggan gw.
"udah ah malu" jawab gw
"bodo' " jawabnya manja
kita jalan ke Parkiran sambil dia gak pernah ngelepas rangkulan tanggannya dipinggan gw.
"yank, kamu cuma bawa barang segini" katanya sambil ngeliat ransel gw yang gak terlalu besar
"iya, ngapain banyak-banyak repot" kata gw "eh kita kemana nih" tanya gw
"kita nginep di hotel deket sini aja ya, soalnya besok kan kita penerbangan pagi, klo balik ke rumah takutnya telat" kata oliv, gw manggut aja. Karena memang tiket kita untuk ke jogja pake penerbangan pertama.

Perjalanan ke hotel gak terlalu jauh, karena lokasinya memang sangat dekat dengan bandara
"aku biasanya nginep disini yank" kata oliv
"sama siapa hayo" tanya gw
"yeee, sendiri la yank, aku suka bangun kesiangan jadi klo mau ke jogja ya harus kayak gini" katanya
"dasar kebo" canda gw
Sesampainya di lobi hotel kita langsung ke resepsionis,
"Mbak, saya sudah book atas nama oliv" kata oliv
"Mohon ditunggu sebentar ya bu" jawab resepsionis perempuan "ada bu, atas nama oliv untuk satu malam" katanya
"tapi mohon maaf bu, untuk twin bed nya sudah full jadi yang tersisa tinggal satu king bed, bagaimana" tanya resepsionis, waduh kacau nih pikir gw, gak mungkin kita seranjang.
"yaudah mbak gak papa" senyum oliv, gw colek dia, oliv senyum
"Maaf mbak, ada kamar lain yang kosong" sela gw
"maaf Pak untuk saat ini seluruh kamar sudah penuh" jawabnya, mampus gw.
"yaudah mbak gak papa satu kamar aja" lanjut oliv, dia kembali senyum ke gw, setelah menerima kunci kita langsung menuju kamar.

"Kamu ngapain yank pake acara mau pesen kamar satu lagi" kata oliv
"yah liv, kita belum nikah, takut gw" jawab gw
"takut apaan, bukannya juga sudah pernah seranjang kita" jawab oliv senyum
"dulu itu bertiga liv, dan gw lagi sakit" kata gw
"terus sekarang kenapa, lagian ya yank, kamu jangan ke Geeran ya, kamu tidur di sofa aku diranjang" kata oliv sambil njulurkan lidah, gw cuma bisa diem.

"nih bantal, tu sofa kamu tidur disana" kata oliv, gw cuma bisa nurut
"mukanya gak usah gitu juga kali, kalo gak mau yaudah sini" kata oliv senyum sambil nyuruh gw naik ke ranjang
"ogah" jawab gw sambil berbaring miring membelakangi dia
"yeee, gitu doang ngambek, yaudah klo gak mau" katanya
Karena memang gw sudah sangat capek, gw langsung terlelap dan gak berasa alarm HP gw bunyi pertanda sudah masuk subuh.
Gw bangun, gw natap wajah oliv yang lagi tidur, dia tidur sangat nyenyak. Gw coba bangunin dia
"liv, bangun liv, subuhan" kata gw, dia masih gak bergeming,gw goyang - goyang badannya akhirnya dia sedikit buka matanya
"subuhan yuk" ajak gw, dia gak jawab dia cuma menyilangkan kedua telunjuknya yang artinya dia sedang ada tamu bulanan.

Paginya setelah sarapan kita langsung ke bandara, gak lama nunggu kita pangsung terbang ke jogja, sepanjang perjalanan oliv asik cerita sama gw
"kamu kok gak ada diemnya ya liv" kata gw
"hehehee" dia nyengir "aku pengen bayar waktu kita yang terbuang pas aku pindah yank, jadi aku pengen puas - puasin cerita semuanya" kata oliv senyum
"oooo" jawab gw singkat
"kenapa, kamu bosen" kata oliv cemberut
"bukan gitu liv, kesian sama yang ini" bisik gw sambil nunjuk penumpang disebelah gw (kebetulan gw duduk ditengah dan oliv dijendela) matanya antara mau mejem atau melek dengan mulup mangap. Oliv tersenyum sambil nutup mulutnya.

Sesampainya di Bandara kita dijemput oleh Ajudan Papanya oliv
"maaf mbak, Bapak gak bisa jemput karena sedang ada kerjaan" katanya
"iya pak gak papa" katanya, kita langsung masu ke mobil
"kamu yakin aku gak papa nginep dirumahmu" kata gw
"gak papa kali yank, lagian semua orang rumah kenal sama kamu" katanya
"kan gak pernah nginep juga kali liv" kata gw
"gak papa, tenang aja" katanya
Sesampai dirumah oliv, kita langsung disambut mama nya. Oliv meluk mamanya, gw salim ke mama nya.
"wah kamu berubah ya den, lebih gagah" kata mama nya
"ah gak seberapa kok tante, tante malah tambah cantik" canda gw
"cantikan mana sama aku" sela oliv
"cantikan tante lah" jawab gw,
"iya cantikan mama, klo aku kan cantik banget" katanya, gw cuma senyum
"yaudah ah masuk" ajak mama oliv
"liv, kamu anter gih deni ke kamar Rangga" kata mama oliv
"emangnya rangga nya gak ada tan" kata gw
"dia setelah nikah tinggal sama keluarganya di Magelang, palingan kesini sebulan sekali jadi kamarnya kosong, kamu bisa pake" kata mama oliv
"oo gitu, terima kasih banyak nih tan, jadi ngerepotin" kata gw
"jangan sungkan sungkan den, kamu sudah kayak keluarga sendiri" kata mama oliv

Setelah masukin ransel gw ke kamar, oliv manggil gw, "yuk jalan" katanya
"sekarang" kata gw
"yah kapan lagi, kan kamu gak lama disini" jawab oliv, gw langsung siap siap
"kita naik motor aja ya, repot bawa mobil" kata oliv
"emang ada" kata gw
"ada, tadi aku sudah pinjem motornya mas sugeng" katanya (mas sugen itu tukang kebunya oliv, dia dan istrinya kerja dirumah oliv)
"oo yuk" kata gw, setelah dia duduk dibelakang "kemana" tanya gw
"Gunung kidul" jawab oliv
"emang ada apaan disana" tanya gw, karena gw sama sekali gak pernah kesini.
"banyak sayang, banyak pantai yang bagus, terus banyak gua - gua yang keren" jawab oliv

Jarak Jogja - gunung kidul lumayan jauh hampir 40km lebih, sekitar 40menit kita sampai, sepanjang hari sampai kita main dipantai, pantai - pantainya memang indah, sorenya kita menelusuri gua yang ada disana.
Malem sekitar jam 8 kita balik ke rumah, dirumah sudah ada papa oliv, gw ngobrol sama papa oliv, dia banyak menanyakan tentang kerjaan gw, tentang keseharian gw sampai akhirnya oliv nimbrung.
"Pah, mau sampai kapan ngobrolnya" kata oliv manyun "Oliv ngajak deni kesini buat liburan, bukan buat nyariin temen papa ngobrol" lanjut oliv
"kamu ya, kan papa sudah lama gak ketemu deni, banyak yang pengen di omongin" jawab papa oliv
"bodo' ah, yuk yank kita jalan, kita ke alun alun yuk, liat kembang api" ajak oliv, gw liat ke papa oliv, dan dia senyum sambil manggut itu kode kalau papanya ngizinin
"kami pergi dulu om" kata gw
"yaudah hati - hati,jalannya macet" jawab papa oliv

Kita langsung jalan ke alun alun, dia ngajakin gw keliling, maen sepeda tandem, mobil gowes dan macem macem.
"nih kata oliv" sambil ngasih sapu tangan ke gw "tutup mata pake ini, terus jalan kesana lewati beringin itu" kata oliv, ini nginetin gw pas gw dulu ngeliat oliv lagi sama pacarnya, hal yang membuat suasana hati gw lagi drop, pikiran gw sudah macem macem, jangan jangan perlakuan oliv dulu juga gini pas sama pacarnya, jujur gw cemburu. Apakah mereka juga pernah ke kidul, main ke pantai bareng masuk gua bareng, pikiran - pikiran yang mau gw coba singkirin tapi gak pernah bisa saat itu.
"aku gak percaya yang giniian liv" tolak gw, bukan karena gw gak mau, tapi karena gw gak suka ngelakuin hal yang sama yang pernah mereka lakuin, hal yang membuat hati gw jadi panas.
"yah kamu gitu" katanya, gw cuma bales senyum "kita makan aja yuk" ajak gw, bukan karena gw lapar tetapi sekedar biar dia gak maksa gw
"kamu lapar" katanya
"banget" jawab gw sambil megang perut
"yaudah, kesana yuk" ajaknya sambil nunjuk setu tempat makan, pikiran gw kembali terusik jangan jangan ini tempat dia biasa makan malem.
Sialan, malem ini gw bener bener terbakar, pikiran gw sudah ngaco, dari hal kecil sampe hal yang lebih diluar nalar gw, mereka ngapain aja selama pacaran? apakah mereka pernah ciuman? apakah mereka pernah seranjang bareng? Pokoknya bener bener kacau gw malem itu.

DIA DIA DIA SEMPURNA PART 67

Untuk lanjutan kisah in ane skip beberapa bulan dari terakhir gw ketemu oliv di Jakarta di Bulan November 2011.

KAMIS 7 JUNI 2012
Gw lagi duduk di kursi tunggu bandara Sultan Mahmud Badaruddin 2 Palembang. Kondisi ruang tunggu tidak terlalu ramai, gw liat jam tanggan gw baru pukul 05.10 Pagi. Ditangan gw ada beberapa lembar tiket penerbangan jurusan Palembang-Jakarta-Jogja, gw kembali periksa nama - nama yang tertera disana, nama gw, emak, indah dan tari.
Duduk disamping gw emak, yang tangannya sibuk ngusap rambut adik gw tari yang tiduran di Pahanya. Sedangkan Indah duduk disisi gw yang satunya, sibuk dengan novelnya.
"Den, kamu yakin siap" tanya emak ke gw
"Insha allah siap mak" jawab gw, senyum terbentuk dari wajah emak yang sudah ada beberapa keriput sambil dia megang tangan gw.

"Kak, nanti kalo acaranya sudah selesai temenin indah ya buat jalan - jalan, dulu waktu SMA Indah gak ikut waktu temen temen sekolah liburan kesana" pinta indah sambil tersenyum dari wajah cantiknya.
"iya" jawab gw singkat

Gw ambil hp gw, gw cari nama Andi di kontak gw dan langsung gw hubungi.
"Ndi, gw udah dibandara, mungkin bentar lagi kita berangkat" kata gw
"siap bro, gw juga udah dibandara, nanti pas lo transit kita ketemu kok, kita satu pesawat" jawabnya,
gw memang sengaja minta dia sama - sama ke jogja bareng.
"Lo siap kan den" tanya Andi
"Insha allah ndi" jawab gw.

Gak lama terdengar panggilan dari pengeras suara untuk kita mulai masuk ke pesawat, didalem pesawat pandangan gw jauh ke luar jendela. Gw masih coba mengenang masa - masa gw dulu sama dia, duduk dibelakang bareng, becanda bareng, berenang bareng, tidur bareng. Gak berasa perjalanan kita sudah cukup lama 2001 - 2012. Banyak banget kenangan yang gak mungkin bisa gw lupa sampai kapanpun.

Setelah perjalanan hampir 50 menit kita sudah mendarat di Jakarta untuk transit ke pesawat selanjutnya ke jogja. Kita langsung ke ruang tunggu, disana gw liat Andi, ternyata dia gak sendiri, duduk disampingnya siska. Gw liat mereka sangat serasi.
Ngeliat kita dateng andi dan siska langsung ke tempat kita,
"lo ikut sis" tanya gw
"iyalah, mumpung dapet cuti" jawabya
"emang lo udah lama di Jakarta" tanya gw
"baru sampe semalem" jawab siska, gw senyum
"Udah pada sarapan belum" tanya gw
"udah tadi, beli diluar, lo mau" kata andi sambil nyodorin gw bungkus roti.
gw ambil dan gw kasih ke adik2 gw, kasian mereka kayaknya snack dipesawat tadi gak terlalu ngenyangin.

Kita ngobrol-ngobrol tentang keseharian kita sampai gak berasa matahari sudah tinggi, dan panggilan untuk masuk pesawat kembali terdengar.
Kita langsung menuju pesawat, penerbangan gak terlalu berasa, sampai akhinya kita mendarat di Jogja.
Setelah menunggu beberapa menit untuk pengambilan bagasi kita langsung keluar bandara. Sesuai rencana Rangga sudah jemput kita, rangga yang saat ini sudah ada beberapa perubahan dari fisiknya, badannya semakin tambun, mungkin efek karena udah berkeluarga.
"Gimana perjalannya, lancar?" tanya rangga
"lancar ngga, gak ada delay" jawab gw
"Klo gitu, kita langsung ke hotel ya" lanjut rangga, gw manggut.
Setelah masukin semua barang kedalam mobil kita langsung menuju hotel yang telah dipesen.
Sesampainya disana, rangga langsung pamit, karena dia bener - bener sibuk ngurus segala persiapan
"sorry ya den, gw gak bisa nemenin lo, gw bener bener sibuk, secara anak perempuan satu satunya, jadi orang satu rumah sibuk" kata rangga
"iya ngga, makasih ya" jawab gw.
rangga langsung balik saat itu juga. Setelah check in kita langsung kekamar masing-masing, gw sekamar sama Andi (bahaya nih bocah klo sekamar sama siska), siska sama indah, dan emak sama Tari.
"ndi temenin gw jalan yuk" ajak gw ke andi
"kemana?" katanya
"Liat lokasi resepsi nanti" kata gw, dia manggut.
Kebetulan saat itu rangga drop satu mobil di hotel kita sengaja buat kita jalan-jalan. Karena gw masih belum terlalu mahir bawa mobil jadi andi yang setirin.
"lo tau kan tempatnya" tanya gw
"tau" jawab andi singkat
"Lo kapan mau nikahin siska" tanya gw ke andi
"mungkin tahun depan den" jawabnya
"oo, bagusla, artinya lo sudah ada rencana" kata gw
"iya den, sebenernya gw sih masih pengen santai, tapi dia udah ngejer terus" kata andi
"iyalah, cewek mana yang gak bakal ngejer, udah lo kimpoiin masa gak lo nikahin" kata gw sambil ketawa
"sialan lo, belum gw apa - apain dia" jawab andi serius
"ooo, syukur klo gitu" kata gw
Perjalanan ke lokasi cukup jauh, selama perjalanan andi curhat perihal hubungan dia sama siska, gw cuma jadi pendengar yang baik.

"Tuh tempatnya" kata andi
Gw sama andi langsung turun, tampak sudah ada beberapa persiapan lagi dikerjain, tapi gak terlalu banyak karena acara baru dilaksanain besok lusa.
"lo bener kan den ngasih alamat" kata andi
"iya, kenapa" jawab gw
"iya, gw takut salah aja" kata andi
"soalnya kan persiapannya mepet banget nih, gw gak bisa percaya kalo mereka bisa dapet gedung yang bagus" kata andi
"lo liat sendiri kan, buktinya dapet, papanya kan cukup terpandang ndi, jadi gw pikir gak terlalu sulit buat atur acara ini" kata gw, andi manggut manggut.

Gak terlalu lama kita disana, gw putusin buat balik lagi ke hotel, sekalaian kita mau makan siang.

Sehari sebelum acara gw sempatin buat ngajak keluarga gw + andi dan siska jalan jalan keliling jogja.
"jogja kotanya enak ya kak" kata Indah "coba dulu Indah kuliah disini" lanjutnya
"klo indah kuliah disini, siapa yang nemenin emak" kata gw senyum, indah juga senyum

Gak berasa hari yang dinanti tiba, kita langsung kelokasi, kebetulan akad nikah dan resepsi dilaksanakan pada hari yang sama. Setelah kita sampai sudah ada beberapa tamu yang hadir, kebanyakan dari pihak keluarga. Gw dan yang lainnya langsung duduk ditempat yang sudah disediain.
Gw sudah bisa liat penghulu yang sudah duduk lesehan, disampingnya duduk papa oliv mereka lagi membicarakan hal hal tertentu, mungkin tata cara akad nikah, karena ini merupakan pertama kali baginya menikahkan anak gadisnya. setelah beberapa prosesi seperti penyampaian kata sambutan, pembacaan ayat - ayat al quran tibalah keacara puncak, gw liat Oliv mulai masuk ke ruangan, dia sunguh cantik dengan kebaya putih yang dia kenakan, dia didampingi oleh beberapa perempuan lain, mungkin temennya batin gw, dia sempet natap mata gw, dia tersenyum, gw bales senyumannya, senyuman yang teramat sangat indah, senyuman terindah dari oliv yang prenah gw lihat.
Dia langsung duduk menghadap penghulu, setelah penghulu membacakan beberapa dokumen, seperti kelengkapan berkas, mencocokan data-data yang ada, Lalu Papa oliv langsung berjawab tangan,
"Saya Nikah dan kimpoikan wahai engaku Deni bin ***** dengan putri kandungku Olivia ***** bin jho**** dengan mas kimpoi ****************** dibayar tunai" - "Saya Terima nikah dan kimpoinya olivia ***** bin jho**** dengan mas kimpoi ****************** dibayar tunai"
"Syah - syah" tanya penghulu kebeberapa saksi dan mereka manggut
"Alhamdulillah...................." dilanjutkan do'a oleh penghulu.

DIA DIA DIA SEMPURNA PART 66

Setelah oliv pulang gw langsung kembali kekamar, andi sudah pules tidurnya. Laptopnya masih nyala, dilayar laptopnya masih terlihat akun nya oliv. Gw buka akunnya, gw pihat semua foto fotonya, semuanya foto dia sendiri, ada juga foto saat dia SMA jaman dulu kamera belum seperti sekarang, HP paling canggih Noki' 6600 jadi gambarnya agak burem, tapi didalem foto itu gw bisa liat oliv sama temen temennya pake putih abu - abu, wajahnya gak banyak berubah sampai saat ini, masih terlihat cantik, walau sekarang agak lebih feminim.

Gw bangun subuh "ndi, mau subuh banreng gak" kata gw sambil bangunin andi
"hmmm, lo sendiri aja" katanya dengan mata masih terpejam dan suara gak jelas.
Setelah subuh gw langsung mandi, gw buka jendela kamar hotel, memang saat ini kalau mau hirup udara seger Jakarta, sejuk.
Setelah sarapan sama andi, andi kembali ke tempat kerjanya, gw balik ke kantor, tiba tiba ada sms masuk.
"nanti makan siang bareng yuk" sms dari oliv, semalem kita sempat tukeran nomor hp.
"ok, dimana" bales gw
"Nanti ketemuan di FX bisa, kebetulan aku lagi didaerah itu" sms oliv
"sip, nanti aku kesana" bales gw
"see you" balesnya
"see you" jawab gw

Siangnya gw langsung ke tempat yang dituju, sesampainya disana gw sms oliv
"dimana, aku sudah di FX" ketik gw
"udah didalem, lagi parkir" balesnya
Gak lama dia telpon, "kamu dimana" katanya
"di lantai dasar deket eskalator" jawab gw
"ooo, iya aku udah bisa liat arah jam 3 kamu" katanya, gw langsung ngeliat kekanan, oliv ngelambai ke gw.
Dia pake rok kerja sedikit diatas lutut, pake heels yang otomatis ngeliatin kakinya yang putih muluh, denga atasan sederhana warna krem, dia terlihat lebih anggun.
Dia senyum "sorry ya lama, susah cari parkir" katanya
"gak papa" jawab gw "mau makan dimana" tanya gw
"kesana aja yuk, kayaknya enak" kata oliv, dia nunjuk salah satu restoran, gw setuju
Setelah masuk lalu oliv pesen beberapa makanan
"aku udah pesen makanan den, kamu mau minum apa" tanya nya
"biasa liv" kata gw
"ooo, iya, es teh manis mbak" kata oliv ngomong ke pelayannya, dia masih belum lupa kebiasan gw
"kamu gak berubah ya, minumnya itu itu terus" kata oliv
"seger, kamu juga gak pernah lupa" kata gw, dia tersenyum
"udah lama banget ya" kata oliv
"apanya" tanya gw

"ketemu kamu" jawab oliv "terakhir 2005 pas kamu ke jogja" lanjut oliv
"iya ya, gak berasa udah 6 tahun" kata gw
"semalem aku gak bisa tidur tau" kat aoliv manja
"kenapa? insomnia" jawab gw cuek
"ihhh dia mah, aku masih gak nyangka bisa ketemu kamu disini" kata oliv
"oooo" jawab gw
"kok ooo doang, emang kamu gak eneng ketemu aku" tanya nya
"hmm gimana ya, biasa aja" kata gw nyengir
"ih jahat" katanya, mulutnya udah manyun
"kamu gak berubah liv, ngambekan" kata gw
"kamu juga, tengil" jawab oliv, kita ketawa.
Sambil makan kita ngobrol seru, kebanyakan dia yang tanya tentang gw, setelah gw balik ke palembang, sayang waktunya gak cukup, istirahat cuma satu jam.
"eh liv, aku harus balik lagi ke kantor, mesti lanjut meetingnya" kata gw
"oooh iya, nanti malem aku jemput ke hotel ya, kita jalan jalan, aku masih kangen" kata oliv,
"sip, kabari aja kalo sudah mau jalan biar aku bisa siap siap" jawab gw

Malemnya oliv bener bener datang, dia ngajak gw keliling jakarta,
"kita makan dulu yuk" ajak gw
"oke, makan seafood enak kayaknya" kata oliv
"aku ikut aja" jawab gw, oliv arahin mobilnya kearah muara karang
Sekitar 30 menit kita sudah sampe
"aku biasanya sama temen temen kantor suka makan disini, enak den" kata oliv
"kalo laper semuanya enak liv" kata gw nyengir.
Sambil makan oliv kembali nanyain tentang gw, gw cerita semuanya, termasuk tentang desi, fitri dan sari.
"banyak banget cewek yang deket sama kamu, aku cemburu" kata oliv senyum
"cemburu kenapa" kata gw
"cemburu sama mereka, mereka bisa deket sama kamu" kata oliv
"yah salah sendiri kamunya jauh"jawab gw
"hmmm, tapi aku gak yakin yang kamu sama desi, masak kamu bisa nahan" katanya

"emang udah berapa lama kita kenal liv, tidur bareng juga kita udah sering, tapi pernah gak aku ngapa2in kamu" kata gw, dia tersenyum
"itu salah satu alesan aku sayang kamu den, kamu perlakukan semua perempuan dengan terhormat" kata oliv "dan itu juga yang mungkin bikin cewek cewek yang deket sama kamu jadi suka sama kamu" lanjut oliv
"gini liv, aku punya 2 adek perempuan, aku gak mau mereka diapa apain oleh cowok, makanya gw gak akan pernah ngapa-ngapin cewek" kata gw, oliv tersenyum, kita lanjut makan sambil ngobrol tentang keusilan kita pas SMA, tingkah tingkah bodoh kita, kita tertawa semalaman.
Oliv nganter gw balik ke hotel lagi, dimobil dia ngomong ke gw

"Den, besok aku gak bisa nemenin kamu" katanya sedih
"ooo,kenapa emangnya" kata gw
"aku dinas ke surabaya" kata oliv
"ooo, iya gak papa, ada andi, nanti aku minta dia temenin aku" jawab gw
"tapi aku masih pengen lama lama sama kamu" katanya
"yah, gak papa, kerjaan lebih penting liv" kata gw "lagian kan kita masih bisa komunikasi" lanjut gw nenangin dia
"yakin ya, kamu bakal sering telon aku" katanya
"iya" jawab gw
"pokoknya sehari tiap 2 jam wajib telpon atau sms" katanya
"kalo gitu kapan bisa kerjanya liv" jawab gw
"aku gak mau tau, haruus" katanya, matanya melotot, gw tau kalo oliv udah gini gw gak bisa ngapa2in lagi.
"iya iya, tiap 3 jam aja ya" kata gw
"gak ada tawar menawar, dikira dipasar apa bisa nawar" katanya cemberut
"iya bawel" kata gw, dia senyum
"makasih sayang" katanya, gw senyum miris. Gila masih belum berubah kelakuannya.

Sesampainya dihotel, gw langsung rebahan, gw bener bener capek hari ini.
Sekitar setengah jam hp gw bunyi, Oliv.
"aku sudah sampe rumah ya, kamu istirahat yang banyak, jangan tidur malem malem, inget sholat siya dulu" katanya nyerocos.
"iya nyonya besar" jawab gw
"sip, bagus, harus nurut ya" katanya ketawa

Besoknya gw dapet kabar dari oliv kalo dia sudah di surabaya, dia berangkat pake penerbangan pertama kesana, entah kapan ya bisa ketemu langsung sama dia pikir gw.
Gw telpon andi
"bro, lo habis jum'at ada kerjaan gak" kata gw
"gak ada, palinga dikantor doang" katanya
"bisa cabut gak" kata gw
"bisa, mau kemana?" katanya
"temenin gw jalan jalan" kata gw
"siap komandan" katanya

Habis jum'atan andi langsung jemput gw, kebetulan seharusnya gw setelah jumatan langusng balik, cuma gw minta rubah schedule pesawatnya, gw minta untuk tiket pulangnya di open saja, jadi kapanpun gw mau balik tinggal check in.
"mau kemana kita" kata andi
"Glodok yu" kata gw
"mau ngapain? cari bokep" katanya
"emang gw elu ndi, gw mau ketempat dulu gw kerja" kata gw
"oooo, iya iya" katanya. Andi pacu mobilnya ke daerah glodok, setelah dapet parkir gw langsung jalan
Gw liat gak banyak berubah semenjak gw udah gak disini lagi, toko toko nya juga masih toko toko yang lama, gw masuk kedalem gw masih bisa liat tempat diaman gw bisa duduk sambil makan nasi bungkus, tumpukan kardus tempat dulu gw suka tiduran juga masih ada, pas sudah sampai ditoko tempat gw dulu kerja gw liat tokonya tutup. gw tanya ke toko sebelah.
"siang ko, masih inget saya" kata gw, ngomong ke penjaga toko sebelah
"lu deni kan, yang dulu kerja disebelah" katanya
"iya koh, apa kabar ko" kata gw
"baik baik, lu gimana, kayaknya makis sehat aja lu" katanya
"saya baik koh, mau tanya koh, toko sebelah kok tutup ya" kata gw
"ooo, mereka pindah den, sudah 3 tahunan" katanya
"pindah kemana ko" tanya gw
"wah kalo itu gua kurang tau den, yang pasti usahanya maju pesat jadi toko ini terlalu kecil, usahanya udah main kelas besar, jadi gak mungkin nerima tamunya ditoko, makanya mereka cari tempat yang lebih besar" katanya
"ooo, tapi gudangnya masih dideket sini kan" tanya gw lagi,
"udah nggak, gak bakalan muat gudang yang sekarang" katanya
"oo, gitu, kalo gitu saya pamit dulu koh" kata gw
"iya, iya, ati ati lo dijalan" katanya
"iya koh" jawba gw.


Lalu gw sama andi kembali keparkiran, sebelum pulang gw sempatin makan soto favorit gw disana, ternyata yang jual masih orang yang sama.
"jadi gimana den" kata andi, setelah selesai makan
"ke rumah nya aja langsung, gw masih inget" kata gw
"daerah mana" tanya andi
"gading" jawab gw
"Oke meluncur" katanya nyengir
Setelah masuk ke area perumahannya gw masih lupa lupa inget rumah santi,
"kayaknya yang itu" kata gw
"yakin lo," katanya
"iya yakin gw, gw inget" kata gw,
Lalu andi parkir mobilnya didepan rumah santi.
Gw turun, gw tekan bel rumahnya, ada yang keluar, perempuan, tapi gw gak tau siapa perempuan ini.
"cari siapa mas" tanya nya
"saya cari santi mbak, apa santi ada dirumah" tanya gw, perempuan itu seperti mikir mikir,
"maaf mas, saya kurang tau, kita baru juga tinggal disini, baru 2 tahunan, penghuni lama sudah pindah" kata perempuan itu.
"ooo, mbak tau pindah kemana?" kata gw
"wah klo itu kurang tau mas" katanya
"baikla kalo gitu, saya permisi dulu mbak" kata gw
"iya mas" jawabnya, lalu dia kembali kedalam, dan gw kembali ke mobil andi.
"gimana ada?" tanya andi
"udah pindah" katanya
"wadooh, lagian lo mau ngapain sih" kata andi
"sekedar silaturahmi ndi, kalo gak ada keluarga ini, mungkin gw udah gak tau jadi apa disini ndi" kata gw
"hmmm iya juga ya, mereka keluarga yang baik ya den" kata andi
"iya ndi" kata gw
"terus kemana kita?" tanya andi
"balik ke hotel aja ndi, gw mau packing, terus ke bandara" kata gw
"langsung mau balik ya" katanya
"iya, mau ngapain lagi lama lama ndi" kata gw
"yaah, gak kangen sama gw lo den" katanya
"najis, lo kira gw homo" kata gw ketawa
"sialan lo" katanya ikut ketawa.

Hari itu gw kembali ke Palembang, gw seneng karena gw bisa ketemu oliv, tapi gw kecewa karena gak bisa ketemu santi dan keluarga.

DIA DIA DIA SEMPURNA PART 65

Setelah pemakaman, gw langsung balik ke rumah, perasaan gw saat itu bener bener gak menentu, entah kenapa gw masih gak percaya, Andi ikut nemenin gw balik ke rumah, entah sudah berapa kali dia kasih semangat ke gw, tapi kuping gw seolah olah gak otomatis gak mau denger kalimat itu.
Mungkin karena bosen terus terusan gw acuhin akhirnya dia balik. Gw sengaja ambil cuti kerja, orang kantor mengerti karena percuma gw kerja kalau pikiran gw gak konsentrasi sama kerjaan.
3 hari gw gak bisa diganggu, emak dan adek adek gw juga sepertinya mengerti sama keadaan gw.

Andi datang lagi ke rumah gw,
"bro, gimana lo" kata andi, gw cuekin dia
"lo gak bisa gini terus den, lo harus kuat" kata andi, gw masih diem.
"gw besok sudah mesti balik, gw udah cuti kelamaan" katanya, gw masih saja diem
"lo inget ya den, oca gak akan seneng liat lo kayak gini, lo harus ikhlasin dia, tuhan lebih sayang sama dia" kata andi
"Kalo tuhan sayang, kenapa dia panggil oca cepet banget ndi" tiba tiba gw ngomong
"kalo tuhan sayang, seharusnya dia kasih waktu sedikit lagi buat oca, biar dia bisa bahagia" lanjut gw
"semua sudah ada takdirnya den, lo gak bisa nyalahin tuhan, dosa" kata andi, gw kembali diem, emosi gw bener bener labil saat itu.
"yaudah, gw pamit ya bro, gw balik ke jakarta" kata andi,
"iya, ati ati dijalan ndi, makasih sudah nemenin gw" jawab gw, dia senyum

Hampir sebulan gw bener bener masih belum bisa lepas oca dengan ikhlas, kerjaan gw semuanya berantakan, pola hidup gw kacau banget.
"kamu masih belum bisa lupain oca nak" kata emak, gw cuma geleng
"hmm, kamu harus ikhlasin, biar oca tenang disana" kata emak, gw diem aja
"oca pasti sedih liat kamu gini nak, liat tuh celana sudah kegedean semua" katanya, berat badan gw turun drastis saat itu.
"emak dulu juga kayak kamu nak, waktu Bapakmu meninggal, emak gak tau harus ngapain, emak bingung bagaimana emak bisa hidup tanpa Bapakmu. Untung emak ada kalian, kalian yang selalu buat emak semangat" kata emak.
"Deni juga gak tau mak harus ngapain sekarang, oca gini gara gara deni mak, dia maksain kondisi dia cuma buat deni, sedangkan deni gak pernah kasih apa apa ke dia" kata gw
"kamu salah nak, kamu sudah beri dia kebahagiaan, mamanya cerita sama emak, oca bener bener seneng pas kamu lamar dia, mama oca gak pernah liat oca segembira itu, lalu malem sebelum dia meninggal, dia bilang ke mama nya kalo dia sudah ikhlas untuk dijempur sekarang" kata emak, "sekarang tinggal kamu, kalo kamu gak ikhla kasian oca disana, dia gak akan bisa tenang" kata emak, gw renungi semua ucapan emak, gw akan coba ikhlasin oca.

Ternyata tidak mudah, hampir 4 bulan gw masih sering keinget dia, walau gw sudah bisa kerja seperti biasa, tapi tetep masih ada bayang bayang oca dipikiran gw
Walaupun oca sudah gak ada gw masih sering main ke rumahnya, sekedar silaturahmi, gw juga sudah dianggap anak sendiri sama mereka.
Malah mama oca pernah nyuruh gw untuk sekali sekali tinggal dirumahnya. Tapi gw tolak dengan halus, yang ada gw malah gak bisa lupain oca.

Masuk ke bulan November, gw sudah kembali jadi deni yang biasanya, gw sudah bisa kembali tertawa, seneng seneng sama temen.
Gw dapet dinas ke Jakarta untuk datang ke Head office kami.
Sesampai di Jakarta gw kontak andi,
"bro dimana lo" kata gw ke andi
"gw masih dikantor, masih banyak kerjaan" kata andi
"gw dijakarta bro, tar malem ada kerjaan gak" kata gw
"serius lo, gak adalah, lo nginep dimana, nanti gw kesana" kata gw
"gw di Sahid" jawab gw "oke gw tunggu ya" lanjut gw

Malemnya andi bener bener dateng, gw sudah nunggu di lobby
"lo kapan sampe" katanya
"malem kemaren" kata gw
"berapa hari?" tanya andi
"4 hari" kata gw
"bagus deh, lumayan la" kata gw
"iya sekalian gw pengen weekend disini" kata gw " lo temenin gw ya" lanjut gw
"tenang bro, buat lo waktu gw selalu ada" katanya
"sip, gw laper ndi, cari makan yuk, yang enak" kata gw
"iya gw juga laper, yuk cari makan dulu" kata andi
"pokoknya gw mau makan ditempat yang enak" kata gw
"gampang" katanya
Gw sama andi pergi naik mobil kantor andi
"mau makan apa kita" tanya gw
"makan nasi goreng kambing di daerah kebon sirih aja bro, dijamin enak" kata andi
"gw ikut aja, kalo gak enak awas ya" jawab gw
Andi nyengir nyengir
"eh den, lo gimana sudah bisa lupain oca" kata andi
"kalo lupa sih gak mungkin ndi, yah minimal gw sudah ikhlas dia pergi" kata gw

"ooo bagus deh, gimana sudah dapet gantinya" tanya andi
"halah, gw males cari cari" kata gw
"kalo gw sih yakin lo pasti gampang dapet ganti oca" kata andi, gw cuma tersenym
"lo sudah pernah kontak oliv belum" tiba tiba andi nanyain oliv
"gak tau ndi, lost kontak" kata gw
"lo ada facebook gak sih den" katanya
"gak ada males gw, ribet kerjaan" jawab gw
"buat gih, disalah satu pertemanan gw ada oliv tuh" kata andi
"nantilah kalo sempat" kata gw
"idih gampang bganet bro, gak sampe 5 menit, bikin ya, balik darisini gw temenin bikin, gw bawa laptop" kata andi
"terserah lo aja" kata gw, padahal didalem hati gw, gw penasaran pengen liat oliv.
Sesampai di kebun sirih, gila ditempat makan rame banget, padahal tempatnya biasa dipinggi jalan, tapi yang ngantri kayak apaan aja, tapi sesuai sih, nasi gorengnya emang enak, gak pelit sama kambing, banyak banget.

Setelah makan, kita balik ke hotel, andi ikut kekamar,
"Gila lo, kamar lo gede banget, emang room rate lo berapa sih dikasih kantor" kata andi
"gak tau, gw mah ikut aja, dikasih apa aja hayo, mau dimana aja gak masalah" kata gw
"gila, enak bener lo" kata andi
Lalu dia buka tas dia, dan keluarin laptopnya, setelah koneksi terhubung dia langsung browsing, dan langsung buka facebook.
"nih liat den, nih oliv" katanya sambil menghampiri gw yang lagi rebahan diranjang.
Dia kasih liat ke gw facebooknya oliv, ternyata dia gak banyak berubah, masih seperti oliv yang dulu cuma beda dipotongan rambut, sekarang rambutnya diurai.
"tuh kan dia tambah cantik" kata andi
"yah lumayanlah" jawab gw

"nih gw liat relationshipnya ya" kata andi "Single den" lanjut andi
"terus kenapa?" kata gw
"yah lo, lo dketein lagi gih, buat gantiin oca" kata andi
"nanti lah ndi, gw masih belom bisa" jawab gw
"ih lo den, bego" kata andi, lalu dia kirim pesen ke oliv.
"halloooo buk" ketik andi
cukup lama kita tunggu responnya,
"udahlah ndi, gak usah repot repot nanti juga kalo gw mau gw bisa kok" kata gw, kembali rebahan
"den.. den... liat den, dibales" kata andi, gw semangat langsung bangun, gw baca jawaban oliv
"Lo Andi kan, apa kabar lo" jawabnya
"iya gw andi, baik liv, lo gimana?" ketik andi,
"Gw baik ndi, sekarang dimana lo?" jawab oliv
"di Jakarta, lo dimana, masih di jogja" kata andi
"wuih sama ndi, gw juga di Jakarta, gw kerja disini sekarang setelah selesai kuliah" kata oliv, jantung gw berdegup kenceng malam itu.

"serius lo, ketemuan yuk" kata andi
"bener ndi, ngapain gw bohong" kata oliv
"tinggal dimana?" kata andi
"kemayoran ndi, lo" jawab oliv
"Cempaka putih" kata andi
"ooooh, eh ndi, kabar temen lo gimana" tanya oliv, sudah pasti pertanyaannya adalah nanyain gw
"dia tidur" jawab andi, andi ngedipin mata ke gw, gw senyum saja
"tidur? maksudnya, deni kenapa" kata oliv
"iya tidur nih disamping gw" kata andi
"dia lagi dijakarta juga ndi?" kata oliv
"iya, gw lagi dihotel, deni lagi dinas disini" kata andi
"oo, hotel mana?" tanya oliv
"sahid" kata andi
"sahid yang di sudirman?" kata oliv
"yup anda benar" jawab andi,

Cukup lama oliv gak jawab.
"kok gak dijawab jawab ya den" kata andi bingung
"dia tidur, capek kerja bego" kata gw
ANdi kayaknya kecewa, "den gw nginep sini ya, males balik ke kost" kata andi
"yah terserah lo aja" kata gw, gw masih ngebayangin ternyata oliv gak jauh, dia ada disini, kemayoran - sudirman gak jauh, paling lama 20 menit sampe pikir gw, kemayoran luas, kalaupun gw kesana mau cari dimana, lagian tadi andi gak tanya detailnya.
Gw masih rebahan ketika telpon kamar gw bunyi,
"yah halo" kata gw
"maaf pak, dibawah ada tamu bapak ingin bertemu, benar sudah ada janji dengan bapak" kata resepsionis bawah, gw langsng mikir, jangan jangan oliv yang kesini

"siapa ya mbak?" tanya gw
"Ibu Oliv pak" katanya, gw bingung antara seneng dan salah tingkah
"bagaimana pak mau diterima" katanya
"eh maaf mbak, tolong disampein aja nanti saya kebawah" kata gw
"baik pak" lalu panggilan terputus
"siapa den" kata andi
"Oliv ndi" jawab gw
"dia kesini den, serius lo" kata andi
"serius bego" kata gw "mau ikut kebawah gak?" tanya gw
"hmmm, gak usah deh, lo aja, gw capek" kata andi
Gw langsung turun kebawah, kaki gw gemeter ketika keluar dari lift, jantung gw deg degan, gw langsung kearah resepsionis,
Duduk di lobby hotel, perempuan dengan rambut berombak terurai dengan kacamata khasnya menatap gw, dia tersenyum dan langsung berdiri
Gw samperin dia, dia tersenyum lebar.

"hai, liv" kata gw canggung
"hai" jawabnya
"lama nunggunya" kata gw
"gak juga" jawabnya "duduk yuk, pegel" kata oliv
"ohhh iya, sorry" kata gw
"kamu apa kabar den" katanya
"baik, klo kmu liv" jawab gw,
"yah gak pernah sebaik ini" katanya
Sumpah gw bener bener bingung mau ngomong apaan, lidah gw seperi berat buat ngomong, mulut gw seperti gak mau kebuka. Dia juga gitu.
"keluarga gimana liv, masih di jogja" tanya gw
"sehat semua, masih di jogja" jawab oliv "emak sama adek2 sehat den" katanya

"sehat semua, indah sudah kuliah sekarang" kata gw
"ooo,, kamu berapa hari disini" tanya oliv
"4 hari, weekend aku masih disini" jawab gw
"hmm, kamu bener bener berubah den" kata oliv
"berubah gimana" kata gw
"berubah semuanya, lebih dewasa" kata oliv
"oh ya, kamu juga berubah" kata gw "makin cantik" entah kata kata itu keluar dari mulut gw
"kamu bisa aja" katanya, dia tersenyum malu
"kamu sudah makan" kata gw basa basi
"sudah tadi, pas andi kirim pesen aku baru selesai makan, kamu" katanya
"ooh, sudah tadi sama andi" jawab gw, kita kembali diem.
"deni apakabarnya liv" kata gw
"kita sudah gak berhubungan lagi den" kata oliv
"ooo, sorry" kata gw
"gak papa, santai aja, udah lama juga" kata oliv
"emang kenapa? kok bisa, kalian kayaknya cocok" kata gw, muka oliv berubah
"dia gak suka aku kerja disini, kita ribut, terus pisah" kata oliv
"oooo" kata gw
"aku sudah denger kabar oca den, kamu yang kuat ya" kata oliv, gw kaget denger dia bahas oca
"oh ya, kamu tau darimana" tanya gw
"tekhnologi den, anak anak share beritanya di FB" kata oliv
"oooo, iya dia sudah gak ada" kata gw
"jadi kamu sudah bisa milih nih" tiba tiba oliv nanya gitu
"maksudnya" kata gw

"aku tau den, sebelum oca pergi kalian sudah mau nikah" kata oliv
"ooh, iya liv" jawab gw
"kamu sayang banget ya sama dia" kata oliv
"iya liv, dia segalanya" kata gw
"ooo, terus perasaan kamu ke aku gimana sekarang, masih kayak dulu?" kata oliv
"hmmm, gimana ya liv, jujur aku masih sayang sama kamu, sayang yang sama, cuma oca selalu ada buat aku, banyak yang dia korbanin liv" kata gw
"iya den, aku ngerti, mungkin kalo aku diposisi yang sama, aku bakal ngelakuin hal yang sama" kata oliv
gw cerita tentang penyakit oca, penyebab sakitnya oca, apa yang sudah dia lakuakn buat gw, semuanya gw ceritain gak ada yang gw kurangi, oliv nangis denger semua cerita gw, entah berapa banyak tissue yang dia pake.
"Dia sangat kuat ya den" kata oliv ketika gw sudah selesai cerita
"beda banget sama aku, pengorbanan dia buat kamu gak akan bisa aku saingi, aku baru pisah sebentar sama kamu, sudah ada cowok lain" kata oliv matanya bengkak "boro boro mau kayak oca, kamu beruntung bisa punya orang seperti oca den" kata oliv

"yah semua ada jalannya liv" kata gw, gw terdiam, oliv juga terdiam.
"liv, udah malem, kamu gak mau pulang, atau mau nginep disini, dikamar juga ada andi, nanti aku pesen ekstra bed" kata gw
"oh iya den, gak usah aku balik aja, nanti aku main lagi kesini ya, aku masih kangen" kata oliv
"siap, kamu naik apa kesini" kata gw
"taxi" jawabnya
Gw anter dia sampe ke depan, kita nunggu sekitar 5 menit taxi langsung dateng.
"see you tommorow den" kata oliv, dia tersenyum, mata nya membengkak.
"yup, ati ati dijalan liv" kata gw
Lalu dia meluncur pergi.
Entah takdir kanh, atau jodohkan kita masih bisa ketemu disini.

Wednesday, February 1, 2017

DIA DIA DIA SEMPURNA PART 64

Sejak kejadian malam itu, keseharian gw lebih banyak dirumah oca, gw berangkat kerja subuh, perjalanan 2 jam lebih, sore gw langsung balik lagi.
Gw sudah cerita sama emak tentang kondisi oca, tentang lamaran gw malam itu, emak selalu support apapun jalan yang bakal ane tempuh.
"kalo kamu memang sudah bulat, mak pasti dukung nak" kata emak, ketika gw cerita tentang oca
"Makasih mak" kata gw
"nanti emak akan ajak beberapa tetangga disini untuk dateng ke rumah oca, kita orang timur nak, ada tata cara yang bener untuk melamar anak orang" kata emak tersenyum, gw cuma nyengir malu malu. Memang biasanya budaya di Palembang, butuh beberapa kali pertemuan orang tua untuk lanjut ke prosesi lamaran, biasanya hampir 4 kali pertemuan.


Yang pertama adalah perkenalan orang tua, kedua Melamar, ketiga mendengar jawaban dari pihak perempuan dan keempat menentukan tanggal.
Nah karena malam itu gw sudah lompati 3 tahap pertama, jadi rencana emak bakal ngajak beberapa orang yang dianggap dituakan dikampung gw buat langsung mutusin tanggal. Gw udah pesen sama emak, kalo bisa gak perlu lama lama.
Tepat seminggu setelah kejadian itu, tepatnya malam minggu tanggal 5 Maret 2011, gw ajak emak, adek-adek gw dan beberapa tetangga untuk ke rumah oca.
Sesampainya disana kita disambut oleh keluarga oca dan ada beberapa tetangga mereka.
Acarapun dimulai, setelah sedikit perdebatan akhirnya ditentukannla waktu 2 bulan dari sekarang tepatnya tanggal hari jumat tanggal 6 mei 2011 untuk akad dan Hari minggu 8 Mei 2011 Untuk resepsi.

Hampir satu bulan waktu gw bener bener padet, untuk mengurus segala keperluan acara nanti, dari undangan, sewa gedung (terus terang untuk waktu yang mepet sangat sulit mencari gedung yang available) untung gw banyak kenalan waktu maish kerja di restoran dulu jadi semuanya bisa mereka bantu. Setelah semuanya beres gw bener bener lega.

"Sayang gimana persiapannya" kata oca
"sudah 90% " jawab gw, sambil baringan dikursi kamar oca, dan duduk bersandar ditempat tidurnya
"maaf ya say, aku gak bisa bantuin" kata oca
"gak papa sayang, lagian aku juga banyak dibantu temen temen" kata gw
"kamu pasti capek banget, tiap hari Pulang pergi dari tempat kerja ke sini" katanya
"nggak kok, kalo sudah liat kamu capeknya ilang" kata gw ketawa,
"bisanya gombal ah" kata oca senyum
"sayang, sini dong, deket deket aku" kata oca, nyuruh gw naik ke tempat tidurnya
gw ikutin permintaanya
"sini baringan disini" kata oca sambil nyuruh gw letakin kepala gw di pahanya, gw ikutin, dia pijet kepala gw, enak banget, mata gw terpejam.
"sayang, kamu kok masih mau nikah sama aku" kata oca, pertanyaan yang paling benci gw denger, hampir tiap hari nanya pertanyaan yang sama
"udah ah sayang, jangan dibahas lagi, aku sudah sering jawab dan jawabanku tetep sama, karena aku sayang kamu" kata gw agak sewot.
"yeee, gitu aja sewot, aku cuma mau mastiin, takutnya kamu berubah pikiran" kata oca
"tapi kalo kamu mau berubah pikiran juga gak papa" katanya senyum
"kok kamu ngomong gitu sih, udah ah males bahasnya" kata gw kembali terpejam.
"iya maaf" katanya, cukup lama dia diem, gw masih terpejam.
"sayang, nanti undangan kapan bakal disebar" tanya oca
"mungkin 2 minggu sebelum acara ca, kan bisasanya juga gitu" kata gw
"oooo, undangannya bagus ya" kata oca, sambil liat liat undangan yang sudah gw cetak
"iyalah, eh ca, kemaren gimana pas fitting nya? ada masalah" kata gw
"gak ada kok, lancar, tapi den nanti pas resepsi aku gak kuat berdiri lama" kata oca
"iya gak papa, kamu duduk aja" kata gw
"tapi kan aku mau nari buat kamu" kata oca, untuk adat palembang biasanya pada saat resepsi ada satu sesi dimana mempelai perempuan bakal nari untuk mempelai laki laki.
"gak usah dipaksain ca, dari SMA aku udah sering liat kamu joget joget" kata gw ketawa

"hmmm kan beda sayaang, ini itu tarian spesial" katanya manja
"yah nanti liat kondisi kamu ya" kat gw, dia senyum semangat
"kamu kapan bakal periksa lagi" kata gw
"mungkin seminggu lagi say" kata oca
"emang gimana perkembangannya" kata gw
"kata dokter rencananya usus yang ada tumornya bakal dipotong" kata oca
"ooo, yah baguslah, semoga kamu bisa sehat ya" kata gw
"aaamiiin sayang, aku pengen cepet sembuh biar bisa urus kamu" kata oca
"jangan dipaksain, aku bisa urus sendiri kok" kata gw
"jangan gitu, suami itu ladang pahala istri, kamu mau pahala ku gak ada" kata oca, gw tersenyum liat semangat dia, jujur dia jauh lebih semangat setelah kejadian malam itu.
"Sayang, nanti kita bulan madunya kemana?" tanya oca
"kamu maunya kemana, aku ikut aja" kata gw
"kemana ya, kalo bali terlalu biasa, aku pengen yang gak biasa" kata oca
"hmmm. kemana ya" kata gw mikir mikir
"Gimana kalo ke maladewa, pantainya bagus sayang" kata oca
"oh ya, masak" kata gw
"iya, aku pernah baca baca, pantainya bersih banget, terus dipinggiran pantai ada resort model kayak rumah panggung gitu, jadi begitu buka jendela langsung liat laut" kata oca


"yaudah, nanti aku coba cari informasi dulu ya" kata gw "kamu juga harus cepet sehat biar nanti bisa pergi bulan madu, tapi klo kondisi kamu gak memungkinkan mendingan bulan madu disini aja" lanjut gw
"hehehe iya sayang, makasih ya" katanya, gw senyum,

Seminggu kemudian oca kembali periksa kondisi dia, gw gak bisa nemenin karena gw harus kerja, dia ditemenin oleh orang tuanya.
Tiba tiba HP gw berdering, gw liat dari tampilannya oca yang telpon
"ya sayang, gimana hasil pemeriksaanya" kata gw takut ada masalah yang gawat
"gini sayang, kata dokter aku harus langsung operasi, mereka takut semakin menyebar" kata oca, dari cara bicaranya gw tau oca habis nangis
"yaudah, kapan rencananya" kata gw
"malem ini, mama sama papa sudah setuju dan mereka sudah daftar ke rumah sakit untuk oeprasii, tapi aku takut sayang" katanya nada suaranya sedih
"gak perlu takut sayang, yang penting kondisi kamu sehat: kata gw
"kamu bakal temenin aku kan?" katanya,
"aku pasti temenin, habis ini aku langsung meluncur ke rumah sakit" jawab gw
"kamu semangat ya sayang" kata gw
Setelah mendengar informasi dari oca, gw langsung izin untuk pulang lebih awal, gw langsung kebut motor gw menuju rumah sakit.
Sesampainya disana gw langsung kekamar tempat oca dirawat, didalemnya ada mama sama papa oca, dan oca masih terbaring ditempat tidur
"gimana oca om?" tanya gw
"baru selesai di anestesi, kayaknya baru mulai bereaksi" kata papa oca, gw liat mata oca sudah sangat berat.
Sekitar 15 menit akhirnya oca mulai dibawa ke ruangan operasi.

Papa dan mama oca nunggu didepan ruang operasi, gw lebih milih nunggu di mushola rumah sakit, gw berdo'a meminta kemudahan dan kesembuhan untuk oca. Sekitar 1 jam akhirnya operasi selesai, papa oca manggil gw dimushola,
"gimana om operasinya" kata gw
"operasinya sudah selesai, tapi oca masih belum sadar, mendingan kita temui dokternya dulu" kata papa oca
gw, mama sama papa oca langsung menuju ke ruangan dokter, kita bertiga duduk dikursi didepan meja dokter.
"maaf sebelumnya, mas ini siapanya pasien" kata dokter, bertanya tentang saya
"dia calon suaminya dok, saya yang minta dia ikut kesini" kata papa oca
"ooh baiklah, begini Bapak Ibu, kita sudah berusaha untuk angkat semua tumornya, tetapi mohon maaf pak, tumornya sudah menyebar ke seluruh usus besar pasien, seharusnya dari awal kita langsung operasi" kata dokter
"iya dok, waktu di australi kita sudah ajukan operasi, tapi anak saya selalu menolak, malah terakhir dia lebih memilih dirawat disini" kata papa oca, gw liat mama oca sudah nangis. Gw akan bener bener merasa bersalah kalau oca sampai kenapa napa, dia pulang kesini karena cuma pengen liat gw, semuanya salah gw, pikir gw, kalo ada orang yang paling bertanggung jawab akan oca itu gw.

"jadi bagaimana nasib anak saya dok" kata mama oca, suaranya terbata bata,
"mohon maaf bu, kita sudah berusaha, kita tinggal berdo'a sama tuhan karena semuanya adalah kuasanya" kata dokter, mendengar jawaban itu, papa dan mama oca saling berpelukan, air mata gw netes, gw gak sanggup angkat kepala gw, gw gak tau harus ngomong apa.
"jadi berapa lama lagi umur anak saya dok" kata papa oca
"paling beberapa bulan lagi sampai semua tumor menyebar pak" kata dokter, "mohon maaf pak, saya harus menyampaikan semua kebenarannya" kata dokter
"iya dok, terima kasih banyak" kata papa oca,


Lalu kita beranjak, dari ruangan dokter dan langsung menuju kamar oca.
Oca masih tertidur, kita bertiga semua diam, mama oca duduk disamping oca, papanya duduk di sofa yang ada dikamar, gw duduk disamping papa oca.
"den, sebelum semuanya terlambat, apakah kamu gak mau mundur" kata papa oca, gw kaget denger ucapan papa oca
"maaf om, saya gak akan batalin semuanya" kata gw
"tapi kamu sudah denger sendiri vonis dokter" kata papa oca
"saya gak perduli apa kata dokter" kata gw
"tapi saya perduli, saya gak mau kamu menyesal" kata papa oca
"Saya gak akam menyesal om" kata gw "dan tolong om, jangan ambil kebahagiaan terakhir oca" kata gw, mata gw berair, gw liat mata papa oca juga sudah basah
"maafin saya den, saya sudah minta hal yang gak mungkin" kata papa oca
Gw cuma diem, gw menatap oca dia terlelap sangat nyenyak.
Cukup lama gw terdiam, gw pamit sama orang tua oca, oca masih tidur, efek bius kayaknya belum hilang.

Besok malem gw kembali ke rumah sakit, gw liat dia sudah sadar, tatapan matanya kosong, orang tuanya duduk disofa, mereka terliat bener bener capek.
"hai sayang" kata gw
"hei" oca langsung senyum
"putri tidur sudah bangun ternyata" kata gw
"mau tidur lagi ah, nunggu dicium dulu baru bangun" kata oca pura pura tidur lagi.
"belum muhrim" jawab gw, oca nyengir
"kamu sudah makan say" kata oca
"sudah tadi" kata gw
"jangan bohong, tuh ada roti buat kamu aja, aku kan belum boleh makan" kata oca
"makasih sayang" kata gw
"Sayang, makasih ya" kata oca
" makasih buat apa" kata gw
"aku sudah denger semuanya dari papa sama mama, meski kamu sudah tau batas umurku kamu masih mau sama aku" kata oca tersenyum,
"tapi kenapa say, kenapa kamu gak mau batalin semuanya" katanya
"gak ada alasan bagiku buat batalin ca, kamu alasan aku masih disini" kata gw
"makasih ya sayang" katanya, gw senyum.
"eh sayang, nanti kalo kita sudah nikah kayaknya gak jadi ya bulan madunya" kata oca
"jangan mikir macem macem dulu, kamu cepet sembuh aja, biar cepet pulang terus acaranya tetep sesuai schedule" kata gw
"kita ke pagaralam saja yuk, kan deket" kata oca
"iyaa, kalo kamu kuat kita jalan" kata gw
"hhihihi, kamu masih inget kan pas kita bertiga disana, aku, kamu oliv" kata oca
"hmmm iya ca, gak akan pernah lupa" jawab gw
"Oliv apa kabar ya sayang" kata gw
"aku kurang tau sayang, mungkin udah nikah" kata gw
"masak" katanya kaget
"kali aja" kata gw
"sayang kamu sekarang benci ya sama oliv" katanya
"kenapa harus benci ca" kata gw
"yah kali aja, mungkin kamu kecewa sama dia, karena dia dapet cowok lain" kata oca
"aku gak punya hak apa apa sayang, lagian aku kan sudah milih kamu" kata gw
"itulah masalahnya sayang, aku gak sempurna, oliv lebih pantes buat kamu" katanya
"kamu yang sekarang sangat sempurna ca, udah gak usah bahas oliv" kata gw
"hmmm, sayang aku minta kamu janji ya" kata oca
"iya janji apa" kata gw
"janji, nanti kalo aku sudah gak ada kamu harus cari oliv ya" kata oca
"emang kenapa harus gitu, lagian aku gak suka kamu ngomong kayak gitu" kata gw
"ihhhh, janji aja pokoknya, aku tau kamu masih sayang kan sama dia" kata oca
"iya sayang, gak akan pernah berubah, sama kayak sayang aku sama kamu" kata gw
"iya sayang aku percaya, terima kasih ya karena sudah milih aku" katanya tersenyum "jangan lupa ya janjinya" kata gw
"iya" kata gw singkat, gw gak tau harus ngomong apa, memang didalem lubuk hati gw, gw masih belum bisa lupain oliv,s egala keusilan dia, senyum dia, tawa dia, gw gak akan pernah bisa lupa.

"sayang, nanti kalo aku sudah keluar dari rumah sakit, temenin aku jalan jalan ya" kata oca
"kemana?" kata gw
"jalan jalan aja, udah lama kan kita gak jalan bareng" katanya
"iya kalo kamu sehat ya" kata gw
"iya aku pasti sehat" kata oca

Seminggu setelah oca keluar rumah sakit, sesuai janji gw ke dia, gw ajak dia jalan jalan naik mobil dia.
"Hari ini aku seneng banget sayang" katanya
"aku juga seneng ca" jawab gw
"hmmm, aku pengen gini terus sama kamu say" kata oca, lalu dia nangis
"iya ca, aku juga gak mau jauh dari kamu" jawab gw
"tapi sebentar lagi aku pergi, kamu sehat sehat ya, jaga diri, jangan suka berantem lagi, inget ibadah" kata oca
"kamu jangan ngomong kayak gitu ca, kamu akan akan terus hidup ca, bukan dokter yang nentuin umur kamu" kata gw, gw bener bener gak tahan denger dia ngomong kayak gitu.
"kamu kan suka bandel soal makan, makan jangan suka telat ya, kerja yang bener, jangan suka genit sama cewek" lanjut oca, dia acuh sama kata kata gw, gw cuma bisa diem.
"Deniiii, kamu denger gak sih" teriaknya
"iya iya denger" kata gw
"janji ya" katanya
"iya iya, aku janji, kamu juga janji jangan telat minum obat" kata gw
Dia senyum, ke gw,
"sayang sin deh" kata dia,
gw agak mendekat kedia, lalu kecupan hangat di pipi gw, sangat berasa, sungguh hangat
"Jangan lupa janjinya ya" kata oca, matanya menatap mata gw, dia tersnyum, senyum yang gak akan pernah gw lupa.

Malemnya pukul 11 lewat gw dapet telpon dari HP oca,
"iya sayang, kenapa" kata gw, mata gw masih berat.
"ini tante deni, kamu kesini ya" katanya, tangisan terdengar dari suara mama oca
"oca kenapa tante" sontak gw langsung berdiri
Dia gak bisa jawab, gw langsung matiin fotonya, gw langsung kasih tau emak, gw ajak emak ke rumah oca.
Gw pacu motor gw kenceng, gw liat di depan rumah oca ada banyak mobil parkir.
Gw masuk, didalem semua keluarga oca sudah kumpul, gw langsung kearah kamar oca, gw liat keluarga deketnya sudah ada disekeliling tempat tidur oca, gw hampiri sangat pelan, gw bisa liat muka oca, matanya terpejam sangat tenang, mulutnya agak sedikit terbuka, kulitnya pucat, emak langsung menghampiri mama oca, mereka berpelukan, gw langsung lemas, gw sudah disamping dia, gw pegang tangannya, gw masih belum percaya kalo oca sudah pergi.


"ca, kamu bohong kan" bisik gw, airmata gw sudah mengalir deras
"ca, jawab aku ca" kata gw
papa oca coba tenangin gw, gw hiraukan, yang gw pengen cuma selalu ada disampingnya. Gw menangis sejadi jadinya.
Emak juga coba nenangin gw, gw cuma bisa berlutut disamping oca.
"yang kuat ya nak, ikhlaskan, biar oca bisa pergi dengan tenang" kata emak
"kasian dia kalo kamu gak bisa lepasin" lanjut emak, jujur gw ngerti apa yang emak maksud tapi entah otak gw seperti gak sinkron sama tubuh gw, entah berapa lama gw nangis, malam itu gw gak tidur, gw hanya berlutut disamping dia.


Sorenya oca dimakamin. Gw yang sambut dia didalem liang lahat, gw pengen didalem sini sama lo ca, gw gak mau lepasin lo.
Airmata gw gak pernah berenti.
Selamat jalan sayang, meski kamu sudah pergi, senyummu, tawamu akan selalu ada didalam hatiku.

Selamat jalan Ma**** Va******* A.K.A Oca. semoga dirimu tenang disana.
5 Agustus 1986 - 20 April 2011.