Sesuai janji Deni spesial hari ini ceritanya dari sudut pandang saya.
Seharusnya kemarin saya nulisnya, tapi karena kerjaan ibu - ibu repot banget, boro boro buka laptop, bisa mandi juga untung
Mohon maaf ya kalau penulisannya berantakan, maklum amatir.
Sebelum ke cerita mungkin saya sedikit kasih informasih kenapa untuk part ini saya yang cerita. Dulu setelah Thread sebelumnya di hapus saya beberapa kali bujuk Deni buat meneruskan ceritanya, sayangkan sudah mau selesai juga masa di stop gitu aja, kesian yang penasaran, tapi dia tetap gak mau, sibuk katanya, padahal saya tau kerjanya juga gitu gitu doang . Setelah dibujuk berkali - kali (ditambah sedikit ngambek) akhirnya dia setuju, dengan syarat spesial part ini dia pengen saya yang cerita, katanya mungkin kalau sudut pandangnya berbeda akan lebih menarik , dan setelah sedikit dipaksa akhirnya saya mau, dengan catatan harus pake ID dia. Deal.
Selamat membaca temen - temen
Awal bulan September 2012, tiba - tiba telpon meja kerjaku berdering, dilayar terlihat nomor extensi pemanggil 217, "wah dari bosku, tumben pagi - pagi sudah manggil" kataku dalam hati. "pagi pak" sapaku dengan nada ceria. "pagi, kamu bisa ke ruangan saya sebentar" perintahnya."siap pak" jawabku semangat.
Sedikit gambaran tentang tempatku kerja, ruangannya tidak terlalu besar, untuk kamu para staff posisi nya di kubikal seukuran 1,5 x 1,5mtr, yah lumayanlah gak terlalu sempit dan dikelompokan tiap departemen, kami dari bagian marketing ditempatkan dibagian paling depan, biar sewaktu waktu kalau ada klien bisa cepat ditemui. sedangkan untuk ruangan level manager sudah disediakan ruangan terpisah.
Aku berjalan menuju ruangan beliau, terlihat beberapa rekan kerja masih sibuk sarapan "jam kerja kok sarapan, kalo mau sarapan dirumah" ledekku kepada salah satu temenku, mereka tersenyum, kebetulan dikantorku pekerjanya mayoritas pria.
"pagi pak" sapaku ketika masuk ke ruangan bos, "pagi, duduk san, ceria bener hari ini" katanya, "gak papa pak, bukannya tiap hari itu harus ceria" jawabku, "tapi gak seperti biasanya, atau kamu jangan jangan sudah dapet pacar" ledeknya, "ah bapak bisa aja, belum kepikiran pak" jawabku, "ooo, padahal kamu banyak yang suka san, inget san nunggu apa lagi, umur bakal nambah lho" katanya, "umur bukan nambah pak, tapi berkurang" jawabku senyum, beliau juga tersenyum.
"kok jadi bahas tentang saya sih pak, tadi bapak manggil ada apa ya" tanyaku, "ohya maaf, gini san, tadi pagi saya terima email dari salah satu klien kita, mereka minta kita ketempat mereka buat presentasi tentang beberapa produk kita, kamu bisa?" tanyanya, "siap pak, bisa" jawabku, "ini yang saya suka dari kamu, semangatmu itu san" katanya, "ah bapak bisa aja, ngomong ngomong kapan san kemana pak?" tanyaku, "besok first flight ke Palembang" katanya, "ke Palembang pak" jawabku, mendengar kata Palembang, pikiranku langsung ingat sesorang, seseorang yang sangat berarti bagiku. "Iya palembang, harus first flight ya san, perjalanan dari palembang ke tempat mereka bisa 3 jam" katanya, "baik pak, berapa lama" tanyaku, "terserah kamu, kamu atur saja, sekiranya sudah selesai langsung pulang" katanya, "baik pak" kataku, "tapi pulangnnya bawa Kakap ya" katanya, Kakap adalah perumpamaan kami untuk klien besar.
Aku kembali ke kubikalku, pikiranku kembali teringat sama dia, padahal belakangan ini aku sudah mulai melupakannya, "apakah mungkin kita bisa ketemu, kecil kemungkinannya" batinku, aku menatap sebuah bingkai foto kecil disamping layar monitorku, disana terlihat seorang laki-laki agak dekil, rambut gondrong, kulit coklat tersenyum ke arah kamera, tatapan matanya tajam melihatkan semangatnya yang besar. Apa kabarmu disana den, apakah kamu sudah bisa kejar mimpimu.
"woi bengong mulu, kerja" kata temenku rara membuatku kaget "sialan lo" kataku,
"Ngeliatan apa sih lo san" katanya, "nih" kataku sambil ngasih foto yang barusan kupandangi, "udah lo lupain aja, dia juga mungkin sudah lupa sama lo" kata rara, "udah ra, tapi gak bisa" jawabku, aku memang sudah cerita semuanya tentang deni ke rara, "lo bego ya, yang suka sama lo banyak san, melek dong, sampai kapan lo mau mandangi foto doang" katanya, aku cuma geleng "bego lo, coba lo cari di google atau FB atau twitter, coma lo ketik namanya kali aja keluar" saran rara, aku sudah coba semuanya tanpa rara suruh, tapi hasilnya ribuan deni yang keluar, pernah semalaman aku liat satu satu tapi hasilnya nol besar.
"san, lo besok ke palembang" tanya rara, "iya" jawabku singkat, "siapa aja" tanyanya, "paling bertiga sama indra dan hendra" jawabku, "ooo, ati ati lo, gw denger disana rawan" katanya, "iya ra, makasih sudah ngingetin" jawabku.
Sesuai arahan, hari ini aku sibuk urusin persiapan buat berangkat besok, dari cari hotel sampai urus transportasi selama disana, Dari klien kami sebenernya sudah menyediakan mobil buat penjemputan ke bandara, tapi agak kurang enak rasanya kalau mereka yang sediakan, kan kami yang butuh sama mereka.
"Mah, pah, besok santi mau ke Palembang, urusan kantor" kataku kepada papa dan mama pas makan malam dirumah, "Palembang? ati - ati lo nak, rawan" kata papa, "iya nak, lagian kamu ngapain sih masih repot repot kerja, kenapa gak nerusin usaha papa aja, papa lagi bener bener repot tuh" sambung mama, "gak mau ah, dari dulu bantuin papa terus, kapan santi bisa mandiri ma" jawabku, memang papa sudah sangat sering merayuku buat nerusin usahanya, tapi sudah sangat sering juga aku tolak, bisinis papa berkembang pesat, dulu kita hanya sewa kios di glodok, sekarang kita sudah punya kantor sendiri, dulu kita hanya supply barang barang jadi ke klien, tapi sekrang kita sudah punya workshop sendiri, jadi papa sudah bisa ngerjain beberapa pekerjaan pabrikasi.
"yaudah, kamu habis ini langsung istirahat, gak usah nonton film, nanti besok kesiangan, inget besok first flight" kata mama, aku nurut sebelum kekamar mereka cium pipiku, aku sangat beruntung bisa ada di keluarga ini, walau bukan anak kandung tapi mereka memperlakukanku sangat istimewa, mereka gak mau kehilangaku seperti mereka kehilangan anak pertama mereka.
Aku terbangun pukul 2 malam, memang biasanya aku terbangun jam 2, ambil wudhu tahajud, setiap kali aku berdo'a salah satunya mendo'akan deni, mungkin kebiasan yang sudah bertahun tahun jadi gak pernah bisa dirubah, mulutku secara otomatis mendo'akan dia.
Biasanya selepas tahajud aku kembali tidur, tapi untuk harini tidak, tanggung, jam 4 aku sudah harus ke bandara, daripada ketinggalan pesawat. Jam 4 aku langsung dianter papa ke bandara. Tiba di bandara pukul 4.30 karena jalan memang sangat kosong, papa langsung pulang setelah aku masuk bandara. Satu persatu temenku datang, setelah subuh kita langsung masuk pesawat, perjalanan ke palembang butuh waktu 45 menit, sesampainya disana kita sudah ditunggu supir dari mobil yang kita carter namanya agung.
"eh cari sarapan dulu yuk" ajakku, "yuk, perjalannya jauh 3 jam" kata hendra, "mas, sarapan yang enak dimana ya, yang khas palembang" tanyaku, "ooh, ada mbak, makanan khas palembang" katanya, lalu dia bawa kita ke lokasi yang dimaksud, kita langsung duduk "ini apa namanya mas" tanyaku "ini mie celor mbak, dijamin enak" katanya, karena baru pertama kita cobain pesen, ternyata rasanya memang enak, bentuknya kayak mie, tapi mienya besar besar, pake kuah santan kental, terus ada taburan udang dan telornya. "gimana mbak enak" kata agung, "enak mas, enak banget" jawabku.
Selepas sarapan kita langsung lanjut ke lokasi, sepanjang perjalanan aku hanya merhatiin jalan, sesekali mas agung jelasin ke kita tentang lokasi yang baru kita lewati, perjalanan cukup melelahkan, badanku pegel semua, sebenernya jaraknya gak terlalu jauh, tapi akses jalannya yang bikin pegel, banyak jalan rusak dan akses jalan satu satunya lewat sini, jadi semua kendaraan jadi satu, truk, bis, mobil dan motor.
Sekitar 3 jam lebih sedikit kita telah sampai dilokasi tujuan, setelah lapor ke security kita baru perbolehkan masuk, sudah beberapa kali aku masuk ke kilang minyak, tapi baru ini yang sangat detail, sampai semua diperiksa "maaf bu, lokasi kita objek vital nasional, jadi agak teliti" kata salah satu security, yah karena itu memang sudah stadar mereka aku gak masalah. Setelah pemeriksaa kita langsung diarahkan ke ruang meeting, kantor mereka sangat besar, jauh dibanding kantorku, fasilitasnya juga lengkap, dari gym sampai lapangan olahraga. "gila enak bener yang kerja disini" kata indra "gw mau lah kerja kayak gini" kata hendra, "iya ya, lengkap banget" kataku, didalam ruang meeting terdapat meja meeting panjang, muat untuk 30-40 orang, tiap kursi sudah disediakan microphone buat bicara. Kita menunggu sekitar 15 menit, lalu seorang bapak bapak masuk.
"maaf sudah menunggu lama" katanya, sambil berjabat tangan "gak kok pak" jawabku "saya santi pak" lanjutku sambil memberikan kartu namaku ke beliau "saya rizal, head procurement disini" katanya, lalu dia berkenalan dengan temen temenku. "Seharusnya saya masih ada 2 orang lagi, tapi mereka kebetulan sedang di lapangan, jadi mohon sabar ya, sekalian kita kumpulkan rekan rekan yang lain selaku usernya nanti" kata pak rizal, "iya pak gak papa" jawabku, "kalau begitu saya tinggal sebentar ya, disitu ada minuman kalau mau ambil saja" katanya sambil nunjuk kulkas yang ada diruangan "iya pak" jawab indra, gak lama setelah pak rizal pergi indra langsung ke kulkas "haus gw" katanya ketika ngeliat mataku sudah melotot "malu maluin" kataku, "buset, nih kulkas sudah kayak minimarket, penuh banget, lengkap" kata indra "kalian mau yang mana" tanyanya padaku dan hendra "nanti aja" jawabku. Sekitar 15 menit kita nunggu, akhirnya satu persatu pekerjanya masuk ke ruangan, sambil menunggu beberapa pekerja lain datang aku bagikan beberapa bingkisan dari kantor buat mereka, ada beberapa yang coba godain aku, maklum tempat kerja seperti ini mayoritas lelaki, mungkin perempuan bisa dihitung jari.
"silakan mbak santi dimulai" kata pak rizal, aku langsung mulai presentasinya, sekitar 30menit aku jelasin tentang produk kami tiba tiba ada yang masuk dari pintu, aku langsung gak bisa ngomong, dia cuma berdiri tampak kaget, seorang pria yang selama ini kucari berdiri sekitar 6 meter dari tempatku berdiri, tampak sangat banyak perubahan dirinya, dia yang dulu gondrong, agak kurus dan kulit coklat kehitaman sekarang berubah bersih, rambut tercukur api, yang tidak berubah hanya tatapan matanya, tatapan matanya yang aku jamin selalu bikin perempuan meleleh, dia tampak lebih gagah menggenakan seragam coverallnya, sampai aku disadarkan oleh indra "lo kenapa san" tanyanya, "eh gak papa" kataku "lo bisa gantiin gw" sambungku, karena aku sudah gak bisa fokus sama kerjaanku, indra langsung gantiin aku, aku lihat dia duduk disamping pak rizal, matanya tak pernah lepas menatapku, dia tersenyum, senyum yang sudah sangat lama ku nanti, mukaku panas, mungkin sudah terlihat merah diatas kulit wajahku yang putih.
Tiba tiba hp ku bunyi, ada sms masuk dari nomor asing "apa kabar san", aku langsung lihat dia, dia senyum sambil menggoyangkan hpnya, aku baru sadar dia pasti bisa tau nomor hp ku dari daftar hadir yang kita isi, disana tertera nomor hp kami. "baik, kamu?" balasku, "kamu bisa liat sendiri" balasnya, "kamu bener bener beda, aku pangling" balasku, "kamu juga san, lebih cantik. Udah nanti ngobrolnya gak enak" balasnya, aku kembali natap dia, dia tersenyum.
Sekitar 30 menitan acaranya selesai, "Mbak, ini deni, staff saya" kata pak Rizal, "kita sudah kenal pak" jawab deni, "lho kok bisa" tanya melihat deni, "dulu waktu saya di jakarta pak" jawabnya, "wah bagus kalo gitu, kamu temenin mereka makan siang ya, kebetulan saya ada kerjaan" kata pak rizal, lalu dia pergi. Padahal sudah sedekat ini, tapi entah kenapa mulutku gak bisa ngomong, "san lo kok daritadi bengong terus" tanya hendra, aku kaget bengong, "yuk kita makan siang dulu" kata deni, dia senyum padaku, kita ikut saja, sesampai di restoran deni pesen beberapa makanan "san aku pesen ikan sungai semua ya, kamu masih alergi ikan laut kan" katanya tiba tiba, aku kaget "eh iya" jawabku, hendra dan indra bingung dengan tingkahku. Sambil makan kita ngobrol ngobrol masalah kerjaan, sebenernya sih banyak hendra dan indra, kalau aku kebanyakan diem, aku masih gak nyangka bisa ketemu dia disini, ya tuhan do'aku terkabul pikirku, lalu setelah ini gimana pikirku.
Selepas makan siang kita kembali ke kantor, selepas sholat aku kembali ke ruangan meeting, hendra dan indra belum kembali, tiba tiba deni masuk ke dalam "San, apa kabar" katanya, aku menatap matanya dia tersenyum, "ba baik den, Kamu?" kataku, "baik, kamu berapa lama disini" tanya nya, "sehari, mungkin sore sudah kembali ke palembang nginep disana, terus besok balik ke jakarta"jawabku, "bentar banget" jawabnya, "kerjaannya sudah selesai" jawabku, "yakin gak ada yang mau diselesain lagi" katanya, aku bingung mau jawab apa, "yaudah kamu nginep dimana malem ini, aku kesana ya, banyak yang pengen aku bicarain" katanya, aku kasih tau dia tempat kami menginap, gak lama kita langsung berangkat ke Palembang, deni nanti nyusul katanya kalau sudah gak terlalu sibuk. Sepanjang perjalanan aku masih gak percaya dengan kejadian ini "hen, gw gak lagi mimpi kan" tiba tiba mulutku ngomong gitu "ngomong apaan sih lo, lo jadi aneh setelah ketemu mas Deni" jawabnya "tau nih santi, aneh lo, yah kita sih tau dia memang keren, kerjaannya juga bagus, tapi gak segitu juga kali, dikantor kita juga banyak" lanjut indra, "diem kalian, kalian gak tau" kataku, aku ambil hpku, aku telpon rara, "ra, gw seneng banget" teriakku, Apaan sih lo, teriak teriak" katanya ketus, "Lo tau tadi gw ketemu siapa" tanyaku, "siapa? brad pitt" tanyanya, "bukaaan, gw ketemu deni" kataku, "ah serius lo, salah orang lo" katanya, "beneran, tadi kita preentasi di tempat dia kerja" kataku semangat, "ooo, terus terus" tanya rara, "tar malem dia mau ketemu gw, gimana ya ra, gw gugup banget" kataku, "yaelah, biasa aja kali" kata rara, "gak ra, dia gak biasa" jawabku, aku cerita banyak ke rara tentang deni yang sekarang, dia dengerin semua yang aku ceritain.
Malemnya hpku bunyi, "aku sudah di lobi ya" kata deni, "iya, tunggu bentar" jawabku, gak lama aku turun dia tersenyum padaku, entah kenapa aku seperti anak kecil hari ini. "kamu sudah makan" tanyanya aku geleng, "yaudah kita makan dulu yuk, ada restoran bagus dipinggiran sungai, jadi kita bisa sekalian jalan" katanya, aku cuma bisa ngikut "kamu naik motor gak papa kan?" tanyanya, "gak papa" jawabku. Dia bonceng aku tanpa bicara, hingga kita sampai di satu restoran yang sangat bagus, lokasi persis di pinggir sungai musi, pemandangan ampera dimalam hari sangat indah. Lalu dia pesen beberapa makanan.
"kamu kemana san" tanyanya, "Maksudnya?" kataku bingung, "maksudnya kamu pindah kemana, dulu aku sempat ke rumahmu dan ke toko, tapi kata mereka kalian sudah pindah" jawabnya, "oh, kita pindah ke daerah Pondok Indah" jawabku "ooo, kamu tambah cantik san, sejak kapan pake jilbab" tanya deni, "makasih, udah lama, gak lama kamu pulang" jawabku, "gimana kabar papa sama mama" tanyanya, "mereka baik, tadi aku telpon mereka, mereka titip salam" kataku, "coba kamu bisa lebih lama" tiba tiba dia ngomong, "ehm, emang kenapa" tanyaku, "aku kangen san" katanya, aku nunduk mukaku panas, dia gak tau kalo aku juga kanget, pake banget. "jadi kamu mau aku lebih lama disini?" aku ngoomng ke deni, "yah kalo kamu gak keberatan" katannya, entah setan apa yang merasuki ku, aku ambil hp ku kucari nomor atasanku "Malam pak, maaf aku gak bisa balik ke kantor untuk beberapa hari, ada keperluan keluarga mendesak" kataku bohong, syukur boss setuju, aku ngeliat deni dia senyum, lalu dia ambil hpnya "maaf bos ganggu, besuk saya gak masuk ya, potong cuti aja, oke" katanya, "kok kamu juga gak masuk" tanyaku, "kalo aku kerja kamu disini sama siapa?" jawabnya, aku bener bener bego .
Selepas makan deni serita semuanya tentang kehidupan dia, tentang kerjaan dia, tentang kisah cinta dia, jujur aku salut sama dia, dia bener bener kuat. Selesai banyak cerita gak berasa sudah hampir jam 10 malam, dia berdiri dan melangkah menuju stage ditengah, disana sudah ada pemain keyboard, setelah bicara sebentar sama pemainnya dia bicara, "lagu ini spesial buat perempuan cantik yang disana" matanya menatap mataku.
Hubungan kita berlanjut sampai beberapa bulan kedepan dia melamarku, dan akhirnya kami menikah di bulan Januari 2013, persiapan yang sangat Mepet, namun syukur gak ada halangan apapun.
Aku bener bener hanyut, perasaan yang selama ini aku jaga alhamdulillah membuahkan hasil, pria yang sangat aku sayang berdiri disampingku sebagai suamiku, Acara diadakan di Jakarta, kebanyakan tamu yang hadir dari pihakku, sedangkan dari pihak deni hanya beberapa sahabat dekatnya, papa dan mama oca dan beberapa temen kerjanya, Oliv juga hadir ke pernikahan kamibeserta keluarganya, itu saat pertama kali aku ketemu dia, saat itu dia sedang hamil anak pertama, aku melihat deni, dia tersenyum kepada oliv dan suaminya.
Aku masih ingat saat dia melamarku "San, kamu bersedia jadi istriku, dengan segala kekurangan dan kelebihanku" katanya, saat itu airmataku menetes, dan menggangguk, bagiku pria yang berdiri didepanku adalah makhluk sempurna, aku tidak perduli masa lalunya, aku tidak perduli dengan latar belakangnya, aku hanya ingin menuju masa depan bersamanya.
AKU SAYANG KAMU.
Pegel ngetik, , do'ain hubungan kita langgeng ya, sampe kakek nenek.
Seharusnya kemarin saya nulisnya, tapi karena kerjaan ibu - ibu repot banget, boro boro buka laptop, bisa mandi juga untung
Mohon maaf ya kalau penulisannya berantakan, maklum amatir.
Sebelum ke cerita mungkin saya sedikit kasih informasih kenapa untuk part ini saya yang cerita. Dulu setelah Thread sebelumnya di hapus saya beberapa kali bujuk Deni buat meneruskan ceritanya, sayangkan sudah mau selesai juga masa di stop gitu aja, kesian yang penasaran, tapi dia tetap gak mau, sibuk katanya, padahal saya tau kerjanya juga gitu gitu doang . Setelah dibujuk berkali - kali (ditambah sedikit ngambek) akhirnya dia setuju, dengan syarat spesial part ini dia pengen saya yang cerita, katanya mungkin kalau sudut pandangnya berbeda akan lebih menarik , dan setelah sedikit dipaksa akhirnya saya mau, dengan catatan harus pake ID dia. Deal.
Selamat membaca temen - temen
Spoiler for Part-71:
Awal bulan September 2012, tiba - tiba telpon meja kerjaku berdering, dilayar terlihat nomor extensi pemanggil 217, "wah dari bosku, tumben pagi - pagi sudah manggil" kataku dalam hati. "pagi pak" sapaku dengan nada ceria. "pagi, kamu bisa ke ruangan saya sebentar" perintahnya."siap pak" jawabku semangat.
Sedikit gambaran tentang tempatku kerja, ruangannya tidak terlalu besar, untuk kamu para staff posisi nya di kubikal seukuran 1,5 x 1,5mtr, yah lumayanlah gak terlalu sempit dan dikelompokan tiap departemen, kami dari bagian marketing ditempatkan dibagian paling depan, biar sewaktu waktu kalau ada klien bisa cepat ditemui. sedangkan untuk ruangan level manager sudah disediakan ruangan terpisah.
Aku berjalan menuju ruangan beliau, terlihat beberapa rekan kerja masih sibuk sarapan "jam kerja kok sarapan, kalo mau sarapan dirumah" ledekku kepada salah satu temenku, mereka tersenyum, kebetulan dikantorku pekerjanya mayoritas pria.
"pagi pak" sapaku ketika masuk ke ruangan bos, "pagi, duduk san, ceria bener hari ini" katanya, "gak papa pak, bukannya tiap hari itu harus ceria" jawabku, "tapi gak seperti biasanya, atau kamu jangan jangan sudah dapet pacar" ledeknya, "ah bapak bisa aja, belum kepikiran pak" jawabku, "ooo, padahal kamu banyak yang suka san, inget san nunggu apa lagi, umur bakal nambah lho" katanya, "umur bukan nambah pak, tapi berkurang" jawabku senyum, beliau juga tersenyum.
"kok jadi bahas tentang saya sih pak, tadi bapak manggil ada apa ya" tanyaku, "ohya maaf, gini san, tadi pagi saya terima email dari salah satu klien kita, mereka minta kita ketempat mereka buat presentasi tentang beberapa produk kita, kamu bisa?" tanyanya, "siap pak, bisa" jawabku, "ini yang saya suka dari kamu, semangatmu itu san" katanya, "ah bapak bisa aja, ngomong ngomong kapan san kemana pak?" tanyaku, "besok first flight ke Palembang" katanya, "ke Palembang pak" jawabku, mendengar kata Palembang, pikiranku langsung ingat sesorang, seseorang yang sangat berarti bagiku. "Iya palembang, harus first flight ya san, perjalanan dari palembang ke tempat mereka bisa 3 jam" katanya, "baik pak, berapa lama" tanyaku, "terserah kamu, kamu atur saja, sekiranya sudah selesai langsung pulang" katanya, "baik pak" kataku, "tapi pulangnnya bawa Kakap ya" katanya, Kakap adalah perumpamaan kami untuk klien besar.
Aku kembali ke kubikalku, pikiranku kembali teringat sama dia, padahal belakangan ini aku sudah mulai melupakannya, "apakah mungkin kita bisa ketemu, kecil kemungkinannya" batinku, aku menatap sebuah bingkai foto kecil disamping layar monitorku, disana terlihat seorang laki-laki agak dekil, rambut gondrong, kulit coklat tersenyum ke arah kamera, tatapan matanya tajam melihatkan semangatnya yang besar. Apa kabarmu disana den, apakah kamu sudah bisa kejar mimpimu.
"woi bengong mulu, kerja" kata temenku rara membuatku kaget "sialan lo" kataku,
"Ngeliatan apa sih lo san" katanya, "nih" kataku sambil ngasih foto yang barusan kupandangi, "udah lo lupain aja, dia juga mungkin sudah lupa sama lo" kata rara, "udah ra, tapi gak bisa" jawabku, aku memang sudah cerita semuanya tentang deni ke rara, "lo bego ya, yang suka sama lo banyak san, melek dong, sampai kapan lo mau mandangi foto doang" katanya, aku cuma geleng "bego lo, coba lo cari di google atau FB atau twitter, coma lo ketik namanya kali aja keluar" saran rara, aku sudah coba semuanya tanpa rara suruh, tapi hasilnya ribuan deni yang keluar, pernah semalaman aku liat satu satu tapi hasilnya nol besar.
"san, lo besok ke palembang" tanya rara, "iya" jawabku singkat, "siapa aja" tanyanya, "paling bertiga sama indra dan hendra" jawabku, "ooo, ati ati lo, gw denger disana rawan" katanya, "iya ra, makasih sudah ngingetin" jawabku.
Sesuai arahan, hari ini aku sibuk urusin persiapan buat berangkat besok, dari cari hotel sampai urus transportasi selama disana, Dari klien kami sebenernya sudah menyediakan mobil buat penjemputan ke bandara, tapi agak kurang enak rasanya kalau mereka yang sediakan, kan kami yang butuh sama mereka.
"Mah, pah, besok santi mau ke Palembang, urusan kantor" kataku kepada papa dan mama pas makan malam dirumah, "Palembang? ati - ati lo nak, rawan" kata papa, "iya nak, lagian kamu ngapain sih masih repot repot kerja, kenapa gak nerusin usaha papa aja, papa lagi bener bener repot tuh" sambung mama, "gak mau ah, dari dulu bantuin papa terus, kapan santi bisa mandiri ma" jawabku, memang papa sudah sangat sering merayuku buat nerusin usahanya, tapi sudah sangat sering juga aku tolak, bisinis papa berkembang pesat, dulu kita hanya sewa kios di glodok, sekarang kita sudah punya kantor sendiri, dulu kita hanya supply barang barang jadi ke klien, tapi sekrang kita sudah punya workshop sendiri, jadi papa sudah bisa ngerjain beberapa pekerjaan pabrikasi.
"yaudah, kamu habis ini langsung istirahat, gak usah nonton film, nanti besok kesiangan, inget besok first flight" kata mama, aku nurut sebelum kekamar mereka cium pipiku, aku sangat beruntung bisa ada di keluarga ini, walau bukan anak kandung tapi mereka memperlakukanku sangat istimewa, mereka gak mau kehilangaku seperti mereka kehilangan anak pertama mereka.
Aku terbangun pukul 2 malam, memang biasanya aku terbangun jam 2, ambil wudhu tahajud, setiap kali aku berdo'a salah satunya mendo'akan deni, mungkin kebiasan yang sudah bertahun tahun jadi gak pernah bisa dirubah, mulutku secara otomatis mendo'akan dia.
Biasanya selepas tahajud aku kembali tidur, tapi untuk harini tidak, tanggung, jam 4 aku sudah harus ke bandara, daripada ketinggalan pesawat. Jam 4 aku langsung dianter papa ke bandara. Tiba di bandara pukul 4.30 karena jalan memang sangat kosong, papa langsung pulang setelah aku masuk bandara. Satu persatu temenku datang, setelah subuh kita langsung masuk pesawat, perjalanan ke palembang butuh waktu 45 menit, sesampainya disana kita sudah ditunggu supir dari mobil yang kita carter namanya agung.
"eh cari sarapan dulu yuk" ajakku, "yuk, perjalannya jauh 3 jam" kata hendra, "mas, sarapan yang enak dimana ya, yang khas palembang" tanyaku, "ooh, ada mbak, makanan khas palembang" katanya, lalu dia bawa kita ke lokasi yang dimaksud, kita langsung duduk "ini apa namanya mas" tanyaku "ini mie celor mbak, dijamin enak" katanya, karena baru pertama kita cobain pesen, ternyata rasanya memang enak, bentuknya kayak mie, tapi mienya besar besar, pake kuah santan kental, terus ada taburan udang dan telornya. "gimana mbak enak" kata agung, "enak mas, enak banget" jawabku.
Selepas sarapan kita langsung lanjut ke lokasi, sepanjang perjalanan aku hanya merhatiin jalan, sesekali mas agung jelasin ke kita tentang lokasi yang baru kita lewati, perjalanan cukup melelahkan, badanku pegel semua, sebenernya jaraknya gak terlalu jauh, tapi akses jalannya yang bikin pegel, banyak jalan rusak dan akses jalan satu satunya lewat sini, jadi semua kendaraan jadi satu, truk, bis, mobil dan motor.
Sekitar 3 jam lebih sedikit kita telah sampai dilokasi tujuan, setelah lapor ke security kita baru perbolehkan masuk, sudah beberapa kali aku masuk ke kilang minyak, tapi baru ini yang sangat detail, sampai semua diperiksa "maaf bu, lokasi kita objek vital nasional, jadi agak teliti" kata salah satu security, yah karena itu memang sudah stadar mereka aku gak masalah. Setelah pemeriksaa kita langsung diarahkan ke ruang meeting, kantor mereka sangat besar, jauh dibanding kantorku, fasilitasnya juga lengkap, dari gym sampai lapangan olahraga. "gila enak bener yang kerja disini" kata indra "gw mau lah kerja kayak gini" kata hendra, "iya ya, lengkap banget" kataku, didalam ruang meeting terdapat meja meeting panjang, muat untuk 30-40 orang, tiap kursi sudah disediakan microphone buat bicara. Kita menunggu sekitar 15 menit, lalu seorang bapak bapak masuk.
"maaf sudah menunggu lama" katanya, sambil berjabat tangan "gak kok pak" jawabku "saya santi pak" lanjutku sambil memberikan kartu namaku ke beliau "saya rizal, head procurement disini" katanya, lalu dia berkenalan dengan temen temenku. "Seharusnya saya masih ada 2 orang lagi, tapi mereka kebetulan sedang di lapangan, jadi mohon sabar ya, sekalian kita kumpulkan rekan rekan yang lain selaku usernya nanti" kata pak rizal, "iya pak gak papa" jawabku, "kalau begitu saya tinggal sebentar ya, disitu ada minuman kalau mau ambil saja" katanya sambil nunjuk kulkas yang ada diruangan "iya pak" jawab indra, gak lama setelah pak rizal pergi indra langsung ke kulkas "haus gw" katanya ketika ngeliat mataku sudah melotot "malu maluin" kataku, "buset, nih kulkas sudah kayak minimarket, penuh banget, lengkap" kata indra "kalian mau yang mana" tanyanya padaku dan hendra "nanti aja" jawabku. Sekitar 15 menit kita nunggu, akhirnya satu persatu pekerjanya masuk ke ruangan, sambil menunggu beberapa pekerja lain datang aku bagikan beberapa bingkisan dari kantor buat mereka, ada beberapa yang coba godain aku, maklum tempat kerja seperti ini mayoritas lelaki, mungkin perempuan bisa dihitung jari.
"silakan mbak santi dimulai" kata pak rizal, aku langsung mulai presentasinya, sekitar 30menit aku jelasin tentang produk kami tiba tiba ada yang masuk dari pintu, aku langsung gak bisa ngomong, dia cuma berdiri tampak kaget, seorang pria yang selama ini kucari berdiri sekitar 6 meter dari tempatku berdiri, tampak sangat banyak perubahan dirinya, dia yang dulu gondrong, agak kurus dan kulit coklat kehitaman sekarang berubah bersih, rambut tercukur api, yang tidak berubah hanya tatapan matanya, tatapan matanya yang aku jamin selalu bikin perempuan meleleh, dia tampak lebih gagah menggenakan seragam coverallnya, sampai aku disadarkan oleh indra "lo kenapa san" tanyanya, "eh gak papa" kataku "lo bisa gantiin gw" sambungku, karena aku sudah gak bisa fokus sama kerjaanku, indra langsung gantiin aku, aku lihat dia duduk disamping pak rizal, matanya tak pernah lepas menatapku, dia tersenyum, senyum yang sudah sangat lama ku nanti, mukaku panas, mungkin sudah terlihat merah diatas kulit wajahku yang putih.
Tiba tiba hp ku bunyi, ada sms masuk dari nomor asing "apa kabar san", aku langsung lihat dia, dia senyum sambil menggoyangkan hpnya, aku baru sadar dia pasti bisa tau nomor hp ku dari daftar hadir yang kita isi, disana tertera nomor hp kami. "baik, kamu?" balasku, "kamu bisa liat sendiri" balasnya, "kamu bener bener beda, aku pangling" balasku, "kamu juga san, lebih cantik. Udah nanti ngobrolnya gak enak" balasnya, aku kembali natap dia, dia tersenyum.
Sekitar 30 menitan acaranya selesai, "Mbak, ini deni, staff saya" kata pak Rizal, "kita sudah kenal pak" jawab deni, "lho kok bisa" tanya melihat deni, "dulu waktu saya di jakarta pak" jawabnya, "wah bagus kalo gitu, kamu temenin mereka makan siang ya, kebetulan saya ada kerjaan" kata pak rizal, lalu dia pergi. Padahal sudah sedekat ini, tapi entah kenapa mulutku gak bisa ngomong, "san lo kok daritadi bengong terus" tanya hendra, aku kaget bengong, "yuk kita makan siang dulu" kata deni, dia senyum padaku, kita ikut saja, sesampai di restoran deni pesen beberapa makanan "san aku pesen ikan sungai semua ya, kamu masih alergi ikan laut kan" katanya tiba tiba, aku kaget "eh iya" jawabku, hendra dan indra bingung dengan tingkahku. Sambil makan kita ngobrol ngobrol masalah kerjaan, sebenernya sih banyak hendra dan indra, kalau aku kebanyakan diem, aku masih gak nyangka bisa ketemu dia disini, ya tuhan do'aku terkabul pikirku, lalu setelah ini gimana pikirku.
Selepas makan siang kita kembali ke kantor, selepas sholat aku kembali ke ruangan meeting, hendra dan indra belum kembali, tiba tiba deni masuk ke dalam "San, apa kabar" katanya, aku menatap matanya dia tersenyum, "ba baik den, Kamu?" kataku, "baik, kamu berapa lama disini" tanya nya, "sehari, mungkin sore sudah kembali ke palembang nginep disana, terus besok balik ke jakarta"jawabku, "bentar banget" jawabnya, "kerjaannya sudah selesai" jawabku, "yakin gak ada yang mau diselesain lagi" katanya, aku bingung mau jawab apa, "yaudah kamu nginep dimana malem ini, aku kesana ya, banyak yang pengen aku bicarain" katanya, aku kasih tau dia tempat kami menginap, gak lama kita langsung berangkat ke Palembang, deni nanti nyusul katanya kalau sudah gak terlalu sibuk. Sepanjang perjalanan aku masih gak percaya dengan kejadian ini "hen, gw gak lagi mimpi kan" tiba tiba mulutku ngomong gitu "ngomong apaan sih lo, lo jadi aneh setelah ketemu mas Deni" jawabnya "tau nih santi, aneh lo, yah kita sih tau dia memang keren, kerjaannya juga bagus, tapi gak segitu juga kali, dikantor kita juga banyak" lanjut indra, "diem kalian, kalian gak tau" kataku, aku ambil hpku, aku telpon rara, "ra, gw seneng banget" teriakku, Apaan sih lo, teriak teriak" katanya ketus, "Lo tau tadi gw ketemu siapa" tanyaku, "siapa? brad pitt" tanyanya, "bukaaan, gw ketemu deni" kataku, "ah serius lo, salah orang lo" katanya, "beneran, tadi kita preentasi di tempat dia kerja" kataku semangat, "ooo, terus terus" tanya rara, "tar malem dia mau ketemu gw, gimana ya ra, gw gugup banget" kataku, "yaelah, biasa aja kali" kata rara, "gak ra, dia gak biasa" jawabku, aku cerita banyak ke rara tentang deni yang sekarang, dia dengerin semua yang aku ceritain.
Malemnya hpku bunyi, "aku sudah di lobi ya" kata deni, "iya, tunggu bentar" jawabku, gak lama aku turun dia tersenyum padaku, entah kenapa aku seperti anak kecil hari ini. "kamu sudah makan" tanyanya aku geleng, "yaudah kita makan dulu yuk, ada restoran bagus dipinggiran sungai, jadi kita bisa sekalian jalan" katanya, aku cuma bisa ngikut "kamu naik motor gak papa kan?" tanyanya, "gak papa" jawabku. Dia bonceng aku tanpa bicara, hingga kita sampai di satu restoran yang sangat bagus, lokasi persis di pinggir sungai musi, pemandangan ampera dimalam hari sangat indah. Lalu dia pesen beberapa makanan.
"kamu kemana san" tanyanya, "Maksudnya?" kataku bingung, "maksudnya kamu pindah kemana, dulu aku sempat ke rumahmu dan ke toko, tapi kata mereka kalian sudah pindah" jawabnya, "oh, kita pindah ke daerah Pondok Indah" jawabku "ooo, kamu tambah cantik san, sejak kapan pake jilbab" tanya deni, "makasih, udah lama, gak lama kamu pulang" jawabku, "gimana kabar papa sama mama" tanyanya, "mereka baik, tadi aku telpon mereka, mereka titip salam" kataku, "coba kamu bisa lebih lama" tiba tiba dia ngomong, "ehm, emang kenapa" tanyaku, "aku kangen san" katanya, aku nunduk mukaku panas, dia gak tau kalo aku juga kanget, pake banget. "jadi kamu mau aku lebih lama disini?" aku ngoomng ke deni, "yah kalo kamu gak keberatan" katannya, entah setan apa yang merasuki ku, aku ambil hp ku kucari nomor atasanku "Malam pak, maaf aku gak bisa balik ke kantor untuk beberapa hari, ada keperluan keluarga mendesak" kataku bohong, syukur boss setuju, aku ngeliat deni dia senyum, lalu dia ambil hpnya "maaf bos ganggu, besuk saya gak masuk ya, potong cuti aja, oke" katanya, "kok kamu juga gak masuk" tanyaku, "kalo aku kerja kamu disini sama siapa?" jawabnya, aku bener bener bego .
Selepas makan deni serita semuanya tentang kehidupan dia, tentang kerjaan dia, tentang kisah cinta dia, jujur aku salut sama dia, dia bener bener kuat. Selesai banyak cerita gak berasa sudah hampir jam 10 malam, dia berdiri dan melangkah menuju stage ditengah, disana sudah ada pemain keyboard, setelah bicara sebentar sama pemainnya dia bicara, "lagu ini spesial buat perempuan cantik yang disana" matanya menatap mataku.
Hubungan kita berlanjut sampai beberapa bulan kedepan dia melamarku, dan akhirnya kami menikah di bulan Januari 2013, persiapan yang sangat Mepet, namun syukur gak ada halangan apapun.
Aku bener bener hanyut, perasaan yang selama ini aku jaga alhamdulillah membuahkan hasil, pria yang sangat aku sayang berdiri disampingku sebagai suamiku, Acara diadakan di Jakarta, kebanyakan tamu yang hadir dari pihakku, sedangkan dari pihak deni hanya beberapa sahabat dekatnya, papa dan mama oca dan beberapa temen kerjanya, Oliv juga hadir ke pernikahan kamibeserta keluarganya, itu saat pertama kali aku ketemu dia, saat itu dia sedang hamil anak pertama, aku melihat deni, dia tersenyum kepada oliv dan suaminya.
Aku masih ingat saat dia melamarku "San, kamu bersedia jadi istriku, dengan segala kekurangan dan kelebihanku" katanya, saat itu airmataku menetes, dan menggangguk, bagiku pria yang berdiri didepanku adalah makhluk sempurna, aku tidak perduli masa lalunya, aku tidak perduli dengan latar belakangnya, aku hanya ingin menuju masa depan bersamanya.
AKU SAYANG KAMU.
Pegel ngetik, , do'ain hubungan kita langgeng ya, sampe kakek nenek.